Author : Rukira Matsunori
Rated : T (kembali)
Genre : AU/ gajeromance/ BL
Fandom(s) : the GazettE, alicenine, A(ACE), ViViD, ScReW, D=OUT,
Versailles, dkk?
Pairing(s) : Uruha x Ruki? Ruki x Uruha?, Tora x Saga.
Chapter(s) : 6
Warning : Jangan anggap serius FIC ANEH ini!!! DON’T LIKE DON’T READ!!
Length : 12 pages (3.614 words)
Note : eh tapi agak serius ini =”=
Chap 6 : ☆~Admire ~☆
Natural Sense ★~♪
☆ナチュラルセンス☆
“suara petir?”
Ruki mengangguk-anggukan kepalanya antusias.
Nimo tersenyum dengan sikap tuan muda ‘kecil’nya itu. “benar,
setahu saya tuan muda Uruha memang takut dengan suara petir sejak kecil, dia
mempunyai banyak headphone di laci kamarnya untuk ia pakai ketika hari hujan,
dia akan mendengarkan musik sekencang-kencangnya supaya suara petir tidak bisa
ia dengar”, jelas Nimo, “ kenapa tuan muda Ruki?”, tanyanya pada tuan muda
kecilnya yang mendadak berwajah aneh setelah mendengarkan penjelasannya.
“aa…ti-tidak, haha…apa Nimo-san tahu kenapa dia takut dengan suara
petir?”
Nimo tampak menaikan bola matanya, berpikir, “kalau itu saia kurang
tahu tuan, tapi sepertinya beliau memiliki sebuah trauma”, jawabnya tersenyum
ramah.
“oh, ah hai, arigatou”
“hai”, Nimo tersenyum menganggukan kepalanya lemah. Laki-laki
butler keluarga Yuuji itu kembali dengan pekerjaannya mengawasi pada maid
membersihkan ruangan.
Ruki membalik tubuhnya membelakangi Nimo sambil menyeringai aneh.
Suatu penemuan besar seorang Uruha yang ditakuti siswa-siswi di BHS itu takut
hanya dengan suara petir. Ternyata mentalnya tidak sekeren tampilan luarnya.
Ruki memegangi perutnya berusaha menahan tawa. Ia jadi tidak sabar melihat
setakut apa ekspresi Uruha ketika mendengar
suara petir.
Grak.
“AAH!!!”
“eh?”, Ruki refleks bergerak cepat mendengar seorang maid di
dekatnya berteriak kaget melihat foto besar keluarga Yuuji di ruang utama
terjatuh. Ruki segera menangkap foto berbingkai besar yang seperti lukisan itu
dengan tangannya dan tanpa ia tahu itu beratnya minta ampun. Hingga tangannya
tak kuat untuk menopang dan berakhir tetap jatuh ke lantai dengan sebelah
tangannya masih menyangga tepi bawah bingkai foto besar itu. “ACKKK!!!!”, Ruki
melotot segera menarik tangannya yang kegencet.
“Tuan muda Ruki ! kau tidak apa-apa?”, Nimo sedikit panik segera menghampiri
tuan muda kecilnya yang berjongkok meniup-niup tangannya. Nimo berjongkok di
samping Ruki mencoba memeriksa tangan tuan mudanya itu,“ambilkan perban dan
alcohol!”, suruh Nimo pada maidnya sigap.
“eh! Aku tidak apa-apa, tidak perlu…!!! Hei, jangan!”, Ruki
mencegah seorang maid yang berlari untuk mengambil kotak first aids.
“tidak apa-apa tuan muda, tanganmu pasti terluka”
“tidak usah! Sungguh ini tidak apa-apa, ini kecil!! Tuh tidak
apa-apa kan?”, Ruki menggerak-gerakan jari tangannya meyakinkan Nimo, padahal
tangannya memang sakit.
“sungguh tidak apa-apa?”, tanya Nimo untuk meyakinkan.
“Hai…”, Ruki tersenyum, “lagipula aku harus segera berangkat
sekolah kan haha…”, Ruki mengangkat tubuhnya, berdiri membenarkan tas yang
digendongnya yang kemudian disusul Nimo.
“maaf kan saya Tuan muda, saya tidak hati-hati membersihkannya,
gomennasai…gomennasai..”, maid yang tadi berteriak itu membungkuk-bungkukan
tubuhnya dalam, di depan Ruki, merasa bersalah.
“ahahah tidak apa-apa”
“lain kali berhati-hatilah…”, ucap Nimo tegas pada maid itu.
“sekarang kembali bekerja!”, perintah butler keluarga Yuuji itu dan sang maid
mengangguk segera melanjutkan pekerjaannya membersihkan ruangan.
Ruki merapikan celana seragam sekolah dan sweater yang dipakainya,
tiba-tiba matanya melirik foto berbingkai besar yang kini sedang berusaha di
gantungkan kembali di tempatnya oleh beberapa maid. potret Kamijo bersama
seorang wanita cantik di sampingnya, dan seorang gadis kecil ditengah-tengah
mereka. Wanita yang duduk di samping Kamijo itu pastilah almarhum istrinya dan
gadis kecil itu mungkin anak mereka? Dan ibu Uruha?
Banyak foto-foto yang lebih kecil dari foto itu di sekeliling
ruangan yang tergantung di dinding. Dan di sana juga Ruki bisa melihat foto Uruha
kecil , lalu ada foto seorang perempuan cantik dengan kimono yang terduduk
dengan anggunnya di sebuah kursi seperti sebuah lukisan. Itu adalah gadis kecil
yang duduk diantara Kamijo dan istrinya dalam keadaan yang lebih dewasa.
Ruki sering melewati ruangan utama itu namun ia tidak pernah benar-benar
memperhatikan. Ia menyadari gadis dalam foto itu benar-benar sangat cantik
seperti seorang putri sebuah kerajaan. Dan itu ibu Uruha? Wajar saja Uruha
terlihat cantik, tapi entah kenapa Ruki tak melihat ada kemiripan diantara
mereka. Mungkin Uruha lebih mirip ayahnya? Namun Ruki tidak pernah melihat foto
seorang laki-laki yang merupakan ayah Uruha di rumah ini. dan rasa sedikit
penasaran menyapa dada Ruki saat ia merasa menyadari sesuatu yang janggal.
“Nimo-san?”, panggil Ruki tiba-tiba.
“ya, tuan muda?”
“boleh aku bertanya sesuatu lagi?”, tanya Ruki pelan.
“ya, silahkan tuan muda. Selama saya bisa saya pasti menjawabnya”,
ucap Nimo ramah.
“etto~”, Ruki tampak ragu untuk menyampaikan pertanyaannya, “wanita
dan gadis kecil dalam foto itu..”, Ruki menunjuk foto besar yang kini sudah
tergantung kembali di tempatnya. “istri Kamijo-sama dan putrinya yang sudah
meninggal, benar?”, tanya Ruki menoleh pada Nimo.
Nimo menganggukan kepalanya pelan, “benar…beliau adalah almarhum
Nyonya Jasmine dan Nona Rena, putri Kamijo-sama satu-satunya”
Ruki mengangguk-anggukan kepalanya. Ternyata memang benar gadis
kecil itu ibu Uruha. Ruki hanya berpikir mungkin Kamijo memiliki seorang anak
lain yang seorang laki-laki dan Uruha adalah anak darinya. Karena nama Uruha sendiri
adalah Yuuji Kouyou. Jika ia adalah anak gadis bernama Rena itu seharusnya nama
keluarga Uruha berubah menjadi nama keluarga dari sang ayah bukan? Yang membuat
Ruki heran kenapa Uruha masih memakai nama keluarga dari ibunya.
“lalu ayah Uruha? beliau juga sudah meninggal?”, tanya Ruki lagi.
“oh, beliau…”, Nimo menggantung kata-katanya sejenak, “tidak,
beliau masih hidup”, lanjutnya, tersenyum. “nona Rena dan suaminya bercerai
ketika ia masih hidup…beliau—ah tuan muda anda harus segera berangkat sekolah!”,
ucap Nimo saat melihat jam ditangannya.
“oh, ahahah i-iya, kalau begitu aku berangkat dulu, ittekimasu!!”,
Ruki mengangkat tangannya sambil berlari menuju pintu keluar. Sesaat ia masih
memikirkan kata-kata Nimo yang belum diselesaikannya. Jika ayah Uruha masih
hidup, Lalu dimana ayah Uruha sekarang?
Nimo membungkukan sedikit tubuhnya, “Itterasshai..”, ucapnya sambil
kembali mengangkat tubuhnya dan tersenyum. Butler keluarga Yuuji itu kembali
pada pekerjaannya mengawasi para maid membersihkan ruangan. Ia tahu Kamijo
mengatakan padanya agar memperlakukan Ruki sama seperti ia memperlakukan Uruha
karena Kamijo telah mengangkatnya sebagai cucunya sendiri. tapi Nimo tidak
punya keberanian untuk bercerita banyak, tentang hal yang belum diketahui
penghuni baru keluarga Yuuji itu. biarlah ia tahu dari orang yang lebih berhak
menceritakannya.
☆ナチュラルセンス☆
(◕‿◕✿)
Seperti hari kemarin, hari inipun cuaca kembali tidak bersahabat.
Siswa-siswi BHS kembali lalu lalang dengan sweater dan mantel mereka. Bahkan
sejak subuh tadi hujan sudah turun rintik-rintik hingga para siswa siswi BHS
harus membawa payung untuk melindungi tubuh mereka dari cucuran air hujan dari
langit.
Ruki memasukkan kedua tangannya ke dalam saku di sisi kanan dan
kiri sweaternya, dengan memakai hoodie untuk melindungi kepalanya dan sedikit
menunduk menyembunyikan wajahnya, berjalan menyusuri koridor sekolah menuju
kelasnya. tiba-tiba langkahnya terhenti melihat beberapa pasang kaki berjejer
menghalangi jalannya. Ruki mengangkat sedikit wajahnya mencoba melihat siapa
orang-orang yang dengan sengaja menghalangi langkahnya.
“Ohayou Ruki-kun~ “, salah seorang perempuan-perempuan yang
berjejer di hadapan Ruki tersenyum menyapa makhluk mini itu. dan mereka adalah
kelima perempuan yang kemarin mengaku sebagai AoiHa FC.
“o-ohayou”, Ruki tersenyum maksa, merasa tak enak hati Ruki segera
berjalan menerobos kepungan kelima perempuan itu namun dengan sigapnya mereka
menangkap tubuh Ruki dan menyeret makhluk mini tak berdaya itu.
“tu-tunggu! Aku mau dibawa kemana?!”, protes Ruki tak terima.
“kami akan membawamu menghadap PEMILIK SAH Urusama!!”
“he?”, Ruki cengok.
☆ナチュラルセンス☆
(◕‿◕✿)
Ruki meliarkan pandangan ke sekitar ruangan asing dimana kelima
perempuan tadi menyeretnya. Sebuah ruang kelas yang tampak sudah tak terpakai.
Ruki juga melihat segerombolan perempuan tiba-tiba datang ke ruangan itu
bersama kelima perempuan yang menyeretnya tadi. Ruki berusaha menghitung satu
persatu perempuan-perempuan itu dan ia yakin mereka lebih dari satu orang
*yaiya!*, mereka semua menatap Ruki dengan pandangan tanda permusuhan (=.=”),
Ruki menelan ludahnya paksa merasakan akan adanya penganiyayaan besar-besaran
terhadapnya tampaknya. Berurusan dengan si Uruha itu memang bukan ide yang
bagus sama sekali.
“hehe…tunggu, kalian salah paham! Dengarkan aku, aku Cuma korban
fitnah—“
“Jelaskan itu pada Aoisama!”, ucap salah seorang dari mereka yang
sepertinya pemimpin dari perkumpulan tak jelas itu. “dengan berani merebut
Urusama, kau telah melukai hatinya”, tambah perempuan itu.
“A-Aoisama?”, Ruki mengernyitkan dahinya.
Segerombol(?) perempuan itu saling menyisih ke kanan dan kiri
mereka membuat sebuah ruangan kosong ditengan-tengah, dan beberapa saat
kemudian seorang laki-laki tinggi (bagi Ruki) masuk melalui ruang kosong itu
dengan kerennya(?) menghampiri Ruki. Satu kesan yang langsung terpahat di otak
‘kecil’ Ruki tentang orang yang baru ditemuinya itu, dower.
“beliau adalah Aoisama! Pemilik sah Urusama!”, perempuan pemimpin
gerombolan aneh itu memperkenalkan laki-laki yang berdiri di depan Ruki.
“haaaa!!! Pangeran sekolah nomor dua BHS!!”, seru Ruki yakin.
Mendengar kata NOMOR DUA, sungguh menyakitkan telinga Aoi, “ohayou”,
sapanya berusaha tersenyum membuat bibirnya semakin melebar.
“o-ohayou”, jawab Ruki ragu. Perasaan makhluk mini itu jadi semakin
tak enak. Sudah berurusan dengan Uruha si pangeran nomor satu di BHS itu
membuat kehidupan sekolahnya menjadi tekanan batin untuknya, sekarang malah
merembet membuatnya berurusan dengan si pangeran nomor dua juga. Itu artinya
bisa dobel penderitaannya di sekolah ini.
“jangan berwajah gelisah begitu, “Aoi tersenyum, “ namamu Matsumoto
Takanori kan?”, tanyanya.
“i-iya. Tapi kau bisa memanggilku Ruki hhe…yoroshiku”
“Aoisama tidak sedang memintamu memperkenalkan diri!”, perempuan yang
tadi nyeplos lagi. Aoi mengangkat tangannya mengisyaratkan agar perempuan itu
diam.
“aku tidak akan melukaimu Matsumoto, aku hanya ingin mengatakan
padamu, bahwa Uruha—“, tiba-tiba Aoi mengehentikan kata-katanya. Ruki
mengernyitkan dahi. “U-Uruha …”, Aoi kembali menggantung kata-katanya tampak
ragu dengan apa yang hendak ia katakan.
Ruki melihat segerombol perempuan-perempuan di belakang Aoi menatap
laki-laki itu dengan menggebu-gebu seakan gregetan agar Aoi segera
mengatakannya.
“Uruha adalah….”
“…..”
“Uruha….”
“…..”
“Uruha?”, Aoi menyentuh dagunya bingung.
Perempuan-perempuan di belakang Aoi sudah saling menjambak saking
gregetnya.
“Uruha adalah milikku seorang!! Jangan berani kau mendekatinya! Dia
milikku! Tak akan kubiarkan siapapun menyentuhnya selain aku! cinta kami abadi,
tidak akan ada siapapun yang bisa memisahkan kami apalagi cuma gangguan dari
tompel kecil sepertimu!”. perempuan pemimpin gerombolan itu nyerobot dialog Aoi
yang tak niat Aoi ucapkan.
“emm..ah iya seperti itu”, ucap Aoi santai.
“apa kau sudah menghafalnya dengan benar Aoisama?”
“sedikit haha…”, Aoi tertawa garing membuat AoiHa FC sweatdrop. “hanya itu yang ingin aku sampaikan, selamat menikmati hidupmu hari ini Matsumoto”, Aoi tersenyum menjentikkan jarinya di kening Ruki yang dibuat bengong karena ke-gaje-annya dan para fangirlsnya. Dan Aoi pun melenggang pergi meninggalkan Ruki diikuti segerombolan fansnya yang beberapa diantara mereka sedikit memberikan ancaman pada Ruki agar tidak mendekati Uruha.
“apa-apaan itu?”, dengus Ruki.
☆ナチュラルセンス☆
(◕‿◕✿)
“AoiHa FC, mereka adalah sekumpulan fujoshi yang mem-pairkan Aoi
dengan Uruha”
“Fujoshi?”, Ruki menyela penjelasan Kai.
“benar. Fujoshi! Kau tidak tahu? Perempuan yang menyukai hubungan
menyimpang tapi biasanya lebih ke Male x Male”, terang Kai.
“ada ya yang begitu?!”, Ruki sewot.
“ya, dan sebenarnya…pada kenyataannya Aoi dan Uruha sendiri tidak
memiliki hubungan apa-apa, bahkan Aoi sendiri pernah mengatakan dia tidak
menyukai dirinya di pair-pairkan seperti itu. itu Cuma imajinasi mereka saja,
tapi mereka selalu berusaha membuat khayalan mereka menjadi kenyataan”, terang
Kai.
Ruki melipat kedua tangannya di dada, “tapi sepertinya Aoi memang
punya perasaan pada Uruha”, ucap Ruki tak yakin dengan kata-katanya sendiri,
karena rasanya itu tidak normal untuk ia ucapkan==”
“sou ka? Bagaimana kau bisa berpikir seperti itu Ruki-sama?”, tanya
Kai antusias. Dan kedua anak buahnya pun ikut memasang telinga mereka kecuali
anak yang bernama Shin.
“tadi dia mengancamku untuk tidak dekat-dekat dengan Uruha”
“MAJIIIIIIIIIIIIIIII?????!!!!!!!”, ketiga orang itu heboh. Tanpa
Ruki ketahui mereka juga fujoshi versi cowoknya aka fudanshi desu (=_=),
“maksudmu dia mengancammu untuk tidak dekat-dekat dengan Uruha secara langsung?
Oleh mulutnya sendiri?”, tanya Kai masih antusias.
“err~ mungkin… tapi tadi dia memang datang menemuiku untuk
mengancamku”
Kai berdiri dari kursi singgasana(?)nya, mengangguk-anggukan
kepalanya, “jadi ternyata selama ini Aoi memendam perasaan pada Uruha, dan ia
baru mengungkapkannya setelah merasa ada saingan? Ckck…”, Kai
menggeleng-gelengkan kepalanya tersenyum diikuti Hiroto dan Kazuki yang
mengikuti tingkahnya geleng-geleng kepala, “berarti judul untuk fenomena(?) ini
adalah ‘ perebutan Uruha antara Shiroyama Yuu dan Matsumoto Takanori
‘,CATAT!!!!!!”, suruh Kai menunjuk sekertaris klubnya, Shin.
“h-hai…”, Shin menganggukan kepalanya pelan lalu segera mencatat di
buku catatan khusus info yang akan disajikan di madding mereka.
“HEH!!! APA ITU??!! JANGAN LIBATKAN AKU LAGI!!!”, Ruki emosi
namanya dibawa-bawa.
Ruki berusaha merebut buku catatan Shin, namun Kazuki dan Hiroto
menahan tubuh ‘kecil’nya hingga tangannya tidak bisa mencapai buku catatan
Shin. Tanpa memperdulikan Ruki dan kedua temannya yang bergumul, Shin tetap
enjoy mencatat.
Seperti inikah yang disebut meeting club ini?
Ruki mendengus mendudukan dirinya di bangku, sementara ke-3 orang
lainnya (tanpa Shin) saling tos karena merasa madding mereka akan bangkit lagi
dengan info-info fakta menarik yang mereka dapatkan. Ruki hanya menatap ke-4
orang teman(?) barunya itu sedikit jengkel, namun entah kenapa ia juga merasa
sedikit nyaman berada diantara mereka. meski kebersediaannya ia menjadi anggota
di klub ini karena sebuah ancaman, tapi Ruki merasa benar-benar diterima dan
disambut. Dan tanpa disadarinya, ke-tidak-beradaannya Saga disekitarnya membuat
Ruki sedikit kesepian. Meski orang itu hanya selalu melemparkannya ke dalam
masalah, tapi entah kenapa Ruki merasa kehilangan saat ia tidak disekitarnya.
Saga memang tidak mengikuti ekskul dan club apapun di sekolah, karena apa-apa
yang tidak menghasilkan uang baginya hanya membuang-buang waktu.
☆ナチュラルセンス☆
(◕‿◕✿)
Saga memasukan netbooknya sesaat setelah ia menilik jam di
tangannya. Sedikit meregangkan tubuhnya lalu memandang keluar jendela kelas.
Cuaca yang sama seperti kemarin, awan sore yang kelam.
Saga merogoh tasnya dan mengeluarkan kamera kesayangannya,
membawanya menuju jendela kelas yang terbuka. Pemandangan langit mendung itu
terasa menarik baginya untuk ia abadikan. Saga mengambil beberapa gambar langit
yang tampang muram itu dengan senyuman terkembang di bibirnya. Tiba-tiba
selintas matanya menangkap tiga orang anak laki-laki berjalan di luar kelas di
bawah sana.
Saga masih mengarahkan kameranya ke arah langit sampai akhirnya
focus kamera itu beralih ke arah tiga orang anak laki-laki itu yang sedang
berjalan cepat dan tampak serius membicarakan sesuatu. Tidak! Saga mengarahkan
lensa kameranya hanya pada satu orang itu yang berjalan lebih dulu dari dua
orang lainnya. Bibir Saga terkembang samar melihat ekspresi orang itu yang
seperti sedang terburu-buru. Ekspresi serius yang tidak Saga sukai darinya,
karena Saga merasa orang itu terasa keren saat sedang seperti itu dan Saga
tidak menyukainya.
“cih!”
Saga menghentikan aktivitasnya lalu kembali ke bangkunya, memasukan
kameranya kembali ke dalam tas, menutup resleting tasnya dan segera beranjak
dari sana karena waktu menunjukan sudah lumayan sore.
☆ナチュラルセンス☆
(◕‿◕✿)
Sreg.
Kai menepuk-nepukan tangannya setelah mengunci ruangan club mereka.
“jadi…kau mau ikut kami untuk berkaraoke ria, Ruki-sama?”, tanya Kai
bersemangat.
“tidak, aku pulang saja”, jawab Ruki lesu. Menghabiskan waktu dua
jam hanya untuk hal yang tidak jelas, malah menggosip. Benar-benar klub yang
aneh, pikir Ruki.
“hey ayolah~ sekali-kali…supaya kita jadi lebih dekat, ya
Ruki-sama!”, Kazuki merangkul makhluk mini itu sambil berjalan menuju ruang
loker untuk mengganti sepatu mereka.
“tidak usah”, tolak Ruki lagi.
“ah gak asik ah! Keluarkan saja dia dari klub ini!”, Ujar Kazuki
yang langsung dapat geplakan dari Kai sang ketua.
“tidak apa-apa Ruki-sama, lain kali mungkin kita bisa keluar
sama-sama untuk lebih mengakrabkan diri kita masing-masing ya”, Kai gantian
merangkul Ruki.
“hmm”, tanggap Ruki malas. bukan ia benar-benar tidak mau, tapi
Ruki merasa sayang uangnya harus dibuang-buang untuk karaokean. Lagipula ia
merasa tidak enak dengan Kamijo jika ia menghambur-hamburkan uang orang itu
untuk berfoya-foya.
☆ナチュラルセンス☆
(◕‿◕✿)
Kelima orang itu terus bercanda dan membulan-bulani Ruki dengan
Uruha di sepanjang perjalanan mereka menuju loker. Ruki hanya bisa mendengus
kesal karena mengelak pun percuma, 4 lawan 1.
Saat mereka tiba di ruang loker dimana beberapa puluh barisan loker
berdiri di sana, ke-5 orang itu berpencar menuju barisan loker kelas
masing-masing. Ruki berjalan lesu ke barisan loker kelasnya dan saat ia hendak
membelok dirinya untuk masuk ke barisan lokernya, makhluk mini itu melihat dua
orang yang ia kenal berada di dekat area loker pribadinya. Dan refleks Ruki
menarik diri, bukannya menyapa kedua orang itu ia malah bersembunyi. Ruki
sendiri tidak mengerti kenapa ia harus bersembunyi melihat Saga dan Amano di
sana.
Sedikit-sedikit Ruki mengintip kedua orang itu, entah apa maksudnya
Ruki melakukan itu? tapi makhluk mini itu hanya merasa tidak ingin mengganggu.
Sepertinya dua orang itu sedang membicarakan sesuatu? Mungkin tanpa Ruki tahu
sebenarnya mereka berdua akrab? Karena itu Ruki ingin mencari tahu
kebenarannya.
“bukan urusanmu!”, Saga membalik tubuhnya membelakangi ketua
osisnya, memasukkan sepatu kelasnya ke dalam loker dan kembali mengunci
lokernya.
“Ruki anak yang terlalu polos, jangan memanfaatkannya!”, ucap Tora,
memangku kedua lengannya di depan dada sambil bersandar pada loker-loker di
belakangnya di samping Saga.
“aku mau memanfaatkannya atau tidak, tidak ada hubungannya denganmu”,
ucap Saga dingin.
Tora menarik punggungnya dari loker-loker di belakangnya sambil
tersenyum tipis, “tentu saja ada hubungannya denganku, Ruki sudah jadi bagian
dari keluarga Yuuji dan itu artinya dia bagian dari keluargaku juga. Dan aku
tidak ingin dia dimanfaatkan oleh siapapun….”, ucap Tora dengan senyuman tipis
di wajahnya namun ekspresinya menunjukan keseriusan.
Saga mendengus, “Kau datang padaku hanya untuk mengatakan itu?
mengancamku agar tidak mendekati anak itu? cis!”, Saga tersenyum pahit membuang
mukanya.
“lantas kau mau aku datang padamu untuk apa?”, Tora menengok wajah
Saga yang berpaling ke samping, “Sakamoto-kun?”
Saga menyunggingkan senyum jahilnya, “aku hanya sedikit terkejut,
seorang ketua osis BHS dengan derajat yang tinggi dan maha sempurna itu
tiba-tiba mendatangiku. Jika aku tidak dekat dengan anak itu mungkin kejadian
seperti ini tidak akan terjadi, benar?”
Tora menurunkan pangkuan tangan di dadanya, memasukkan kedua
tangannya ke dalam saku celananya, “aku hanya ingin mengatakan itu, aku tidak
melarangmu dekat ataupun berteman dengannya, tapi tolong jangan
memanfaatkannya!”, ucap Tora sesaat sebelum ia membalik tubuhnya untuk
meninggalkan adik kelasnya itu.
“cih! Kalau kau mengatakan untuk agar jangan memanfaatkannya, aku
malah jadi ingin lebih memanfaatkannya!”, Ucap Saga menyeringai dingin, membuat
Tora mengurungkan niatnya untuk melangkah pergi.
Tora tersenyum tipis kembali membalik tubuhnya, “Sebegitu bencinya
kau padaku”
“jangan salah paham, aku tidak punya perasaan seintim itu
terhadapmu kaichou-sama, kita tidak punya hubungan sedekat itu sampai aku lancang
berani membencimu”, Saga memasukan satu tangannya ke dalam celana seragamnya,
memain-mainkan kunci motornya di tangan yang lainnya sambil melangkahkan
kakinya untuk pulang, “aku hanya tidak suka diperingatkan!”, ucapnya sambil
memegangi pipi kanannya dan mendelik ke arah Tora tepat di samping kakak
kelasnya itu saat tubuh mereka berpapasan.
Tiba-tiba Tora mendorong bahu laki-laki berambut hazel adik
kelasnya itu dengan satu tangannya, Menekan bahu Saga agar punggungnya tetap
merapat ke loker-loker di belakangnya.
“mau apa kau?”, Saga memicingkan matanya galak sedikit merasa
was-was dengan tindakan Tora yang tiba-tiba.
Tora tertawa kecil melihat ekspresi wajah adik kelasnya yang
memasang kewaspadaan penuh itu. “bukan
hanya kata maaf yang tidak keluar dari mulutmu, tapi bahkan sepertinya kau
memang tidak punya rasa bersalah sama sekali, Sakamoto-kun”, Tora menumpu’kan satu
lagi telapak tangannya yang terbebas di samping bahu Saga, mempersempit ruang
gerak adik kelasnya itu.
“ck! tidak ada yang perlu kusesali dari apa yang kusenangi, dan satu
tamparan dari maniak tante-tante seperti anda tidak berarti apa-apa bagiku Kaichou-sama.”,
Saga menepuk-nepuk dada ketua kelasnya sambil menyeringai dingin.
Tora kembali tertawa kecil mendengar sebutan yang dilemparkan Saga
untuknya, “maniak tante-tante? Terdengar sedikit memalukan haha…Apa itu judul
yang akan kau pakai untuk hasil tangkapan lensa kameramu tadi……yang mengarah
padaku?”, ucap Tora, tersenyum jahil.
Mata Saga membulat sempurna mendengar Tora ternyata menyadari apa
yang dilakukannya di jendela kelas tadi. ia segera mendorong tubuh laki-laki di
hadapannya dan bermaksud melarikan diri. Namun Tora kembali bisa menangkap
lengan adik kelasnya itu, mendorongnya kembali merapat ke loker, “LEPA-hmmmpb”,
suara protes Saga lenyap seketika saat Tora mengunci mulutnya dengan bibirnya
membuat laki-laki berambut hazel itu membulatkan matanya dan dengan kuat segera
mendorong tubuh kakak kelasnya.
PLAK!
Mata Saga masih membulat dengan ekspresi wajahnya yang terlihat
begitu terkejut dan juga marah atas perlakuan apa yang baru saja ia dapatkan
dari ketua osis BHS itu. Saga segera beranjak pergi dengan langkah cepat
meninggalkan kakak kelasnya yang terdiam sambil memegangi pipinya yang langsung
memerah saking kuatnya Saga menamparnya.
Sementara Ruki melotot segera menarik kepalanya yang diam-diam
mengintip, syok dengan kejadian apa yang baru ia lihat antara Saga dan ketua
osisnya. Sungguh kejadian seperti itu tidak pernah ia duga akan terjadi. Dan ia
mengintip bukan untuk melihat hal seperti itu. Ruki masih syok sampai ia lupa
untuk segera bersembunyi padahal Saga telah berjalan ke arahnya dan…Makhluk
mini itu mematung di sisi ujung loker sampai Saga keluar melewatinya.
Glek!
Ruki menelan ludahnya paksa menyadari Saga kembali mundur dan
berhenti tepat di depannya lalu menoleh ke arahnya.
“Hha…y-YO! …”, Ruki mengangkat
tangannya kaku dengan keringat dingin tiba-tiba renum di pelipisnya. “k-kau
baru pulang haha…”, Ruki tertawa garing.
Saga menekan kedua pipi Ruki dengan ibu jari dan telunjuknya, dia
menyadari sikap Ruki yang sepertinya melihat apa yang baru saja terjadi antara
dirinya dan ketua osis BHS itu, “jangan salah paham!”, Saga menatap Ruki tajam
seakan memperingatkan makhluk minis itu untuk melupakan apa yang baru saja dilihatnya.
“dia hanya mempermainkanku”, ucapnya dingin dengan suara pelan , lebih pada
dirinya sendiri. lalu Saga melepaskan tekanan jari-jarinya di pipi Ruki dan
pergi meninggalkan makhluk mini itu yang kembali mematung.
Ruki tidak pernah melihat ekspresi Saga seserius dan sedingin itu
sebelumnya, Saga yang Ruki kenal selama ini adalah orang jail yang tidak bisa
diajak serius dan menganggap semua enteng baginya. Ruki pikir orang itu tidak
akan pernah menunjukan ekspresi serius dan begitu dingin seperti tadi.
sedikitnya itu membuat Ruki terkejut. Lalu apa maksud kata-kata terakhir Saga
tadi? Ruki sama sekali tidak menangkap apa maksudnya. Dan satu lagi hal yang
membuat Ruki penasaran, sebenarnya hubungan seperti apa yang Saga dan ketua
osisnya itu miliki?
☆TBC☆
(◕‿◕✿)
No comments:
Post a Comment