Author : Rukira Matsunori
Rated : T+ wkwk
Genre : AU/ gajeromance
Fandom(s) : the GazettE, alicenine dkk wkwk
Pairing(s) : Uruha x Ruki? Ruki x Uruha? (DHUAR!!) *belum
jelas :D*
Chapter(s) : 4
Warning : Jangan anggap serius fic aneh ini!!! rada ERO!!! Gak
suka Yaoi, gak tahu yaoi, Hush!!!
Length : 13 pages (3.565 words)
Note : malam-malam buatnya *_* alurnya terpahat di
otak tapi kadang suka ada yang tiba-tiba menyusup. Saia Cuma berpikir gimana
caranya cerita lebih singkat dan segera nyampe ke INTI *susah buat saia!*
Chap 4 : ☆~Unconscious Desire~☆
Natural Sense ★~♪
☆ナチュラルセンス☆
“a-arigatou…”, Ruki tersenyum ramah pada dua orang maid yang selalu
setia mengantarkan makanan untuknya ke dalam kamarnya. Kedua maid itu membalas
senyuman tuan muda ‘kecil’nya dengan anggukan kecil sambil meletakkan makanan
dalam nampan-mereka di atas meja yang ada di pojok ruangan sejajar tempat tidur
Ruki.
Aah.. Ruki membalikkan tubuhnya membelakangi maid-maid itu merasa
sedikit deg-degan mendapat senyuman semanis itu dari dua orang perempuan yang
begitu manis. Ruki merasa senang karena instingnya sebagai seorang laki-laki
masih bekerja dengan baik, hatinya bereaksi dengan yang namanya keindahan
seorang perempuan, dengan begitu Ruki yakin dia masih NORMAL. Dan akan selalu
normal sampai akhir khayat ==”
“ano…tuan muda Ruki—“, panggil salah seorang maid itu.
“eh? Ya?”
“Nimo-san bertanya apakah anda ada jadwal keluar hari ini?”, tanya
Maid itu masih dengan nada yang begitu ramah.
Ruki menggaruk-garuk ujung kepalanya tampak berpikir, benar!
sekarang adalah hari minggu, sepertinya dia akan berdiam diri di kamar ini
seharian. “tidak, aku tidak akan kemana-mana hhe…”, Ruki menunjukan deretan
gigi-gigi putihnya.
“begitu? akan saya sampaikan. Selamat menikmati sarapannya tuan
muda, Permisi”. Kedua Maid itu membungkukan tubuhnya lalu keluar kamar, menutup
pintu kamar Ruki dengan sangat hati-hati.
Ruki menarik kursi lalu mendudukan dirinya menghadap
makanan-makanan dengan menu yang berbeda seperti hari-hari sebelumnya.
Duk!
Ruki menjatuhkan kepalanya di atas meja, meski makanan-makanan itu
begitu menggiurkan untuk di santap tapi Ruki tak memiliki nafsu untuk
melahapnya sekarang. bagaimanapun tindakan diluar dugaannya kemarin selalu
memenuhi pikirannya, berbeda dengan kejadian di sekolah waktu itu yang hanya
sebuah kecelakaan, kali ini Ruki yakin Uruha menganggap dia melakukannya dengan
sengaja, memang sengaja! Tapi Ruki yakin ada setan homo yang merasukinya.
Sekarang makhluk minis itu tak punya muka untuk bertemu dengan Uruha! Habislah
dia jika bertemu berhadapan, Uruha pasti akan mencacinya dan Ruki tak tahu
harus membela dirinya seperti apa. mana dia masih mempunyai tugas mendapatkan
foto pahanya, dan satu malam telah terlewat, tinggal dua malam lagi
kesempatannya atau Saga akan menyebarkan foto kecelakaan itu dan pasti dengan
diembel-embeli fitnah. Batin Ruki sungguh tertekan sekarang. (wkwk)
☆ナチュラルセンス☆ (◕‿◕✿)
Saga memasukkan sepotong roti tawar ke mulutnya, sambil mengaduk
mocca di atas meja makan apaato-nya. Ia membawa secangkir mocca itu sambil
sekali-kali menyeruputnya, meletakkannya di atas meja di ruang tengah,
mendudukan dirinya bersila di atas sofa sambil menyalakan netbook
kesayangannya. (catatan : netbook Saga tidak rusak, saat Ruki menyemburkan
minuman dari mulutnya pada netbook itu, sungguh suatu kebetulan benda itu mati
karena lowbat. Dengan memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan, Saga
memanfaatkan ke-kurang-pengetahuan (bodoh) Ruki untuk mengakal bulusi(?)nya)
Sambil mengunyah roti yang masih tersisa di mulutnya Saga membuka
website miliknya untuk memeriksa statistik website-nya hari ini, sekalian
memeriksa mungkin ada komentar atau request(?) baru dari para penggila bishie
itu.
Moshi-moshi, aku member baru di sini. Aku mendengar ini website
khusus fans ke-3 pangeran BHS bukan?
Aku fans Tora-sama! Kenapa tidak ada update berita tentangnya?
Mohon penjelasan!
Saga mengernyitkan dahi membaca sebuah pesan yang masuk ke inbox
email dari websitenya. Mendadak senyumnya terkembang kecil dan segera
mengetikan sesuatu untuk membalas pesan itu.
^^ selamat datang member baru ♥
Maaf , mungkin kapan-kapan akan aku beri keterangan majalah online
ini hanya membahas khusus Uruha dan Aoi. Karena aku pribadi tidak terlalu
tertarik untuk mengetahui informasi tentang orang yang satu itu. thanks~
Send.
Saga meregangkan kedua tangannya ke atas, kemudian mengambil
cangkir mocca di atas meja, lalu menyeruputnya.
Dalam site, Saga selalu bersikap manis seperti itu karena tidak ada
yang tahu siapa dirinya, malah sebagian besar dari semua anggotanya menganggap
kalau Saga itu seorang perempuan, dan Saga tidak keberatan menyamarkan dirinya
sebagai perempuan selama uang tetap mengalir ke rekeningnya (LOL).
Dan……Ya. dalam website Saga hanya berisi informasi mengenai Uruha
dan Aoi (kebanyakan Uruha!) lagipula Tora berada di urutan terendah diantara
ke-3 pangeran BHS itu, Saga tidak terlalu tertarik untuk ngubek-ngubek(?) info
tentangnya. Lebih tepatnya, tidak mau.
.
PLAK!
Saga menyentuh pipi kanannya kemudian menyeringai kecil mengingat
bagian tubuhnya itu pernah mendapat tamparan seseorang yang sampai sekarang tak
pernah ia lupakan rasa sakitnya. Bukan sakit di sana, tapi rasa sakit di bagian
tubuh lainnya yang lebih terasa kekal.
Sejak dia masuk ke sekolah BHS itu, entah kenapa dia tidak terlalu
suka melihat tampang ketua osisnya yang baginya sok keren, sok pinter, sok
laku. Menampangkan orang itu di website-nya hanya akan membuat dia tambah besar
kepala, karena itu Saga tidak ingin membahasnya meski dia adalah salah satu
dari ke-3 pangeran sekolah itu. dan lumayan banyak juga fansnya yang protes
tapi Saga tidak pernah menggubrisnya.
☆ナチュラルセンス☆ (◕‿◕✿)
Tok!
Tok!
“Tuan muda Ruki? “
Tok!
Kret.
Ruki nongol dari dalam pintu kamar agak celingukan, takut Uruha
tiba-tiba muncul di depan pintunya. “ya, ada apa?”, tanya Ruki pada butler
keluarga Yuuji yang tengah berdiri di depan pintunya.
“apa saya mengganggu kegiatan anda?”
“tidak, sama sekali tidak. aku sedang menggelinding-gelindingkan
diri. Bukan kegiatan yang berarti haha”
Nimo terdiam sejenak mendengar perkataan tuan muda ‘kecil’nya itu.
“Amano-san menunggu anda di ruang bawah”
“he? Amano-san?”
“benar, Amano Shinji-san. dia adalah bagian dari keluarga Yuuji.
Tepatnya cucu dari Yuuji Yukiko, kakak dari Kamijo-sama yang menikah dengan
Amano Shuusaku yang kemudian dikaruniai anak bernama Amano—“
“yayaya!! Aku tahu dia, aku pernah bertemu dengannya di sekolah”,
potong Ruki. “tapi kenapa dia menungguku?”
“dia ingin bertemu dengan anda”
“kenapa dia ingin bertemu denganku?”
“dia ingin melihat anda?”
“kenapa dia harus ingin melihatku?”
“sebaiknya anda menemuinya di bawah tuan muda Ruki, anda bisa
bertanya padanya langsung ^^”, jidat Nimo sudah berkerut.
“oh, iya, ah! Ano~”, Ruki celingukan lagi membuat Nimo sedikit
heran. “Uruha bersamanya?”, tanyanya setengah berbisik.
“tidak. tuan muda Uruha sudah pergi keluar sejak pagi tadi”
“hooo~”, Ruki mengusap-usap dadanya lega. “baiklah aku segera ke
bawah”, Ruki buru-buru masuk ke dalam kamarnya lagi untuk sekedar merapikan
rambut dan pakaiannya. Dia harus tampil rapi di depan orang yang ia segani.
Namun….
“……”
Ruki berdiri mematung setelah Nimo mengantarkannya ke ruangan
dimana Amano menunggunya. Pemandangan pertama yang ia lihat adalah Seorang
perempuan yang terlihat asik mencumbu bibir teman laki-lakinya yang Ruki yakini
itu adalah ketua osisnya. AMANO SHINJI!
“eh? Ruki?”, Amano terlihat sedikit mendorong tubuh perempuan itu
menyadari kedatangan Ruki. “haha…apa kabar?”, tanyanya dengan raut wajah
tersenyum seperti saat pertama kali kesan baik tentangnya pada Ruki muncul.
“ba-baik…”
Ruki melirik perempuan yang nempel-nempel duduk di samping Amano.
Ruki memperhatikannya dari ujung kaki-sampai ujung rambut, terlihat jelas kalau
dia lebih tua dari laki-laki di sampingnya. Seperti seorang tante-tante, namun
memang wajahnya tetap cantik dengan polesan make-up di sana sini dan pakaian
yang sedikit terbuka. Apa itu pacar Amano?
“kenapa berdiri? Duduklah!”, suruh Amano pada Ruki.
“ah ya”, Ruki segera mendudukan dirinya di sofa di seberang Amano
dan wanita-nya sedikit gugup. Di atas meja terlihat tiga gelas jus sudah
tersedia sebagai suguhan minuman mereka. “Nimo-san bilang kau ingin bertemu
denganku?”, tanya Ruki.
Amano menganggukan kepalanya pelan dan kembali tersenyum, “aku
mampir ke sini untuk mengajak Uruha keluar, tapi Nimo bilang dia sudah keluar
lebih dulu dengan Reita. Dan katanya kau tidak keluar hari ini, jadi kupikir
tidak apa kan kalau kita mengobrol sedikit? Mungkin itu bisa membuat kita lebih
akrab, benar?”
“oh haha… i-iya”, Ruki tertawa garing masih sesekali mencuri
pandang pada wanita di samping Amano yang asik menyandarkan kepalanya di bahu ketua
osisnya tampak manja. Ruki juga laki-laki ! tentu melihat pemandangan seperti
itu di hadapannya membuatnya sedikit iri. Meski wanita yang ada di samping
Amano itu terlihat lebih tua darinya, tetap saja dia wanita. Tidak pernah ada
perempuan yang nempel-nempel begitu pada Ruki selama ia hidup di dunia ini ==”
“kau betah tinggal di sini?”, tanya Amano lagi.
Ruki kembali menarik pandangannya, “err~ hehe lumayan”
“apa hubunganmu dengan Uruha sudah lebih baik?”
“entahlah…”, Ruki menjawabnya dengan wajah datar. Bukannya lebih
baik, yang ada malah lebih buruk.
“aku sudah mengatakannya pada Kamijo-jiichan tentang sikap
kekanak-kanakan Uruha padamu..”
“oh! Jadi kau yang mengatakannya?!”
“benar, apa dia mengatakan sesuatu?”
“err…tidak. oh begitu…”, Ruki menggaruk-garuk pipinya yang tak
gatal.
“bertahanlah. Uruha bukan orang yang jahat, mungkin dia hanya belum
bisa menerimamu di rumah ini. menerima keluarga baru untuknya. Dia sudah
terbiasa sendiri, karenanya mungkin dengan hadirnya kau di rumah ini menjadi
hal yang sedikit diluar kebiasaan untuknya”
Ruki terdiam beberapa saat. Mungkin benar apa yang dikatakan
senpainya itu, tapi apa kata yang pantas untuk Uruha kalau bukan jahat??
setidak-terbiasanya orang, jika langsung menghakimi dengan cara seperti yang
Uruha lakukan terhadapnya nama apa yang pantas untuknya selain jahat? mungkin
kekanak-kanakan yang jahat?
“Uruha takut kasih sayang Kamijo-jiichan terbagi. Bahkan mungkin
dia takut Kamijo-jiichan lebih menyayangimu^^”
“he? Yang benar saja. mana mungkin kan? Dia adalah cucunya! Cucu
yang sebenarnya! Mana mungkin Kamijo-sama lebih menyayangiku dari pada cucunya
sendiri. lagipula aku juga tidak berharap disayangi melebihi kasih sayang
Kamijo-sama pada Uruha, sudah ditampung saja aku bersyukur. Aku cukup tahu
diri. Cih! pikirannya benar-benar sempit”, cerocos Ruki panjang kali lebar.
Amano hanya tersenyum mendengar perkataan kouhai kecil di depannya.
“oh ya, lalu di sekolah…ada teman yang menyenangkan?”, Amano
mengalihkan pembicaraan.
“he? Tidak, tidak ada sama sekali”, Ruki mendengus. Tidak di rumah
tidak di sekolah, yang ada hanya tekanan batin untuknya wkwk
Amano tertawa kecil, “lalu teman yang bersamamu kemarin?”
“Saga?”, Amano mengangguk kecil atas perkataan Ruki. “awalnya dia
menyenangkan… tapi… ternyata sama saja dengan yang lainnya”, keluh Ruki sambil
mengembungkan kedua pipinya kesal, malah justru mungkin lebih parah dari yang
lainnya.
Mendadak Amano tertawa lepas membuat Ruki mengernyitkan dahi dengan
reaksi tiba-tiba senpainya itu. “etto…apa kau mengenal Saga?”, tanya Ruki
penasaran.
Amano berhenti tertawa mencoba menjawab pertanyaan Ruki, “hm? Aku
tahu anak itu…”, ujar Amano tanpa menghilangkan raut wajah tersenyumnya. “dia
anak yang suka mencari-cari kelemahan orang, apalagi orang yang tidak
disukainya”, tambah Amano.
“TEPAT!!!”, Ruki mengucapkannya lantang dengan antusias, membuat
wanita di samping Amano sedikit terlonjak padahal lagi nempel-nempel di bahu
ketua osis Ruki itu. Ruki jadi merasa sedikit bersalah. Sementara Amano kembali
tertawa dengan kepolosan makhluk minis di hadapannya itu.
“kenapa? apa dia mendapatkan kelemahanmu?”
“err~ itu…ya…mungkin…”, Ruki memain-mainkan jarinya di kedua
dengkul kakinya. Ternyata dia memang dekat dengan orang yang berbahaya.“apa dia
seterkenal itu dengan kejelekannya?”
“entahlah”
“lalu bagaimana kau bisa mengenalnya?”
Amano tersenyum kecil, “aku pernah menanganinya ketika masa
orientasi”
☆ナチュラルセンス☆ (◕‿◕✿)
Hallo~ Rukichan… bagaimana kabarnya
paha Uruha?2 hari lagi lho….. (‘o’)b ya!
Ruki menerima pesan dari Saga yang sukses membuatnya jengkel.
Mendapatkannya tidak semudah kau mengatakan ‘paha paha paha’ seenak
jidatmu!
Ruki membalasnya sambil ngedumel-dumel, mencet-mencet keypadnya
dengan penuh nepsong.
Aku tahu. tapi aku tidak perduli hahay~~:D
“Saga brengsekkk!!!”, Ruki melempar ponselnya ke atas tempat
tidurnya esmoshi. Asap sudah mengepul di kepalanya. Ruki menyesali kenapa dia
baru bertemu Amano baru-baru ini. sepertinya ketua osisnya itu tahu banyak
tentangnya. Mungkin lain kali Ruki harus bertanya tentang apa kelemahannya?
Jika Saga memanfaatkannya dengan cara seperti itu dia juga harus melakukan hal
yang sama supaya Saga tidak berlaku seenaknya padanya. Tapi apa mungkin Amano
tahu? sepertinya tidak se-simple itu ==
Ruki melirik jam dinding di kamarnya.
Pukul 10.40 pm.
Dia hanya punya kesempatan satu malam ini dan besok, mau tak mau
Ruki harus mencobanya dulu sekarang, jika gagal ia masih mempunyai malam besok
yang pastinya saat itu harus berhasil atau perjuangannya selama ini sia-sia
jika akhirnya Saga tetap menyebarkan foto itu.
Setahunya Uruha tadi sudah pulang, tapi Apa Uruha sudah tidur
sekarang?
Ruki membuka pintu kamarnya perlahan. Menutupnya dengan sangat
pelan agar tidak menimbulkan suara. Ia mengendap-endap menyusuri lorong kamar
menuju kamar Uruha untuk memeriksa apakah dia telah tertidur. Ruki juga sudah
menyiapkan pinset(?) sesuai saran Saga sebelumnya untuk membuka pintu kamar
Uruha kalau-kalau kamarnya terkunci. Tentu saja kan? Mana mungkin Uruha akan
melakukan kesalahan yang sama membiarkan pintu kamarnya tak terkunci saat ia
tertidur, apalagi mengetahui kamarnya pernah kemasukan Ruki.
Dan memang benar!
Kali ini pintu kamar Uruha terkunci dengan rapat. Sepertinya Uruha
juga telah tertidur.
Sedikit kesal tapi juga sedikit senang?
Ruki sendiri bingung kenapa dia bisa merasa sedikit senang dengan
terkuncinya pintu kamar Uruha.
Ruki mengintip-intip lobang kunci di pintu kamar Uruha, memasukan
pinset lalu mengorek-oreknya. Ruki sudah seperti maling kelas rendah.
Sejujurnya dia tidak berpengalaman dalam hal seperti ini dan memang tidak
semudah hanya mengorek-orek lubang kunci lantas pintunya akan terbuka. Apa-apa
juga ada ilmunya ==”
“issshhh!!”, menyadari apa yang dilakukannya terhadap lubang kunci
itu tak ada reaksinya, Ruki jadi nafsu orek-orek sejadi-jadi.
DUGH!
Ruki menutup mulutnya sendiri. tak sadar kakinya menendang pintu
kamar Uruha saking emosi usahanya membuka kunci pintu dengan pinsetnya menunjukan
tanda-tanda tak akan berhasil.
“SIAPA??!”
Ruki buru-buru ngibrit meninggalkan tempat kejadian perkara. Suara
tendangan kaki Ruki di pintu kamar Uruha sepertinya cukup keras hingga membuat
sang mpunya terbangun (atau malah memang belum tidur?).
Uruha membuka pintu kamarnya dengan sedikit nepsong, -dengan baju santai khas tidurnya sepotong(?)
boxer dan kaos tanpa lengan-, melihat lihat ke arah sekitar
luar kamarnya dengan pandangan galak merasa terganggu. Namun tiba-tiba selintas
dugaan melesat di otaknya. dan seringaian sinis menyungging di bibir
keritingnya. “apa hantu? Hiiiii~~~”, ujar Uruha lalu memutuskan kembali masuk
ke kamarnya, menutup pintu dengan ‘agak’ pake otot.
JBRUD!!
“hampir~”, Ruki mengusap-usap dadanya merasa plong sambil bersandar
ke pintu kamarnya. Hampir saja dia ketahuan kalau ia tidak cepat-cepat lari
tadi. “apa katanya? Hantu?”, Ruki memicingkan matanya. Sungguh pikiran yang
kekanak-kanakan untuk seorang jahat macam Uruha itu, pikir Ruki.
Ruki berjalan mendekati ranjang tidurnya dan menjatuhkan tubuhnya
di sana. menatap langit-langit kamarnya.
Pukul 10.58 pm.
Waktu yang cukup untuk membuat mata Ruki terasa berat. sampai
akhirnya ia terlelap.
☆ナチュラルセンス☆ (◕‿◕✿)
Tok! Tok! Tok! Tok!
“ngghh…”, Ruki mengusap-usap matanya masih ngantuk mendengar suara
pintu kamarnya seperti diketuk dari luar. Ia melirik jam di dindingnya, pukul
11.55 pm.‘siapa malam-malam begini?’ batinnya kesal.
Tok! Tok! Tok! Tok!
Ruki sedikit mendengus lalu terpaksa membangunkan tubuhnya dari
tempat tidur. Berjalan dengan agak
lemas ke arah pintu
kamar dan membukanya masih dengan mata yang berat
karena rasa kantuk masih menyerangnya. Ruki menggesek-gesek kedua matanya
mencoba melihat dengan jelas siapa orang yang ada di depan pintu kamarnya
sekarang.
“Uru—he?!”, Ruki buru-buru hendak kembali
menutup pintu kamarnya namun tangan Uruha menahannya. Ruki benar-benar tak
ingin berhadapan dengannya (dalam keadaan sadar!) karena kejadian tak
diinginkannya waktu itu membuatnya harus mencari alasan untuk membela diri jika
Uruha mencacinya. Tidak! Tidak sekarang!
“mau apa kau malam-malam begini?!!”, teriak
Ruki sambil terus mendorong pintu kamarnya agar tertutup yang juga tak mau
kalah di dorong Uruha dari luar agar terbuka lebar.
“kau yang menendang pintu kamarku tadi hah?!”
“apa? Apa yang kau bicarakan? Haha...”, Ruki
tertawa garing membuat kekuatan tangannya yang tengah mendorong pintu
berkurang, dan akhirnya sukses di buka Uruha dengan kekuatan tangannya yang
tentu lebih besar dari kekuatan tangan Ruki.
Glek!
Ruki menelan ludahnya paksa. Uruha sudah
berdiri di hadapannya berhasil memenangkan adu kekuatan dorong pintu. Melangkah
mendekati Ruki dengan tatapannya yang meremehkan yang sangat Ruki benci.
“kau...kau jangan masuk ke kamar orang seenaknya—“, Ruki sedikit mundur
sementara Uruha semakin mendekatinya.
“ini rumahku kau hanya menumpang! dan kau
sendiri masuk ke kamarku seenaknya, menciumku seenaknya”
Hyaaaaaaaaa!!!
Ruki hampir saja berteriak dan nabok laki-laki
yang terus berjalan ke arahnya. Frontal sekali Uruha mengatakan itu sebagai
mencium, katakan menempelkan bibir kek ==”. “ba-baiklah aku minta maaf untuk
kejadian waktu itu! Aku sama sekali tidak sengaja!! Sungguh!! Aku dirasuki
setan dan dan—“, mendadak suara Ruki lenyap. Ada sebuah telapak tangan yang
lebih besar dari miliknya membekap mulutnya. Mata Ruki berkedip-kedip dengan
irama cepat memandang orang yang menempelkan telapak tangan itu di mulutnya. Apa maksudnya Uruha melakukan
itu?
Ruki bisa melihat Uruha menyeringai membuat
Ruki merinding. “kau ingin mengambil foto pahaku kan?”
“......”
HAAAAAAAAAAAAAA????!!!!
Mulut Ruki menganga, shocking!
Kenapa Uruha bisa tahu hal itu???!!
Uruha mendorong tubuh mungil Ruki agar
terduduk di tepi tempat tidur. Ruki masih shock hingga tak sadar apa yang Uruha
lakukan padanya. Saat ia sadar ia sudah mendapati Uruha berdiri di hadapannya menaikan
satu kaki dan menekuknya ke tepi ranjang, tepat di sampingnya.
“tu— a-apa yang kau lakukan?”, tanya Ruki
was-was dengan sikap Uruha yang tidak bisa ditebak.
Uruha menarik ujung boxer yang dipakainya,
menariknya perlahan sampai ke pangkalnya, hingga Ruki membelalakan matanya
semakin dibuat shokku. “kau ingin mengambil gambar pahaku bukan? Ambil!”, suruh
Uruha sambil menyeringai sadis.
Ruki menelan ludahnya paksa antara takut dan
bingung, juga sedikit senang? (PLAK)
“tunggu! Ada apa denganmu Uru—“
Uruha meraih satu tangan Ruki, membawanya
menyentuh pahanya.
GYAAAAAAAAAAAAAA!!!!!!!
Jantung Ruki seperti melompat-lompat tak
karuan. Telapak tangannya berada tepat di atas permukaan kulit putih halus
tanpa bulu itu (duagh!!). Uruha menuntun tangan Ruki mengelus-elus pahanya
dengan perlahan, sementara mulut Ruki menganga semakin shocking! Dan
tubuhnya gemetar merinding panas dingin,
anehnya ia tak bisa menarik tangannya sendiri dari paha Uruha.
“ngghh...”, Uruha mengeluarkan lenguhan dari
mulutnya membuat Ruki mengalihkan padangan shock-nya dari paha Uruha ke
wajahnya.
“su- Suara apa itu??!!”, Ruki semakin
merinding menatap Uruha takut-takut.
“ngghh....”
Ruki sukses di buat pucat pasi melihat wajah
Uruha yang sudah memerah dengan lenguhan-lenguhan dari mulutnya. Kenapa Uruha
harus bertampang seperti diliputi keikmatan begitu hanya dengan disentuh
pahanya.
“he-hentikan!!!!”, Ruki tak bisa bertahan lagi
dengan ini, mendorong kaki Uruha agar ia menurunkannya dari tepi ranjang namun
yang ada malah Uruha menumbangkan tubuhnya menimpa tubuh mungil Ruki yang tanpa
daya hingga mereka berdua harus ambruk di atas tempat tidur.
“Ugh! URUHA!!”, Ruki berusaha mendorong tubuh
besar di atas tubuhnya, “kau mengigau heh??”, tanyanya sambil kesusahan
mendorong tubuh Uruha ke sampingnya. “ada apa denganmu?!”, Ruki membangunkan
tubuhnya menolehkan wajahnya pada Uruha di sampingnya.
“ngghh...”, wajah Uruha masih terlihat memerah
dengan suara lenguhan lenguhan aneh dari mulutnya, “sentuh aku...”, ucapnya
lirih.
“he?”, Ruki kembali menelan ludahnya. Tangan
Uruha kembali membawa tangan Ruki menuntunnya menyentuh perutnya di balik kaos
tanpa lengan yang ia pakai, menyusupkan tangan Ruki ke dalamnya dan ia kembali
melenguh aneh. Keringat dingin mengucur di pelipis Ruki setiap suara lenguhan
Uruha menyapa telinganya, makhluk minis itu tak bisa membohongi dirinya lagi
kalau semenjak tadi tubuhnya terasa aneh melihat Uruha dalam keadaan seperti
itu. “Uru—?”, sebelah tangan Ruki yang terbebas dari genggaman tangan Uruha
menyentuh wajah laki-laki itu. Ruki mengusapkan
tangannya di pipi putih Uruha, yang kemudian di sambut Uruha dengan
sentuhan telapak tangannya di punggung tangan Ruki.
Uruha membawa tangan Ruki ke bibirnya,
menjilat telapak tangan Ruki membuat makhluk mini itu kegelian. “Uruha...apa
kau seperti ini...sebenarnya?”, tanya Ruki dengan sedikit cengiran menahan geli
di telapak tangannya karena jilatan lidah Uruha. Uruha hanya tersenyum menjawab
pertanyaan Ruki dan sukses membuat Ruki blushing! Ruki tidak pernah melihat
Uruha tersenyum sebelumnya dan itu benar-benar terlihat maniiiiis. Tanpa sadar
Ruki menurunkan kepalanya menyentuh bibir Uruha dengan bibirnya
yang bahkan otaknya sendiri tak mengizinkan, mengusap-usap perut Uruha dengan sebelah tangannya
tanpa tuntunan tangan Uruha lagi. Ruki melumat bibir keriting itu sambil
sesekali memainkan lidahnya, bahkan Ruki tak tahu ia punya kemampuan seperti
ini padahal ia tidak punya pengalaman sama sekali. Ruki terus memainkan sebelah
tangannya di perut Uruha, beralih mengusap-usap paha mulusnya dan bergerak naik
menyusupkan tangannya ke dalam boxer Uruha. Namun tiba-tiba Uruha mendorong tubuh Ruki menjauh darinya.
PLAK!!
“eh?”, Ruki cengok memegangi pipinya yang
tiba-tiba di tampar Uruha.
Uruha sudah terduduk menatapnya dengan tatapan
marah, terlihat mau mengamuk, dan wajah Ruki memucat. “BERANINYA KAU!!!!!!!!”, Uruha
mengangkat kepalan tangannya mengayunkannya ke wajah Ruki.
“tu—tunggu! URUHA AKU—“
BRUK!!
“ugh!!”, Ruki membangunkan dirinya, terduduk
di lantai dengan sedikit cengir
menahan sakit di kepala dan tubuhnya. Ruki segera membuka matanya dan terdiam
beberapa saat . memeriksa Uruha yang seharusnya ada di atas ranjang tempat
tidurnya. Namun tak ada siapapun di sana. Ruki mengernyitkan dahinya bingung,
cepat sekali Uruha pergi? Atau....
ITU HANYA MIMPI??!!!
“mimpi?”, Ruki memiringkan kepalanya. “hanya
mimpi, hahahah mimpi hahahahah...”, Ruki tertawa garing, namun mendadak matanya
berair. “AAAAARGGGGGGHHHH!!!!! MIMPI MACAM APA ITUUUUUU???????!!!!!!!”, Ruki
menjedot-jedotkan kepalanya ke pinggiran tempat tidur merasa kotor(?). baru
pertama kali ini dia bermimpi se-ero itu dan kenapa lawan mainnya(?) harus
Uruha?!!! Tidak bisakah seorang perempuan? Sejelek apapun yang penting dia
perempuan dengan begitu Ruki merasa utuh sebagai laki-laki. Laki-laki normal tepatnya
==”
Hizaki baachan pernah mengatakan bahwa mimpi
adalah bunga tidur. Hal yang karena terlalu banyak dipikirkan sampai terbawa ke
dalam mimpi dan bisa juga berarti hasrat yang tak disadari.
“TIDAAAKKKkK!!!!!”, Ruki nge-growl. Malah
semakin frustasi mengingat kata-kata neneknya dahulu.
☆ナチュラルセンス☆ (◕‿◕✿)
Uruha membuka sebelah matanya melihat pintu
kamarnya tetap dalam keadaan tertutup rapat. Ia kemudian membangunkan tubuhnya
sedikit jengkel karena tidak ada yang kunjung membuka pintu kamarnya padahal ia
sudah sengaja menunggu sampai tidak tidur untuk menangkap basah si maniak mini
itu. Ia juga sengaja tidak mengunci pintu kamarnya dan memasang CCTV di
berbagai penjuru ruangan agar semua tindakan kurang ajar Ruki bisa terekam dan
Uruha akan memperlihatkannya pada Kamijo. Tapi rencana jebakannya kali ini
gagal tampaknya.
☆TBC☆ (◕‿◕✿)
(+_+) ampuuun~~~
No comments:
Post a Comment