Author : Rukira Matsunori
Rated : T~~ *bisa berubah kalau saia mau ckck*
Genre : AU/ gajeromance
Fandom(s) : the GazettE, alicenine dkk wkwk
Pairing(s) : menyusul *wew*
Chapter(s) : 3
Warning : seperti biasa, Lebay dengan bahasa yang aneh XD dan alur
shitnetron! Jangan anggap serius fic aneh ini!!!
Length : 13 Pages (3.233 words)
Note : (^^)/ yoshaaa!!! Cepet bukan?…wakak, lagi mood soalnya wkwk tapi
entah setelah ini bisa cepet atau nggak ==”
Chap 3 : ☆~Throb~☆
Natural Sense ★~♪
☆ナチュラルセンス☆
Grep!
Bruk!
“he?”, Ruki kebingungan saat tiba-tiba Saga mendorong tubuhnya ke
loker dan menggamit kerah seragamnya. “apa?”
“ ‘apa’ kau bilang?”, Saga melebarkan ujung bibirnya, “berani
sekali kau memberikan foto palsu padaku heh!”, Saga tersenyum namun wajahnya
terlihat kesal.
“heee?”, Ruki sedikit terkejut-kejut, bagaimana bisa laki-laki di
hadapannya ini tahu.
“si CoolMan menuntutku atas tuduhan penipuan, dan ini gara-gara
kau! kau harus bertanggung jawab atas ini!”, Saga semakin mengeratkan
gamitannya di kerah baju seragam Ruki, tersenyum maksa. Orang-orang yang baru
memasuki ruang loker untuk mengganti sepatu mereka sedikit tersita perhatiannya
karena kedua anak laki-laki yang terlihat seperti hendak mau berkelahi itu.
“dia ingin foto paha Uruha! Bukan paha orang lain!”, Saga sedikit merendahkan
suaranya. “kau jangan meremehkan para fans ketiga pangeran sekolah itu! mereka
mengenal betul idola mereka”
Ruki sweatdrop. Sampai paha saja bisa membedakan mana yang asli
mana yang palsu, sepertinya Ruki memang terlalu menganggap remeh para fans gila
itu. “ta-tapi mendapatkan foto pahanya itu tidak semudah yang kau pikirkan,
tahu!!”
“memangnya aku bilang harus secepatnya? Asal dapat, kapanpun itu.
Yang penting asli !”
“cis!”, Ruki mendengus. Saga tidak mengatakan itu sebelumnya.
Saga melepaskan gamitannya di kerah seragam Ruki, lalu
menepuk-nepuk seragam anak laki-laki minis itu. “masalah ini akan selesai asal
kau mendapatkan yang asli, tapi sebagai gantinya kau harus mendapatkan dalam
waktu yang lebih singkat! 3 hari !”, Saga mengacungkan 3 jarinya.
“KAU!!!! kau bilang kapan saja???!!”, urat saraf di jidat Ruki
berkedut.
“ini permintaan si CoolMan! Karena kau telah lebih dulu menipunya
jadi dia ingin mendapatkannya dalam waktu yang lebih singkat. Dan ingat! jika
kau tidak mendapatkannya dalam waktu tiga hari….fotomu bersama Uruha di bawah
tangga kusebar~~~ dan kau juga harus bayar ganti rugi netbook-ku”, Saga
menyeringai nista, saraf di jidat Ruki makin berkedut-kedut, “ Siapa suruh
ngasih foto paha yang bukan milik Uruha”, Saga melipat kedua tangannya di dada.
Ruki hanya mendengus kesal dan kesal, siapa suruh minta yang aneh-aneh! Batinnya.
Dan kenapa juga ia harus terlibat dengan kegilaan orang-orang sinting ini!!
“kau sudah selesai? Ayo ke kelas!”, Saga menyeret teman ‘kecil’nya
itu. “oh ya, lalu paha siapa itu? yang ada dalam foto?”, Saga menoleh kearah
Ruki yang diseretnya di belakang. Mendadak keringat dingin renum di pelipis
Ruki, dan Saga menyeringai jail. “hmm… bilang saja kalau kau ingin pamer paha”
“Bu-bukan begitu!!! aku frustasi ta—UHMP”
Saga tidak mendengarkan kicauan di belakangnya, “jangan memalsukan
paha Uruha dong! Kualitasnya jelas beda jauh, kalau kau mau nanti aku buat foto
demo pahamu di site, siapa tahu ada yang berminat?............ He?”, Saga
cengok sejenak saat menoleh kearah Ruki dan mendapati makhluk mini itu
berhelm-kan tempat sampah. “wakakakaak~”
“fuah!!”, Ruki berhasil melepaskan property yang mendadak hinggap
menutupi kepalanya, “brengsek! Siapa ituuuuuu?!”, Ruki ngamuk. Kalau saja dia
melihat siapa orang tadi di belakangnya yang memasukan tempat sampah itu ke
kepalanya pasti sekarang orang itu sudah dilemparnya ke luar jendela dari
lantai dua ini.
☆ナチュラルセンス☆ (◕‿◕✿)
Ruki merapikan seragamnya setelah keluar dari toilet untuk
membersihkan rambutnya yang kotor karena dihinggapi tempat sampah.
Bruk!
“…..”
“…..”
“Eh, sumimasen, sumimasen”, Ruki sedikit menunduk-nundukkan
kepalanya meminta maaf pada orang tinggi berwajah galak yang baru saja
ditabraknya.
“daijoubu yo!”, orang itu tersenyum kearah Ruki dengan sangat
ramah, bertolak belakang dengan penilaian Ruki tadi.
Orang tinggi dengan penampilan yang begitu rapi, wajahnya saat
tidak tersenyum terkesan jutek namun tampak berwibawa, sekali melihatnya saja
sudah mengesankan dia manusia yang elit. Apalagi setelah Ruki melihat dia
tersenyum. Dia termasuk kategori tampan daripada cantik sih. Ruki melihat ada
sebuah tag berwarna keemasan di seragamnya, dengan tulisan Chief President.
Ruki mengernyitkan dahi. Dan beralih ke sisi lainnya melihat sebuah tagname
bertuliskan Amano Shinji.
AH!!!!
“kenapa? haha”, Orang yang ternyata bernama Amano Shinji itu
tertawa melihat ekspresi Ruki yang sedari tadi serius meneliti apa saja yang ada
di seragamnya.
“a-ano…ketua osis?”
“yep!”, orang itu mengangguk kecil.
“oh hehe…”, Ruki menggaruk-garuk pipinya mendadak gugup. Pantas
saja kesannya elit, selain itu dia juga sangat ramah. Ruki selalu merasa segan
dengan orang-orang seperti itu daripada orang-orang kaya yang sombong dan
selalu seenaknya, mereka sama sekali tidak pantas disegani. Dan lagi, setahu
Ruki dia juga adalah salah satu dari ketiga orang yang begitu di kagumi di
sekolah ini bukan? Menurut cerita Saga begitu. kalau untuk satu orang ini Ruki
akui dia memang lebih pantas di kagumi daripada si Uruha itu. tapi Ruki heran
kenapa orang seperti ini berada di bawah Uruha dan satu orang lainnya sebagai orang
yang paling dikagumi.
“kau Matsumoto?”, tanyanya tiba-tiba, membuyarkan pikiran-pikiran
Ruki.
“eh! Ya? ba-bagaimana kau mengenalku?”, tanya Ruki antusias.
“aku melihat tagname mu”, Amano Shinji menunjuk tagname di seragam
Ruki.
“oh, ya aku lupa”, Ruki menampar pipinya sendiri, membuat senpai di
hadapannya tertawa.
“haha, oh ya, bagaimana keadaan Kamijo-jiichan?”
“eh? Kamijo-jiichan? HEEEEE!!!! Ba-bagaimana kau tahu aku
pe-numpang di rumah Kamijo-sama???!!”, Ruki shock!!
“haha… dia yang memberitakannya padaku, dia meminta agar aku
memperhatikanmu tapi kita baru pertama kali ini bertemu ya? oh ya, Aku Amano
Shinji…cucu dari kakak Kamijo-jiichan”, Amano menyodorkan tangannya untuk
bersalaman dengan Ruki. Ruki mengusap-usap tangannya yang basah karena habis
mencuci rambutnya tadi ke celana seragamnya lalu menerima sodoran tangan
senpai-baik-hatinya itu dengan senang hati.
“Matsumoto Takanori, tapi biasa dipanggil Ruki eheh”
Cucu kakak Kamijo? berarti anak kakak sepupu orang tua Uruha?
Intinya mereka masih mempunyai hubungan keluarga. Tapi sifatnya berbeda sekali
dengan Uruha.
“oh, rambutmu kenapa?”
“oh ini? err~”, Ruki menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal,
“hehe sambutan untuk anak baru”, ucap Ruki berusaha tersenyum. Padahal hatinya
ngedumel-dumel.
Amano tersenyum, “aku dengar kau dikerjai karena Uruha ya?”
“Eh! Kau tahu?”
“tentu saja, bahkan mungkin semua orang di sekolah ini tahu
haha…Uruha memang kadang sedikit kekanak-kanakan, dan meski Kamijo-jiichan
berpesan untuk menjagamu tapi aku tidak bisa apa-apa jika urusannya adalah
Uruha, maaf ”
Ruki membulatnya mulutnya cukup lama. Bahkan orang seperti Amano Shinji tidak
berani melakukan apa-apa terhadap Uruha, pantas saja semua orang di sekolah ini
seakan tuduk padanya. Dan itu malah membuat Ruki semakin kesal. Apa hebatnya
orang itu? Cuma karena cucu kepala sekolah ini saja kan ==”
“bertahanlah! Setelah bosan nanti dia akan berhenti sendiri haha”
“iya”, tentu saja Ruki tidak akan kalah!!!
“Ruk—“
“…..”
Ruki mendengar suara Saga memanggilnya di belakang Amano Shinji
agak jauh di sana. Dan Amano pun menoleh karena Ruki yang menengok ke
belakangnya.
“ck! kupikir kau pulang karena pundung(?) lama amat, ayo cepat!”,
Ujar Saga lalu ia melenggang kembali ke kelasnya.
Ruki mendengus. “kalau begitu aku ke kelas, permisi”
“oh, ya ah! Tunggu!”, Kata-kata Amano membuat Ruki mengurungkan
niatnya sebentar untuk cepat-cepat kembali ke kelasnya.
“ya?”
“kau…berteman dengannya?”
“siapa? Saga?”
“ya, dia”
“mmm…bisa dikatakan begitu, …..mungkin”, Ruki agak memalingkan
wajahnya menyembunyikan ekspresi wajahnya yang males banget ngakuin Saga
sebagai temannya. Dia hanya bahan pemanfaatan semata bagi orang bernama Saga
itu.
“begitu? sebaiknya kau lebih berhati-hati memilih temanmu
Matsumoto”, Ujar Amano tersenyum, “baiklah, sampai jumpa”, Amano pun pergi
meninggalkan adik kelasnya itu mematung.
Ketua Osis saja bilang ‘hati-hati’. Apa Saga orang yang
se-berbahaya itu? Kenapa Ruki baru bertemu dengan ketua osisnya sekarang?
TELAT! dia sudah masuk dalam perangkap kelicikan Saga.
☆ナチュラルセンス☆ (◕‿◕✿)
Ruki duduk di meja makannya dengan agak kaku. Uruha yang berseberangan
dengannya menatapnya galak dan tidak rela harus menyantap makan malamnya satu
meja dengan makhluk minis itu. sementara Nimo sang buttler hanya tersenyum
merasakan atmosfir yang selalu berubah tegang kalau kedua tuan mudanya itu
bertemu.
“kenapa dia harus makan di sini?”, tanya Uruha galak. Biasanya para
maid mengantarkan langsung makanan untuk Ruki ke kamarnya dan makhluk mini itu
akan melahap makanannya di sana . dan itu adalah permintaan khusus Uruha.
“Saya punya tugas merukunkan kalian tuan muda, ini adalah pesan
Kamijo-sama”, ucap Nimo ramah.
“apa? memangnya apa saja yang kau laporkan pada kakekku?”
“bukan saya, entahlah…tapi tiba-tiba Kamijo-sama berpesan seperti
itu”
“ck!”, Uruha mendelik Ruki, “kau ya?! hah?!”, tanyanya masih dengan
nada galak.
“apa?”
“berani juga kau, pake acara melapor-melapor segala! Memangnya kau
siapa hah? sudah merasa menjadi cucu kakekku?”
“aku tidak melakukan hal seperti itu!!”
“maaf tuan muda sebaiknya kalian segera menyantap makan malamnya,
nanti makanannya dingin”, Nimo menyela.
“cis! Mana bisa aku makan kalau ada gumpalan sampah di depanku”
BRAK!!
Ruki berdiri menggebrak meja makan itu membuat Nimo dan Uruha
jantungan. Ruki berjalan ke seberangnya menghampiri kursi dimana Uruha duduk,
sementara Uruha mengernyitkan dahinya.
“tunggu, tuan muda—“
Ruki menggamit kerah kemeja Uruha, “kau bilang apa tadi? HAH?!!!”,
mata Ruki hampir keluar karena amarah yang meledak-ledak dalam dirinya karena
perkataan Uruha. “aku terima kau katai benalu, tapi untuk kata-katamu tadi itu
sudah keterlaluan!!”, amuk Ruki.
Uruha menyeringai sadis, “berani juga kau pendek! Kalau kau merasa
direndahkan, kenapa kau tidak keluar saja dari rumah tumpanganmu ini he?”
Ruki mengepal tangannya kuat begitu emosi.
“tuan muda, hentikan! Tolong hentikan! Kamijo-sama tidak akan suka
kalau kalian berkelahi”, Nimo berusaha melerai, melepaskan gamitan tangan Ruki
di baju Uruha.
“Uruu~~!!”
“……”
Nimo menoleh kearah Suara
tak asing yang memanggil tuan mudanya, “sepertinya itu—“
“mau apa dia malam-malam begini?!”, gumam Uruha terlihat sedikit
terganggu dengan kedatangan orang itu. sementara Ruki hanya terdiam dengan
perubahan atmosfir yang dirasanya berubah dengan drastis.
“kau sedang makan kan?”, suara itu semakin dekat.
“ck!”, Uruha beralih menatap Ruki yang hanya berdiri dengan
innocentnya di sampingnya. Mendadak ekspresi wajahnya berubah panik. “kau! apa
yang kau lakukan?”, tanya Uruha jengkel.
“apa? aku berdiri. Memang kau pikir apa yang kulakukan?”, jawab
Ruki jutek, masih sedikit marah karena kejadian tadi. Tiba-tiba Uruha menarik
tangannya menekan bagian atas kepalanya supaya berjongkok, “oi ! oi ! apa-apaan
ini?!!”, protes Ruki.
“lakukan saja!”, suruh Uruha maksa. Ia terus menekan kepala Ruki,
bergumul untuk menyembunyikannya di bawah meja makan, karena ia tak ingin
siapapun (terutama teman sekolahnya) mengetahui keberadaan Ruki di rumahnya. Sementara
Nimo sang buttler hanya keheranan dengan kelakuan kedua tuan mudanya itu tak
bisa melakukan apa-apa, “berani keluar! Kupatahkan tulang-tulangmu!”
“hah!!”, Ruki mengeluarkan kepalanya dari kolong meja.
“kau!!”, Uruha mendorong kepala Ruki kembali ke dalam.
“Uru~!”, seseorang bernoseband berdiri di ambang pintu ruangan
sambil berpangku tangan tersenyum renyah. Namun melihat Uruha yang berjongkok mendadak
diam, padahal sepintas tadi ia melihat Uruha tampak bergumul dengan sesuatu di
kolong meja makan membuatnya mengernyitkan dahi penasaran.
“oh kau! ada apa malam-malam begini?”, tanya Uruha basa-basi.
“hm…besok kan hari minggu, jadi aku ingin bermalam, tidak apa-apa
kan?”, tanyanya sambil berjalan kearah Uruha. Lalu tersenyum ke arah Nimo yang
berdiri di samping Uruha.
“apa kabar Suzuki-san?”, Nimo sedikit menganggukan kepalanya
membalas senyuman teman baik tuan mudanya itu.
“baik-baik, kau Nimo-san?”
“saya selalu dalam keadaan terbaik saya”
“haha bagus bagus!”
Uruha berdiri dari jongkoknya lalu berjalan mengajak Reita, teman
baiknya sejak kecil itu untuk mengikutinya keluar dari ruang makan. “makanannya
seperti belum di santap?”, tanya Reita melihat kearah meja makan yang dipenuhi
hidangan-hidangan mewah yang masih utuh.
“gak nafsu!”, jawab Uruha ketus.
“…..”
Uruha terus berjalan, merasa Reita tak kunjung mengikutinya ia pun
berbalik untuk melihat apa sebenarnya yang dilakukan laki-laki bernoseband itu.
dan Uruha langsung menepuk jidatnya mendapati Reita tengah berjongkok di pinggir
meja makan sambil menyingkap kain cover tablenya.
“kau…anak yang di UKS itu kan?”
“he?”, Ruki cengok sambil memeluk lututnya di bawah kolong meja.
☆ナチュラルセンス☆ (◕‿◕✿)
“Jadi…siapa namamu?”
“Matsumoto Takanori”
“Takanori!!!! Kau tahu? aku penggemar Nishikawa Takanori-sama,
Jinnai Takanori-san dan Hatakeyama Takanori-dono!! Kau menambah daftar Takanori
yang kusukai, Matsumoto Takanori-chan”, Reita memeluk kepala Ruki yang
kebingungan. “bagaimana bisa kau menyekap anak semanis ini Uruha?”, tanya Reita
pada Uruha yang duduk di sofa di seberangnya yang tengah menatapnya bersama
Ruki jengkel.
“menyekap? Yang benar saja! aku malah ingin menendangnya dari rumah
ini”, jawab Uruha dengan tampang sok-nya sambil berpangku tangan dan bertumpang
kaki di sofanya, arogan.
Ruki mengata-ngatai Uruha dengan semua kata-kata jelek yang ia tahu
dalam hati ‘kecil’nya.
“apa kalian saudara?”
“dia hanya orang tak punya rumah yang menumpang di sini”
“benarkah?”, tanya Reita mengalihkan pandangannya pada Ruki.
“aku anak mantan kekasih dari Kamijo-sama yang sangat ia cintai,
karena itu Kamijo-sama menganggapku sudah seperti cucunya sendiri, ah! Aku
diangkat cucu olehnya”, jawab Ruki tersenyum, sengaja mengatakan itu. terlanjur
dibuat jengkel Uruha dan ia ingin membalasnya.
“Heh kau bocah benalu! Berani kau bicara macam-macam!!?”
“tapi itu kenyataan”, Ruki menyeringai sengaja membuat Uruha
semakin naik darah.
“namamu masih Matsumoto! Ingat itu! itu tandanya kakekku tidak
mengangkatmu menjadi cucunya!!”
“aku memang tidak mau menghilangkan nama keluargaku”, Ruki
menyeringai menjulurkan sedikit lidahnya.
“KAU!!!!”, mata Uruha hampir keluar menunjuk Ruki dengan jari
telunjuknya.
“hei hei…aku mengerti aku mengerti”, Reita memeluk kepala Ruki
melindunginya dari pra-amuk Uruha. “itu artinya kau jadi penghuni rumah ini
juga?”, tanya Reita pada Ruki, dan Ruki sedikit menganggukan kepalanya.
“DIA PENUMPANG!!”
Reita mengabaikan teriakan Uruha, “kalau begitu aku jadi semakin
bersemangat untuk sering-sering datang kemari”, Reita tersenyum lebar memainkan
pipi Ruki.
“tidak kuizinkan kau sering-sering datang kemari!”
Masih tetap mengabaikan Uruha, “kalau kau merasa tersiksa di sini,
kau bisa datang ke rumahku”
“ah, itu…..”
“Bawa saja dia sekarang!”
“kau kelas berapa?”, Reita kembali
melemparkan pertanyaan pada makhluk yang ia anggap begitu lucu itu,
sementara urat-urat Saraf Uruha sudah mengencang terus-terusan diabaikan.
“aku kelas 2-3”
“woooh aku punya kouhai yang manis !!”
“apanya yang manis dari buntelan kentut begitu?“, dengus Uruha.
“apa kau bilang? Kau buta ya? dia ini manis tahu!”, Reita kembali
menarik kepala Ruki ke pelukannya. “kalau ada yang berani mengganggumu, katakan
padaku, ok?”
“eh?”
“Woi !! kau jangan seenaknya!”, protes Uruha keberatan.
Ruki mendelik Uruha kemudian tersenyum kearah Reita, “baik!”
“bocah tengik!”, Uruha mengemeretakkan gigi-giginya. Sementara Ruki
tersenyum lebar sambil sesekali melirik Uruha dengan delikan khusus untuk
membuatnya semakin kesal.
“oh ya aku belum memperkenalkan diri kan? Namaku Suzuki Akira, tapi
kau bisa memanggilku Reita, ah! Akan terdengar lebih manis kalau kau
memanggilku Reita-senpai~ hahaha”
“Reita senpai?”
“ya! seperti itu!! haha”, Reita mengacak-acak rambut Ruki gemas.
Uruha hanya menatap mereka datar kelewat kesal. “aku teman paling baik dan
terdekat Uruha, aku tau semua tentangnya bahkan sampai hal terkecil sekalipun”
“be-benarkah??!!”, Ruki antusias.
“Oi !! kau jangan bicara seenaknya!!”, Uruha menunjuk Reita, “dan
kau!! kenapa matamu berkilat-kilat begitu??!!”, tanya Uruha emosi menunjuk
Ruki.
Ruki hanya mendelik. Wajar saja Ruki bersemangat, karena itu
artinya dia bisa bertanya banyak hal tentang Uruha pada senpai di sampingnya
sekarang, bahkan kelemahannya…mungkin?
“oh ya, kau juga bisa memanggilku Ruki, Reita….senpai? hehe”, Ruki
menggaruk-garuk pipinya tak gatal.
“ok”, Reita kembali tersenyum mengacak-acak rambut Ruki. Uruha
melempari kedua makhluk sok manis di hadapannya itu dengan bantal sofa jengkel.
“oi Uru?”
“pulang sana kau!”, suruh Uruha.
“ha? masa kau tega nyuruh aku pulang malam-malam begini?”, protes
Reita
“kau sendiri berani datang kemari malam-malam!! ayo pulang!!”,
Uruha menjewer telinga Reita menyeretnya keluar rumah. “Ru-Ruki..adududuh…
sampai jumpa adeududuh Uruha!”
“…..”, Ruki cengok menatap kedua orang itu menghilang dari ruangan.
Dan ia berpikir telah bertemu satu lagi orang yang berhubungan dengan Uruha
yang mempunyai sifat yang berbeda jauh dengannya. Dan itu membuat Ruki semakin
percaya diri untuk bertahan di rumah ini. senyuman Ruki sedikit terkembang dan
entah sejak kapan Uruha sudah kembali berkacak pinggang di hadapannya.
BUGH!!!
“ughh! Apaan nih?”, protes Ruki, merasakan tiba-tiba sebuah bantal
sofa membentur wajahnya. Padahal lagi asik senyum-senyum.
“puas kau hah? berani kau besar mulut di depan temanku! Benalu!”,
Uruha tampak mulai ngamuk hendak melampiaskan amarahnya yang sejak tadi ia
tahan, melangkah mendekati Ruki dengan tatapan emosi. merasa berbahaya Ruki
segera melesat untuk berlari keluar ruangan menghindari amukan Uruha, namun
Uruha dapat menangkap ujung hoodie sweater yang dipakai Ruki, menariknya,
membuat Ruki merasa tercekik, “mau kemana kau hah?”, dan akhirnya makhluk mini
itu memutuskan untuk berdiri diam membelakangi Uruha karena ujung hoodienya
masih dalam genggaman tangan Uruha. “kau bermanis-manis didepannya berani
menantangiku, sekarang kau mau melarikan dir—aaaaaaakhhh!!”, Uruha mengaduh
saat tiba-tiba Ruki membalik tubuhnya dan menggigit lengannya kuat.
“brengsek lepaska—Arghhh!!”, Uruha terus mendorong-dorong kepala
Ruki untuk melepaskan gigitannya dan akhirnya Ruki-pun melepaskan giginya dari
kulit lengan Uruha, segera mendorong tubuh jangkung di depannya agar ia bisa
melarikan diri tanpa terkejar olehnya. Namun Uruha tak membiarkannya begitu
saja. Uruha menarik lengan makhluk mini itu saat ia tumbang, kaki Uruha
bertabrakan dengan lengan sofa dan akhirnya kedua makhluk itu tumbang, BRUK!!
tumpang tindih(=”=) di atas sofa.
“Oughh!!”, Uruha setengah melotot perutnya serasa digencet.
“iiish~ apa yang—“, Ruki
mendadak terdiam melihat Uruha merapatkan kedua matanya menahan sakit di
perutnya sambil mengerang. Entah apa yang ada dipikirannya melihat wajah Uruha
terlihat menderita begitu. tapi Ruki merasa jantungnya berdebar lebih cepat
dari keadaan normal.
“hei pendek! Cepat mingg—“
“…..”
Uruha melotot!
Ruki tiba-tiba menempelkan bibirnya di bibir Uruha membuat makhluk
jangkung itu tak berkedip, SHOCKING!!
BRUK!
“aw!”
Ruki mengusap-usap bokongnya yang bermesraan dengan lantai karena
didorong paksa Uruha dari atas sofa.
“apa yang kau lakukan hah?”, Uruha terduduk masih sedikit terkejut
dengan tindakan tiba-tiba Ruki.
Ruki bengong, “a-apa yang kulakukan?”, tanyanya setengah linglung.
“beraninya kaaauu!!”, Uruha menginjakkan satu kakinya di lantai,
mengepal telapak tangannya kuat dengan wajah begitu esmoshi. Ruki menciut
segera mengambil gerakan cepat melarikan diri dari amukan Uruha. “Oi !!”, Uruha
berdiri dari atas sofa namun tak berniat mengejar makhluk mini yang berlari
tunggang langgang melarikan diri darinya.
“brengsek, ugh!!!!!”, Uruha mengusap-usap bibirnya kesal dengan
punggung tangannya. Uruha berjanji tidak akan memaafkan si minis itu yang telah
dua kali menodai bibir indahnya==”, “uwoookk!!!”, dan tempat tujuan Uruha
sekarang adalah….. TOILET!
☆ナチュラルセンス☆ (◕‿◕✿)
Cklek!
Ruki menutup pintu kamarnya, berdiri menyandarkan tubuhnya pada
permukaan pintu sambil memegangi dadanya yang kembang kempis. Ia menyentuh
bagian bawah bibirnya mengingat apa yang baru saja ia lakukan pada Uruha,
“TIDAK!!! Apa yang kulakukan?!!”, Ruki megacak-acak rambutnya sendiri. sejenak
ia berusaha menenangkan diri memegangi dadanya yang masih saja terasa
berdebar-debar tak karuan.
Ruki masih ingat dengan jelas apa yang dipikirkannya tadi saat
melihat wajah Uruha yang ada di bawah tubuh ‘kecil’nya. Tidak! lebih tepatnya
yang Ruki perhatikan adalah bibir merah muda kritingnya. Ruki merasa seperti
disodori bibir perempuan yang memintanya untuk mengecupnya. “UWAAAAAAAAAA!!!!!
Bagaimana bisa aku berpikir itu bibir perempuan?!!”, Ruki kembali mengacak-acak
rambut kecoklatannya frustasi. Ruki mendudukkan dirinya dengan menekuk kedua
kakinya, menumpukan jidatnya di atas dengkul, lemas.
Wangi…
Ruki bisa menghirup aroma di sweaternya yang bukan miliknya. Itu
aroma yang selalu Ruki hirup saat berada dekat dengan Uruha. Itu aroma tubuh
Uruha.
Ruki kembali menyentuh bibirnya. Ia masih bisa merasakan kelembutan
bibir lain itu di bibirnya, padahal sebelumnya mereka pernah terlibat
kecelakaan yang melibatkan temple bibir ==”
Tapi entah kenapa saat ini Ruki dibuat berdebar-debar hanya karena
mengingatnya. “ARGH!!! Aku kenapa???!!”, Ruki menekan kedua pipinya membuat
wajahnya lebih tampak seperti alien nyasar. Ia menampar-nampar pipinya berharap
dirinya yang sesungguhnya kembali (Ruki merasa dirasuki setan homo :D)
Ruki kembali menghirup aroma di sweaternya, “bau!! Uweekkk!!”, Ruki
berlagak muntah muntah, kemudian ia hirup lagi, “BAUU!!!”, tapi ia hirup lagi,
“uweeekk!!”, dan terus seperti itu, sampai ia lempar sweaternya ke atas tempat
tidur. Ruki kesal karena ternyata ia menyukai bau itu dan ia tidak bisa
berpura-pura mengatakan itu bau sementara itu memang harum dan parahnya ia
menyukainya=_=
Ruki galau.
☆TBC☆ (◕‿◕✿)
(^__^)a
No comments:
Post a Comment