Search + histats

Sunday, 2 December 2012

Natural Sense ★7



Author : Rukira Matsunori
Rated : T
Genre : AU/ gajeromance/ BL (MaleXMale)
Fandom(s) : the GazettE, alicenine, A(ACE), ViViD, ScReW, D=OUT, Versailles, dkk?
Pairing(s) : Uruha x Ruki? Ruki x Uruha?, Tora x Saga.
Chapter(s) : 7
Warning : Jangan anggap serius FIC ANEH ini!!! DON’T LIKE DON’T READ!!
Length : 14 pages (4.220 words)
Note : ini males-malesan bikinnya, jadi yappari! membosankan. DAN SERIUS LHO O.O



Chap 7 : ~Another Feeling ~

Natural Sense ~♪
ナチュラルセンス

Ruki meletakkan kepalanya di atas meja Rookie sensei tampak kelelahan. pagi-pagi saat ia datang ke sekolah, sekelompok orang yang mengaku sebagai fanboys Uruha menyambut kedatangannya. Dan entah bagaimana Ruki berakhir dengan dikejar-kejar oleh mereka sampai Ruki harus ngumpet di toilet dan mengendap-endap keluar setelah bel masuk berbunyi. Setelah sampai di kelas, guru matematika yang bertugas mengisi pelajaran pagi itu ternyata telah lebih dulu datang daripada Ruki dan akibatnya makhluk mini itu tidak diizinkan masuk kelas sebelum ia selesai membersihkan toilet.

Setelah Ruki menyelesaikan pekerjaannya, Ruki bisa memasuki kelasnya namun saat ia hendak duduk di bangkunya, seseorang yang duduk di belakangnya menggeser bangku Ruki hingga Ruki harus terjengkang ke lantai dan bokongnya kena encok. Dan di sinilah Ruki berakhir, di ruang UKS.

“katakan siapa yang mengerjaimu?”, Reita membangkitkan tubuhnya dari ranjang UKS habis tiduran, dan mendudukan dirinya di tepi ranjang.

“eh? Kau mendengarnya Reita-senpai? Kupikir kau tidur tadi”, Ruki mengangkat kepalanya dari meja kerja Rookie sensei. Saat Ruki datang ke ruangan itu ia melihat Reita terlentang di atas ranjang UKS dengan menutupi mata dengan sebelah lengannya tampak tertidur. Rookie sensei mengatakan kalau laki-laki bernoseband itu memang sering datang ke sana untuk membolos, meski ia sering memperingatkannya tapi Reita tidak pernah kapok. Ruki pikir dia benar-benar tertidur tadi sampai ia bercerita kejadian yang dialaminya pagi ini pada Rookie sensei.

“aku hanya memejamkan mata tapi kesadaranku tidak hilang”, ucap Reita lalu turun dari ranjang menghampiri Ruki yang terduduk di bangku di sebelah sensei berambut putih perak itu. “jadi…katakan siapa yang mengerjaimu?”, Reita merangkul bahu Ruki, merendahkan kepalanya di samping kepala Ruki supaya bisa sejajar makhluk mini itu.

“he? Ee…haha itu..”

“fanboys Uruha, benar?”, tanya Reita.

Ruki terdiam beberapa saat dan tidak lama kemudian ia mengangguk, “tapi itu tidak apa-apa bagiku, aku terbiasa dengan kehidupan yang penuh tantangan hahaha”, Ruki menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal sambil tertawa garing.

Reita tersenyum mengacak-acak rambut makhluk minis itu, “jika mereka mengerjaimu lagi, datanglah padaku!”

“……”

Bletak!

Reita mengusap-usap belakang kepalanya setengah cengir mendapat slap-an buku yang digulung dari Rookie sensei. “sok ingin jadi pahlawan sekali kau ini Akira”, ucap Rookie sensei sambil meletakkan kembali bukunya di atas meja kerjanya.

“memangnya kenapa? Aku serius ingin melindungi Ruki”, Reita memeluk kepala makhluk mungil yang duduk di depannya. Ruki hanya bengong.

Rookie sensei membereskan buku-buku di atas meja kerjanya, memasukkan sebuah balpoin ke dalam saku jas putihnya setelah mendengar bel istirahat berbunyi. “apa bokongmu masih sakit Matsumoto?”, tanya Rookie sensei pada murid di sampingnya.

“aa…iie aku akan kembali ke kelas sekarang”, Ruki berdiri dari bangkunya.

“oh baiklah, aku juga harus keluar. Kau Akira?”

“aku akan mengantarkan Ruki ke kelasnya”, Reita merangkul adik kelasnya itu sambil tersenyum kearah Rookie sensei. Ruki kembali bengong.

“ya sudah, kalau begitu cepatlah kalian keluar. Aku akan mengunci ruangan ini”, suruh Rookie sensei.

“yoshaaaa!!! Ayo kita pergi Ruki-chan!”, Reita mengangkat satu tangannya masih merangkul bahu Ruki membawa adik kelasnya itu keluar. Ruki masih saja bengong. Dan Rookie sensei menggeleng-gelengkan kepalanya dengan tingkah laku muridnya yang satu itu.

“Reita-senpai, kau benar-benar berniat mengantarkanku ke kelas?”, tanya Ruki yang masih berada dalam rangkulan kakak kelasnya.

“iya”, ucap Reita singkat.

“heeee!! Tidak perlu, sebaiknya kau kembali ke kelasmu saja!”

Reita menoleh pada Ruki, “aku lapar”

“Kalau begitu kau jajan ke kantin saja! aku bisa ke kelas sendiri”

“kau harus menemaniku! Aku teraktir.”, Reita semakin merangkul bahu Ruki menarik tubuh adik kelasnya itu membelok ke jalan menuju kantin,

“tunggu! Aku tidak usah!!”, Ruki berusaha terus menolak namun kata-kata yang keluar dari mulutnya seperti mental sebelum masuk ke lobang telinga Reita, hingga pada akhirnya Ruki terpaksa menurut saja.


ナチュラルセンス  (◕‿◕✿)


Ruki duduk di sebuah bangku dengan di depannya sebuah meja yang di atasnya terdapat makanan pesanan Reita. Ruki meliarkan pandangannya pada sekitar area kantin yang lebih terlihat seperti sebuah restoran baginya. Ruki tidak pernah ke kantin sebelumnya, sejak ia masuk ke sekolah ini ia lebih sering menghabiskan waktunya di dalam kelas saat istrahat (bersama Saga). tiba-tiba Ruki melihat beberapa orang anak laki-laki yang ia yakin mereka ada diantara sekelompok orang yang mengejar-ngejarnya tadi pagi. Mereka juga melihat kearah Ruki tapi sepertinya mereka menyadari keberadaan Reita hingga tak berani menghampiri makhluk mini itu.

“kenapa?”, tanya Reita melihat Ruki seperti sedang memperhatikan seseorang.

“he? Ah tidak haha…aku hanya merasa sedikit terkesima melihat kantin sebesar ini”

“hm…kau tidak pernah ke sini Ruki-chan?”, tanya Reita pada Ruki namun matanya melirik ke arah bangku beberapa orang anak yang ia lihat tadi diperhatikan Ruki. Mereka seperti menyadari Reita melihat kearah mereka dan mereka berpura-pura  memakan jajanannya.

“tidak, aku lebih sering di kelas saat istirahat”, jawab Ruki yang mulai memakan makanan di mejanya.

Reita memperhatikan anak laki-laki mungil di hadapannya yang terlihat begitu menikmati makanan yang ia makan. Reita menyunggingkan senyuman tipis sambil menyeruput jus pesanannya. “aku melihat fotomu dan Uruha di madding waktu itu, jadi…….benarkah?”, tanya Reita iseng yang membuat Ruki tersedak.

“ohok! Ohok! Ohok! A-apa? tentu saja tidak!!! aku difitnah oleh seseorang, jangan percaya gossip itu!”, Ruki terlihat sedikit panik takut Reita menganggapnya aneh.

Reita tertawa kecil, “tapi foto itu bukan editan kan? Kau benar-benar berciuman dengan Uruha”

“Itu…itu kecelakaan!!”, Ruki mengerak-gerakan kedua tangannya menampik kata-kata Reita, “itu juga karena kerjaan seseorang”, gerutu Ruki.

“tapi itu artinya kalian memang benar-benar berciuman”, ucap Reita lagi, masih memasukkan sedotan ke dalam mulutnya namun ia tak menyeruput jusnya.

“aa…sudah kukatakan Reita-senpai, itu bukan ciuman!”

“tapi bibir kalian beradu kan?”, Reita tersenyum kemudian menyeruput jusnya. Ruki tak bisa berkata-kata lagi, memutuskan memasukan makanan-makanan di depannya sampai membuat pipinya kembung. Reita  meletakkan jusnya lalu menekukan kedua sikutnya di atas meja, menyangga dagunya dengan kedua punggung tangannya menatap adik kelasnya. “aku sedikit cemburu lho”, ucap Reita tersenyum.

Ruki berhenti menyantap makanannya beralih menatap kakak kelasnya yang baru saja mengucapkan kata-kata yang mengejutkan untuknya. “he?”, Ruki cengok.

Reita melihat beberapa orang yang tadi selalu diam-diam mencuri pandang ke arahnya dan Ruki, berdiri dari bangku mereka seperti telah selesai menyantap jajanannya. Reita tersenyum ke arah Ruki mengacak-acak rambut adik kelasnya yang masih cengok karena kata-katanya. lalu laki-laki bernoseband itu menepuk-nepuk tangannya melihat ke-4 orang laki-laki yang Ruki ketahui adalah bagian dari fanboys Uruha. Ruki tidak tahu apa yang hendak dilakukan kakak kelasnya itu sampai Ke-4 orang anak itu menolehkan wajah mereka pada Reita dan menunjuk diri mereka sendiri seakan bertanya apa mereka yang Reita maksud. Reita menganggukan kepalanya lalu menggerak-gerakan jari telunjuknya menyuruh mereka menghadapnya.

Ke-4 orang itu saling menoleh dan berpandangan tidak mengerti namun akhirnya mereka menghampiri bangku dimana Reita dan Ruki duduk.

“tunggu! Apa yang kau lakukan Reita-senpai?”, tanya Ruki pelan.

Reita hanya tersenyum menjawab pertanyaan Ruki membuat Ruki bingung. “kalian punya urusan denganku? Aku lihat kalian sibuk sekali mencuri pandang kemari”, Reita bicara dari bangkunya saat ke-4 anak laki-laki itu sudah berdiri di sampingnya dan juga Ruki.

“a…ano tidak, kami tidak punya urusan denganmu Suzuki-san, kami hanya…”, salah satu anak laki-laki itu beralih memandang Ruki.

“hanya?”, Reita mengernyitkan dahinya. “kau punya Urusan dengan Ruki?”, tanya Reita lagi.

“dia itu anak yang menyebar gossip tentang dirinya sendiri dan Uruha. Uruha sudah menjelaskan bahwa berita dalam madding itu adalah kerjaan anak ini untuk mempermalukannya dan membuat dirinya sendiri terkenal. Kami tidak terima Uruha dipermalukan seperti itu! kau juga seharusnya tidak terima teman baikmu diftnah seperti itu kan, Suzuki-san!“

Ruki mengernyitkan dahinya, “aku juga difitnah!!”, protes Ruki.

“kalian dengar! Itu bukan kerjaan Ruki”

“tapi Uruha bilang—“

“berani mengganggunya lagi, kalian berurusan denganku!”, Ujar Reita menatap ke-4 anak itu tajam membuat mereka terkejut. Dan Ruki menoleh pada kakak kelasnya itu juga sama terkejutnya.

“tapi Suzuki-san, kami juga disuruh Uruha”

“baiklah, kalau begitu ayo selesaikan sekarang kalau kalian memang ingin berurusan denganku”, Reita berdiri dari bangkunya, meregangkan jari-jari tangannya.

“aaa!!! Ti-tidak, kami tidak akan mengganggunya lagi, tidak akan!”

“katakan juga ini pada teman-teman kalian yang lain!”, suruh Reita menyeringai sadis membuat ke-4 anak itu semakin ciut. Mereka menganggukan kepalanya lalu segera meninggalkan Reita dan Ruki dengan terburu-buru. “selesai kan?”, Reita meniup telapak tangannya tersenyum ke arah Ruki lalu kembali duduk di bangkunya. “katakan saja padaku jika mereka berani datang padamu untuk mengganggumu lagi”

Ruki mengedip-ngedipkan matanya dengan irama lambat, “tidak apa-apa kah? Mereka kan disuruh Uruha”

“tidak apa-apa, biar si Uruha ngamuk padaku juga, aku tidak perduli. Yang penting sekarang jangan ada yang mengganggumu lagi”, Reita kembali meraih kepala Ruki dan mengacak-acak rambutnya, tersenyum sambil menyeruput jus di mejanya.

“…..”

DHUAR!!!

Seperti ada sesuatu yang meledak di dada Ruki. Entah apa itu, tapi Ruki merasa tersanjung sekali dengan kebaikan senpai di depannya. Mungkin jika ia bisa selalu dekat dengannya tidak akan ada lagi yang berani mengganggunya di sekolah ini. Ruki melepaskan telapak tangan senpainya itu di kepalanya. “arigatou…”, ucap Ruki tersenyum.


ナチュラルセンス  (◕‿◕✿)


Kriiiiiing!!!!!!

Ruki menghela nafas lega karena berhasil sampai di kelasnya tepat waktu. Makhluk mini itu segera memeriksa di sekeliling bangkunya memastikan tidak ada jebakan-jebakan aneh di sana. dan setelah yakin ia segera mendudukan dirinya. Ruki sedikit melirik bangku Saga di sebelahnya yang di sana juga telah duduk sang empunya asik mengotak-atik ponsel. Sejak tadi pagi Ruki tidak bertegur sapa dengannya, bahkan saat ia dijaili teman sekelasnya tadi, Saga tidak berkomentar apa-apa, dia acuh. Tapi Ruki tidak perduli dengan bagaimana sikap Saga padanya, dijauhi olehnya malah bagus mungkin, pikir Ruki. Tapi ia masih kepikiran apa yang dilihatnya kemarin, Ruki tidak bermaksud mengintip karena tidak tahu hal seperti itu akan terjadi. Tapi tetap saja dia jadi merasa tidak enak pada Saga.

“apa?”, pandangan Saga teralih dari layar ponselnya pada Ruki.

“eh? Aa..tidak, bukan apa-apa”, Ruki memalingkan wajahnya kembali menghadap ke depan kelas.

Saga menutup ponsel flipnya dan memasukannya ke saku celana, “kau berniat balas dendam padaku, menyebarkan apa yang kau lihat kemarin?”, Saga menyangga dagunya berbicara pada Ruki.

“he? AH!!! Benar, kenapa aku tidak memotretnya kemarin”, seru Ruki, mengepal satu tangannya meninjukannya pada telapak tangan lainnya.

Saga tertawa kecil, lalu mengusap-usap ujung kepala Ruki, “aku bersyukur kau anak baik”, ucapnya tersenyum. “karena aku akan menghajarmu kalau sampai melakukan itu”, Saga menarik-narik rambut Ruki.

“cis! Tentu saja! aku bukan orang jahat sepertimu yang suka memfitnah orang seenaknya”, gerutu Ruki. Saga tertawa, semakin kuat menarik-narik rambut makhluk minis itu.

Ruki melirik laki-laki yang asik tertawa di sebelah bangkunya. Saga di sebelahnya itu adalah Saga yang ia kenal selama ini. tapi jika ia ingat kemarin, Ruki merasa sikapnya berbeda ketika berhadapan dengan Amano. “kenapa lagi?”, tanya Saga yang sadar akan lirikan makhluk mini itu.

“kau….dan Amano…”, Ruki memicingkan matanya menatap Saga. “seperti itu ya?”

“he? ‘Seperti itu’ apa maksudmu?”

“etto~ “, Ruki memain-mainkan kedua jari telunjuknya. “ seperti itu! ya ‘seperti itu’ maksudku”, Ruki masih memain-mainkan jari-jarinya berpaling dari Saga.

“apa kami terlihat seperti pasangan hombreng?”

Ruki kembali menoleh pada Saga dengan ekspresi yang aneh. “benar ya?”, tanyanya was-was.

Saga tertawa kecil melihat ekspresi Ruki, “kalau aku bilang iya, memangnya kenapa?”, Saga melebarkan bibirnya, tersenyum jahil.

“he?!”

“apa kami terlihat serasi?”, Saga memajukan kepalanya mendekati wajah Ruki.

“Aa…aku tidak—ah entahlah… “, Ruki mendadak gugup. Bahkan ia sendiri tidak mengerti kenapa ia harus gugup.

Saga menggeplak kepala Ruki dengan bukunya, “yang benar saja! sudah kubilang jangan salah paham!”, Saga menyandarkan punggungnya di sandaran bangku menatap ke depan kelas, “dia tidak menyukai laki-laki….dan dia membenciku!”

Ruki hanya menatap ekspresi wajah Saga yang terasa lebih sedang bergumam pada dirinya sendiri. ekspresi yang tidak pernah Ruki temukan dari laki-laki itu selain sedang membicarakan Amano, “tapi dia menciummu! apa orang yang membencimu akan menciummu seperti itu”

Saga mendelik, “apa mencium berarti menyukai?”

“tentu saj—“, Ruki berpaling dari Saga dengan wajah datar, mengingat bagaimana ia berakhir sampai mencium bibir Uruha di sofa itu. mungkin Amano mengalami hal yang sama dengan dirinya saat melihat Saga, walau bagaimanapun Ruki akui Saga tidak kalah cantik dari Uruha. Mungkin?

“kalau begitu kau menyukai Uruha”

“heeeee?! Tentu saja tidak!!! Waktu itu…waktu itu aku hanya kehilangan kontrol ta—eh?”, Ruki refleks menutup mulutnya.

“kehilangan kontrol?”, Saga mengernyitkah dahinya. “hmm…jadi itu bukan sepenuhnya karena efek terjatuh, tapi kau memang melakukannya karena keinginanmu ya”

“bicara apa kau?!”

jelas yang dimaksud Saga dengan ‘kau sendiri melakukannya dengan Uruha’ adalah ketika Ruki jatuh menabrak Uruha di tangga itu. tapi Ruki mengatakan soal kontrol adalah ketika ia melakukannya pada Uruha di sofa. Pembicaraan antara dua orang yang tidak nyambung. karena Saga tidak tahu makhluk mini itu melakukannya lagi tanpa sepengetahuannya :v
“pokoknya itu berbeda! Beda! Beda! Beda!”

Saga mendengus, “kalau begitu kau tanyakan saja sendiri pada orang itu kenapa dia melakukan itu padaku!”

“eh?”, Ruki kembali menoleh kearah Saga,” Boleh ya? baiklah akan kutanyakan”, ucap Ruki dengan polosnya. Saga langsung mengapit leher anak laki-laki itu dengan lengannya mengancamnya agar jangan pernah berani melakukan itu, padahal tadi dia sendiri yang menyuruh ==”
Dan guru yang bertugas mengisi pelajaranpun masuk membuat obrolan Saga dan Ruki harus dipending dulu meski Ruki malah jadi tambah penasaran ingin menanyakan banyak hal(?). Ruki jadi mulai tertarik untuk selalu membicarakan ketua osis BHS itu di depan Saga, karena Ruki merasa sikap Saga berbeda jika membicarakan Amano Shinji itu. banyak ekspresi yang tidak Ruki temui dari laki-laki berambut hazel itu, ia temukan saat Amano Shinji menjadi bahan pembicaraan mereka. Entah apa artinya itu, tapi makhluk mini itu jadi berpikir, mungkin kelemahan Saga sebenarnya ada pada Amano? Atau Amano itu sendiri adalah kelemahan Saga?


ナチュラルセンス  (◕‿◕✿)

Ruki menyeruput-nyeruput jusnya sambil meliarkan pandangan matanya ke sekeliling tempat yang sengaja di buat sedikit gelap namun untuk spot-spot tertentu di sana lebih kaya akan penerangan. Banyak orang berada di sana, tapi Ruki hanya duduk sendirian. Ruki mendengus bahkan Reita yang memaksanya ikut ke tempat itupun meninggalkannya, asik bermain billiard bersama Amano dan Uruha di tempat yang lebih terang itu.
Yaa…tadi memang Reita mengajak Ruki untuk ikut bermain, tapi bahkan cara memegang stick yang benar saja Ruki tidak tahu dan tentu saja Uruha mengolok-oloknya habis-habisan karena itu.

Sekitar beberapa jam yang lalu Reita datang ke rumah keluarga Yuuji untuk menjemput Uruha karena mereka berjanji untuk bermain keluar, dan dia memaksa untuk membawa Ruki ikut bersama mereka meski Uruha amat sangat keberatan dan Ruki sendiri tidak mau tapi akhirnya Reita berhasil membujuk Uruha dan merayu Ruki dengan mengatakan kalau ia ingin mereka menjadi lebih akrab. Dan tentu saja Uruha tidak membiarkan makhluk minis itu menumpang di mobilnya, dan dengan senang hati Reita yang membawanya.

Dan sekarang Ruki terdampar di tempat asing ini. apa itu tempat yang biasa mereka para anak sekolah SMU itu kunjungi untuk bermain? Apa orang tua mereka tidak memarahinya bermain di tempat seperti ini? Ruki kembali mendengus. Wajar saja Level kehidupan anak-anak orang kaya itu berbeda dengan kehidupan normal yang ia alami.

“hai…”

Ruki melirikan matanya pada seorang perempuan yang tiba-tiba menyapanya. Memandangnya dari ujung kepala sampai ujung kaki. Pakaiannya benar-benar terlalu terbuka untuk diperlihatkan pada anak sepolos Ruki. “ee..hai?”, Ruki tersenyum canggung.

Perempuan itu tersenyum lalu mendudukan dirinya di samping Ruki, memegangi bahu makhluk minis itu membuat Ruki panas dingin. “sendirian?”, tanyanya berbisik di telinga Ruki.

“eh? Tidak, aku…aku bersama teman-temanku hha.. “, Ruki mendadak salah tingkah.

“kau anak sekolah kan? Benar-benar manis!”, perempuan itu mencubit pinggang Ruki genit. “diskon 30% untuk anak manis sepertimu, bagaimana?”, perempuan itu kembali berbisik di telinga Ruki membuat Ruki membatu.

“Ssstt!!!”, Reita tiba-tiba sudah berdiri di depan Ruki dan perempuan itu sambil berkacak pinggang. Laki-laki bernoseband itu menggerak-gerakan tangannya mengisyaratkan agar perempuan itu menjauhkan dirinya dari Ruki.

Perempuan itu sedikit cemberut lalu pergi meninggalkan calon korbannya dengan bersungut-sungut. “ee…ke-kenapa?”, gumam Ruki, ia ingin kembali memanggil perempuan itu namun ia tak berani. Makhluk mini itu sedikit kecewa padahal dia lumayan senang ada perempuan yang mau dekat-dekat dengannya dan Reita malah menyuruhnya pergi.

Reita duduk di samping Ruki lalu merangkul adik kelasnya itu, “aku yang membawamu kemari, kau harus jadi milikku sepenuhnya malam ini”, Reita cengir. Ruki menatapnya datar tak mengerti apa yang dimaksud laki-laki bernoseband itu. Licik sekali senpainya itu, padahal Reita sendiri tadi di dampingi seorang perempuan saat bermain billiard, sedangkan dirinya tidak boleh. Ruki mendengus.

Ruki kembali mengambil gelas jusnya yang tinggal tersisa sedikit dan segera menyeruputnya. “kau sudah selesai bermainnya Reita-senpai?”

“lawanku tidak asik, aku ingin bermain dengan Tora tapi si Uruha menyerobotnya”, keluh Reita kemudian meneguk sedikit minumannya.

“Tora..”, Ruki bergumam memandang ketua osis BHS itu yang tengah konsentrasi menyodok(?) bolanya. Mata Ruki beralih pada perempuan di sampingnya yang setia menjutaikan tangannya di bahu laki-laki itu, dan dia wanita yang berbeda dengan wanita yang Ruki temui beberapa hari yang lalu saat ketua osisnya itu datang ke rumah keluarga Yuuji. dan lagi-lagi si wanita terlihat lebih tua darinya. Wanita itu bukan penghuni tempat ini seperti wanita yang mendatangi Ruki tadi. Ruki melihatnya datang bersama ketua osisnya itu dari mobilnya. Jadi mungkin itu pacarnya? Juga?

“Ruki-chan~”, Reita menggerak-gerakkan tangannya di depan wajah Ruki membuat adik kelasnya itu tersadar. “ada apa? sepertinya kau asik memperhatikan Tora?”, tanya Reita.

“he? Haha… tidak. aku hanya… ano~ wanita yang di sampingnya itu pacarnya? Aku rasa dia wanita yang berbeda dengan yang aku lihat beberapa hari yang lalu”, Ruki menggaruk-garuk pipinya.

Reita menyandarkan tubuhnya ke sandaran sofa, “hm.. bukan, Tora tidak pernah menjalin hubungan yang serius dengan perempuan. Mereka hanya teman-teman bermainnya”, ucap Reita tersenyum ke arah Ruki.

“bermain? Tapi waktu itu aku melihatnya berciuman dengan wanita itu”, ujar Ruki antusias.

Tawa Reita meledak mendengar kepolosan makhluk mungil di sampingnya, “apa yang kau pikirkan dengan kata ‘bermain’ yang kusebutkan tadi Ruki? Bermain bola bekel? Bermain petak umpet? Hahahaha…..”

“eh?”, Ruki berpaling ke arah Reita.

“hahahah…aku jadi semakin menyukaimu”, Reita mencubit sebelah pipi Ruki.

“…..”

Makhluk bernoseband itu kembali mengambil gelas minumannya, “dan kau tahu, Tora itu penyuka daun tua hahaha”, ucap Reita sesaat sebelum kembali meneguk minumannya.

“benar. wanita yang bersamanya sepertinya selalu lebih tua darinya”, Ruki memegangi dagunya tampak berpikir, “sayang sekali punya tampang keren begitu disia-siakan untuk perempuan yang lebih tua, padahal banyak perempuan-perempuan cantik yang seumuran bahkan yang lebih muda darinya yang mengincarnya bukan?”, Ruki bergumam.

Reita terkekeh pelan, “namanya juga selera”, laki-laki bernoseband itu melirik adik kelasnya, menyangga dagunya dengan telapak tangannya tersenyum menatap Ruki. Ruki yang menyadarinya balas menoleh pada Reita dan mengernyitkan dahinya membuat kakak kelasnya itu kembali tertawa kecil. “oh ya, lagipula dia seperti itu karena stress ditinggalkan Haruka-sensei hahah…”, Reita tertawa garing.

“Haruka-sensei? “, Ruki kembali mengerutkan dahinya penasaran. “seorang guru?”

Reita menganggukan kepalanya, “dia adalah guru yang cantiiiiiik~~ aku sendiri adalah fansnya haha… tapi aku tidak mau bersaing dengan Tora, dia lawan yang sulit dikalahkan”

“……”

“dia mengejar-ngejar Haruka sensei sejak pertama menjadi murid di BHS, tapi saat dia mulai mendapatkannya, guru itu malah di pecat dari sekolah. Tora sempat frustasi beberapa lama karena itu haha… dia menyedihkan waktu itu”

“…..”, Ruki merapatkan mulutnya mendengar cerita Reita. Sepertinya dia tertarik untuk mendengarkan ceritanya lebih lagi namun tiba-tiba sebuah tangan men-slap kepalanya kakak kelas bernosebandnya itu.

“Uru? Apa-apaan kau?”, protes Reita mengusap-usap ujung kepalanya yang baru kena slap-an laki-laki teman baiknya itu.

“apa yang kau lakukan? Kau bilang ingin bermain billiard malah santai-santai kau di sini”, dengus Uruha lalu duduk di sofa yang terpisah dari Ruki dan Reita, setelah sebelumnya mendelik Ruki dulu, galak.

“kau sendiri? kau sudah kalah lagi dari Tora, he?”, Reita tersenyum menunjuk Uruha iseng. Uruha hanya mendengus tak mau mengakui.

“menggosip apa kau? ada apa dengan Haruka sensei?”, tanya Uruha, mengambil gelas minumannya lalu sedikit meneguknya.

“Tora… dia jadi pecinta tante-tante karena stress ditinggalkan Haruka sensei, benar kan? Haha”

“bukannya dia memang begitu sejak dulu. Waktu sekolah dasar juga dia pernah nembak seorang guru kan”

“hmm benarkah? Aku lupa”, Reita menggaruk-garuk belakang kepalanya.

“apa-apaan itu? gak ada kerjaan sekali kau menggosipkan si Tora!”, Uruha kembali mendengus. Sedikit kesal karena tanpa sadar dia juga masuk acara gossip Reita.

“oh ya, ngomong-ngomong soal daun tua, kau juga punya penglaman kan?”, Reita menunjuk-nunjuk Uruha. Mendadak telinga Ruki lebih focus.

“apaan?”

“Sharon…Sharon”, Reita mencolek-colek lengan Uruha membuat Uruha mengernyitkan dahi, “aaah jangan bilang kau sudah melupakan perempuan itu, payah!”, Reita meninju lengan atas Uruha.

“kenapa tiba-tiba kau membicarakan perempuan itu?”

“emmh…malu-malu”

“bodoh! Siapa yang malu-malu?!”, Uruha menjitak kepala Reita.

Ruki hanya mengedip-ngedipkan kelopak matanya dengan irama normal, mendengarkan perbincangan dua sahabat itu dimana tidak ada tempat baginya untuk masuk dalam obrolan mereka karena ia hanya pendatang baru yang tidak tahu apa-apa.

Sharon?

Ah! Tidak! tidak! yang membuat Ruki penasaran adalah perempuan yang disebut Haruka itu, sedangkan perempuan yang bernama Sharon tidak membuat Ruki penasaran. Tidak sama sekali!!!! Yang jelas, Sepertinya Ruki mempunyai PR baru lagi yang harus ia kerjakan.

Ruki kembali menyeruput jus dalam gelasnya namun tak ada cairan sama sekali yang masuk ke tenggorokannya. Ruki baru sadar kalau sejak tadi ia terus-terusan menyeruputnya dan sekarang gelas itu telah kosong. Makhluk mini itu menyimpan kembali gelas jusnya di atas meja dengan sedikit kecewa, tapi mau minta lagi malu (plak)

Tiba-tiba Ruki mendengar suara tawa dua orang di dekatnya. Sepertinya dia ketinggalan pembicaraan yang membuat mereka berdua itu tertawa, entah pembicaraan apa yang mereka bicarakan sebelumnya, Ruki tidak menyimak. Saat sadar tiba-tiba saja Reita dan Uruha sudah tertawa. Makhluk mungil itu melirikan matanya pada Reita di sampingnya dan beralih pada Uruha.

“….”

Ruki terdiam melihat laki-laki yang menurutnya cantik untuk ukuran laki-laki itu. Uruha tertawa,….bahkan sesekali dia tersenyum men-slap kepala Reita. Ekspresi yang tidak pernah Uruha tunjukan ketika bersamanya. Tanpa sadar makhluk minis itu melebarkan bibirnya tersenyum samar semakin memperhatikan Uruha. Entah kenapa melihat senyuman laki-laki itu Ruki merasa teduh, tapi sekaligus ada yang bergemuruh juga di dadanya. Ruki tidak pernah melihat senyuman seorang laki-laki semanis itu. bahkan senyumannya yang ia lihat sekarang lebih manis daripada ketika Uruha tersenyum dalam mimpinya.

Eh…

manis?

Ruki melebarkan matanya. Lalu menggeleng-gelengkan kepalanya kuat. Apa yang baru saja ia pikirkan tentang Uruha?! Makhluk minis itu mengambil gelas dalam mejanya dan meneguknya untuk menenangkan dirinya yang tampak mulai kacau. Ruki jadi semakin takut dengan dirinya sendiri yang selalu saja berpikiran diluar kehendaknya.

Eh?

Ruki menatap gelas yang lebih besar di tangannya yang kini telah kosong, merasakan ada aroma menusuk yang memasuki hidung dan tenggorokannya. lalu beralih menatap gelas jusnya yang tengah kosong juga sedari tadi di atas meja. Ia merasakan ada rasa aneh di mulutnya membuatnya merasa mual.

“uwoook!”, Ruki menutup mulutnya sendiri setelah meletakkan gelasnya di atas meja. Perutnya benar-benar terasa mual.

“eh? Ruki, ada apa?”, Reita langsung memegangi bahu adik kelasnya itu melihat Ruki tertunduk dengan menutup mulutnya.

“perutku..uhp!!”, Ruki kembali menutupi mulutnya dan kini kepalanya mendadak pusing.

“cis! Sudah ku bilang jangan bawa dia”, dengus Uruha.

Reita melihat gelasnya di atas meja telah kosong padahal tadi dia ingat baru meneguknya sedikit. “he! Kau meminum minumanku?”, tanya Reita pada Ruki.

Ruki menggelengkan kepalanya dengan mata setengah merapat lalu ia kembali merasakan mual di perutnya.

“kenapa kau minum?! Padahal aku sudah sengaja hanya memesankanmu jus!”, dengus Reita.

Uruha tertawa melihat keadaan Ruki, “yang benar saja, minum segitu langsung teler. Cepat bawa dia pulang! Kau yang membawanya ke sini!”, suruh Uruha pada Reita.

“aku tahu!”, Reita segera mengangkat tubuh Ruki dan merangkulnya, “katakan pada Tora, aku pulang duluan”

“hm!”, tanggap Uruha.

Reita segera membawa tubuh Ruki yang seperti mulai kehilangan kesadarannya. Melewati banyak orang yang sedang menikmati waktunya di tempat itu. “kau masih sadar?”, tanya Reita pada adik kelas dalam rangkulannya.

“hnnn..”, Ruki menanggapi kata-kata Reita dan ia terbatuk setelahnya

Reita segera mematikan kunci mobil otomatisnya, membuka pintu dan mendudukan Ruki di kursi depan di samping kemudinya, memasangkan safety belt di tubuh ‘kecil’ Ruki sampai tiba-tiba tangan Ruki menggenggam sebelah pergelangan tangan Reita membuat laki-laki bernoseband itu menatap adik kelasnya bingung.

“kenapa wajahmu itu cantik ha? apa kau tidak malu padahal kau laki-laki! ohok..”, Ruki kembali tertunduk karena batuk.

Memangnya aku cantik?

Reita memegangi sebelah pipinya , membatin.

Tangan Ruki memegang kedua bahu Reita, “kenapa kau tidak pernah tersenyum di hadapanku…”, tangan Ruki semakin kuat memegang bahu Reita lalu menariknya, “kenapa tidak pernah tertawa bersama…uhk!..ku, kenapa?! Hah??!!”

“…..”

“aku benci padamu!”, Ruki mendorong tubuh Reita, kemudian wajahnya tertunduk. Reita terdiam sejenak menatap adik kelasnya itu kemudian ia tersenyum samar, menyadari siapa orang yang sebenarnya Ruki pikirkan sekarang.

Laki-laki bernoseband itu menyentuh ujung kepala Ruki, mengusap-usapnya lembut. “begitu ya?”, bisiknya di telinga Ruki. Tiba-tiba Ruki mengangkat kembali wajahnya menarik kepala Reita dan mengecup bibir kakak kelasnya itu.

Uruha berdiri membatu melihat apa yang terjadi di depan matanya. dia berniat mengantarkan jaket Reita yang lupa ia bawa, namun melihat Ruki menarik-narik bahu Reita tadi membuatnya memilih diam dan beberapa saat kemudian dia melihat Ruki menarik kepala Reita dan mencium bibirnya.

“begitu ya? kau punya hobi mencium siapa saja yang berada dekat denganmu bocah? Menjijikan!”, gerutu Uruha terlihat begitu jengkel. ia lalu menutupi mulutnya karena mendadak perutnya terasa mual. Dan memutuskan kembali ke dalam untuk meminjam toilet.

“uwoook!!!”

“……”, Reita mematung.


TBC  (◕‿◕✿)

Intinya…. T_T sedikit yang ingin saia sampaikan~ tapi sampe 14 pages :v *plak*

No comments:

Post a Comment