Search + histats

Monday, 24 December 2012

Natural Sense ★12

Author : Rukira Matsunori
Rated : T
Genre : AU/ gajeromance/ BL (MaleXMale)
Fandom(s) : the GazettE, alicenine, A(ACE), ViViD, ScReW, D=OUT, Versailles, dkk?
Pairing(s) : Uruha x Ruki? Ruki x Uruha?, Tora x Saga.
Chapter(s) : 12
Warning : bahasa sakarep, Jargon *plak* Jangan anggap serius FIC ANEH ini!!! DON’T LIKE DON’T READ!!
Length : 15 pages (4.633 words)
Note : banyak dialog, kacau!!! XDX *jedotin Ruki ke paha Uru*


Chap 12 : ~Blooming~

Natural Sense ~♪
ナチュラルセンス

“tumben kau telat Uruha, aku sudah buat satu birdy tuh. Kau membuatku bermain sendirian”, Reita berkacak pinggang menumpukan satu tangan pada sticknya yang ia tumpu’kan di tanah dengan seorang caddy di belakangnya.

Uruha melepas kaca mata hitamnya, memasukannya ke kantong kemeja. “disuruh nganterin anak anjing ke tempat bermainnya”, ujar Uruha sedikit jengkel lalu mendudukan dirinya di sebuah kursi, meminum air mineral di botol plastic yang dibawa salah satu caddy-nya. Cuaca hari ini begitu terik membuat Uruha sedikit berkeringat, padahal belum melakukan apa-apa.

“he? Maksudmu Ruki?”

Uruha mendelik, “kau bisa tahu dia yang kumaksud?”

“haha habisnya Ruki seperti anak anjing bagiku”, Reita mengayun-ayunkan stick di tangannya berlagak memukul bola. “tumben kau mau mengantarkannya? Hubungan kalian sudah lebih baik rupanya?”

“aku dipaksa kakekku! Malah dia menyuruhku menemaninya, yang benar saja?”

“oh, Kamijo-jiichan ada di rumah? Ahaha….kau harus jadi anak baik Uruha”, ejek Reita membuat Uruha mendengus. Reita ikut duduk di kursi di sebelah Uruha mengambil air mineral di tangan laki-laki cantik teman baiknya itu dan meneguknya, “jadi kau antarkan kemana Ruki?”

“Tropical Land!”, jawab Uruha gak niat.

“ha? wuahahahah! Tempat yang manis untuk berkencan”, Reita memukul-mukul dengkulnya tertawa. Uruha kembali mendengus lalu mengatakan untuk mengambilkan stick yang akan dipakainya pada sang caddy di sampingnya, caddy itu pun mencarikan stick yang dimaksud Uruha. “lalu Ruki bersama siapa di sana sekarang?”

“sendiri”

“ah! Kasian dong! Kenapa kau tidak menemaninya saja Uruha? padahal kau tinggal bilang padaku tidak bisa datang”

“yang benar saja aku harus menemani bocah itu bermain di tempat seperti itu! biarkan saja! dia kan bisa menghubungi temannya kalau tidak mau sendirian!”, Uruha mengambil sticknya lalu berdiri untuk mulai memukul bolanya. Reita kembali meneguk botol plastic minuman yang ia rebut dari Uruha, matanya tidak lepas menatap laki-laki jangkung yang kini sedang konsentrasi untuk mengayunkan sticknya dan sudut bibirnya terkembang tipis.

ナチュラルセンス  (◕‿◕✿)

Saga berdiri di depan sebuah bar membaca tulisan lowongan pekerjaan di sana. ia segera mengambil buku kecil di saku celananya lalu mulai menuliskan persyaratan-persyaratan yang tercantum di sana. Saga kembali meliarkan pandangannya setelah selesai dengan pekerjaannya, merogoh ponsel mencoba menghubungi seseorang, beberapa saat ia menunggu seseorang yang ia hubungi mengangkat panggilannya sampai sambungannya di putus oleh sang operator. “kemana anak itu?”, dengus Saga pelan. Ia segera kembali menaiki motornya dan tidak lupa memakai helm supaya tidak ditilang polisi.

Saga menjalankan motornya dengan lebih pelan, masih sesekali melirik pinggir-pinggir jalan mungkin ia bisa menemukan brosur lowongan pekerjaan lain? lagipula hari minggu seperti ini banyak sekali cewek-cewek lalu lalang di pinggir jalan, sekalian cuci mata. Saga memberhentikan motornya saat lampu rambu lalu lintas berwarna merah dan membiarkan banyak orang-orang yang telah menunggu cahaya lampu merah itu menyebrang. Namun tiba-tiba di belakang Saga seseorang me-rem mobilnya mendadak membuat motor Saga sedikit terdorong dengan kata lain mobil di belakang Saga itu menabrak belakang motornya. Saga yang lagi asik melirik cewek-cewek di pinggir jalan pun kehilangan keseimbangan dan akhirnya oleng jatuh bersama motornya.

BRUGH!

“aiiish sial!!”, ringis Saga.

Orang-orang di pinggir jalan dan yang tengah menyebrangpun tersita perhatiannya melihat motor Saga terguling jatuh, dan itu benar-benar memalukan bagi Saga. “BRENGSEK! Punya mata gak sih HAH??!!!”, amuk Saga sambil membangunkan tubuhnya. Saga segera melepas helm-nya membiarkan motornya tetap terguling di jalan, menghampiri mobil di belakangnya dengan begitu jengkel, yang setelah ia perhatikan dengan seksama sepertinya ia sangat mengenali mobil sport merah yang menabrak motornya itu. dan itu terbukti setelah seorang laki-laki jangkung keluar dari kemudi mobilnya dan melepas kaca mata hitamnya.

Tora.

Dia menutup pintu mobilnya, mengangkat sebelah tangannya ke arah beberapa laki-laki di pinggir jalan yang hendak membantu mengangkat motor Saga, mengisyaratkan agar mereka mengurungkan niatnya. Tora yang membuatnya seperti itu dan ia bertanggung jawab bisa melakukannya sendiri. “jadi…..ada keluhan?”, tanya Tora tiba-tiba masih dengan senyuman tipis khasnya. “ada kata-kata amukan yang ingin kau sampaikan padaku kan?”

Saga menggigit bibir bawahnya jengkel tapi juga masih cukup terkejut bisa bertemu dengan ketua osis BHS itu secara kebetulan begini. “oh, aku tidak menyangka kalau itu anda kaichou-sama, sayang sekali bertemu dalam keadaan seperti ini. kau ketua Osis yang selalu mengutamakan kedisiplinan dan kerapihan di sekolah tapi seperti ini anda berlaku di jalanan?”

Tora tertawa kecil, lalu menunjuk ke kursi depan samping kemudi mobilnya dimana seorang wanita duduk manis di sana melihat ke arah mereka. “aku sedikit kehilangan konsentrasi karena dia terus menggangguku! Aku benar-benar minta maaf”, Tora menghampiri motor Saga yang terguling, lalu mengangkat memberdirikannya. “ada yang lecet?”, Tora menilik-nilik setiap body motor Saga. “berapa aku harus mengganti rugi?”

“he? …”

Prak!

Saga tiba-tiba menjatuhkan helm ditanganya, “ergh!”

“ada apa?”, Tora mengernyitkan dahinya.

“sepertinya tanganku sedikit terkilir”, dengus Saga segera mengambil helm di bawah kakinya yang tanpa di duga lebih dulu di ambil Tora.

“Itu tanggung jawabku. Apa perlu ke rumah sakit?”

Saga mengambil helmnya di tangan ketua Osisnya itu, “tentu saja tanggung jawabmu, tapi aku tidak butuh ke rumah sakit”, Saga segera kembali menaiki motornya, “sekarang aku sedang terburu-buru, kita selesaikan ini lain kali, tentu saja aku akan  meminta ganti rugi atas ini Kaichou-sama”, ucap Saga lalu memakai helm-nya karena lampu rambu sudah berwarna merah. “kalau bukan kau pasti sudah kuhancurkan mobilmu itu”, Saga menyeringai. Tora hanya mengernyitkan dahinya tidak terlalu mendengar apa yang dikatakan adik kelasnya itu karena suara-suara kendaraan dan lagi Saga mengatakannya sambil memakai helm, jadi tidak jelas.

Saga melajukan motornya dengan kecepatan tinggi, meninggalkan ketua Osisnya di belakang bersama mobil dan wanita di dalamnya itu. Dibalik helm-nya ada lengkungan bibir yang masih setia terpahat. mendengar orang itu mengatakan akan bertanggung jawab itu begitu menggelikan, jelas tidak terasa apapun di tangan Saga, itu hanya keisengannya. Saga tahu itu adalah sifat dasar ketua Osisnya, meski mungkin dia membenci Saga tapi saat dia membuat kesalahan dia tahu bagaimana cara berlaku sebagai orang yang bersalah, tidak seperti dirinya. dan itu cocok untuk dimanfaatkan. Bukan Saga namanya jika tidak berlaku jail sedikit. Siapa suruh berani menabrak motor seorang Saga?


ナチュラルセンス  (◕‿◕✿)

Uruha membuka matanya perlahan, sedikit mengerjap-ngerjapkan kelopak matanya sampai cahaya lampu ruangan dapat masuk ke kornea matanya. Uruha tidak sedang berada di kamarnya tapi suasana kamar  yang ia tinggali sekarang sudah tak asing baginya. Uruha ingat, Ia sedang berada di apertemen Reita sekarang. pulang bermain golf sore tadi Reita mengajaknya ke apartemennya, membeli banyak jajanan dan bermain game sepuasnya. Itu memang sudah menjadi kebiasaan Uruha kalau bermain ke apartemen Reita.

Uruha membangunkan tubuhnya, sedikit mengurut-urut keningnya.

Pukul 11.15 pm.

“ha? sudah semalam ini?”, gumam Uruha. “ck, gawat!”, Uruha mendengus segera turun dari tempat tidur dan keluar kamar. Di ruang tengah, Ia menemukan Reita masih terbangun terduduk di sofa dengan televisi yang masih menyala. “oh Uru? Kau bangun?”

“aku harus segera pulang”, Uruha mengambil mantelnya di atas sofa.

“kenapa tidak menginap saja?! udah malam tau”, Reita berujar tanpa kehilangan fokusnya ke layar televisi sambil menyeruput moccanya.

“masalahnya kakekku ada di rumah! Aku bisa dimarahi kalau pagi tidak ada di kamarku”, Uruha memakai mantel dan melingkarkan headphone di lehernya.

“haha dasar! Kau selalu jadi anak baik kalau Kamijo-jiichan pulang”

Uruha mendengus, “aku pulang, eeh! Kunci mobilku!!”

Reita mengambil kunci mobil Uruha di atas meja di depannya, lalu melemparkannya ke arah Uruha. dan laki-laki jangkung itu pun pergi.

Reita kembali menyeruput moccanya, mematikan televisi lalu meregangkan kedua tangannya berdiri dari sofa menuju kamar. Sejenak ia terdiam di depan pintu kamarnya melirik pintu satu kamar lain yang biasa dijadikan sebagai kamar tamu dimana Uruha selalu tidur di sana jika bermalam di tempatnya, begitupun tadi. Reita menggaruk-garuk belakang kepalanya mendengus, membatalkan niatnya membuka kenop pintu kamarnya sendiri.

ナチュラルセンス  (◕‿◕✿)

Uruha menjalankan mobilnya dengan kecepatan biasa (kecepatan biasa ia menjalankannya). Hampir tengah malam, tapi masih banyak kendaraan yang melintas di jalanan Tokyo meski tidak sebanyak siang hari. Manusia-manusiapun masih saja ada yang berkeliaran. Cuaca diluar sedikit gerimis membuat hawa dingin malam semakin menusuk meski Uruha memakai mantel . Uruha lebih menaikan kecepatan mobilnya berharap bisa dibuntel selimut di atas tempat tidur empuknya sebelum pukul 12 malam. tanpa berusaha mengingat apa yang secara sempurna dia lupakan.

“okaerinasai tuan muda Uruha”, seorang Maid membungkukan tubuhnya menyambut kepulangan Uruha.

“ah tuan muda, anda sudah pulang?”, Nimo menghampiri Uruha sedikit merasakan keanehan. Uruha hanya memberikan ‘hm’an kecil melemparkan kunci mobilnya kearah Nimo yang segera ditangkap butler keluarga Yuuji itu. berjalan dengan cepat kearah tangga menuju kamarnya. Uruha benar-benar ingin segera memejamkan matanya di atas tempat tidur, sampai tiba-tiba Kamijo berdiri di ujung tangga atas sambil berpangku tangan membuat Uruha sedikit memelankan langkahnya menaiki tangga. “kakek belum tidur?”, tanyanya basa basi.

“mana Ruki?”, tanya Kamijo mengabaikan pertanyaan Uruha.

“he?”, Uruha berhenti di salah satu anak tangga, “memangnya dia belum pulang?”, tanya Uruha innocent.

“apa maksudmu Uruha? bukankah tadi Ruki pergi bersamamu? Lagipula apa saja yang kalian lakukan? Jam segini kau baru pulang?”

Uruha menggaruk-garuk tengkuknya, “ahah tadi aku mampir ke tempat Reita, jadi aku menyuruh Ruki pulang duluan. Mungkin dia juga mampir ke rumah temannya?”, Uruha tak yakin dengan kebohongannya. Mendadak perasaannya tak enak.

“Uruha….kau tidak bertanggung jawab sekali, Ruki pergi bersamamu seharusnya pulang juga bersamamu. Kenapa kau menyuruhnya pulang sendiri? dia belum terlalu mengenal kota ini, bagaimana kalau dia tersesat?”

“argh! dia kan bukan anak kecil, kenapa aku harus berlaku seperti baby sitternya?!”, Uruha mendengus kembali menaiki tangga dengan langkah cepat melewati Kamijo menuju kamarnya sedikit kesal. Menutup pintu kamarnya sedikit nepsong, melepas mantel dan headphonenya. Mengganti pakaiannya dengan err~ karena sekarang cuaca dingin jadi Uruha memilih memakai piyama saja.

Pukul 00.05 am.


Uruha menjatuhkan tubunya di atas tempat tidur. Menarik selimut sampai ke kepalanya berusaha memejamkan mata,

“oh ya, jangan pulang sebelum kujemput. Kakek bisa ngamuk kalau kau pulang sendiri mendahuluiku!”

tapi belum 5 menit matanya kembali terbuka. Padahal sejak masih mengendarai mobil di jalan tadi, matanya benar-benar tinggal beberapa watt saja tapi kenapa sekarang Uruha tidak bisa langsung terbang(?) ke alam mimpinya? Karena ada sesuatu tak mengenakan yang mengganjal di dalam hatinya, Ini membuat Uruha benar-benar merasa terganggu.

Uruha menyingkap selimut yang membuntel tubuhnya, menurunkan kakinya ke lantai dan berdiri berjalan keluar kamarnya. Menuruni tangga menuju ruang utama, Uruha melihat ada seorang maid yang masih berdiri di samping pintu depan dan Nimo juga berada di sana. “Tuan muda?”

“dia belum pulang?”

“iya, tapi tuan muda tenang saja, kami akan menunggunya di sini jadi sebaiknya tuan muda tidur saja”

“kunci mobilku!”

“ya?”

“kunci mobilku mana?!”

Nimo merogoh saku celananya mengambil kunci mobil tuan mudanya itu yang segera direbut Uruha cepat. Menyuruh maid yang ada di sana untuk membukakan pintu. “jangan katakan pada kakekku!”, ujar Uruha setengah berbisik pada Nimo.

“tapi tuan muda anda mau kemana?”

“mencari anak itu sebentar!”, seru Uruha berjalan cepat keluar rumah menuju garasi mobilnya.

Nimo dan maidanya hanya berpandangan belum bisa mencerna betul apa yang dikatakan tuan mudanya itu.

“ck! meski dia bego tapi dia tidak akan sebego itu kan? aku yakin paling dia ke rumah temannya”, Uruha menggerutu pada dirinya sendiri sambil menancapkan kunci mobil dan menyalakan mesinnya. “awas kau! aku tidak akan memaafkanmu karena sudah membuatku melakukan ini!”, gerutu Uruha sesaat sebelum menjalankan mobilnya.

Uruha hanya ingin menghilangkan perasaan mengganjal di hatinya, dia sendiri tidak yakin Ruki akan benar-benar masih menunggunya di sana. tapi setidaknya dengan malihatnya langsung kalau ia tidak ada di sana akan membuat perasaan mengganjal itu hilang dan jika benar hal itu terjadi, Uruha akan memberinya sedikit pelajaran karena sudah membuatnya kembali mengendarai mobilnya di malam menjelang pagi suntuk seperti ini.

ナチュラルセンス  (◕‿◕✿)

Uruha memarkir mobilnya di tempat seperti tadi pagi. Membuka pintu mobilnya sedikit bergidik karena cuaca pagi buta yang begitu dingin menusuk, bahkan Uruha hanya mengenakan piyama dan lupa memakai mantelnya. Uruha akan memberi Ruki pelajaran dua kali lipat juga karena hal ini. Uruha sedikit mengusap-usap lengan atasnya, bahkan mulutnya mengeluarkan uap dingin serupa asap rokok saat ia menghembuskan nafasnya dari sana. Uruha tidak beranjak dari pinggir mobilnya meliarkan pandangannya ke setiap area di sana yang terasa begitu sepi, berbanding 100 persen perbedaannya dengan keadaan siang tadi. wajar saja, sudah pukul satu pagi. Dan bulu kuduk Uruha mulai menegang menyadari betapa sepinya tempat itu. sedikit pemberitahuan(?) saja, Uruha keseringan liat horror movie jadi dia agak parno (plak)

“konyol”, dengus Uruha tersenyum maksa. Memang sejak awal dia yakin Ruki tidak akan berada di sana, dan sekarang terbukti. Uruha buru-buru kembali membuka pintu mobilnya hendak pulang, “aku benar-benar tidak akan memaafk— AGHH!!!!“, Uruha refleks menepis sesuatu yang tiba-tiba menyentuh punggungnya dari belakang. “K-kau?”, dan yang Uruha lihat adalah Ruki yang berdiri di belakangnya.

“lama sekali”

“apa si? Kau bego ya?! ngapain kau masih di sini?!!”, Uruha balas membentak. Jujur saja Uruha sedikit terkejut menemukan Ruki benar-benar masih di sana.

“apa? bukankah kau bilang jangan pulang sebelum kau menjemputku kan?”

“hah? kau pikir aku akan benar-benar menjemputmu! memangnya aku sopirmu! lagipula, kau itu tidak punya otak ya? meski kau menunggu seseorang menjemputmu tapi kalau sampai jam segini itu gila namanya! Pulang pake taxi kek!”, Uruha bentak-bentak panjang kali lebar.

“aku gak bawa uang”, jawab Ruki datar.

“HAH?! baka! bagaimana bisa kau bepergian tanpa bawa uang?”, bentak Uruha lagi nepsong.

“memangnya siapa yang menyeretku seenaknya tadi pagi? Padahal aku tidak ada persiapan sama sekali!”, Ruki mendengus.

“jadi… bagaimana caranya kau masuk ke sana?”, Uruha menunjuk Tropical Land tanpa mengalihkan pandangannya menatap Ruki.

“ya gak bisa lah, mau beli tiket dari mana?”

“baka! Jadi dari tadi pagi kau di sini ngapain ha?!”, Uruha naik darah.

“diem aja si”

Urat-urat dijidat Uruha bertonjolan, “aku tahu kau bego tapi aku tidak pernah menyangka kau sebego sini! kalau gak bawa uang, hubungi orang rumah bisa kan? minta jemput! Pake otakmu!”

“ponselku ketinggalan”

Uruha men-slap kepala Ruki nepsong.

“sudah kubilang tadi pagi aku tanpa persiapan sama sekali, Mana aku tahu kau juga akan meninggalkanku sendirian”

“pulang pake taxi, terus bayar ongkosnya di rumah!”

“kau bilang jangan pulang mendahuluimu”

“ya udah main ke rumah temanmu dulu kek! Bayar ongkos taxi-nya minjem sama temanmu!”

“aku tidak punya satupun alamat rumah temanku”

“ya udah pulang aja ke rumah!”

“kau kan yang menyuruhku jangan pulang sebelum kau jemput! Kau bilang jangan mendahuluimu!”

“BEGO!!!!”, Bentak Uruha. Ruki meremat samping celana jeansnya. “kau benar-benar bego!”, Uruha kehabisan kata-kata, jengkel. segera membuka pintu mobilnya. Sebenarnya ia jadi sedikit merasa bersalah, dan Uruha tidak suka perasaan seperti itu. “naik!”, suruh Uruha sambil duduk di kursi kemudinya. Namun ia tidak melihat Ruki berjalan ke depan mobilnya untuk duduk di sebelahnya. Uruha mendengus mengeluarkan kepalanya dari jendela dan menengok Ruki di samping mobil sport hitamnya itu. Uruha melihat makhluk minis itu masih diam di tempatnya berdiri tadi sambil sedikit menundukan kepalanya. “apa lagi si hah? aku mau tidur nih!”, protes Uruha. namun Ruki malah membalik tubuhnya tetap diam.

Uruha kembali mendengus jengkel membuka pintu mobilnya dan keluar, “Oi !!”, teriak Uruha. “buruan! Kakek bisa-bisa ngamuk nih kalau kau tidak kubawa pulang! Kau sengaja ingin membuatku dimarahi ya?! hah?!”, Uruha masih bentak-bentak seenak pahanya namun Ruki masih setia membelakanginya. “brengsek! Kau sengaja y—“, Uruha sedikit terkejut saat membalik tubuh Ruki dan menarik kerah baju makhluk minis itu membuat Ruki mengangkat kepalanya dan Uruha melihat ada air yang keluar dari kedua mata Ruki. “h-HEEEEEEEEEEE?!!!!.”, Uruha segera melepaskan kerah baju Ruki sedikit panik. “K-kau……air apa itu?!”, Uruha nunjuk pipi Ruki.

“a-AKU JUGA GAK TAHU!!!”, Ruki segera menyeka air mata di kedua pipinya namun air matanya kembali keluar. Uruha mematung, baru pertama kali ini dia melihat makhluk boncel itu dalam keadaan seperti itu.

“apa si? Kenapa tiba-tiba…”, gerutu Uruha pada dirinya sendiri. “cepat masuk!”, perintah Uruha lalu ia kembali memasuki mobilnya. Kali ini Ruki menuruti perkataan Uruha, tadi dia hanya sedikit terkejut dengan air mata yang tiba-tiba keluar dari kedua matanya. Dan Ruki bermaksud menyembunyikannya dari Uruha.

Uruha melirik Ruki yang duduk di sampingnya memasangkan seatbelt pada tubuhnya, “kau itu bukan anak kecil, kayak cewek aja nangis! Malu-maluin”

Ruki mendelik, “aku tahu!!! aku tidak butuh komentarmu!”, Ruki memalingkan wajahnya ke jendela mobil di sampingnya saat mobil sport hitam itu mulai melaju mengabaikan cerocosan Uruha karena komentarnya. Ruki merasa sangat kesal. Kesaaaaaaaalllll !!! sekali. Selama berjam-jam dia menunggu Uruha tapi saat akhirnya Uruha datang menjemputnya ia malah mendapatkan bentakan-bentakan dari makhluk berpaha itu. Ruki sendiri tidak mengerti tapi memang benar akhir-akhir ini perasaannya begitu sensitive sepertinya. Bukan pertama kalinya Uruha membentaknya, bukan pertama kalinya Uruha mengatainya bego atau semacamnya, tapi entah kenapa perasaan Ruki tadi benar-benar sakit mendengarnya hingga tanpa sadar air matanya keluar. bahkan saat ini Ruki bisa merasakan pipinya kembali basah tanpa seizinnya.

“aku tidak tahu apa yang ada di otakmu itu! tapi aku baru pertama kali menemui orang sebego kau, menunggu sampai jam segini”, dengus Uruha.

“kau bilang….kau tidak akan memaafkanku kan kalau aku pulang mendahuluimu?”, gumam Ruki. Uruha meliriknya. “kau pasti akan marah dan semakin membenciku kan?”

“ck! benar! tapi apa kau setakut itu tidak kumaafkan? Ngomongnya tidak akan kalah! Berani menantangku! Ternyata payah”

“memang payah”

Uruha kembali melirik Ruki, dia merasa saat ini makhluk di sampingnya ini benar-benar sedang dalam keadaan aneh dan itu sangat mengganggunya.

“Uruha?”

“…….”

“sebenarnya tadi pagi aku ingin berteriak agar kau jangan pergi”

“…….”

“aku tidak tahu bagaimana cara membeli tiketnya, aku tidak tahu bagaimana cara masuk ke sana, aku tidak tahu bagaimana caranya jika ingin menaiki salah satu wahana di sana, aku tidak bisa jika sendirian. Waktu itu aku belum sadar tak membawa uang”, Ruki masih memalingkan wajahnya ke arah jendela di sampingnya.

“ck! dasar kampungan!”, dengus Uruha tetap konsentrasi menyetir mobilnya.

Ruki tersenyum hambar, ia kembali mengusap air matanya yang kembali keluar. Ruki tahu Uruha akan mengatakan kata-kata seperti itu karena itu juga ia tidak meneriakannya tadi. Uruha pasti tidak akan perduli. Dada Ruki terasa lebih sakit.

Uruha melirik makhluk yang setia memalingkan wajahnya ke arah jendela, Uruha bisa melihat Ruki mengusap-usap pipinya dengan punggung tangannya. Uruha bisa melihat Ruki menangis dari pantulan kaca jendela mobilnya. Uruha bisa melihat bajunya sedikit basah karena hujan gerimis, Entah kenapa perasaan Uruha benar-benar tak enak. Ia merasa sedikit kacau. Uruha sebenarnya merasa cukup bersalah telah membuat makhluk minis itu menunggunya selama itu, tapi dia tidak mau mengakuinya.

“kau depresi karena tidak bisa masuk ke Tropical Land ya? baka!”, ejek Uruha. ia kembali melirik Ruki namun tak ada respon sama sekali atas ejekannya. Ruki yang biasanya(?) seharusnya dia mengelak atau membela diri tak terima. Uruha mendengus segera memberhentikan mobilnya di pinggir jalan membuat Ruki menoleh ke arahnya bingung.

“ada apa?”.

“ada apa kau bilang? Kau yang ada apa?!”, Uruha jadi terbawa suasana, ia merasa tidak nyaman dan sedikit kacau dengan keadaan Ruki yang abnormal baginya.

“jangan hiraukan aku! konsentrasi saja menyetir mobilmu”, Ruki kembali memalingkan wajahnya ke arah jendela.

“kau…..ergh!”, Uruha ikut memalingkan wajahnya ke jendela. Tapi Uruha bisa melihat laki-laki mungil di sampingnya itu melalui pantulan kaca jendelanya dan tanpa sengaja mata mereka bertemu pandang di sana. Uruha segera memalingkan wajahnya kembali melihat ke depan sampai beberapa saat kemudian Ruki menampar bahunya keras. “apaan si?!”, protes Uruha tak terima.

“jalankan mobilnya!”

“berani kau memerintahku??!! memangnya aku sopirmu!!”

“tadi kau yang bilang ingin segera pulang!”

“aku sedang menenangkan diri!!”, Uruha emosi.

“menenangkan diri?”, Ruki mengernyitkan dahinya tak mengerti. “oh, aku baru sadar kau memakai piyama! Berarti kau sudah pulang terus menjemputku?”

“terpaksa! Kakekku sudah uring-uringan cucu kesayangannya hilang”, Uruha kembali mendengus.

Ruki mendorong lengan Uruha, “kau masih cemburu padaku! Sudah kubilang dia itu kakekmu! Bukan kakekku!”

“berani kau dorong-dorong aku hah!!”, Uruha melotot.

Gruuuuk!

“eh, apa itu? T_T”

Ruki memegangi perutnya, “wajar saja kan? aku Cuma sarapan hari ini”, Ruki sedikit mengembungkan pipinya. “karena itu cepat jalankan mobilnya!”

“jangan menyuruhku!!”

“kalau begitu tolong jalankan mobilnya~”, Ruki tersenyum maksa.

“cis!”, Uruha mendelik kemudian segera menyalakan mesin mobilnya. Karena sebenarnya dia juga ingin cepat pulang dan tidur. Namun baru sekitar lima menit Uruha menjalankan mobilnya, Laki-laki jangkung itu tiba-tiba sudah mendengar sebuah dengkuran pelan di sampingnya, membuat urat-urat dijidatnya berkedut jengkel. Sementara dia menyetir makhluk minis itu malah enak-enakan tidur.

Uruha sedikit melirik makhluk di sampingnya itu yang menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi mobilnya agak sedikit menyamping lebih condong ke arahnya. Entah setan apa yang merasuki Uruha tapi mendadak wajah Uruha panas dingin(?) melihat Ruki tertidur di sampingnya. Uruha segera menjedotkan kepalanya ke stir membuat kalksonnya bunyi tapi itu tidak bisa mengganggu kekeblukan Ruki.

ナチュラルセンス  (◕‿◕✿)

“wali kelas bilang kau tidak masuk karena demam? Payah!”, ujar Saga pada seseorang di teleponnya, “iya, aku akan pulang lebih cepat hari ini! kau sudah terima alamatnya kan? ok! sip!”, dan Saga segera menutup sambungan di ponselnya saat melihat dua orang yang seperti tak dapat dipisahkan(?) itu hendak lewat ke depan kelasnya. Saga memasukan ponsel ke saku celananya, mengunyah-ngunyah permen karet di dalam mulutnya bersandar pada dinding di samping pintu kelasnya. sejak jam pulang tadi Saga sudah stand by di depan kelasnya tidak seperti biasanya ia berdiam di bangkunya sambil memain-mainkan netbooknya atau membaca manga.

Melihat kedua orang itu sudah cukup dekat, Saga mengumpulakan keberanian melangkahkan kakinya tepat ke depan arah langkah Tora dan Shou berjalan membuat ketua osis dan wakilnya itu berhenti. “Kau, ada apa?”, tanya Shou.

“tanyakan saja pada ketua-mu ini!”, Ujar Saga melirikan matanya ke arah laki-laki di samping Shou dan Shou hanya mengernyitkan dahinya tak mengerti.

Tora tersenyum tipis dengan kelakukan adik kelasnya itu, “sebaiknya kau duluan saja!”, Tora mendorong punggung wakil yang selalu setia mendampinginya itu. meski awalnya Shou terlihat ragu tapi akhirnya ia menurut untuk pergi ke ruangan organisasinya tanpa sang ketua.

“jadi, kau ingin menagih ganti rugi itu?”, tanya Tora tanpa menghilangkan senyuman tipis itu di wajahnya.

Saga membuka pintu kelasnya, “bisa kita masuk ke dalam? Kaichou-sama? Rasanya tidak enak dilihat orang saat kita melakukan pembicaraan serius seperti ini”

Tora sedikit menundukan kepalanya tersenyum. Dia bukan orang yang banyak waktu luang harus melayani keisengan adik kelasnya itu. tapi akhirnya ia masuk juga. “baiklah, jadi berapa yang kau minta? Aku sedang di tunggu anggota yang lainnya di ruangan”

Saga menutup pintu kelasnya, “wah! aku sudah mengganggu waktumu, padahal kau kan orang yang sangat sibuk”, ujar Saga sambil mengunyah permen karetnya.

“tidak apa. jadi berapa?”

“em…baiklah”, Saga berlagak menghitung pakai jarinya, “ goresan di motor, tangan terkilir dan rasa malu. Semuanya 500.000 yen”, ucap Saga enteng.

Tora lebih melebarkan senyumannya, “kau bercanda?”

“aku serius!”, sepertinya Saga mulai berani lagi berlaku tidak sopan pada ketua Osis-nya itu.

“itu tidak masuk akal untuk sebuah kecelakaan ringan seperti itu”, Tora memangku kedua tangannya. “aku bisa melaporkanmu karena sebuah kasus penipuan Sakamoto-kun”

“lho! Aku juga bisa melaporkanmu karena tidak mau bertanggung jawab! Lagipula memangnya siapa yang menipu?”

Tiba-tiba Tora meraih tangan kanan adik kelasnya itu membuat Saga mengernyitkan dahinya, “a-ada apa?”

Tora mengangkat pergelangan tangan adik kelasnya itu tampak memperhatikannya dengan teliti, “aku sering terkilir ketika berada dalam club basket dulu, jadi sedikitnya aku belajar dari pelatihku soal kilir-terkilir”, Tora menekan-nekan pergelangan Saga dengan ibu jarinya, “jadi aku tahu mana saraf yang benar pada tata letaknya dan tidak”, Tora tersenyum, “dan tanganmu ini tidak terkilir”, ucapnya datar.

Saga segera menarik pergelangan tangannya dari tangan ketua Osis BHS itu, “itu…mungkin karena kemarin sudah diurut sama tukang urut kok”

“kau bisa langsung mengendarai motormu kemarin tanpa terlihat terganggu sedikitpun”

Saga kena tamparan telak. “itu....waktu itu belum terlalu terasa sakitnya, jadi aku bisa mengendarai motorku meski sedikit sakit tapi aku hanya tidak memperlihatkannya”, Saga memutar-mutarkan kunci motor di jari telunjuknya tak kehabisan kata-kata.

“ck !”, Tora menggeleng-gelengkan kepalanya pelan, “ kau memang tidak pernah berubah ya, Sakamoto”

“jadi kau akan membayar atau tidak? Kaichou-sama? Kau putra konglomerat besar Amano, uang senilai itu bukan masalah besar untukmu kan? atau keluarga Amano itu sebenarnya pelit”, ucap Saga asal.

Tora tertawa kecil mendengar kata-kata asal adik kelasnya itu, niat sekali dia memalak seorang ketua Osis, kalau dia bukan Amano yang selalu menanggapi apapun dengan santai, Saga pasti sudah jadi korban amukan, sampai bawa-bawa nama keluarga pula. Saga memang tipe orang yang menyebalkan ==” “ini soal ganti rugi kan? bukan minta meminta? Jadi aku hanya ingin nilai yang masuk akal dan sesuai dengan kerugian yang kuakibatkan”

“kau tahu Kaichou-sama, kemarin kau telah mempermalukanku di depan banyak orang. Ini masalah harga diri. Itu yang membuatnya harus dibayar dengan harga tinggi”

Tora memutar bola matanya sampai akhirnya kembali menatap Saga, “harga diri ya?”, Tora kembali menyunggingkan senyumannya berjalan lebih mendekat ke arah adik kelasnya itu,
“baiklah, 10.000 yen”

“cis! Yang benar saja! itu hanya 2% dari yang kuminta!”

“50.000 yen?”

“300.000 yen lah, tidak ada tawar menawar lagi”, Saga memasukan kedua tangan ke dalam saku celana seragamnya.

Tora mulai merasa terpancing emosinya. Dia merasa sedikit jengkel. Sampai tiba-tiba ponsel di saku celananya bergetar, dan Tora segera mengangkat panggilan masuk ke ponselnya tersebut yang tidak lain adalah dari Shou yang menyuruhnya segera datang ke ruang organisasi. “baiklah, aku segera ke sana”, ucap Tora sesaat sebelum menutup pembicaraannya. Saga hanya mengerutkan dahinya melihat ketua Osisnya itu mengeluarkan dompet dari saku celananya, mengeluarkan beberapa lembar uang dan memberikannya pada Saga yang Saga yakin jumlahnya hanya 10.000 yen. “maaf, aku sedang tidak punya waktu bermain-main denganmu”, Tora memasukan dompetnya kembali ke saku celana belakangnya. “lain kali akan kuberikan sisanya”, ucap Tora lalu membuka pintu kelas 2-3 itu hendak keluar.

Saga meremat celana seragam bagian sampingnya. Dia belum mengizinkan kakak kelasnya itu meninggalkannya, Saga belum ingin ketua Osisnya pergi dari hadapannya.

Grep!

Tora kembali menoleh saat tiba-tiba Saga meraih pergelangan tangannya, “pembicaraan kita belum selesai”

“maaf tapi sekarang aku sedang terburu-buru”, Tora melepaskan pegangan Saga, Namun adik kelasnya itu ngotot menariknya kembali ke dalam kelas.

SREG!!!

ナチュラルセンス  (◕‿◕✿)

Beberapa maid membungkukan tubuhnya menyambut kepulangan Uruha. Laki-laki jangkung itu menyerahkan tasnya pada salah satu maid yang ada di sana lalu segera menaiki tangga menuju kamarnya. Uruha memutuskan tidak mempunyai kegiatan apapun sepulang sekolah hari ini, dia benar-benar ingin istirahat. apalagi semalam dia hanya tidur beberapa jam saja dan itu tidak cukup. Karena itu Uruha akan membayar itu dengan mengistirahatkan dirinya dari kegiatan bermain sepulang sekolah dan memilih tiduran di rumah.

“ah tuan muda Uruha, okaerinasai”, sambut Nimo yang secara kebetulan berpapasan dengan Uruha di lantai dua.

“hm”

“tuan muda! Kamijo-sama menyuruh saya menyampaikan kalau tadi pagi beliau mendadak harus kembali terbang ke Arab Saudi(?) selama beberapa hari”

“oh dia pergi lagi?”, tanya Uruha. mendadak ia kembali merasa bebas.

“beliau juga berpesan rukun-rukunlah bersama tuan muda Ruki”, tambah Nimo.

Uruha mendengus kembali melanjutkan perjalanannya menuju kamarnya, namun tiba-tiba langkahnya terhenti dan kembali berbalik menghadap Nimo, “aaa….bagaimana keadaannya?”, tanya Uruha setengah berbisik-bisik.

“ya tuan?”

“anak itu! bukankah tadi pagi dia demam?”

“oh tuan muda Ruki, iya. keadaannya berangsur-angsur membaik”, jawab Nimo kembali tersenyum. Uruha hanya memajukan bibir keritingnya entah apa maksudnya ==”. Lalu ia kembali membelakangi Nimo berjalan ke kamarnya. “tapi tadi tuan muda Ruki pergi”

Uruha kembali menghentikan langkahnya, dan menoleh, “pergi? Main?”

Nimo menggelengkan kepalanya, “dia bilang dia hendak menginap selama beberapa malam di rumah temannya”, Uruha hanya ber’O’ ria tak perduli. “tapi saya pikir dia hendak bercamping? Dia membawa hampir semua baju yang di bawanya dulu dari lemarinya, bahkan sandal dan sepatu juga buku-buku sekolahnya”

“he?”


TBC  (◕‿◕✿)

No comments:

Post a Comment