Search + histats

Monday, 24 December 2012

Natural Sense ★11



Author : Rukira Matsunori
Rated : T
Genre : AU/ gajeromance/ BL (MaleXMale)
Fandom(s) : the GazettE, alicenine, A(ACE), ViViD, ScReW, D=OUT, Versailles, dkk?
Pairing(s) : Uruha x Ruki? Ruki x Uruha?, Tora x Saga.
Chapter(s) : 11
Warning : bahasa sakarep, Jangan anggap serius FIC ANEH ini!!! DON’T LIKE DON’T READ!!
Length : 13 pages (3.732 words)
Note : -


Chap 11 : ~ Sensitive~

Natural Sense ~♪
ナチュラルセンス

Uruha berdiri diam di ambang pintu ruang makan melihat Ruki sudah terduduk di salah satu kursi meja makan rumah keluarga Yuuji itu. padahal semalam ia sudah menyuruh para maidnya untuk tidak membiarkannya masuk lagi ke rumah ini. ditambah makhluk mini itu duduk di kursi meja makan, itu artinya dia akan ikut sarapan di sana bersama Uruha?

“apa-apaan ini? siapa yang berani memasukannya ke rumah?”, tanya Uruha dengan nada tinggi pada Nimo dan dua orang maid yang ada di sana.

“saya tuan”, jawab Nimo sedikit menganggukan kepalanya lemah.

“Nimo!! kau kupec—aw!!”, Uruha tiba-tiba mengusap-usap belakang kepalanya karena di geplak seseorang dari belakang. “Kakek!”, seru Uruha melihat Kamijo tiba-tiba sudah berdiri di belakangnya. “ka-kakek…. kau pulang? Kenapa tidak memberi tahuku dulu sebelumnya?”, tanya Uruha sedikit terkejut.

“aku ingin sedikit memberimu kejutan, dan sepertinya aku berhasil”, ucap Kamijo menyeringai. “Uruha, yang bisa memecat Nimo hanyalah kakek! Lancang sekali kau bilang mau memecatnya”

“he? Aa…”

“dan seperti itu kelakuanmu saat aku tak ada? Bahkan semalam kakek menemukan Ruki diluar karena kau yang melarangnya masuk? Apa yang kau lakukan? Hak apa yang kau punya sampai mengusir Ruki? Dia adalah cucuku juga, dan bagian dari keluarga ini.  Kau membuatku kecewa Uruha”

Wajah Uruha langsung memucat mendengar kata-kata Kamijo yang terdengar begitu dingin baginya. Selama ini Kamijo memang selalu memanjakan Uruha namun dia akan bersikap seperti sekarang ini jika dia merasa tidak nyaman dengan kelakuan Uruha. tapi itu jarang sekali terjadi. Kamijo adalah orang yang dididik untuk bersikap tegas pada waktu-waktu tertentu sejak ia kecil. Dan ia menanamkan itu juga pada almarhum putrinya Rena. Tapi untuk Uruha, bisa dikatakan Kamijo terlalu memanjakannya, ketegasannya bahkan kadang masih ia tahan jika menyangkut Uruha.

“aku…maaf”, Uruha menundukan wajahnya.

Kamijo menatap cucunya itu beberapa lama saat Uruha menunduk. “ayo sarapan!”, ucapnya lalu berjalan ke arah meja makan dan duduk di satu kursi yang sudah bak singgasananya lalu Uruha menyusulnya kemudian, duduk di salah satu kursi makan diseberang Ruki.

“selamat pagi Ruki”, sapa  Kamijo tersenyum. Uruha mendelik Ruki galak dan Ruki menyadarinya.

“aa…se-selamat pagi”, Ruki tersenyum kaku mengangguk-anggukan kepalanya gugup. Masih sesuai perkiraannya sejak pertama bertemu dengan laki-laki itu, Ruki merasa Kamijo punya aura wibawa dan kebijaksanaan yang tinggi, membuat Ruki sulit bersikap harus bagaimana di depannya. Ditambah lagi karena kejadian semalam. Tadi Nimo mengatakan kalau semalam Kamijo menggendongnya dari luar rumah dan yang lebih memalukan Ruki tak sadar bahkan sampai ia kembali ditidurkan di atas kasur di kamarnya, saking kebluknya dia. Ruki memang makhluk praktis, tidur di depan pintu rumahpun bisa sampai sebegitu nyenyaknya, daya bertahan hidupnya memang tinggi.

“bagaimana, kau betah tinggal di sini?”

“a…ahaha iya”, Ruki menggaruk-garuk pipinya.

“kakek sudah mendengarnya, Uruha tidak memperlakukanmu dengan baik di rumah ini. maafkan dia”

“ahahah tidak, tidak apa-apa”, Ruki menggeleng-gelengkan kepalanya. Uruha mendengus.

“kau sudah menjadi bagian dari keluarga ini, kau adalah cucuku. Jadi jangan sungkan untuk mengatakan apapun padaku jika ada sesuatu yang membuatmu tidak nyaman, ya Ruki?”

“a-arigatou Kamijo-sama”

Kamijo mengangkat satu jarinya, “panggil aku kakek!”

“oh h-hai Kakek”, Ruki merasa canggung memanggil orang yang begitu besar itu dengan sebutan kakek. “a-ano…semalam, kakek yang menggendongku? Ma-maaf sudah merepotkan!!”, Ruki menundukan kepalanya dalam, benar-benar malu. “kenapa kakek repot-repot, seharusnya kakek membangunkanku saja”

“hm?  Itu? haha… tidak apa. kakek tidak tega membangunkanmu, lagipula sebenarnya kakek bisa menyuruh pengawal untuk menggendongmu tapi kakek memang ingin melakukannya. Dulu kakek sering melakukannya kalau Uruha ketiduran bukan di kamarnya. Rasanya sudah lama sekali…..sekarang Uruha sudah setinggi ini, dia tidak mau digendong lagi”

“……”. Tentu saja! lucu aja kalau punya tubuh setinggi itu dan diusia segitu terus digendong kakek-kakek. Tapi kalau Ruki, tentu saja berbeda.

Uruha menatap Ruki yang kelihatan masih agak canggung diajak bicara kamijo itu dengan sinis dan Ruki segera menyadarinya. Membuat dua makhluk yang saling berhadapan dalam satu meja makan itu saling bertatapan sengit namun Ruki segera mengakhiri perang mata mereka, mulai menyantap makanannya saat Kamijo mengajak mereka memulai sarapannya. Namun sesekali Ruki melirik Uruha di seberangnya, entah kenapa perasaannya benar-benar tak enak.


ナチュラルセンス  (◕‿◕✿)

“kerja part-time?”

“benar. aku tidak mungkin tinggal di rumah besar Kamijo-sama selamanya kan?”, Ruki meletakkan kepalanya di atas meja bangkunya.

“tapi kau kan sudah diangkat sebagai cucunya”, ujar Saga tanpa mengalihkan pandangannya dari netbook kesayangannya. Sebenarnya beberapa saat yang lalu Ruki baru sadar kalau soal netbook Saga yang rusak gara-gara ia sembur itu Cuma tipuan Saga, dan mereka sempat adu mulut (bukan kissu-an!) tadi. Tapi apa boleh buat, toh itu sudah berlalu….

“aku merasa tidak pantas untuk itu”

“apa karena Uruha?”, kini Saga menolehkan wajahnya pada teman mungilnya itu.

Ruki menggesek-gesek sebelah matanya masih meletakan kepalanya di atas meja, “sebagian karena itu, dan sebagian lagi…. aku ingin belajar hidup mandiri”.

“tapi di sekolah ini dilarang kerja part-time lho!”

“aku bisa melakukannya sembunyi-sembunyi, tapi…. aaah~ kalau kau tahu, percuma aku menyembunyikannya”, Ruki mendengus.

“hahah…. Jangan salah! Aku bisa baik juga kok! Aku akan tutup mulut kalau kau memohon-mohon di tengah lapang sekolah padaku”

“amit-amit!”

Saga tertawa kembali berkutat dengan netbooknya. “kenapa tiba-tiba? Padahal sebelumnya kau bilang tak akan kalah darinya, kalau kau keluar rumah itu bukankah itu kemenangan untuk Uruha?”

“hm…..entahlah, sepertinya akhir-akhir ini aku jadi lebih sensitive. dan itu sedikit menyiksa. Mungkin perasaanku sudah terlalu capek menerima kata-kata pedas Uruha”, Ruki mulai merasa tidak nyaman. Ruki sudah biasa dikatai ‘keluar dari rumah ini’ oleh Uruha. tapi entah kenapa tadi malam rasanya dia benar-benar ingin menangis wkwk. Ruki benar-benar tidak nyaman dengan perasaan seperti itu.

“hmm…”, Saga mengangguk pelan tersenyum samar. Jelas dia mengerti dengan kata ‘sensitive’ itu dan apa yang membuat perasaan Ruki menjadi seperti itu. “aku turut prihatin dengan keadaanmu haha”, Ruki mendelik tak menyukai komentar Saga, “sebenarnya aku juga tinggal sendiri di sebuah apartemen, dan….sedikit mewah. Kurasa kau tidak akan bisa membayarnya hanya dengan kerja part time-mu wkwkwkwk”

“gak usah ngomong!”, dengus Ruki.

“tapi kalau kau mau aku bisa berbagi ruang denganmu. Selama kau tidak merepotkanku….dan tentu saja tidak gratis! Setengah gaji kerja-mu tidak apalah satu bulan wakak”

“eh?! Benarkah?”, Saga mengangguk atas pertanyaan Ruki dengan seringaian khasnya membuat Ruki tidak yakin. “aah paling kau hanya ingin menjailiku”, dengus Ruki kembali meletakan kepalanya di atas meja.

“aku serius! kalau kau mau, cepat putuskan!  Atau aku berubah pikiran beberapa detik lagi. Dapat tempat tinggal di Tokyo itu bukan hal mudah! Aku sudah berbaik hati padamu”, Saga tersenyum iseng tanpa mengalihkan pandangannya dari netbooknya, asik mengetikkan sesuatu.

“cis!!”


ナチュラルセンス  (◕‿◕✿)

Banyak anak-anak perempuan yang melewati jendela di koridor depan kelas 3-1 itu saling berbisik-bisik dan tebar pesona, bahkan ada yang dengan sengaja bolak-balik demi mendapatkan perhatian ketua osis dan wakil ketua osis BHS yang tidak biasanya nangkring di sana, berdiri mengobrol santai menyeruput minuman kaleng di tangan mereka, sambil melihat keluar jendela di jam istirahat. banyak hal yang mereka obrolkan, mereka selalu mempunyai topic untuk dijadikan perbincangan. Mulai dari mengomentari masalah politik(?) negara mereka yang mereka lihat di berita pagi ini, tugas-tugas proposal anggota mereka yang telat mereka terima, masalah kedisiplinan sekolah, berlanjut ke pembicaraan masalah adik-adik kelas mereka, menggosipkan siswi-siswi kelas 1 yang menurut mereka manis. sampai tiba-tiba sang ketua terdiam sambil menyeruput minuman kalengnya.

Pembicaraan mereka adalah tentang siswi adik kelas mereka yang manis-manis, tapi yang muncul di pikiran sang ketua osis sepertinya OOT. Walau memang yang muncul dipikirannya juga manis tapi dia bukan seorang SISWI!!

“Shou?”

“ya?”, Shou menoleh ke arah ketua-nya di sampingnya. Tiba-tiba sang wakil ketua osis itu mengernyitkan dahinya mendadak di tatap begitu tajam oleh Tora. Dia melihat ketua osisnya memegangi dagunya begitu serius memandangi wajahnya, “tu-tunggu! Kenapa kau menatapku begitu?”, Shou sweatdrop.

Tora semakin serius menatapnya membuat Shou merasakan firasat buruk. “tidak ada keinginan itu sama sekali”, gumam Tora memalingkan wajahnya kembali menatap keluar jendela sambil meneguk minumannya.

“keinginan? Keinginan apa?”, tanya Shou bingung.

Tora menolehkan wajahnya, “menciummu”

“HAH?!”, Shou segera menempelkan punggung telapak tangannya di kening Tora. “bicara apa kau ini? memangnya siapa juga yang memintamu menciumku?”, Shou mendengus kembali meneguk minumannya.

Tora terkekeh pelan, “kau ini suka perempuan kan?”

“tentu saja!!”

“tapi tidak semua perempuan ingin kau cium kan?”

“jelas! Laki-laki macam apa yang ingin mencium semua jenis perempuan! Yang jelas yang ingin kucium pastilah cewek yang kusuka”, Shou menoleh ke arah Tora masih dengan bingung. “kenapa tiba-tiba?”

“ahaha tidak”, Tora kembali menerawang keluar jendela. Ia laki-laki, dan ia tahu itu. meski Tora tidak pernah menjalin hubungan yang serius dengan teman-teman wanitanya, ia sering melakukan hal seperti itu karena memang dia menginginkannya. Tora memilih mereka karena memang ia menyukainya. Tora suka wanita yang lebih tua, itu adalah tipenya. tapi tidak setiap wanita yang lebih tua ia sukai. Tidak semua wanita yang lebih tua membuat Tora ingin mencumbunya.
Dan anak itu adalah seorang laki-laki. bukan tipenya (lebih tua) dan yang pasti bukan seorang perempuan! Tapi kenapa keinginan itu tiba-tiba saja seakan melesat di hasratnya sampai tanpa sadar ia melakukannya waktu itu.

Sejak awal memang Tora sedikit tertarik padanya, Shou lah yang mengatakan pertama kali kalau ia mempunyai wajah seperti Uruha. laki-laki tapi cantik. Ya, katakanlah Tora tertarik padanya, apalagi setelah semua kejailan konyolnya itu membuat Tora benar-benar tertarik padanya. Tapi hanya sebatas seperti melihat game yang menarik hingga membuatnya ingin memainkannya, mobil yang unik membuatnya ingin mengendarainya, dan karena ia adalah manusia, Tora pikir menyenangkan jika ada manusia unik seperti itu disekitarnya. Hanya sebatas itu.

ナチュラルセンス  (◕‿◕✿)

Kamijo tersenyum sambil duduk bertumpang kaki di sofa bak singgasana(?)nya melihat Nimo mengantarkan Ruki ke ruangannya. “duduklah!”, suruh Kamijo pada makhluk minis itu yang hanya berdiri di depan pintu setelah ditinggalkan Nimo. Ruki mengangguk lalu segera berjalan ke salah satu sofa dengan sedikit menggusur satu kakinya karena terjatuh dari tangga semalam lalu mendudukan dirinya di sana, sedikit meliarkan pandangannya di ruangan asing yang tak pernah ia masuki sama sekali karena kabarnya itu ruangan khusus Kamijo. “jangan sungkan, aku ini kakekmu haha”

“a-hai…”, meski dibilang begitu tetap saja aura mawar(?) Kamijo tetap terasa berat bagi Ruki untuk tidak bersungkan-sungkan ria dengannya.

“maaf, kakek tidak selalu bisa berada di rumah dan memperhatikanmu. Sebelumnya juga kita hanya bertemu dan tidak banyak yang bisa kita bicarakan. Sekarang kakek ingin kau benar-benar mengenal keluarga dimana kau tinggali sekarang, sebelum kakek harus kembali meninggalkan rumah ini”, Kamijo kembali menyunggingkan senyum di bibirnya. Ruki hanya mengangguk kecil tak berkata apa-apa. “kau bisa melihat foto itu?”, Kamijo menunjuk salah satu foto besar yang tergantung di dinding ruangan itu dimana seorang wanita tersenyum menggunakan kimono duduk dengan anggunnya di sebuah kursi. “dia adalah almarhum istriku, Jasmine. Wanita yang dijodohkan orang tuaku, wanita yang menggantikan nenekmu yang begitu kucintai”, Kamijo tersenyum menatap wajah foto itu yang seakan juga membalas senyumannya, “Meski awalnya kakek terpaksa menikah dengannya, tapi dia telah melahirkan seorang putri. Putri kami satu-satunya, Rena. bahkan sampai sekarang aku masih mencintainya”

Ruki menoleh ke arah Kamijo dan ia bisa melihat kerinduan tergambar jelas dari tatapan matanya. “lalu seorang putri cantik di sana”, Kamijo kembali menunjuk beberapa foto dimana yang Ruki tahu itu adalah foto-foto gadis bernama Rena, dari mulai ia bayi sampai ia tumbuh menjadi gadis remaja yang begitu cantik terdapat fotonya di sana.dia adalah putri Kamijo satu-satunya dan ibu Uruha. Gadis tercantik yang pernah Ruki lihat selama hidupnya. “dia adalah putriku….Rena”

“benar-benar cantik”, Ruki bergumam.

“benarkan? Hanya laki-laki bodoh yang menyia-nyiakannya”

“he?”, Ruki kembali menoleh pada Kamijo. “maksud and—eh kakek?”

Kamijo menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi sambil berpangku tangan menatap foto putrinya, “itu kesalahanku. Kupikir membiarkan Rena memilih pasangan hidupnya sendiri itu demi kebaikannya, karena aku tidak bisa melakukannya dulu jadi aku membiarkan Rena bebas memilih pasangan hidupnya. Rena begitu mencintai laki-laki itu……tapi laki-laki itu menyakitinya, bahkan sampai akhir hayatnya”, pandangan Kamijo terlihat begitu kosong. “ah, maaf…haha kakek tidak bermaksud menceritakan hal seperti itu”

“i-iie….daijoubu”, Ruki justru ingin mendengarnya lebih banyak. Entah kenapa ia begitu penasaran, mungkin jika diceritakan lebih dalam ia bisa mengetahui masa lalu Uruha? entah kenapa Ruki merasa masalah orang tua Uruha itu mungkin ada hubungannya dengan pikiran yang mengganjal di kepalanya akhir-akhir ini tentang Uruha. Ruki tidak mengerti kenapa ia jadi begitu ingin tahu tentang Uruha. Ruki ingin tahu semua tentangnya, cerita apapun yang berhubungan dengannya membuat Ruki ingin mendengarnya lebih. Ada apa dengan Ruki?

“ah lalu foto keluarga itu adalah keluarga Amano. keluarga kakak kakek, Yukiko dan suaminya Shuusaku, lalu anak mereka Yusaka dan istrinya Sherry dan yang masih kecil itu adalah Shinji. sekarang dia adalah ketua Osis di BHS, kau sudah mengenalnya kan?”

Ruki menganggukan kepalanya kuat lalu kembali melihat foto keluarga itu.  dari namanya saja jelas sekali kalau ibu Tora itu bule dan ia cantik. Ruki pikir keren sekali punya ibu seorang bule.

“dan itu adalah almarhum kedua orang tua kakek, Hayashi dan Rumiko”, Ruki melihat sebuah foto hitam putih yang hanya satu-satunya berada di sana. “di sini adalah tempat kakek menghilangkan rasa lelah, dengan bisa melihat orang-orang yang berharga bagi kakek itu sudah sangat menentramkan. Kemarilah…..”, Kamijo menepuk permukaan sofa di sampingnya mengisyaratkan Ruki untuk duduk di sana. Ruki sedikit mengangguk dengan canggung lalu segera berjalan menghampiri kakeknya itu dan duduk di sampingnya sesuai keinginannya, “Kakek ingin kau juga menjadi salah satu orang yang bisa menghibur kakek saat kakek kelelahan nanti”, Kamijo menunjuk dinding kosong di samping foto-foto Uruha. “fotomu harus tergantung di sana”, Kamijo tersenyum. Dan Ruki bisa melihat ada satu foto kecil neneknya saat muda juga di sana yang ternyata lumayan(?) cantik untuk ukuran manusia jadul. tapi ada hal yang membuat Ruki heran saat melihat foto-foto Uruha.

“ano—“

Cklek!

Perhatian Ruki dan Kamijo tersita kearah pintu ruangan itu yang mendadak terbuka. “Nimo bilang kakek memanggilku?”, tanya Uruha tiba-tiba masuk ke dalam ruangan.

“ah Uruha….kemarilah”

Uruha berjalan dengan malas menghampiri Ruki dan kakeknya yang duduk bersama di sebuah sofa. “kakek tidak mau ada kejadian seperti kemarin lagi, berjanjilah pada kakek untuk tidak mengusili Ruki lagi, sekarang ayo baikan! Kakek ingin melihat kalian berteman baik jadi ayo bersalaman!”

Uruha sedikit mendengus mendelik Ruki tapi akhirnya ia menyodorkan tangannya. Ruki menatap Uruha yang masih memasang tampang jutek dengan ragu menerima sodoran tangan Uruha. “nah mulai sekarang berjanjilah untuk selalu akrab. Kakek tidak bisa selalu berada di rumah, Kakek ingin kau menjadi pengganti kakek menemani Ruki di sini, memberitahu hal-hal yang belum Ruki ketahui tentang keluarga dan rumah ini, mengenalkannya pada lingkungan di sini dan jadilah seorang kakak yang baik. Kau lebih tua dari Ruki, Uruha. perlihatkanlah kalau kau lebih tua darinya, jangan malah bersikap kekanak-kanakan seperti menjailinya. Berjanjilah untuk tidak mengecewakan kakek lagi”, ujar Kamijo panjang lebar.

“iya”

Meski Uruha menjawab seperti itu, Ruki yakin ia hanya terpaksa menjawabnya.

“kau dengar Ruki? Kakek percaya pada Uruha, dia sebenarnya anak yang baik. kau tidak perlu takut diisengi olehnya lagi ya?”, Kamijo mengelus ujung kepala Ruki.

“i-iya…”

Dan meski menjawab begitu, Uruha bisa melihat Ruki ragu dengan jawabannya. Memang benar! siapa yang ingin berlaku menjadi kakak-nya? Seorang Uruha tidaklah pantas berlaku seperti seorang kakak, terlebih yang jadi adiknya adalah Ruki.

Cklek!

Ruki menutup pintu ruangan Kamijo pelan sementara Uruha telah berjalan mendahuluinya. Ruki kemudian berjalan lebih pelan agak jauh di belakang Uruha karena satu pergelangan kakinya masih sedikit ngilu sampai tiba-tiba Ruki melihat Uruha berhenti lalu membalik tubuhnya. “kesempatan kau ya? kakekku datang, melapor ini itu!”

“ha?”, Ruki mengernyitkan dahinya.

“semua yang dikatakan kakek tadi itu keinginanmu kan? wah wah kau cucu kesayangannya sekarang”, Uruha menyeringai.

“apa?!”

“selanjutnya apa lagi? Kau mau minta kugendong?”

“bicara apa kau? aku tidak memita kakek Kamijo untuk mengatakan apapun!”

“mana ada maling ngaku!”

“memangnya siapa yang maling?!”

“kau la!! Kau mau mencuri harta kakekku kan? bahkan kau sudah mencuri kakekku sekarang!”

Ruki memaksakan berjalan cepat menghampiri Uruha meski kakinya sedikit sakit. Uruha hanya memandangnya masih dengan tatapan remeh saat Ruki menarik kerah bajunya, “aku tahu kau itu terlalu dimanja! Sikapmu jadi benar-benar kekanak-kanakan! Kau itu begitu ketakutan kehilangan kasih sayang Kamijo-sama padahal kau adalah cucu kandungnya! Apa kau tidak merasa malu meragukan kakekmu sendiri!!!”

“……”

“meski seandainya aku menginginkan kasih sayang lebih darinya untukku! Tapi itu tidak akan bisa! Aku ini bukan cucunya! Aku hanya cucu orang lain yang tinggal di rumahnya! Kasih sayangnya pastilah lebih untuk cucunya sendiri!! bisakah kau berpikiran seperti itu sedikit saja! dewasalah sedikit!”

Uruha menepis tangan Ruki dari kerah bajunya kasar, “aku tidak bisa! Puas kau?!”, Uruha mendorong kepala Ruki.

Ruki memegangi keningnya, “kau itu sangat membenciku ya?”

“masih nanya!”, Uruha mendengus.

“kalau aku pergi dari rumah ini, apa kau akan berhenti membenciku?”

“ha?”, Uruha memandang remeh, “aku tidak yakin, tapi kalau memang kau bisa melakukan itu ….akan ku usahakan”, Uruha memicingkan matanya ke arah Ruki, “aku tidak sedang mengusirmu lho! Aku sudah berjanji pada kakek untuk tidak mengecewakannya lagi, jadi kalau memang kau ingin melakukan itu, jangan berani kau melibatkanku!”

“…….”

“haha….setelah merasakan enaknya jadi orang kaya, memangnya kau rela keluar dari rumah ini? kembali menjadi orang miskin gitu”, Uruha mengerucut-rucutkan bibirnya. “nggak kan?! cih!”, Uruha kembali melenggang pergi meninggalkan Ruki.

“…….”

Ruki merogoh ponsel di saku celananya, mencari nomor seseorang di kontak-nya.
—Saga—

ナチュラルセンス  (◕‿◕✿)

Ruki mengambil beberapa pakaian yang ada di lemarinya, melipat-lipatnya jadi buntelan(?) kecil lalu memasukannya ke dalam tas gendongnya. Setelah sarapan tadi Ruki disibukan dengan memberes-bereskan tempat tidur dan kamarnya. Tepat sekali hari ini adalah hari minggu, hari yang cocok untuk pindahan(?). ini adalah semacam taruhan bagi Ruki. Uruha sudah terlalu meremehkannya meski tubuhnya kecil Ruki tidak suka diremehkan begitu. Ruki akan buktikan pada si Uruha itu kalau dia mampu meninggalkan rumah ini (meski berat sekali).

Cklek!

“tuan muda Ruki?”

Ruki menoleh ke arah pintu dan sudah mendapati Nimo berdiri di sana, “ya Nimo-san?”

Beberapa saat Nimo meliarkan matanya ke seisi kamar tuan muda kecilnya itu, ia juga bisa melihat tas gendut yang mencurigakan di samping kaki tuan mudanya. “rapi sekali tuan muda, dan tas apa itu di samping anda?”, tanya Nimo penasaran.

“ho? Ah ini ahaha… ano~ aku berniat menginap di rumah teman selama beberapa malam haha…”, Ruki menggaruk-garuk belakang kepalanya. Ruki tidak bisa bilang dia mau keluar dari rumah ini begitu saja, selain Kamijo tidak akan membiarkannya, Saga bilang jika dia belum juga mendapatkan pekerjaan selama seminggu, dia akan menendangnya. Jadi seandainya hal itu terjadi Ruki tidak malu kembali lagi ke rumah ini ==”

“menginap?”, Nimo sedikit meragukan perkataan tuan muda kecilnya itu. dia pikir mungkin tuan mudanya salah menyebutkan camping dengan menginap?, “ah, kalau begitu bisa tuan muda Ruki ke bawah sebentar? Kamijo-sama memanggil anda”, ujar Nimo ramah.

“oh, haihai!”, Ruki kembali memasukan baju-baju yang tersisa ke dalam tasnya lalu segera mengikuti Nimo untuk menghadap(?) Kamijo.

Di sana Ruki melihat Kamijo sudah terduduk di sofa seperti bagaimana kebiasaannya, menumpangkan satu kakinya di atas kaki yang lain dengan begitu berwibawa, sementara Uruha sudah berdiri di samping sofa itu dengan tampang terpaksa. “Ruki….”, sambut Kamijo tersenyum.

“h-hai…”

“aku dengar dari Nimo kau jarang sekali keluar untuk bermain, itu tidak baik untuk anak seusiamu. Kebetulan ini hari minggu jadi jalan-jalanlah keluar, sekalian untuk agar kau lebih mengenal kota ini”

“eh?”

“katakan tempat seperti apa yang paling ingin kau kunjungi di kota ini?”, tanya Kamijo tulus.

“aa… itu…”, Ruki menggaruk-garuk pipinya. Sepertinya Kamijo berniat mengajaknya jalan-jalan, Ruki pikir tidak apa-apalah sekali-kali bersenang-senang wkwk kalau ditanya tempat yang paling ingin ia kunjungi di kota besar ini…., “Tropical Land…!!!”, Ruki mengacungkan satu jarinya bersemangat. Uruha sweatdrop.
Sejak kecil Ruki tidak pernah diajak ke tempat bermain seperti itu, dia hanya bisa melihatnya di televisi. Kasian sekali bocah ini.

Kamijo mengangguk-anggukan wajahnya, “kalau begitu sekarang kau akan pergi bersama Uruha ke sana!”

Heeeeeeee?!!!!

“Kakek yang benar saja? masa ke tempat seperti itu?! lagipula aku ada janji nih…”, protes Uruha.

“kau sudah berjanji Uruha! batalkan satu kali janjimu dengan temanmu tidak apa-apakan? Kau itu sudah keseringan main. Sekali-kali ajak Ruki”

Uruha mendengus.

“eh…ano~ tidak usah”, Ruki pikir dia akan pergi bersama Kamijo, kalau bersama Uruha sih mending Ruki gak pergi. “lagipula aku mau—“, belum selesai Ruki bicara tiba-tiba Uruha sudah melesat berjalan cepat sambil menarik lengannya. “hee?! Tu-tunggu!!”, lagi-lagi Uruha menariknya seenaknya memaksanya untuk berjalan cepat padahal rasa sakit di kakinya masih tersisa(?). “oi!”

Kamijo hanya tersenyum melihat Uruha yang tiba-tiba menuntun(?) Ruki keluar, “kau lihat itu? mereka bisa akrabkan? Nimo? hahah….”

“hai Kamijo-sama…..lagipula sebenarnya tuan muda Uruha adalah anak yang baik”

“tentu saja, dia cucuku”

ナチュラルセンス  (◕‿◕✿)

Ruki memegang pinggiran pintu mobil Uruha karena kegilaan Uruha menjalankan mobilnya. “oi ! kau itu kalau gak mau ya jangan dilaksanakan! Bilang aja gak mau! Toh aku juga gak mau pergi denganmu!”

“Berisik! Bilang aja kau senang!”

“HAH???!!”

“Kau senang kan keinginanmu terkabul lagi! Kau tahu ya aku paling tidak bisa melawan kakekku, ha?”

“ha? oi ! ngomong si ngomong tapi matamu lihat ke depan!! Aku belum mau mati !!”, Ruki semakin berpegangan ke pintu. Uruha hanya mendengus dan malah iseng menaikan kecepatan mobilnya. “Kau !!!!”, Ruki kelabakan gak sadar  menjambak rambut Uruha.

“brengsek! Apa yang kau lakukan?!”

“pelankan!!! Kau mau mati ya?!”

“lepaskan tanganmu!!!”

“pelankan!! Nanti ada orang nyebrang!!”

“nyebrang dengkulmu! Mana ada orang nyebrang di jalan tol(?) begini!!!”

“ya pokoknya pelankan!!”

“berisik! Kau tidak tahu peraturan jalan ya? di jalan seperti ini kalau jalan pelan di lindes mobil orang”

“kau pikir aku sebego itu hah!!! tapi gak perlu sampai se-ekspres ini kan?!”

Dan sepanjang jalan kenangan mereka terus bercek-cok ria, padahal hal seperti itu yang membahayakan keselamatan pengendara kendaraan, tapi syukurlah kedua makhluk itu bisa selamat sampai tujuan.

“turun!”, suruh Uruha pada Ruki yang sedang terkagum-kagum melihat keluar kaca jendela mobil dimana ia bisa melihat gerbang bertuliskan ‘Tropical Land’, tempat yang selama ini hanya bisa ia lihat di televisi.

“aku tahu!”, Ruki segera melepaskan seatbelt dan membuka pintu mobil Uruha. mata Ruki kembali berbinar-binar melihat kata ‘Tropical Land’ sampai Uruha mendorong tubuhnya karena mau turun aja kelamaan.

Uruha segera menarik pintu mobilnya lalu menurunkan kaca jendelanya. “bermainlah sepuasmu!”, Uruha menyeringai mencurigakan.

“he?”, Ruki mengernyitkan dahinya. “kau?”

“kau dengarkan tadi? Aku ada janji dengan Reita! Lagipula siapa yang mau bermain-main di tempat anak-anak begini? kau bilang tidak ingin bersamaku kan? Jadi bersenang-senanglah sendiri”, Uruha memakai kacamata hitamnya.

Eh?!

“oh ya, jangan pulang sebelum kujemput. Kakek bisa ngamuk kalau kau pulang sendiri mendahuluiku! Awas kalau kau berani melapor macam-macam pada orang rumah! Aku tidak akan memaafkanmu”, ancam Uruha galak, lalu ia kembali menaikan kaca jendela mobilnya, mulai menyalakan mesin mobil dan menancap gasnya sementara Ruki mematung.

“pergi…..”, Ruki bengong.

TBC  (◕‿◕✿)

No comments:

Post a Comment