Search + histats

Friday, 28 December 2012

Natural Sense ★14



Author : Rukira Matsunori
Rated : T+??
Genre : AU/ gajeromance/ BL (MaleXMale)
Fandom(s) : the GazettE, alicenine, A(ACE), ViViD, ScReW, D=OUT, Versailles, dkk?
Pairing(s) : Uruha x Ruki? Ruki x Uruha?, Tora x Saga.
Chapter(s) : 14
Warning : bahasa sakarep, ancur! Jangan anggap serius FIC ANEH ini!!! DON’T LIKE DON’T READ!!
Length : 10 pages (2.875 words)
Note : kalau chapter kemarin lebih banyak dari biasanya, maka chapter kali ini lebih sedikit dari biasanya? XDa wkwk jadi adil kan? *ditabok*



Chap 14 : ~Sweet~

Natural Sense ~♪
ナチュラルセンス

“SAGA!!!!!!”, Ruki datang-datang langsung membentak. Membuat Saga yang lagi asik push-up menghentikan kegiatannya untuk sekedar menutup telinga. “kerjaan apa yang kau berikan padaku sebenarnya hah?!”

“berisik sekali kau!”, Saga mengambil air mineral di atas meja dan meneguknya sambil bersila di lantai.

“kau bilang host club tempat berjualan kue! Nyatanya kerjaan melayani wanita-wanita dewasa di club!”

“siapa suruh jadi orang bodoh!”, Saga bergumam santai menutup botol air mineral yang telah diteguknya.

“dan apa lagi itu! Lovely Gay Bar! Kau menyuruhku bekerja melayani para laki-laki homo itu!!”, Ruki men-slap ujung kepala Saga kelewat nepsong.

“lalu, kau sudah dapat pekerjaan belum?”, tanya Saga tanpa merasa bersalah sedikitpun.

“dapat pekerjaan hidungmu! Mana mau aku bekerja dengan kerjaan-kerjaan sinting macam itu!”

“habisnya yang ada ya Cuma yang seperti itu, banyak pertimbangan untuk memasukanmu bekerja. Kerja part-time untuk siswa SMU yang normal itu paling Cuma Waiter, sedangkan waiter di lestoran dan di café itu yang paling dibutuhkan adalah tinggi badan”

“benarkah?”, Ruki merengut.

“ya iya lah, yang kedua baru penampilan yang menarik. Dan kurasa kau tidak masuk kedua-duanya”, Saga meraih handuk kecil di lengan sofa dan berdiri dari lantai berjalan menuju kamarnya sambil mengelap keringat-keringat di wajahnya dengan senyuman jahil, membiarkan Ruki tersesat(?) dalam kemurungan jiwanya seorang diri.

Saga melemparkan handuk kecilnya ke tumpukan cucian bajunya yang sudah menggunung, tapi tenang saja, Saga sudah berencana menyuruh Ruki mencucikan semuanya besok.

Laki-laki berambut hazel itu menjatuhkan tubuhnya di atas tempat tidur, membalik tubuhnya menatap langit-langit kamar.

“masukan seragammu!”

Entah kenapa Saga merasa sedikit senang saat Tora mengomentari tentang penampilan berseragamnya waktu itu. selama ini Tora tidak pernah sekalipun menegurnya sejak ‘waktu itu’.

“aku tidak pernah bertemu denganmu dalam keadaan rapi sekalipun. Itu membuatku gatal ingin menegur—“

Dan Saga semakin tak bisa mengontrol emosinya saat Tora mengatakan itu. Perlahan jari telunjuk Saga merayap ke bibir bawahnya, dan menggigit ujung kukunya pelan.

Saga’s Flashback : on  XD

Saga melepaskan kontak bibirnya dengan Tora, mengusap permukaan bibirnya dengan punggung telapak tangan, “itu adalah balasan untukmu! Jangan sekali-kali lagi kau meremehkanku”

Tora membungkuk mengambil tasnya di bawah kakinya, “padahal aku tidak meminta balasan, kenapa harus repot-repot?”, Tora menyeringai.

Saga tidak suka seringaian kakak kelasnya itu. “jangan merasa sungkan, aku tidak merasa direpotkan sama sekali untuk membalas sebuah ejekan”, Saga balas menyeringai sinis.

“ejekan? Jika aku bilang apa yang kulakukan bukanlah sebuah ejekan?”

“ck! itu tetap sebuah ejekan untukmu!”, Saga sedikit mengangkat dagunya dengan sebuah seringaian di wajahnya, memandang remeh.

Tora meraih dagu adik kelasnya itu cepat dengan satu tangannya. “kearoganan yang sangat tidak kusukai”, Tora sedikit menarik wajah Saga mendekat ke wajahnya.

Saga melepas paksa tangan kakak kelasnya itu dari dagunya namun Tora segera meraih pergelangan tangan Saga, mendorong tubuh adik kelasnya ke loker. “ugh!”, ringis Saga merasakan punggungnya membentur pintu-pintu loker di belakangnya dengan keras. Tora mendorongnya dengan kuat.

Saga merasakan satu tangannya yang terbebas kembali diraih Tora, dan berakhir dengan dikunci dikedua sisi tubuhnya. “apa yang kau lakukan Kaichou-sama?”, tanya Saga berusaha menjaga nada bicaranya tetap santai, padahal hatinya sudah deg-deg-an (plak) dia hanya tidak bisa menduga dengan apa yang akan dilakukan kakak kelasnya itu.

Tora tersenyum tipis memiringkan wajah mendekatkannya ke wajah Saga membuat laki-laki cantik berambut hazel di hadapannya sedikit melebarkan kedua matanya dan langsung menahan nafas. Tora membuat bibirnya sedikit menyentuh bibir Saga, hanya sedikiiiit, kemudian kembali menarik wajahnya dan tersenyum.

“k-kau……argh!!! lepas!!”, Saga baru(?) mulai ngamuk berusaha melepaskan kuncian tangan Tora di kedua tangannya.

Tora tertawa kecil semakin memperkuat kunciannya di kedua tangan adik kelasnya itu, “hukuman untuk kearoganan cantikmu”

“ha?—“

Kedua mata Saga kembali melebar. Tora kembali menyentuh bibir adik kelasnya itu dengan bibirnya, namun dengan kerapatan(?) yang berbeda, dengan waktu yang lebih lama dan gaya(?) yang berbeda pula.

Ok! cukup sampai di situ!

Saga’s Flashback : off  (◕‿◕✿)
Saga menutupi kedua matanya dengan satu lengan. “brengsek!”, dengusnya pelan.

lalu ia kembali turun dari tempat tidur dan berpush-up lagi di samping tempat tidurnya. Itu adalah cara yang manjur untuk menenangkan diri bagi Saga saat ia dalam keadaan kacau seperti sekarang ini. tapi entah kenapa tubuhnya tetap ramping (kerempeng) dan tidak atletis. Padahal dia juga jagonya dalam makan memakan(?).

ナチュラルセンス  (◕‿◕✿)

Uruha membuka kunci pintu kamar yang bukan miliknya, melihat seisi ruangan itu yang berada dalam keadaan rapi tanpa penghuni sudah tiga malam ini. Uruha mendapatkan kunci kamar itu dari Nimo karena butlernya itu mengatakan Ruki menyerahkan kunci kamar itu padanya, padahal sebelumnya Uruha berniat meminjam duplikatnya. Tapi….

“AAAAAAARGH!!!!!!”, Uruha memegangi kepalanya sendiri, berjalan cepat keluar pintu dan segera menguncinya kembali. “bodoh! apa yang kulakuan?”, Uruha menggerutu sambil berjalan cepat menuju kamarnya.

Mendudukan dirinya di bibir ranjang sambil melihat kearah jendela besar yang tertutup gorden merah dengan pinggiran berpelatkan gold. Uruha bisa mendengar di luar sana hujan deras meski tidak ada petir.

“aku tidak tahu kau setakut ini. maafkan aku…”

Uruha segera menarik pandangannya dari jendela, sedikit menundukan wajahnya. “ck! yang benar saja….”

ナチュラルセンス  (◕‿◕✿)
Pukul 00.25 am.

Saga melihat Ruki berguling-guling di atas sofa saat ia menyalakan lampu ruang utama untuk mengambil minum di dapurnya. “kau belum tidur?”, tanya Saga melihat Ruki masih melek.

“hn? Iya, aku tidak bisa tidur. Kau sendiri?”

“kerongkonganku kering, mau minum”, lalu Saga berjalan ke dapurnya. Mengambil sebotol air mineral dalam kulkas dan segera meneguknya banyak-banyak. Saga kembali menutup pintu kulkasnya dan berjalan ke ruang utama sambil tetap membawa botol air mineral di tangannya dan sesekali meneguknya lagi. “kau kangen Uruha ya?”, tanya Saga iseng saat melihat Ruki masih asik berguling-guling di sofa.

“ha?! bicara apa kau?”, Ruki mendengus membalik tubuhnya memunggungi Saga.

Saga berjalan mendekati sofa dimana Ruki membaringkan tubuhnya, membungkukan tubuhnya menengok makhluk minis itu. “kalau kau benar-benar tersiksa merindukannya, aku tidak melarangmu kembali kerumahnya”

Ruki refleks memukulkan bantal sofa yang dipakai sebagai bantalan kepalanya ke wajah Saga. “siapa yang merindukan orang itu! yang benar saja!”

“hmmmm…dasar bocah!”, Saga melenggang pergi ke arah kamarnya. “ngaku aja kenapa? Kalau kau sudah tidak straight lagi wekekek”, ucap Saga sesaat sebelum memadamkan lampu ruangan itu dan kembali masuk ke kamarnya.

“apa kau bilang?!!”, Ruki membangunkan tubuhnya saat ruangan itu telah kembali padam, “ck! bukannya kau yang begitu?”, dengus Ruki kembali membaringkan tubuhnya di sofa.

ナチュラルセンス  (◕‿◕✿)

Sudah empat hari Ruki tinggal di rumah Saga, dan ia belum juga mendapatkan pekerjaan. Tinggal tiga hari lagi dan Saga akan menendangnya dari apaato-nya. Itu bukan sekedar menakut-nakuti semata, jika Saga yang mengatakannya maka itulah yang akan terjadi. Saga memang tega orangnya.

“ayo ke kantin!”, Saga menyeret Ruki yang baru selesai membereskan bukunya ke dalam tas.

“eeh!! Tidak biasanya istirahat ke kantin!”

“siapa suruh kau menggosongkan jatah sarapan pagi hari ini!”, Saga mendelik, Ruki Cuma senyam-senyum ngehe. “lagipula aku tidak ke kantin bukan karena tidak punya uang sepertimu!”, olok Saga.

“aaaaaaaa!!!! Benar aku tidak punya uang! aku tidak mau! Kau saja pergi sendiri sana!”, Ruki melepaskan tangan Saga yang menyeretnya.

“aku traktir!”, Saga kembali menyeret seragam Ruki.

“eh? Serius?!”

“serius lah! Kapan aku bercanda?!”

“seriiiing!!! Kau juga sering membuat lelucon gak lucu”

“bukannya itu pekerjaanmu! Tubuh buntetmu itu saja sudah jadi bahan lelucon gak lucu”

Ruki langsung menjambak rambut belakang Saga. kalau menyangkut-nyangkut tinggi badan, Ruki tidak pernah tidak emosi.

Untuk kedua kalinya Ruki masuk ke kantin sekolah yang mewah itu yang lebih seperti restoran daripada kantin. Untuk pertama kalinya ia datang ke sana bersama Reita dan diteraktir olehnya, dan kali inipun Ruki datang bersama Saga juga karena ditraktir.

Ruki menatap segelas air putih di depan mejanya dengan wajah datar. Sementara Saga dengan banyak makanan di hadapannya tak menghiraukan.

“maksudmu kau meneraktirku air putih?”, tanya Ruki masih memasang wajah datar.

“kenapa?”

“tidak”, Ruki mengambil gelas di depannya itu dan segera meneguknya habis.

Saga hanya tersenyum iseng sambil menyantap jajanannya. Tiba-tiba mata Saga menangkap sosok seorang laki-laki dengan dua orang mengikutinya agak jauh di belakang Ruki duduk. Laki-laki itupun menyadari Saga memperhatikannya dan balas menatapnya saat ia duduk di salah satu bangku. Saga tersenyum iseng ke arahnya membuat laki-laki itu mengerutkan dahi.

“nih”, Saga memberikan semua sisa jajanannya pada Ruki.

“he? kenapa?”

“aku sudah kenyang”, Saga menyeruput jusnya.

“eh benarkah? Jadi boleh buatku nih?”, Ruki sumringah, dan Saga menganggukan kepalanya. “aah~”, mata Ruki berbinar-binar, karena dia sedang dalam keadaan lapar total(?) maka langsung saja disantapnya semua sisa makanan itu.

Saga hanya memperhatikan makhluk minis yang terlihat lahap memakan sisa jajanannya, sedikit tersenyum. Dan laki-laki yang duduk agak jauh di belakang Ruki tadi memperhatikannya. Saga mengusap makanan yang sedikit belepotan di bibir Ruki dengan sebuah tisu membuat Ruki menatapnya heran. “ada apa?”, tanya Ruki was-was merasakan perubahan sikap Saga yang drastis.

“memangnya apa?”

“kau aneh sekali”, Ruki masih menatap Saga dengan heran.

“ahaha….sudah pernah aku bilang kan? aku ini bisa baik juga”

Laki-laki yang duduk jauh di belakang Ruki sedikit mengernyitkan dahinya melihat Saga tertawa, karena posisinya yang agak jauh jadi dia tidak bisa mendengar apa yang Saga dan Ruki bicarakan. Kemudian dia melihat Saga dan Ruki berdiri dari kursinya seperti telah selesai menyantap makanannya. Saga merangkul bahu Ruki sambil tertawa-tawa, kadang ia mengacak-acak rambut Ruki dengan gemas dan mendekatkan wajahnya ke telinga laki-laki mungil yang di rangkulnya sampai akhirnya mereka menghilang dari ruang kantin.

“Urusama? Ada apa?”, tanya salah seorang pengikut Uruha, memperhatikan laki-laki yang lebih tinggi darinya itu hanya terdiam sedari tadi seperti memperhatikan sesuatu membuat ekspresi wajahnya berubah-ubah.

“kenapa tiba-tiba tekanan darahku naik turun?”, Uruha memegangi kepalanya.

“hah?!”, kedua pengikut Uruha ber’hah’ ria serempak.

ナチュラルセンス  (◕‿◕✿)
“Uruha?”

“iya”

“lantas apa hubungannya dengan sikap anehmu itu?”

“dasar bocah!”, Saga melenggang mendahului Ruki.

“heh! Kita ini seumuran! Enak aja manggil ‘bocah, bocah’ seenak jidatmu!”

“seumuran? Tapi kok tinggi kita beda jauh ya?”

“SAGA!!!!”

Saga segera berlari menghindari amukan Ruki. Dan kedua makhluk itu berakhir dengan kejar-kejaran di sepanjang koridor melewati banyak siswa siswi yang pulang maupun baru menuju kantin, membuat mereka saling mengernyitkan dahi dengan tingkah kekanak-kanakan Ruki dan Saga.

Saga hanya tertawa kecil melihat Ruki yang kesusahan menangkapnya karena perbedaan besar langkah kaki mereka. Kadang Saga menjulurkan lidahnya dan mentertawakan Ruki di belakangnya sampai tanpa sadar dia menabrak seseorang di sebuah belokan.

Bruk!

“uhk!”

Ruki berhenti mengejar Saga saat dia melihat Saga menabrak seseorang di depannya.

Saga menoleh mencoba melihat orang yang ia tabrak di hadapannya.

“berlari-lari di koridor sekolah adalah pelanggaran”

Dengan cepat Saga menarik tubuhnya mundur, sedikit menjauh dari orang yang ditabraknya yang ternyata adalah Tora. Ah~ Beruntung sekali~~ (plak)

“apa-apaan kejar-kejaran di koridor, kekanak-kanakan sekali”, komentar Shou di samping Tora.

Saga hanya mendelik Shou karena tidak terima dengan komentarnya kemudian ia beralih menatap Tora yang berdiri tepat di hadapannya. “jadi kau akan menghukumku karena ini?”

“mungkin”

Saga sedikit memajukan bibir bawahnya kemudian berjalan cepat menerobos ketua Osis dan wakilnya yang menghalangi jalannya. Dia tidak bisa berlama-lama di sana. Saga tidak bisa berhadapan dengan orang itu lama-lama setelah apa yang dilakukannya waktu itu.

“kenapa anak itu?”,Shou melirikan mata bulatnya mengikuti langkah Saga yang berjalan cepat ke belakang mereka.

“entahlah”, Tora menyunggingkan senyum tipisnya, merapikan seragamnya yang sedikit kusut karena di tabrak Saga.

“ah Tora-san, Shou-san gomennasai”, Ruki membungkukan tubuhnya di depan Tora dan Shou tiba-tiba. “aku yang mengejar Saga, maaf! aku tidak akan mengulanginya lagi, tidak akan berlari lari di koridor lagi”, ujar Ruki menyesal.

“he? ahaha iya iya, tidak apa-apa, sudahlah”, Tora kemudian menyuruh Ruki mengangkat kembali tubuhnya yang ia bungkukan.

“arigatou, kalau begitu permisi hhe”

“iya”, Tora dan Shou mengangguk pelan menjawab pamitan Ruki. Dan makhluk minis itu segera berjalan cepat menyusul Saga yang sudah menghilang dari sana.

“anak yang polos haha”, Shou mengomentari Ruki di depan Tora.

“benar kan? aku sangat menyukai kepolosannya itu”

“oh ya, ngomong-ngomong ada apa waktu itu kau ditahan Sakamoto?”, tanya Shou tiba-tiba.

Tora menoleh ke arah wakilnya mencoba mencerna pertanyaannya, “oh, itu. aku hanya tidak sengaja menabrak motornya dengan mobilku di jalan, jadi dia meminta pertanggung jawaban”

“hm….”, Shou mengangguk-anggukan kepalanya.

Tora melirik laki-laki bermata candy-candy(?) yang berjalan di sampingnya, “kenapa? Kau penasaran?”

“he? tidak. ah sebenarnya iya. Karena rasanya aneh kupikir tiba-tiba kalian menjadi akrab haha”

“apa benar terlihat aneh?”, Tora sedikit menyunggingkan senyum tipisnya.

Shou menoleh pada Tora, “memangnya tidak? kupikir kau selalu mengacuhkannya selama ini, bukankah kau tidak menyukai anak itu karena apa yang telah dia lakukan? Jadi rasanya aneh bagiku kalau kalian tiba-tiba akrab. Ternyata Cuma karena itu ya? hha”

Tora segera merangkul Shou dengan segurat senyum samar di wajahnya, membuat laki-laki yang dirangkulnya itu sedikit merasa aneh karena tidak biasanya ketua Osisnya itu melakukan hal seperti itu padanya.

Dan ini adalah memori yang tak ingin Saga bagi dengan kalian…. (plak)

Flashback : on  (◕‿◕✿)

Saga menggerak-gerakan kedua pergelangan tangan yang dikunci di samping kiri dan kanan tubuhnya saat merasakan lidah lain bermain di dalam mulutnya. Tidak beruntung mulut Saga dalam keadaan terbuka mengucapkan, ‘ha?’ tadi hingga Tora tidak perlu bersusah payah membuka paksa mulutnya. Saga berusaha memalingkan wajahnya namun Tora tetap tidak melepaskan pagutan bibirnya.

Kedua mata Saga melirik ke sana kemari, memastikan tak ada orang yang melihat apa yang dilakukan ketua Osis BHS bejad itu padanya. Saga tetap tidak menyerah menggerak-gerakan pergelangan tangannya berusaha terlepas. Dia sedikit was-was kalau Ruki kembali dan harus melihat mereka dalam keadaan begini lagi(?).

Saga sedikit memejamkan matanya merasakan mulut lain menghisapnya, dan dia mulai kesusahan dengan ini. Saga merasakan nafasnya mulai berat, pasokan oksigen di paru-parunya mulai menipis ditambah benturan cepat sesuatu di dadanya membuatnya semakin sesak. Entah sudah berapa lama Tora membekap mulutnya dan Saga hampir menghembuskan nafas lewat hidungnya namun ia tidak melakukan itu. itu akan menunjukan kalau dia benar-benar amatir (plak) itu akan mempermalukan dirinya sendiri. tapi Saga benar-benar kehabisan oksigennya sekarang, dan tidak ada tanda-tanda Tora akan melepaskan pagutan bibirnya, memainkan lidahnya di dalam mulut Saga dan menghisapnya.

“mmmmmmmmhhhhh!!!!”, Saga berusaha berteriak ‘lepaskan’ ditengah-tengah hisapan-hisapan di mulutnya. Menggerakan kedua pergelangan tangannya lebih kuat dan menggulir-gulirkan kepalanya meminta kakak kelasnya itu melepaskannya, kali ini dengan serius!
Tora benar-benar niat membuat adik kelasnya itu mati karena sebuah ciuman wkwk

Tora membuka matanya tanpa melepaskan pagutan bibir mereka, menatap  wajah Saga yang tampak mulai pucat dan ia tersenyum segera melepaskan bibirnya, membiarkan Saga bernafas dengan leluasa tanpa melepaskan kuncian tangannya di kedua tangan adik kelasnya itu. Tora tersenyum tipis melihat Saga mengambil nafasnya sedikit tersenggal-senggal dengan dada naik turun seperti habis lomba marathon(?).

“lepas!!!”, bentak Saga sedikit menunduk, tak berani menatap laki-laki yang masih setia mengunci kedua tangannya. “apa maksudmu melakukan ini padaku? HAH?!!!”, Saga mulai mengangkat wajahnya menatap tajam ketua Osis BHS di hadapannya.

“aku tidak sedang mengejekmu, aku hanya ingin melakukannya”, jawab Tora dengan senyuman tipis khasnya, “kau yang membuatku ingin melakukannya”, bisik Tora di telinga kanan Saga, membuat adik kelasnya itu sedikit mematung.

“untuk ini, aku meminta balasan”, Tora kembali membisikan kata-katanya di telinga Saga. “tapi sebelum itu kau harus lebih banyak latihan, kau masih payah dalam hal seperti ini haha”, Tora tertawa iseng , “terlalu berdebar-debar membuat pasokan oksigen di paru-parumu cepat habis”, Tora menekankan telunjuknya di dada Saga dan Saga segera mendorong tubuhnya menjauhkannya.

“KAU!! berani meremehkanku!!”, amuk Saga mengepal kedua telapak tangannya. Dia benar-benar marah karena merasa diremehkan. “maaf saja, aku memang tidak sehebat maniak tante-tante sepertimu tapi aku tidak butuh kau nasehati !”

“maaf membuat kalian menunggu!!”, Ruki berlari memasuki deretan loker kelasnya dengan wajah tanpa dosa. Makhluk minis itu kemudian memelankan langkahnya melihat ada yang aneh dengan temannya. Saga terlihat sedikit tersenggal dengan wajah yang tidak santai. “ada apa?”, Ruki mengernyitkan dahinya.

Flashback : off  (◕‿◕✿)

Tora semakin merangkul bahu Shou di sampingnya masih dengan senyuman samar di wajahnya.

Benar. Tora merasa terpancing dengan Saga yang tiba-tiba mengecupnya waktu itu. Jika Saga bisa melakukan itu padanya, kenapa Tora tidak bisa? Dia jelas lebih ahli dalam hal seperti itu.

selama Tora memperhatikan adik kelasnya waktu itu, dia mulai berpikir hal yang tidak pernah terpikirkan olehnya sebelumnya. Tora tahu adik kelasnya itu laki-laki tapi dia cantik, Tora tahu itu sejak lama. Tapi hanya sampai di situ pemikirannya.

Tapi entah kenapa saat Ruki meninggalkan mereka berdua waktu itu, dan Tora memperhatikan adik kelasnya itu dari ujung kaki sampai ujung rambutnya saat ia sedang asik membereskan sepatunya di dalam loker, Tora hanya melihat sebuah kecantikan padanya. Semua yang ada padanya begitu cantik membuat Tora ingin mencumbunya. Sebagaimana dia sering merasakan hal itu ketika menemukan wanita cantik yang menjadi tipe-nya. Tapi Tora bisa menahannya sampai adik kelasnya itu mengecupnya dengan alasan sebagai balasan dan ejekan. Itu membekas dengan manis di bibirnya dan seperti sebuah pancingan yang membuat pintu kesabaran seorang tuan macan dipaksa terbuka.

TBC  (◕‿◕✿)

Chapter kali ini milik ToSa lagi~~ XD

Uruki : WOI !!!!!

*kabur*

No comments:

Post a Comment