Author : Rukira Matsunori
Rated : T+??
Genre : AU/ gajeromance/ BL (MaleXMale)
Fandom(s) : the GazettE, alicenine, A(ACE), ViViD, ScReW, D=OUT,
Versailles, dkk?
Pairing(s) : Uruha x Ruki? Ruki x Uruha?, Tora x Saga.
Chapter(s) : 14
Warning : bahasa sakarep, ancur! Jangan anggap serius FIC ANEH ini!!! DON’T LIKE DON’T READ!!
Length : 10 pages (2.875
words)
Note : kalau chapter kemarin lebih banyak dari biasanya, maka chapter
kali ini lebih sedikit dari biasanya? XDa wkwk jadi adil kan? *ditabok*
Chap 14 : ☆~Sweet~☆
Natural Sense ★~♪
☆ナチュラルセンス☆
“SAGA!!!!!!”, Ruki datang-datang langsung membentak. Membuat Saga
yang lagi asik push-up menghentikan kegiatannya untuk sekedar menutup telinga.
“kerjaan apa yang kau berikan padaku sebenarnya hah?!”
“berisik sekali kau!”, Saga mengambil air mineral di atas meja dan
meneguknya sambil bersila di lantai.
“kau bilang host club tempat berjualan kue! Nyatanya kerjaan
melayani wanita-wanita dewasa di club!”
“siapa suruh jadi orang bodoh!”, Saga bergumam santai menutup botol
air mineral yang telah diteguknya.
“dan apa lagi itu! Lovely Gay Bar! Kau menyuruhku bekerja melayani
para laki-laki homo itu!!”, Ruki men-slap ujung kepala Saga kelewat nepsong.
“lalu, kau sudah dapat pekerjaan belum?”, tanya Saga tanpa merasa
bersalah sedikitpun.
“dapat pekerjaan hidungmu! Mana mau aku bekerja dengan
kerjaan-kerjaan sinting macam itu!”
“habisnya yang ada ya Cuma yang seperti itu, banyak pertimbangan
untuk memasukanmu bekerja. Kerja part-time untuk siswa SMU yang normal itu
paling Cuma Waiter, sedangkan waiter di lestoran dan di café itu yang paling
dibutuhkan adalah tinggi badan”
“benarkah?”, Ruki merengut.
“ya iya lah, yang kedua baru penampilan yang menarik. Dan kurasa
kau tidak masuk kedua-duanya”, Saga meraih handuk kecil di lengan sofa dan
berdiri dari lantai berjalan menuju kamarnya sambil mengelap keringat-keringat
di wajahnya dengan senyuman jahil, membiarkan Ruki tersesat(?) dalam kemurungan
jiwanya seorang diri.
Saga melemparkan handuk kecilnya ke tumpukan cucian bajunya yang
sudah menggunung, tapi tenang saja, Saga sudah berencana menyuruh Ruki
mencucikan semuanya besok.
Laki-laki berambut hazel itu menjatuhkan tubuhnya di atas tempat
tidur, membalik tubuhnya menatap langit-langit kamar.
“masukan seragammu!”
Entah kenapa Saga merasa sedikit senang saat Tora mengomentari
tentang penampilan berseragamnya waktu itu. selama ini Tora tidak pernah
sekalipun menegurnya sejak ‘waktu itu’.
“aku tidak pernah bertemu denganmu dalam keadaan rapi sekalipun.
Itu membuatku gatal ingin menegur—“
Dan Saga semakin tak bisa mengontrol emosinya saat Tora mengatakan
itu. Perlahan jari telunjuk Saga merayap ke bibir bawahnya, dan menggigit ujung
kukunya pelan.
☆Saga’s Flashback : on☆ XD
Saga melepaskan kontak bibirnya dengan Tora, mengusap permukaan
bibirnya dengan punggung telapak tangan, “itu adalah balasan untukmu! Jangan
sekali-kali lagi kau meremehkanku”
Tora membungkuk mengambil tasnya di bawah kakinya, “padahal aku
tidak meminta balasan, kenapa harus repot-repot?”, Tora menyeringai.
Saga tidak suka seringaian kakak kelasnya itu. “jangan merasa
sungkan, aku tidak merasa direpotkan sama sekali untuk membalas sebuah ejekan”,
Saga balas menyeringai sinis.
“ejekan? Jika aku bilang apa yang kulakukan bukanlah sebuah
ejekan?”
“ck! itu tetap sebuah ejekan untukmu!”, Saga sedikit mengangkat
dagunya dengan sebuah seringaian di wajahnya, memandang remeh.
Tora meraih dagu adik kelasnya itu cepat dengan satu tangannya.
“kearoganan yang sangat tidak kusukai”, Tora sedikit menarik wajah Saga
mendekat ke wajahnya.
Saga melepas paksa tangan kakak kelasnya itu dari dagunya namun
Tora segera meraih pergelangan tangan Saga, mendorong tubuh adik kelasnya ke
loker. “ugh!”, ringis Saga merasakan punggungnya membentur pintu-pintu loker di
belakangnya dengan keras. Tora mendorongnya dengan kuat.
Saga merasakan satu tangannya yang terbebas kembali diraih Tora,
dan berakhir dengan dikunci dikedua sisi tubuhnya. “apa yang kau lakukan Kaichou-sama?”,
tanya Saga berusaha menjaga nada bicaranya tetap santai, padahal hatinya sudah
deg-deg-an (plak) dia hanya tidak bisa menduga dengan apa yang akan dilakukan
kakak kelasnya itu.
Tora tersenyum tipis memiringkan wajah mendekatkannya ke wajah Saga
membuat laki-laki cantik berambut hazel di hadapannya sedikit melebarkan kedua
matanya dan langsung menahan nafas. Tora membuat bibirnya sedikit menyentuh
bibir Saga, hanya sedikiiiit, kemudian kembali menarik wajahnya dan tersenyum.
“k-kau……argh!!! lepas!!”, Saga baru(?) mulai ngamuk berusaha
melepaskan kuncian tangan Tora di kedua tangannya.
Tora tertawa kecil semakin memperkuat kunciannya di kedua tangan
adik kelasnya itu, “hukuman untuk kearoganan cantikmu”
“ha?—“
Kedua mata Saga kembali melebar. Tora kembali menyentuh bibir adik
kelasnya itu dengan bibirnya, namun dengan kerapatan(?) yang berbeda, dengan
waktu yang lebih lama dan gaya(?) yang berbeda pula.
Ok! cukup sampai di situ!
☆Saga’s Flashback : off☆ (◕‿◕✿)
Saga menutupi kedua matanya dengan satu lengan. “brengsek!”,
dengusnya pelan.
lalu ia kembali turun dari tempat tidur dan berpush-up lagi di
samping tempat tidurnya. Itu adalah cara yang manjur untuk menenangkan diri
bagi Saga saat ia dalam keadaan kacau seperti sekarang ini. tapi entah kenapa
tubuhnya tetap ramping (kerempeng) dan tidak atletis. Padahal dia juga jagonya
dalam makan memakan(?).
☆ナチュラルセンス☆ (◕‿◕✿)
Uruha membuka kunci pintu kamar yang bukan miliknya, melihat seisi
ruangan itu yang berada dalam keadaan rapi tanpa penghuni sudah tiga malam ini.
Uruha mendapatkan kunci kamar itu dari Nimo karena butlernya itu mengatakan
Ruki menyerahkan kunci kamar itu padanya, padahal sebelumnya Uruha berniat
meminjam duplikatnya. Tapi….
“AAAAAAARGH!!!!!!”, Uruha memegangi kepalanya sendiri, berjalan
cepat keluar pintu dan segera menguncinya kembali. “bodoh! apa yang kulakuan?”,
Uruha menggerutu sambil berjalan cepat menuju kamarnya.
Mendudukan dirinya di bibir ranjang sambil melihat kearah jendela
besar yang tertutup gorden merah dengan pinggiran berpelatkan gold. Uruha bisa
mendengar di luar sana hujan deras meski tidak ada petir.
“aku tidak tahu kau setakut ini. maafkan aku…”
Uruha segera menarik pandangannya dari jendela, sedikit menundukan
wajahnya. “ck! yang benar saja….”
☆ナチュラルセンス☆ (◕‿◕✿)
Pukul 00.25 am.
Saga melihat Ruki berguling-guling di atas sofa saat ia menyalakan
lampu ruang utama untuk mengambil minum di dapurnya. “kau belum tidur?”, tanya
Saga melihat Ruki masih melek.
“hn? Iya, aku tidak bisa tidur. Kau sendiri?”
“kerongkonganku kering, mau minum”, lalu Saga berjalan ke dapurnya.
Mengambil sebotol air mineral dalam kulkas dan segera meneguknya banyak-banyak.
Saga kembali menutup pintu kulkasnya dan berjalan ke ruang utama sambil tetap
membawa botol air mineral di tangannya dan sesekali meneguknya lagi. “kau
kangen Uruha ya?”, tanya Saga iseng saat melihat Ruki masih asik
berguling-guling di sofa.
“ha?! bicara apa kau?”, Ruki mendengus membalik tubuhnya
memunggungi Saga.
Saga berjalan mendekati sofa dimana Ruki membaringkan tubuhnya,
membungkukan tubuhnya menengok makhluk minis itu. “kalau kau benar-benar
tersiksa merindukannya, aku tidak melarangmu kembali kerumahnya”
Ruki refleks memukulkan bantal sofa yang dipakai sebagai bantalan
kepalanya ke wajah Saga. “siapa yang merindukan orang itu! yang benar saja!”
“hmmmm…dasar bocah!”, Saga melenggang pergi ke arah kamarnya.
“ngaku aja kenapa? Kalau kau sudah tidak straight lagi wekekek”, ucap Saga
sesaat sebelum memadamkan lampu ruangan itu dan kembali masuk ke kamarnya.
“apa kau bilang?!!”, Ruki membangunkan tubuhnya saat ruangan itu
telah kembali padam, “ck! bukannya kau yang begitu?”, dengus Ruki kembali
membaringkan tubuhnya di sofa.
☆ナチュラルセンス☆ (◕‿◕✿)
Sudah empat hari Ruki tinggal di rumah Saga, dan ia belum juga
mendapatkan pekerjaan. Tinggal tiga hari lagi dan Saga akan menendangnya dari
apaato-nya. Itu bukan sekedar menakut-nakuti semata, jika Saga yang
mengatakannya maka itulah yang akan terjadi. Saga memang tega orangnya.
“ayo ke kantin!”, Saga menyeret Ruki yang baru selesai membereskan
bukunya ke dalam tas.
“eeh!! Tidak biasanya istirahat ke kantin!”
“siapa suruh kau menggosongkan jatah sarapan pagi hari ini!”, Saga
mendelik, Ruki Cuma senyam-senyum ngehe. “lagipula aku tidak ke kantin bukan
karena tidak punya uang sepertimu!”, olok Saga.
“aaaaaaaa!!!! Benar aku tidak punya uang! aku tidak mau! Kau saja
pergi sendiri sana!”, Ruki melepaskan tangan Saga yang menyeretnya.
“aku traktir!”, Saga kembali menyeret seragam Ruki.
“eh? Serius?!”
“serius lah! Kapan aku bercanda?!”
“seriiiing!!! Kau juga sering membuat lelucon gak lucu”
“bukannya itu pekerjaanmu! Tubuh buntetmu itu saja sudah jadi bahan
lelucon gak lucu”
Ruki langsung menjambak rambut belakang Saga. kalau menyangkut-nyangkut
tinggi badan, Ruki tidak pernah tidak emosi.
Untuk kedua kalinya Ruki masuk ke kantin sekolah yang mewah itu
yang lebih seperti restoran daripada kantin. Untuk pertama kalinya ia datang ke
sana bersama Reita dan diteraktir olehnya, dan kali inipun Ruki datang bersama
Saga juga karena ditraktir.
Ruki menatap segelas air putih di depan mejanya dengan wajah datar.
Sementara Saga dengan banyak makanan di hadapannya tak menghiraukan.
“maksudmu kau meneraktirku air putih?”, tanya Ruki masih memasang
wajah datar.
“kenapa?”
“tidak”, Ruki mengambil gelas di depannya itu dan segera meneguknya
habis.
Saga hanya tersenyum iseng sambil menyantap jajanannya. Tiba-tiba
mata Saga menangkap sosok seorang laki-laki dengan dua orang mengikutinya agak
jauh di belakang Ruki duduk. Laki-laki itupun menyadari Saga memperhatikannya
dan balas menatapnya saat ia duduk di salah satu bangku. Saga tersenyum iseng
ke arahnya membuat laki-laki itu mengerutkan dahi.
“nih”, Saga memberikan semua sisa jajanannya pada Ruki.
“he? kenapa?”
“aku sudah kenyang”, Saga menyeruput jusnya.
“eh benarkah? Jadi boleh buatku nih?”, Ruki sumringah, dan Saga
menganggukan kepalanya. “aah~”, mata Ruki berbinar-binar, karena dia sedang
dalam keadaan lapar total(?) maka langsung saja disantapnya semua sisa makanan
itu.
Saga hanya memperhatikan makhluk minis yang terlihat lahap memakan
sisa jajanannya, sedikit tersenyum. Dan laki-laki yang duduk agak jauh di
belakang Ruki tadi memperhatikannya. Saga mengusap makanan yang sedikit belepotan
di bibir Ruki dengan sebuah tisu membuat Ruki menatapnya heran. “ada apa?”,
tanya Ruki was-was merasakan perubahan sikap Saga yang drastis.
“memangnya apa?”
“kau aneh sekali”, Ruki masih menatap Saga dengan heran.
“ahaha….sudah pernah aku bilang kan? aku ini bisa baik juga”
Laki-laki yang duduk jauh di belakang Ruki sedikit mengernyitkan
dahinya melihat Saga tertawa, karena posisinya yang agak jauh jadi dia tidak
bisa mendengar apa yang Saga dan Ruki bicarakan. Kemudian dia melihat Saga dan
Ruki berdiri dari kursinya seperti telah selesai menyantap makanannya. Saga
merangkul bahu Ruki sambil tertawa-tawa, kadang ia mengacak-acak rambut Ruki
dengan gemas dan mendekatkan wajahnya ke telinga laki-laki mungil yang di
rangkulnya sampai akhirnya mereka menghilang dari ruang kantin.
“Urusama? Ada apa?”, tanya salah seorang pengikut Uruha,
memperhatikan laki-laki yang lebih tinggi darinya itu hanya terdiam sedari tadi
seperti memperhatikan sesuatu membuat ekspresi wajahnya berubah-ubah.
“kenapa tiba-tiba tekanan darahku naik turun?”, Uruha memegangi
kepalanya.
“hah?!”, kedua pengikut Uruha ber’hah’ ria serempak.
☆ナチュラルセンス☆ (◕‿◕✿)
“Uruha?”
“iya”
“lantas apa hubungannya dengan sikap anehmu itu?”
“dasar bocah!”, Saga melenggang mendahului Ruki.
“heh! Kita ini seumuran! Enak aja manggil ‘bocah, bocah’ seenak
jidatmu!”
“seumuran? Tapi kok tinggi kita beda jauh ya?”
“SAGA!!!!”
Saga segera berlari menghindari amukan Ruki. Dan kedua makhluk itu
berakhir dengan kejar-kejaran di sepanjang koridor melewati banyak siswa siswi
yang pulang maupun baru menuju kantin, membuat mereka saling mengernyitkan dahi
dengan tingkah kekanak-kanakan Ruki dan Saga.
Saga hanya tertawa kecil melihat Ruki yang kesusahan menangkapnya
karena perbedaan besar langkah kaki mereka. Kadang Saga menjulurkan lidahnya
dan mentertawakan Ruki di belakangnya sampai tanpa sadar dia menabrak seseorang
di sebuah belokan.
Bruk!
“uhk!”
Ruki berhenti mengejar Saga saat dia melihat Saga menabrak
seseorang di depannya.
Saga menoleh mencoba melihat orang yang ia tabrak di hadapannya.
“berlari-lari di koridor sekolah adalah pelanggaran”
Dengan cepat Saga menarik tubuhnya mundur, sedikit menjauh dari
orang yang ditabraknya yang ternyata adalah Tora. Ah~ Beruntung sekali~~ (plak)
“apa-apaan kejar-kejaran di koridor, kekanak-kanakan sekali”,
komentar Shou di samping Tora.
Saga hanya mendelik Shou karena tidak terima dengan komentarnya
kemudian ia beralih menatap Tora yang berdiri tepat di hadapannya. “jadi kau
akan menghukumku karena ini?”
“mungkin”
Saga sedikit memajukan bibir bawahnya kemudian berjalan cepat
menerobos ketua Osis dan wakilnya yang menghalangi jalannya. Dia tidak bisa
berlama-lama di sana. Saga tidak bisa berhadapan dengan orang itu lama-lama
setelah apa yang dilakukannya waktu itu.
“kenapa anak itu?”,Shou melirikan mata bulatnya mengikuti langkah
Saga yang berjalan cepat ke belakang mereka.
“entahlah”, Tora menyunggingkan senyum tipisnya, merapikan
seragamnya yang sedikit kusut karena di tabrak Saga.
“ah Tora-san, Shou-san gomennasai”, Ruki membungkukan tubuhnya di
depan Tora dan Shou tiba-tiba. “aku yang mengejar Saga, maaf! aku tidak akan
mengulanginya lagi, tidak akan berlari lari di koridor lagi”, ujar Ruki
menyesal.
“he? ahaha iya iya, tidak apa-apa, sudahlah”, Tora kemudian
menyuruh Ruki mengangkat kembali tubuhnya yang ia bungkukan.
“arigatou, kalau begitu permisi hhe”
“iya”, Tora dan Shou mengangguk pelan menjawab pamitan Ruki. Dan
makhluk minis itu segera berjalan cepat menyusul Saga yang sudah menghilang
dari sana.
“anak yang polos haha”, Shou mengomentari Ruki di depan Tora.
“benar kan? aku sangat menyukai kepolosannya itu”
“oh ya, ngomong-ngomong ada apa waktu itu kau ditahan Sakamoto?”,
tanya Shou tiba-tiba.
Tora menoleh ke arah wakilnya mencoba mencerna pertanyaannya, “oh,
itu. aku hanya tidak sengaja menabrak motornya dengan mobilku di jalan, jadi
dia meminta pertanggung jawaban”
“hm….”, Shou mengangguk-anggukan kepalanya.
Tora melirik laki-laki bermata candy-candy(?) yang berjalan di
sampingnya, “kenapa? Kau penasaran?”
“he? tidak. ah sebenarnya iya. Karena rasanya aneh kupikir
tiba-tiba kalian menjadi akrab haha”
“apa benar terlihat aneh?”, Tora sedikit menyunggingkan senyum
tipisnya.
Shou menoleh pada Tora, “memangnya tidak? kupikir kau selalu
mengacuhkannya selama ini, bukankah kau tidak menyukai anak itu karena apa yang
telah dia lakukan? Jadi rasanya aneh bagiku kalau kalian tiba-tiba akrab.
Ternyata Cuma karena itu ya? hha”
Tora segera merangkul Shou dengan segurat senyum samar di wajahnya,
membuat laki-laki yang dirangkulnya itu sedikit merasa aneh karena tidak
biasanya ketua Osisnya itu melakukan hal seperti itu padanya.
Dan ini adalah memori yang tak ingin Saga bagi dengan kalian….
(plak)
☆Flashback : on☆ (◕‿◕✿)
Saga menggerak-gerakan kedua pergelangan tangan yang dikunci di
samping kiri dan kanan tubuhnya saat merasakan lidah lain bermain di dalam
mulutnya. Tidak beruntung mulut Saga dalam keadaan terbuka mengucapkan, ‘ha?’
tadi hingga Tora tidak perlu bersusah payah membuka paksa mulutnya. Saga
berusaha memalingkan wajahnya namun Tora tetap tidak melepaskan pagutan
bibirnya.
Kedua mata Saga melirik ke sana kemari, memastikan tak ada orang
yang melihat apa yang dilakukan ketua Osis BHS bejad itu padanya. Saga tetap
tidak menyerah menggerak-gerakan pergelangan tangannya berusaha terlepas. Dia
sedikit was-was kalau Ruki kembali dan harus melihat mereka dalam keadaan
begini lagi(?).
Saga sedikit memejamkan matanya merasakan mulut lain menghisapnya,
dan dia mulai kesusahan dengan ini. Saga merasakan nafasnya mulai berat,
pasokan oksigen di paru-parunya mulai menipis ditambah benturan cepat sesuatu
di dadanya membuatnya semakin sesak. Entah sudah berapa lama Tora membekap
mulutnya dan Saga hampir menghembuskan nafas lewat hidungnya namun ia tidak
melakukan itu. itu akan menunjukan kalau dia benar-benar amatir (plak) itu akan
mempermalukan dirinya sendiri. tapi Saga benar-benar kehabisan oksigennya
sekarang, dan tidak ada tanda-tanda Tora akan melepaskan pagutan bibirnya,
memainkan lidahnya di dalam mulut Saga dan menghisapnya.
“mmmmmmmmhhhhh!!!!”, Saga berusaha berteriak ‘lepaskan’
ditengah-tengah hisapan-hisapan di mulutnya. Menggerakan kedua pergelangan
tangannya lebih kuat dan menggulir-gulirkan kepalanya meminta kakak kelasnya
itu melepaskannya, kali ini dengan serius!
Tora benar-benar niat membuat adik kelasnya itu mati karena sebuah
ciuman wkwk
Tora membuka matanya tanpa melepaskan pagutan bibir mereka,
menatap wajah Saga yang tampak mulai
pucat dan ia tersenyum segera melepaskan bibirnya, membiarkan Saga bernafas
dengan leluasa tanpa melepaskan kuncian tangannya di kedua tangan adik kelasnya
itu. Tora tersenyum tipis melihat Saga mengambil nafasnya sedikit tersenggal-senggal
dengan dada naik turun seperti habis lomba marathon(?).
“lepas!!!”, bentak Saga sedikit menunduk, tak berani menatap
laki-laki yang masih setia mengunci kedua tangannya. “apa maksudmu melakukan
ini padaku? HAH?!!!”, Saga mulai mengangkat wajahnya menatap tajam ketua Osis
BHS di hadapannya.
“aku tidak sedang mengejekmu, aku hanya ingin melakukannya”, jawab
Tora dengan senyuman tipis khasnya, “kau yang membuatku ingin melakukannya”,
bisik Tora di telinga kanan Saga, membuat adik kelasnya itu sedikit mematung.
“untuk ini, aku meminta balasan”, Tora kembali membisikan
kata-katanya di telinga Saga. “tapi sebelum itu kau harus lebih banyak latihan,
kau masih payah dalam hal seperti ini haha”, Tora tertawa iseng , “terlalu
berdebar-debar membuat pasokan oksigen di paru-parumu cepat habis”, Tora
menekankan telunjuknya di dada Saga dan Saga segera mendorong tubuhnya menjauhkannya.
“KAU!! berani meremehkanku!!”, amuk Saga mengepal kedua telapak
tangannya. Dia benar-benar marah karena merasa diremehkan. “maaf saja, aku
memang tidak sehebat maniak tante-tante sepertimu tapi aku tidak butuh kau
nasehati !”
“maaf membuat kalian menunggu!!”, Ruki berlari memasuki deretan
loker kelasnya dengan wajah tanpa dosa. Makhluk minis itu kemudian memelankan
langkahnya melihat ada yang aneh dengan temannya. Saga terlihat sedikit
tersenggal dengan wajah yang tidak santai. “ada apa?”, Ruki mengernyitkan
dahinya.
☆Flashback : off☆ (◕‿◕✿)
Tora semakin merangkul bahu Shou di sampingnya masih dengan
senyuman samar di wajahnya.
Benar. Tora merasa terpancing dengan Saga yang tiba-tiba
mengecupnya waktu itu. Jika Saga bisa melakukan itu padanya, kenapa Tora tidak
bisa? Dia jelas lebih ahli dalam hal seperti itu.
selama Tora memperhatikan adik kelasnya waktu itu, dia mulai
berpikir hal yang tidak pernah terpikirkan olehnya sebelumnya. Tora tahu adik
kelasnya itu laki-laki tapi dia cantik, Tora tahu itu sejak lama. Tapi hanya
sampai di situ pemikirannya.
Tapi entah kenapa saat Ruki meninggalkan mereka berdua waktu itu,
dan Tora memperhatikan adik kelasnya itu dari ujung kaki sampai ujung rambutnya
saat ia sedang asik membereskan sepatunya di dalam loker, Tora hanya melihat
sebuah kecantikan padanya. Semua yang ada padanya begitu cantik membuat Tora
ingin mencumbunya. Sebagaimana dia sering merasakan hal itu ketika menemukan
wanita cantik yang menjadi tipe-nya. Tapi Tora bisa menahannya sampai adik
kelasnya itu mengecupnya dengan alasan sebagai balasan dan ejekan. Itu membekas
dengan manis di bibirnya dan seperti sebuah pancingan yang membuat pintu
kesabaran seorang tuan macan dipaksa terbuka.
☆TBC☆ (◕‿◕✿)
Chapter kali ini milik ToSa lagi~~ XD
Uruki : WOI !!!!!
*kabur*
No comments:
Post a Comment