Author : Rukira Matsunori
Rated : T
Genre : AU/ gajeromance/ BL (MaleXMale)
Fandom(s) : the GazettE, alicenine, A(ACE), ViViD, ScReW, D=OUT,
Versailles, dkk?
Pairing(s) : Uruha x Ruki? Ruki x Uruha?, Tora x Saga.
Chapter(s) : 10
Warning : Jangan anggap serius FIC ANEH ini!!! DON’T LIKE DON’T READ!!
Length : 14 pages (3.615 words)
Note : =”=
Chap 10 : ☆~Signal ~☆
Natural Sense ★~♪
☆ナチュラルセンス☆
08.55 pm.
Ruki masih memeluk kepala dan leher Uruha di dadanya saat
suara-suara petir di luar mulai tidak terdengar dan hujan mulai sedikit mereda,
dan makhluk mini itu bisa merasakan aroma lembut yang begitu harum dari rambut
Uruha menyusup ke dalam rongga hidungnya. Ruki sedikit terbuai, dan ia betah
dalam keadaan seperti itu. lagipula cuaca diluar begitu dingin dan dengan hawa
tubuh lain begitu dekat dengan tubuhnya, Ruki merasakan kenyamanan yang luar
biasa. Entah sudah berapa lama Ruki tidak dipeluk neneknya saat kedinginan
karena hujan begini. Tapi Ruki merindukannya. Ruki rindu saat seseorang yang
begitu mengasihinya itu memeluk tubuh mungilnya dan menghangatkannya. Hizaki
baachan tidak melakukan itu lagi sejak menyadari Ruki mulai melirik-lirik
perempuan di sekolah dasarnya. Waktu itu Ruki tidak perduli tapi Aah~ sekarang
Ruki benar-benar merindukan pelukan hangat neneknya itu.
BUK!
Tiba-tiba tubuh Ruki terjengkang ke belakang sampai ia terduduk di
lantai dan Uruha yang mendorongnya. Laki-laki itu kini telah berdiri menatap
Ruki dengan marah. “Uru—“
“puas kau, hah?”
“Uruha dengar, aku tidak tahu kalau—“
“PUAS?!!!!!!”, bentak Uruha. Ruki hanya merapatkan sebelah matanya
sedikit ngeri dengan bentakan dan mata Uruha yang hampir keluar itu. Padahal
sebelumnya ia sering mendengar dan melihatnya.
Uruha berjongkok meraba saku celana piyama Ruki masih emosi lalu
merogohnya, mengambil kunci kamar yang Ruki sembunyikan tadi darinya.
“Uruha—ugh!”, tubuh Ruki kembali didorong Uruha saat ia berhasil mengambil
kunci dari saku Ruki. “Uruha dengarkan aku!”, Tanpa menggubris Ruki sedikitpun,
Uruha segera membuka kunci pintu kamar itu dan keluar , “aku minta—“, dengan
diakhiri suara pintu yang dibantingnya pake nafsu. “maaf….ck!”, Ruki mendengus.
Beberapa saat kamar Ruki dalam keadaan hening, Ruki masih terduduk
di lantai di depan pintu kamarnya. Ekspresi ketakutan Uruha tadi tidak bisa
hilang dari kepalanya dan Ruki benar-benar merasa bersalah. Dia tidak tahu
kalau Uruha setakut itu dengan petir. Itu membuat Ruki penasaran apa yang
membuat Uruha sampai seperti itu?
Makhluk mini itu kemudian merogoh ponsel di sakunya, melihat-lihat
foto ketakutan Uruha yang berhasil ia tangkap tadi, “aku akan mengancamnya
dengan ini supaya dia tidak menggangguku lagi kan? Itu tujuan awalku kan?”,
selama beberapa menit Ruki kembali diam tampak sedang berpikir, masih tetap
menatap foto Uruha dalam ponselnya. “tidak bisa….bahkan aku harus minta maaf
padanya, kalau begini terus dia akan semakin membenciku”, gumam Ruki. Tiba-tiba
makhluk minis itu memegangi kepalanya, “habislah aku~~~ bagaimana kehidupanku
setelah ini Kami-samaaaaa?!”, teriak Ruki frustasi.
Uruha menutup pintu kamarnya kasar lalu naik ke atas tempat
tidurnya, masuk ke dalam gulungan selimut yang sempat ia tinggalkan tadi,
memakaikan kembali headphone ke telinganya, menyalakan music yang biasa ia
dengarkan dengan sekeras-kerasnya, dan berusaha memejamkan kedua matanya.
“…….”
Tapi gagal.
Uruha menendang selimut yang menutupi seluruh tubuhnya sampai ke
kepala, melepaskan headphone di kedua telinganya dan melemparkannya sembarang.
Memukul-mukulkan gulingnya ke permukaan kasur, lalu menggigitinya. Perasaannya
entah kenapa jadi kacau tak bisa tenang. Apalagi tadi kepalanya berada dalam
pelukan makhluk boncel itu selama hampir satu jam dan anehnya Uruha merasa
sedikit nyaman. Itu membuat Uruha rasanya ingin ngamuk dan menghancurkan semua
barang-barang di kamarnya ini dan Uruha akan melakukannya.
PRANG!
PRANG!
PRANG!
☆ナチュラルセンス☆ (◕‿◕✿)
Uruha menggesek-gesek kedua matanya dengan punggung tangan lalu
membangunkan tubuhnya dari atas tempat tidur. Ia melihat ke sekeliling kamarnya
yang sudah seperti kapal pecah karena amukannya semalam. Tapi Uruha tidak
khawatir, karena saat pulang dari sekolah nanti keadaan kamarnya akan kembali
seperti semula.
Uruha terduduk di bibir ranjang, melihat ponselnya yang ia lihat
ada tanda sebuah email masuk.
Gomeeeeeeen…!
Uruha mengernyitkan dahinya melihat isi email tanpa subjek dari
Ruki. “cis!”, Uruha mendengus lalu melempar ponselnya ke atas tempat tidur dan
beranjak ke kamar mandi sambil bersungut-sungut.
“ohayou gozaimasu tuan muda Uruha…”, Nimo sedikit membungkukan
tubuhnya menyambut kedatangan tuan mudanya di susul kedua maid keluarga Yuuji
yang juga berada di sana tengah menghidangkan sarapan di atas meja makan.
“hm…”, respon Uruha singkat lalu mengambil posisi kursi untuk ia
duduk menyantap sarapannya. Tiba-tiba Uruha melihat ada sebuah memo di samping
piring dan sendok makannya.
Maafkan aku~
Uruha beralih menatap butler di samping kursinya, “tuan muda Ruki
meminta saya meletakkannya di sana sebelum ia berangkat ke sekolah tadi”, ucap
Nimo tersenyum.
“ergh! anak itu!!”
☆ナチュラルセンス☆ (◕‿◕✿)
Ruki menyandarkan tubuhnya di sebuah pilar di depan pintu besar
ruang loker. Sesekali ia bersiul-siul karena bosan menunggu, dan siswa-siswi
yang berdatangan tidak sedikit yang meliriknya. Ruki menilik jam yang melingkar
di tangannya, ia sengaja datang lebih pagi namun sepertinya ia terlalu
kepagian. Lalu Ruki kembali melihat ke arah gerbang, dan nafasnya berhembus
lega saat melihat seorang laki-laki tinggi yang tampak begitu berwibawa itu
sudah berjalan diantara siswa-siswi yang berjalan menuju ruang loker.
“Ohayou!”, sapa Ruki pada kakak kelasnya yang diapit dua perempuan
cantik di sampingnya itu.
“ah, Ruki? Ohayou!”, Tora sedikit heran melihat Ruki berada di depan pintu ruang
loker dan menyapanya. “sedang apa? menunggu seseorang?”, tanya Tora yang mulai
menghentikan langkahnya di depan Ruki.
“aku menunggumu”, jawab Ruki tersenyum. “aku ingin sedikit
menanyakan sesuatu, boleh?”
“hn? Kenapa tidak…”, Tora tersenyum tipis lalu mengatakan pada
kedua perempuan yang sejak tadi berada di sampingnya untuk pergi lebih dulu.
sepertinya mereka bagian dari anggota Organisasi Sekolah. “lalu apa yang ingin
kau tanyakan?”, tanya Tora saat dua perempuan itu telah pergi.
Ruki menyentuh dagunya tampak berpikir dahulu sebelum langsung
menanyakan apa yang mengganjal dipikirannya semalaman. “ano….kau tahu kenapa
Uruha takut dengan suara petir…Tora..san? hhe…”, Ruki sedikit nyengir karena
merasa pasti Tora akan menganggapnya aneh tiba-tiba menanyakan itu. “aku… hanya
sedikit penasaran, mungkin itu berhubungan dengan masa kecilnya?”
“aku tidak tahu. bahkan aku tidak tahu Uruha takut dengan suara
petir haha”
“he?”
“maaf, waktu kecil aku tidak begitu dekat dengan Uruha. Jadi aku
tidak tahu”, Tora tersenyum. “lagipula dulu Uruha agak pendiam, kami hampir
tidak pernah saling berbicara. Saat pertama kali bertemu juga…….aku malah
berpikir dia membenciku karena tidak mau bicara sama sekali padaku hha”
Pendiam? Orang itu?
Ruki mengerutkan dahinya.
“tapi yang kutahu Uruha sangat dekat dengan Reita sejak dulu”
“aku teman paling baik dan terdekat Uruha, aku tau semua tentangnya
bahkan sampai hal terkecil sekalipun”
Ruki kembali teringat kata-kata kakak kelasnya itu. “ah! Benar,
Reita!”, gumam Ruki.
“memangnya ada apa Ruki?”,
tanya Tora bingung.
“he? Ah ahaha tidak, aku hanya….err~”, Ruki menggaruk-garuk
tengkuknya. “ah, arigatou Tora-san, maaf aku sudah mengganggumu”, Ruki
membungkukan tubuhnya.
“tidak apa-apa”, Tora kembali tersenyum.
“kalau begitu aku permisi!”. Tora menganggukan kepalanya lemah saat
adik kelasnya itu berpamitan dan hendak berlari meninggalkannya.
“Oi !”
Ruki menghentikan langkahnya untuk menjauh dari ketua Osis BHS itu
karena mendengar seseorang seperti berseru padanya. “Saga..”, seru Ruki saat
melihat teman sekelasnya itu sedang berjalan menuju ke arahnya. Saga segera
merangkul bahu teman sekelas mininya itu, “padahal aku sudah sengaja datang
lebih pagi, tumben kau sudah ada di sekolah”
“aku hanya sedikit bersemangat hari ini”
“kalau begitu aku duluan, Ruki…”, pamit Tora.
“oh! Haihai…”, Ruki mengangguk-anggukan kepalanya tersenyum. Saga
tidak melirik ketua Osisnya itu sedikitpun.
“oh ya, aku punya berita bagus untukmu”, bisik Saga di telinga
Ruki.
“apaan?”
Saga tersenyum mencurigakan menjawab pertanyaan makhluk minis itu. “nanti
aku ber—“
“Ssst!”
Saga melirik ketua Osis BHS yang belum agak jauh meninggalkannya
dan Ruki itu seperti sedang menegur salah seorang siswa. “masukan seragammu!”,
perintahnya pada salah seorang siswa kelas 1 yang terlihat berseragam kurang
rapi. Saga melihat siswa itu segera memasukkan kemeja seragamnya dengan
terburu-buru.
“ck!”, Saga menyunggingkan senyum hambar. Padahal penampilan
berseragamnya tidak ada bedanya dengan siswa kelas satu yang ditegur ketua
Osisnya itu, malah Saga lebih parah dengan tidak memakai dasi. Dia hanya akan
memakai dasinya di kelas itupun jika ada guru yang sadar dan menegurnya. Tapi
ketua Osis itu tidak menegurnya seperti yang ia lakukan pada anak kelas 1 itu.
Karena itu adalah Saga, maka dia tidak perduli.
Dan laki-laki berambut hazel itu sudah biasa mengalaminya, sejak ia
menyebarkan foto itu ketua Osisnya itu hanya menganggapnya sebuah angin yang
tidak di gubris keberadaannya. Karena itu Saga cukup terkejut saat tiba-tiba
laki-laki itu menghampirinya di ruang loker, untuk memperingatkannya tentang
Ruki. Tapi Cuma sebatas itu. untuk seterusnya sang ketua Osis itu akan kembali
tidak menganggap keberadaannya. Walau bagaimanapun Tora masih belum
memaafkannya. Itu yang ada dipikiran Saga.
☆ナチュラルセンス☆ (◕‿◕✿)
“aku tahu kenapa Tora membencimu”
Saga melirik Ruki di samping bangkunya yang masih berada di kelas
seperti biasa di jam istirahat. “lalu?”, tanggapnya acuh tak acuh.
“ya… aku tahu pokoknya!”
“ck! ternyata diam-diam kau menyelidikiku ya…”, Saga mendorong bahu
Ruki.
Ruki sedikit mendengus, “kau sejahat itu ya. kurasa memang wajar
Tora membencimu”
“aku yang membencinya duluan”
“jadi kau akan melakukan hal seperti itu pada setiap orang yang kau
benci. Aku juga?”, tanya Ruki mengernyitkan dahinya.
Saga menoleh pada Ruki menatap makhluk minis itu beberapa saat lalu
tersenyum, “aku tidak membencimu. Sejak awal aku merasa kau anak yang menarik”
“……”
“aku menyukaimu, bahkan sekarang aku lebiiiiiiiiiih menyukaimu”
Ruki menutup mulutnya, “me-menyukai dalam arti apa maksudmu?”,
tanya Ruki merinding.
Pletak!
Saga menggeplak kepala Ruki dengan bukunya, “jangan bertanya hal
yang mengerikan seperti itu dengan ekspresi wajah begitu haha!”
Ruki kembali mendengus mengusap-usap kepalanya. “menakutkan sekali,
orang yang disukai dan dibenci diperlakukan sama bejadnya”
“benar. karena itu orang-orang memilih tidak dekat-dekat denganku”,
Saga menyangga dagunya dengan telapak tangan di atas meja, tersenyum tipis.
“tapi aku tidak perduli haha”. Ruki menatap laki-laki di samping bangkunya itu
seakan tengah berpikir. Benar, kalau dipikir, dia tidak pernah melihat Saga
benar-benar ngobrol atau bercanda dengan anak-anak lain. atau ke kantin bersama
mungkin? Barengan saat pulang dari kelas menuju loker atau kegiatan-kegiatan
yang menunjukan kalau Saga akrab dengan yang lainnya, bahwa Saga punya teman.
Sepertinya hanya dia yang selama ini selalu ngobrol panjang lebar dengan Saga
di kelas ini, masuk kelas bareng, dan dia juga yang selalu Saga sapa saat
berada diluar kelas.
Ruki memalingkan wajahnya dari Saga, meluruskan pandangannya ke
depan kelas. “entah kenapa aku juga tidak bisa membencimu”, Saga menoleh ke
arah Ruki, “mungkin karena semua kebejadanmu sedikitnya berakhir baik untukku”,
gumam Ruki.
“benarkah? Kau mengakuinya? hahah”, tanya Saga iseng.
“kubilang sedikitnya!”, Ruki sedikit mengembungkan pipinya dan Saga
yang melihatnya tertawa. Benar. entah kenapa Ruki merasa ‘akan’ seperti itu.
bahkan sekarang Ruki sudah mempunyai teman-teman dari club madding itu, meski
mereka sedikit gak jelas dan kadang ngawur tapi Ruki benar-benar merasa ada
orang-orang yang menerimanya di sekolah ini, dengan kata lain katakanlah itu
yang namanya hubungan pertemanan meski awalnya Ruki diancam. Dan itu juga
karena Saga. “oh ya, lalu apa maksud perkataanmu tadi pagi? Kau bilang punya
berita bagus untukku? Aku yakin itu hanya berita bagus untukmu kan?”
“benar! mungkin….”
“cis! Males”, Ruki berdiri dari bangkunya berjalan ke dekat
jendela.
Saga tertawa kecil, “tentang fansmu itu lho! Mereka mulai bertambah
di site-ku”
Ruki tiba-tiba focus menatap keluar jendela tak mendengarkan
perkataan Saga. melihat kakak kelasnya yang ia kenal sedang mendribble-dribble
bola di lapangan bersama dua orang temannya. Ruki mendadak melihat kakak
kelasnya itu sedikit menengadah menyadari diperhatikan, lalu mengangkat
tangannya tersenyum ke arah Ruki.
“aku kan juga memasang fotomu dan Uruha di bawah tangga itu di
site-ku, dan mereka jadi banyak bertanya tentang—“
Ruki tiba-tiba berlari keluar kelas tanpa mengatakan apapun membuat
Saga yang merasa sedang melakukan pembicaraan dengannya sweatdrop. Ternyata
baru saja dia bicara sendiri ==”
“Reita-senpai!”, panggil Ruki di pinggir lapangan.
Reita menoleh ke arah Ruki saat ia sedang bermain-main dengan kedua
temannya yang menemaninya bermain bola basket. Ruki lalu melihat kakak kelasnya
itu melemparkan bola basket yang dipegangnya pada salah satu temannya, menepuk
bahu anak itu sambil tertawa seperti berpamitan, lalu ia berlari ke arah Ruki.
“yo! Ada apa?”, tanya laki-laki bernoseband itu tersenyum sambil mengelap
keringat di dahinya.
“apa aku mengganggumu?”
“tidak hha… aku juga sedang bosan makanya memaksa kedua temanku itu
menemaniku bermain-main”
“umm…”, Ruki menganggukan kepalanya pelan. “ano~ ehe, sebenarnya
ada sesuatu yang ingin aku tanyakan, ini sedikit mengganggu pikiranku”, Ruki
menggaruk pipinya.
“oh, baiklah… ”, Reita segera menarik tangan Ruki untuk duduk di
tangga di pinggir lapangan, “begini lebih nyaman kan?”, Reita menumpukan
sebelah tangannya yang berdekatan dengan Ruki agak memiringkan tubuhnya sedikit
menghadap adik kelasnya itu hingga wajahnya seakan tepat sejajar pipi Ruki
membuat makhluk mini itu membatin, ‘apanya yang lebih nyaman, nempel gini?’
“Nah, sekarang katakan apa yang ingin kau tanyakan?”, Reita
tersenyum.
“aa… ahaha.. etto~”
“hm?”, Reita masih tersenyum, semakin mendekatkan tubuhnya dengan
adik kelasnya itu. tangannya yang bertumpu ke bumi jadi berada di belakang
punggung Ruki dan bagian depan bahunya nempel di belakang bahu Ruki membuat
makhluk minis itu merasakan perasaan yang aneh, apalagi melihat kedua teman
Reita di lapangan yang tak sengaja melihat mereka dan kedua anak itu langsung
berbisik-bisik dan tertawa bersamaan menunjuk-nunjuk Reita.
Ruki sedikit memajukan tubuhnya agak membungkuk, menumpukan sikut
tangannya di kedua dengkulnya yang terbuka. Merasa sedikit tak nyaman dengan
keadaannya. “ano… ini tentang Uruha”, Ruki kembali menggaruk pipinya.
“hm…ada apa dengan dia?”
“ah! Reita-senpai pernah bilang kan kalau kau adalah teman
terdekatnya bahkan tahu sampai hal terkecil sekalipun tentangnya”
“benar! rasanya aku pernah mengatakan itu”
“kau pernah mengatakannya!”
“ahahah iya aku pernah mengatakannya, lantas?”
Ruki kembali menegakkan tubuhnya meremas-remas kedua tangannya,
“kalau begitu kau tahu Uruha takut suara petir?”
“aku tahu”
“ah! Dan kau tahu apa yang membuatnya phobia dengan suara petir?”,
suara Ruki mulai terdengar antusias.
“aku tahu”
Ruki berkaca-kaca. Akhirnya~~~
Reita tertawa langsung mengacak-acak rambut Ruki merasa gemas
melihat tampang adik kelas mungilnya itu. “sepertinya hubunganmu dengan Uruha
tidak berjalan baik ya? kalian masih suka bertengkar? apa kau sedang berusaha
mencari kelemahannya? Aku sarankan jangan yang berhubungan dengan itu. dia tidak
akan pernah memaafkanmu kalau sampai kau melibatkan ketakutannya akan suara
petir. Itu mengerikan”
“he? Kau pernah melihatnya?”
“aku pernah. dan dia seperti orang kesurupan hahaha”
“benar! itu membuatku terkejut dan takut”
Reita menoleh pada adik kelasnya itu, “jadi kau juga sudah lihat?”
“aaaa, itu…. ya, kemarin. Eh!”, Ruki menggaruk-garuk belakang
kepalanya, “sebenarnya kemarin aku menjailinya. Tapi melihat Uruha seperti itu
aku benar-benar merasa bersalah. Aku merasa ketakutannya itu benar-benar adalah
masalah serius. Aku ingin tahu kenapa dia sampai seperti itu?”
Reita tersenyum, “kau mengkhawatirkannya?”
“he?! Bukan seperti itu! aku hanya penasaran. Itu saja….”, mendadak
Ruki merasa gugup.
Reita menurunkan tubuhnya, pindah posisi. Jongkok di anak tangga
bawah di samping Ruki. Laki-laki bernoseband itu berjongkok sambil menghadap
kaki Ruki. Menumpukan kedua sikut di kedua dengakulnya yang terbuka
memperhatikan wajah Ruki dalam posisi seperti itu. “tapi aku tidak bisa
memberitahumu tentang itu”, Reita tersenyum. “maaf, Uruha pernah mengatakan
kalau itu hal yang paling ingin ia hilangkan dari ingatannya. Dan dia
mempercayakan itu padaku agar tak ada orang lain yang tahu lagi selain aku. aku
tidak ingin mengkhianati kepercayaannya”
“…..”
“tapi aku rasa kau akan mengetahuinya sendiri suatu saat nanti”,
Reita mengacak-acak rambut depan Ruki, “tapi mungkin bukan dari mulutku”
“apa seserius itu?”
Reita memegangi dagunya, “bisa dikatakan itu yang merubah hidup Uruha….mungkin. tapi
yang perlu kau tahu, itu hal yang melukainya sampai sekarang”
“jadi aku benar-benar telah melakukan hal yang keterlaluan tadi
malam?”
Reita tertawa kecil, “yang berlalu biarlah, mungkin itu juga yang
namanya sebuah jalan….kau harus melewati itu untuk akhirnya bisa menemukan
sesuatu yang tak kau sadari, benar?”, Reita kembali memahat senyuman di
wajahnya.
“……”
YOU DIE !
“ck!”, Uruha melemparkan ponselnya ke atas mejanya. Entah kenapa
konsentrasinya bermain game mendadak buyar. Hari ini Uruha tidak mood keluar
kelas untuk kekantin atau kemanapun, karena itu ia lebih memilih bermain game
di kelas dengan tetap ditemani kedua pengikut setianya. Uruha ‘kembali’ melirik
keluar jendela dimana ia melihat dua laki-laki itu seperti tengah bercanda
dengan begitu akrabnya di pinggir lapangan entah kenapa membuat perasaannya
sedikit kacau. Apa itu karena Reita adalah teman baiknya? Dan makhluk mini itu
orang yang dibencinya? Ia tidak mau teman baiknya direbut makhluk boncel itu.
yang jelas Uruha tidak suka Ruki mendekati Reita teman baiknya.
☆ナチュラルセンス☆ (◕‿◕✿)
Ruki berdiri dari sofa saat pintu rumah keluarga Yuuji terbuka dan
Nimo juga seorang maid yang berdiri di depan pintu itu membungkukan tubuhnya
menyambut kedatangan tuan muda mereka. Ruki sedikit berlari menghampiri
laki-laki yang lebih tinggi darinya itu lalu berdiri di depannya yang tengah
berjalan menuju tangga.
Uruha menatap Ruki tanpa ekspresi, “mau apa kau?”
“maafkan aku!”
“cis!”, Uruha melengos mengabaikan Ruki mulai menaiki tangga.
“aku tidak menyebarkan foto itu!”
Uruha menghentikan langkahnya menaiki anak tangga, “kenapa?
Bukankah itu tujuan awalmu? Sebarkan saja! buat mereka tahu dan
mentertawakanku! Itu kepuasan untukmu bukan?”
“bukan. Aku hanya ingin agar kau tidak menggangguku lagi, itu saja”
“siapa yang mengganggumu hah? kau tidak bercermin siapa yang merasa
terganggu di sini? AKU!!!”, Uruha kembali berjalan menaiki tangga.
Nimo dan beberapa maid yang ada di sana hanya diam mendengarkan
pembicaraan kedua tuan muda mereka itu, tak mengerti.
Ruki segera naik mengikuti Uruha dengan langkah cepat, “Uruha!
baiklah, aku tidak minta kau untuk tidak membenciku, aku hanya ingin kau
memaafkanku atas apa yang kulakukan kemarin! Itu saja!”
“cih!”
“Uruha—“
“berisik sekali kau!!!”, Uruha menepiskan tangannya hingga mengenai
tubuh Ruki membuat makhluk mini itu kehilangan keseimbangannya berdiri di anak
tangga dan…
“Tuan muda Ruki !!!”
“hyaaaaaaa!!”, dua orang maid yang ada di sana refleks berteriak
melihat tuan muda kecil mereka menuruni tangga dalam keadaan mundur dan
sekarang malah terguling jatuh. Seperti bola yang menggelinding (plak)
Uruha sudah membalik posisi tubuhnya melihat Ruki terjatuh di dasar
tangga. Uruha sedikit kaget karena ia tidak berniat menggelindingkan anak itu
sama sekali.
“tuan muda Ruki, anda tidak apa-apa?”, tanya butler keluarga Yuuji
itu berjongkok berusaha membangunkan tubuh tuan muda kecilnya, menyandarkan
tubuh Ruki di satu lengannya. Nimo dan dua maid yang ada di sana terlihat
sedikit panic melihat Ruki memejamkan matanya. “Tuan muda? Tuan muda Ruki?”,
Nimo menepuk-nepuk pipi Ruki berusaha membangunkan makhluk mini itu. “tuan muda
Ruki, sadarlah!”
“……”, Uruha meremas kedua telapak tangannya.
“tuan—“
Ruki membuka matanya lalu tersenyum kearah butlernya itu, “ba!”,
ucapnya iseng. Uruha yang melihatnya mengernyitkan dahi.
“tuan muda, anda tidak apa-apa?”
“aku tidak apa-apa haha”, Ruki segera membangunkan tubuhnya di
susul Nimo kemudian.
“cis! Konyol!”, dengus Uruha kesal lalu ia kembali menaiki anak
tangga naik ke lantai dua. padahal tadi ia hampir merasa bersalah. hampir!
“syukurlah… tapi sebaiknya diperiksa ke dokter, pasti ada bagian
tubuh anda yang sakit jika terjatuh dari tangga seperti itu kan?”
“emm bohong kalau aku bilang tidak. tapi tidak perlu, aku tidak
apa-apa kok hha”, Ruki tertawa garing melirik Uruha yang sudah lenyap dari
tangga. Dan sedikit cengiran tergambar di wajahnya saat ia merasakan
pergelangan kakinya terasa lebih sakit dari anggota-anggota tubuh yang lainnya.
☆ナチュラルセンス☆ (◕‿◕✿)
Gomen!
Gomen!
Gomen!
Gomen!
Gomen!
Gomen!
Gomen!
Gomen!
Uruha dibuat gila dengan email yang terus berdatangan ke ponselnya
dengan isi pesan yang sama. Ia segera keluar kamarnya menuju kamar Ruki.
Menggedor-gedor pintu kamar makhluk mini nepsong.
Cklek!
Ruki membuka pintu kamarnya sedikit lalu nongol dari balik pintu,
“Uru—“, Uruha mendorong pintu kamar Ruki agar terbuka lebih lebar.
“apa maumu sebenarnya hah?”
“aku ingin minta maaf”
“kau mengganggu tahu!!!!!”, bentak Uruha.
“tapi kau tidak memaafkanku, dan aku tidak akan berhenti sampai kau
memaafkanku”
BAK!
Uruha memukul pintu kamar Ruki dengan telapak tangannya. “begitu?
jadi kau benar-benar menyesal he? Apa aku terlihat begitu menyedihkan bagimu
saat itu?”
Ruki sedikit meremas bagian samping celana piyama yang dipakainya.
“bukan tentang kau menyedihkan atau tidak. aku hanya menyadari apa yang
kulakukan sudah keterlaluan. Aku paling tidak bisa tahan dengan rasa bersalah”
“begitu? kau benar-benar ingin mendapatkan maaf dariku?”
“aku minta maaf”
“ck! baiklah…”, Uruha
menyunggingkan senyuman tipisnya. “ikut dengaku!”, ajak Uruha sambil menarik
tangan Ruki dan membawa makhluk mini itu dengan langkah cepat.
“tunggu…Uruha—“, Ruki sedikit cengir merasakan pergelangan kakinya
terasa nyeri harus dipaksa berjalan cepat. Uruha membawa Ruki melewati lorong
kamar, menuruni tangga hingga sampai di ruang rumah paling depan. Ada seorang
maid yang berdiri di depan pintu utama tampak membungkukan tubuhnya melihat
kedatangan Uruha dan Ruki di sana.
“buka pintunya!”, suruh Uruha pada maid itu.
“ya tuan?”
“aku bilang buka!!”, suruh Uruha lagi dengan nada yang lebih
tinggi. Ruki hanya terdiam tak berkomentar semenjak tadi. Maid itu mengangguk
cepat lalu segera membukakan pintu besar ruang utama itu dengan terburu-buru,
karena merasa mood tuan mudanya sedang tidak dalam keadaan baik.
Uruha menarik lengan Ruki mendorongnya ke luar pintu. “jangan berani
masuk lagi ke rumah ini! dan aku memaafkanmu”
“……”
“tutup pintunya!”, suruh Uruha sambil berjalan hendak kembali ke
kamarnya meninggalkan Ruki di luar.
“tapi tuan—“
“TUTUP!!!”
“h-haii”, maid itu segera membungkukan tubuhnya di ambang pintu
meminta maaf pada Ruki lalu ia segera menutup pintu besar itu.
“jangan ada yang berani memasukannya! Katakan itu pada yang
lainnya! Atau kalian kupecat!”, Ucap Uruha sambil menaiki tangga memperingati
seorang maid yang masih berdiri di depan pintu itu.
Ruki masih berdiri diam di depan pintu rumah besar keluarga Yuuji
itu. udara malam hari terasa begitu dingin ditambah ia tidak memakai sweater.
Ruki segera berjongkok mulai sadar pergelangan kakinya begitu terasa sakit
karena dipaksa berjalan cepat, karena tangannya tadi ditarik Uruha. Ruki
memakai kedua lengannya untuk melindungi pergelangan kakinya yang semakin
terasa nyeri. Lalu ia menengadah melihat pintu yang begitu tinggi di
hadapannya,“ngomong-ngomong aku tidur dimana nih? T_T”
☆TBC☆ (◕‿◕✿)
Maaf untuk semakin gaje dan
membosankannya fic ini….
Berbahagialah~~~ XD setelah ini
mungkin saia akan lambat updatenya~~~ *plak* mohon doanya semoga ‘calon’
kerjaan baru saia lancar Q_Q *plak lagi*
sankyuu yang udah mau baca!!! b^__^d
waa... sayang dong kalo lambat updatenya padahal aku suka banget lho *plak* tapi untuk kakak aku doain aja yang terbaik. aku bahkan nyimpan ceritanya lho hahaha ^_^ makasih ceritanya!!!!!
ReplyDeletehooo~ @o@ hontou? haha...yokatta~~~ ternyata ada yang suka juga cerita abal ini DX *teary*
ReplyDeletewah sankyuu ^_^ hhe
eh!! ahahah
saia jg berterimakasih karena udah menyukai fanfic ini XDDD *jabatan* *plak*