Search + histats

Friday 7 December 2012

Natural Sense ★9



Author : Rukira Matsunori
Rated : T
Genre : AU/ gajeromance/ BL (MaleXMale)
Fandom(s) : the GazettE, alicenine, A(ACE), ViViD, ScReW, D=OUT, Versailles, dkk?
Pairing(s) : Uruha x Ruki? Ruki x Uruha?, Tora x Saga.
Chapter(s) : 9
Warning : Jangan anggap serius FIC ANEH ini!!! DON’T LIKE DON’T READ!!
Length : 17 pages (4.756 words)
Note : T.T ergh! Buntung!



Chap 9 : ~Bitter~

Natural Sense ~♪
ナチュラルセンス

“ohayou tuan muda Ruki”

“ee…ohayou”, Ruki memegangi kepalanya yang terasa sedikit berat saat membangunkan tubuhnya dari tempat tidur.

“apa anda sudah merasa lebih baik?”, tanya butler keluarga Yuuji itu ramah.

“he? Kepalaku sedikit pusing”, keluh Ruki.

Nimo menganggukan kepalanya, “pasti efek minumannya masih ada”

“minuman?”

“benar. semalam tuan muda Ruki pulang diantarkan Suzuki-san dalam keadaan mabuk”

“heeee!!! Mabuk? Aku?!”, Ruki menunjuk dirinya sendiri dan Nimo mengangguk pelan. beberapa saat kemudian Ruki terdiam berusaha mengingat hal terakhir yang ia ingat semalam. Yang Ruki ingat adalah senyuman Uruha…benar-benar manis==”. Setelah itu ia meminum minuman dengan rasa yang aneh lalu perutnya mual dan…….tidak tahu lagi.

Ruki melihat keadaan dirinya yang sudah berganti pakaian memakai piyama, sementara ia tidak ingat pernah memakaikan baju itu ke tubuhnya. “ano...si-siapa yang mengganti pakaianku?”

“saya tuan”, jawab Nimo tersenyum.

“ehhhhhhhhh!!!!!!”, Ruki memeluk dirinya sendiri, “a-apa??! ta-tapi….Nimo-san—“

“anda tidak perlu sungkan, saya terbiasa melakukan itu jika tuan muda Uruha juga pulang dalam keadaan mabuk^^ “

Ruki bengong, “sou, sou ka?”, tanya Ruki masih bengong. Meski begitu tetap saja Ruki merasa malu pada butler keluarga Yuuji itu.

“hai. Lalu apakah anda akan masuk atau absen ke sekolah hari ini?”

“ah! Aku akan masuk!”, Ruki segera menyingkap selimut di tubuhnya dan turun dari tempat tidur hendak beranjak ke kamar mandi dengan keadaan kepala yang masih sedikit berat.

“ano…tuan muda Ruki”, panggil Nimo.

“ya?”

“sepertinya anda tidak ingat apa-apa karena mabuk. Maaf apabila saya lancang, tapi sebaiknya anda minta maaf pada Suzuki-san karena telah muntah di bajunya semalam”

“…..”

HIEEEEEEEEEE???!!!


ナチュラルセンス  (◕‿◕✿)

Ruki memasukan sepatunya ke dalam loker lalu kembali mengunci lokernya. Memasukan kedua tangannya ke saku samping kiri dan kanan celana seragamnya sedikit bergidik kedinginan karena cuaca pagi yang lagi-lagi mendung, ditambah ia merasa keadaan tubuhnya agak kurang fit hari ini.

“ohayou~~~~ Ruki….kun”

Ruki kembali dijengkelkan dengan datangnya sekelompok cewek-cewek asing lagi yang pasti ada hubungannya dengan fangirls Uruha atau AoiHa FC itu di depannya. Ruki mendengus. Bisakah ia tenang sehari saja di sekolah ini?

Ruki berusaha menerobos sekelompok cewek-cewek itu bermaksud mengabaikannya namun mereka bisa dengan cepat menangkap tubuh Ruki.

“apa yang kalian inginkan?”, tanya Ruki malas.

“kami ingin bertemu denganmu Ruki-kun!!!”, ucap mereka serempak. Ruki mengernyitkan dahinya. Makhluk mini itu merasa cewek-cewek di depannya ini agak sedikit berbeda dengan sekelompok cewek-cewek yang pernah mendatanginya sebelumnya. Mereka terlihat memperlihatkan ekspresi-ekspresi wajah yang lebih ramah  dan Ruki penasaran dari fans club apa lagi ini?

“kami sudah melihat perjuanganmu mendapatakan Uruha-sama kami!”

“…..”

“dan kami terharu dengan keberanianmu itu”

“……”

“kami adalah fans Urusama!! Dan sekarang kami adalah pendukung Ruki-kun untuk mendapatkan Urusama!”

“kami adalah URUKI FC!”, ucap mereka barengan.

Ruki sweatdrop. “apa itu?”, perasaan Ruki mendadak tak enak mendengar epsi-epsi begitu.

“Uruha x Ruki fans club! Dan kami baru terbentuk dua hari yang lalu! Meski untuk saat ini member kami masih sedikit tapi kami akan berusaha untuk mencarinya lagi agar semakin banyak dukungan untuk Ruki-kun bersama Uruha-sama hingga kalian bisa benar-benar bersatu! Bahkan kami yakin bisa mengalahkan AoiHa FC!! Percayalah! Dan semangatlah!”

“Ganba! Ganba! Ganba! Ganba!”

“GanbattE Ruki-sama!!!”

“yeeeeeyyyyy!!!”

“jaa~ne”

Sekelompok perempuan yang Ruki hitung ada sekitar 8 orang-an itu kemudian pergi meninggalkan Ruki dalam keadaan melongo.

“oi !”

Tubuh kecil Ruki tiba-tiba terdorong nabrak tembok karena sebuah tangan yang mendorong bahunya. “apaan sih?”, protes Ruki pada orang yang tiba-tiba muncul di belakangnya tersebut dan ternyata ia adalah Saga.

“hm… sepertinya kau sudah mulai mendapatkan fans sekarang~”, Saga menyeringai, “berterimakasihlah padaku~”

“sudi !!”, Ruki melengos.

“apa kau bilang? Mau aku kunci di toilet ya!!”, Saga menarik-narik hoodie sweater yang akhir-akhir ini selalu Ruki pakai ke sekolah di sepanjang koridor saat mereka berjalan menuju kelasnya.

Saat mereka hampir sampai, tiba-tiba Saga melihat seseorang yang sangat ia kenal tampak sedang asik ngobrol dengan beberapa orang siswi dari kelasnya di depan pintu kelas 2-3 itu, seperti biasa dengan wakilnya menemani di belakangnya. Saga segera melepaskan hoodie sweater makhluk minis di depannya saat orang itu menoleh ke arahnya dan juga Ruki yang baru datang.

“Ruki…ohayou”, Sapa Tora tersenyum.

“Amano…ee! Tora-senpai…ohayou”, Ruki tersenyum sedikit mempercepat langkahnya mendekati kakak kelas dan beberapa siswi di depan kelasnya itu meninggalkan Saga.

“ee..kau tidak biasa memanggilku seperti itu hha”

“tidak apa-apa kan? Ini di sekolah hhe”, Ruki menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal.

“ah, arigatou”, Tora sedikit menganggukan kepalanya pada perempuan-perempuan teman sekelas Ruki di depannya yang sempat ia tanyai tentang keberadaan Ruki tadi , dan mereka tersenyum tampak begitu senang lalu kembali masuk ke kelas dengan sumringah karena baru bertegur sapa dengan salah satu pangeran sekolah BHS yang begitu ramah itu.

“ada perlu apa di sini?”, tanya Ruki pada senpainya

“aku dengar dari Uruha kalau kau mabuk semalam dan pulang duluan bersama Reita, kau baik-baik saja?”

“ooh haha…iya, aku tidak apa-apa… maaf sudah merepotkan”, Ruki kembali menggaruk-garuk kepalanya sedikit malu.

“aku malah tidak tahu hha....”

Eh?

Ruki menepuk jidatnya pelan mengingat apa yang dikatakan Nimo tadi pagi. Yang harus ia mintai maaf adalah Reita.

“ugh!!”, Ruki mengusap-usap belakang kepalanya yang mendadak di-slap Saga dengan keras dari belakang saat laki-laki cantik itu melewatinya dan Tora hendak masuk ke kelas. “Saga!”, protes Ruki tak terima. Saga hanya menjulurkan lidahnya iseng lalu sosoknya menghilang masuk kelas. “dasar”, gerutu Ruki sedikit bersungut.

“ck! anak itu….”

Ruki melirik seseorang di samping Tora yang tiba-tiba bergumam sambil tersenyum tipis melihat tingkah Saga. lalu orang itu pun mengalihkan padangan matanya ke arah Ruki sampai mereka tak sengaja bertemu pandang dan Tora menyadari itu. “oh ya, ini wakil ketua Osis BHS, yang sering sekali meringankan pekerjaanku, Kohara Kazamasa”, Tora menepuk belakang bahu wakilnya di sampingnya.

“Shou desu, yoroshiku onegaishimasu Ruki-kun”, ucap Shou ramah. “Tora sering menceritakan tentangmu”, tambahnya kembali tersenyum lebih lebar.

“he? Oh h-hai…Ruki desu, yoroshiku onegaishimasu”, Ruki membalas tersenyum agak membungkuk.

“kau berteman anak itu?”, tanya Shou.

“ya? Saga? err~ ya kami tetangga di kelas hhe”, sepertinya Ruki pernah mendapatkan pertanyaan seperti itu sebelumnya, apa wakil ketua osis itu juga akan memperingatkannya agar hati-hati? Dan Shou hanya menganggukan kepalanya pelan tampak sedang berpikir.

“baiklah, Kami ke kelas ya…. jaa Ruki”, Tora menepuk bahu Ruki pelan dan tersenyum.

“oh haihai…”

Dan kedua orang yang berpengaruh di sekolah BHS itu pun pergi.
Ruki memegangi dagunya memperhatikan kedua orang itu yang memunggunginya telah berjalan beberapa langkah dari posisinya lalu Ruki menengok ke dalam kelas dimana Saga terduduk sambil bersandar santai di bangkunya, meski sekilas Ruki sempat menangkap mata Saga melirik ke arah dua orang itu yang pasti terlihat dari jendela kelas. Dan Ruki mengerutkan dahinya. Bahkan Saga dan Tora tadi tidak bertegur sapa atau bahkan mempertemukan pandangan mereka mungkin? Mereka orang yang saling mengenal bukan? Kenapa tingkahnya seperti seakan mereka menganggap yang lainnya adalah angin.


ナチュラルセンス  (◕‿◕✿)


“Ruki !”, Reita terlihat bahagia(?) melihat adik kelasnya itu menunggunya di depan kelasnya sebelum masuk.  “kau tahu kelasku?”, tanyanya sambil memangku kedua tangannya sambil memegangi sebuah buku yang digulung di salah satu tangannya.

“aku bertanya pada salah satu teman di kelasku”

“hm…berarti aku terkenal hha”, Reita tertawa garing, “lalu ada apa tiba-tiba? Apa fanboys Uruha mengganggumu lagi?”

“iie! Bukan, aku hanya ingin minta maaf karena kejadian tadi malam, aku benar-benar minta maaf,”, Ruki membungkukan tubuhnya dalam, rasanya wajahnya benar-benar panas karena menahan malu. “maafkan aku Reita-senpai, aku benar-benar tidak ingat apa-apa saat itu”

“tentang apa?”

Ruki mengangkat tubuhnya, “ano… itu…”, makhluk mini itu menggaruk-garuk pipinya bingung mengatakannya. “aa..”, karena malu mengatakannya Ruki menggunkan bahasa tubuhnya untuk memberitahu Reita, menutup mulutnya lalu berakting perutnya terasa mual, membuat Reita tertawa kecil.

“oh itu….itu sama sekali bukan masalah buatku…”, Reita mengacak-acak rambut Ruki. “kupikir yang lain hha…”

Ruki membulatkan matanya, “a-apa? apa aku melakukan kesalahan yang lain? apa itu?? katakan padaku Reita-senpai? Aku benar-benar tidak ingat apa-apa soalnya, soal itu pun Nimo-san yang mengatakannya padaku”

“hmmm…aku mengerti. Hha…”, Reita kembali menyentuh ujung kepala Ruki, “tidak, kau tidak melakukan kesalahan”, laki-laki bernoseband itu tersenyum menyentil jidat Ruki membuat Ruki terbengong-bengong karena sepertinya ada sesuatu yang  mendadak terasa aneh dalam dirinya. bukan pertama kalinya Reita tersenyum padanya tapi entah kenapa senyuman Reita yang Ruki lihat kali ini terasa ada sedikit yang menggenjal. Terutama dari sorot matanya….

“ah aku harus segera kembali ke kelas, sebentar lagi bel masuk berbunyi, “, Ruki melihat jam di tangannya, “ kalau begitu, Jaa Reita-senpai”, Ruki sedikit menganggukan wajahnya tersenyum berpamitan pada kakak kelas bernosebandnya itu sesaat sebelum akhirnya ia berlari pelan meninggalkan Reita.

Reita masih berdiri diam memperhatikan laki-laki yang begitu lucu baginya itu berlari memunggunginya. Senyumannya kembali tersurat samar. “kuserahkan tidak ya?”, gumamnya pada dirinya sendiri, “ckck…tapi dia seperti boneka yang lucu bagiku”, gumamnya sesaat sebelum akhirnya laki-laki bernoseband itu melangkah memasuki kelasnya.

Ruki memelankan langkah kakinya saat ia mau melewati kelas 3-2, kelas dimana Uruha melewatkan waktu belajarnya di sekolah setiap hari di sana. Ruki sedikit melirik-lirik deretan bangku yang ada di dalam kelas melalui kaca jendela mencoba mencari disebelah mana Uruha duduk. Saat tadi Ruki lewat sini sepertinya Uruha tidak ada di kelas, namun beberapa saat kemudian Ruki menemukannya. Ruki melihat seorang laki-laki cantik itu terduduk di bangkunya di dekat jendela bersebrangan dengan jendela kelas dimana Ruki ngintip(?). ada headphone yang melingakar di tengkuk lehernya tak ia pakai. dan ia sepertinya sedang asik memainkan benda di kedua tangannya tampak serius.

Tanpa sadar Ruki terdiam tak melangkahkan kakinya. Melihat Uruha yang serius begitu juga tampak menggelikan baginya.

KRIIIIIIIIIIIIIIING!!!

Eeeehhh???!!

Ruki refleks berlari mendengar suara bel masuk yang berbunyi begitu nyaring itu membuat anak-anak di kelas Uruha sedikit terganggu karena suara keras sepatu Ruki yang berbenturan dengan lantai koridor.

“apaan sih?”

“tadi anak itu sempat diam dulu di depan kelas kita deh”

“anak kelas satu mungkin? Tubuhnya kecil sih”

“kok ada anak kelas satu di sini?”

Uruha mendelikkan matanya merasa teman-teman sekelasnya berisik, padahal ia lagi konsentrasi bermain game.


ナチュラルセンス  (◕‿◕✿)


“kita harus mencari bukti yang pasti sebelum merilis berita ini. kita tidak boleh membuat berita asal tanpa bukti yang nyata”, Kai mondar-mandir santai sambil memegangi dagunya tampak serius berpikir.“ Informasi kita haruslah akurat, terpercaya dan yang penting adalah nyata”

“bicara apa kau Kai-san? informasi tentang aku dan Uruha saja itu adalah fitnah! Tapi kau pasang juga”, dengus Ruki.

“ah! Jadi Ruki-sama tidak keberatan langsung kami publish berita mengenai perebutan Uruha antara kau dan Aoi ini?”

“bukan begitu maksudku!! jangan libatkan aku lagi! Sudah kubilang itu fitnah!”

“kenapa kau selalu bilang begitu? padahal kau Cuma malu mengakuinya kan? Emm emmm….”, Kai menyeringai. Dan kedua orang (kecuali Shin) di samping Ruki pun ikut menyeringai aneh. Ruki kembali menyerah tak mau berkata-kata lagi, percuma memperdebatkan hal yang sama namun kebebasan haknya untuk membela diri tidak pernah digubris dan didengar. Ruki lebih memilih menggerutu dalam hati.

“hujan …”gumam Shin yang duduk di bangku di belakang Ruki sambil menatap jendela.

“ah hujan lagi ya? tapi Cuma rintik-rintik ini kan? Kita masih bisa main~~”, ujar Kazuki tak patah semangat.

“kalian sudah lihat berita perkiraan cuaca hari ini? katanya nanti malam bakal hujan lebat, bakal ada petir lagi. Jadi aku gak ikut main hari ini ah”, ujar Hiroto. Ruki menoleh pada pemuda berambut pirang di samping bangkunya tampak memikirkan sesuatu

“ha? kau cemen sekali masa kalah sama hujan?”, Kazuki menggeplak kepala makhluk yang lebih kecil darinya itu, sementara Ruki berada di tengah-tengah mereka.

“bukan begitu! gak asik tahu main sementara diluar hujan badai, mending juga tidur di rumah”

“gak asik! Gak asik ah! Gak asik! Cemen!”, Kazuki dan Hiroto saling nyentrung-nyentrungin(?) bahu mereka sementara Ruki yang duduk di antara mereka tampak asik dengan dunia pikirnya tanpa terganggu kegiatan dua makhluk di samping kiri dan kanannya. Tiba-tiba makhluk mini itu menyeringai mencurigakan.

“oh ya, Ruki kau ikut ya?”, ajak Kazuki.

“tidak”, jawab Ruki singkat.

“kenapa sih? Kau gak asik banget jadi orang”, dengus Kazuki.

“ada sesuatu yang harus aku lakukan nanti malam hho”

Kai, Kazuki dan Hiroto menatap makhluk mini itu datar. Mereka melihat ada sesuatu yang mencurigakan tergambar jelas di wajah teman baru mereka itu.

“apa? kau mau melewatkan malam hujan badai bersama Uruha?”

“bisa dibilang begi—HEH???!! Apa maksudmu?!”, refleks Ruki menoleh pada Kazuki yang melemparkan pertanyaan aneh itu.

“benar ya? hyaaaaaaaaaahahah”

“Shin! CATAT!!!”, suruh Kai pada sekertaris club mereka yang sedang asik menikmati hujan rintik-rintik diluar, dan jika ia sedang menikmati waktunya, maka Shin tidak bisa diganggu,

Dan meeting club yang lebih pantas dibilang menggosip itu berakhir dengan lagi-lagi tak mengenakan untuk Ruki. Sebenarnya untuk apa makhluk minis itu rajin-rajin datang ke club aneh itu?

Hiroto sang wakil ketua mengunci pintu ruangan club mereka untuk pulang. Sementara Kai tampak sibuk mengajak Shin bicara meski adik kelasnya itu tampak malas menanggapinya. Dan Kazuki yang asik mengganggu Ruki telah berjalan lebih dulu dari yang lainnya. Sepertinya dimanapun dan kapanpun Ruki selalu saja jadi bahan mainan orang-orang.

“ah sepertinya para guru udah pada pulang tuh”, ujar Hiroto saat mereka berlima berjalan melewati ruang guru. Dan Ruki sedikit melirik kearah ruangan itu yang memang tampak sudah sepi tak ada seorang pun di sana.

“kau ingat dulu kita sering nongkrong di sini kan Pon, ngintip-ngintip bangku sensei cantik itu sama si Saga”, Kazuki merangkul bahu makhluk berambut pirang yang lebih kecil darinya. Hiroto mengangguk anggukan kepalanya.

“kalian dekat dengan Saga?”, tanya Ruki tiba-tiba.

“si Saga itu teman sekelas kami waktu kelas satu”, jawab Hiroto.

Ruki membulatkan mulutnya, “dia itu memang sudah begitu sejak dulu ya? suka memanfaatkan orang?”, tanya Ruki lagi.

“hyahah si brengsek itu! dia jahilnya gak ketulungan”

“sejak masa orientasi saja dia udah berani ngejailin para anggota Osis”

“dan dia paling suka menjaili Amano Shinji si ketua Osis itu haha”

“…..”, mendengar nama Amano Shinji, Ruki jadi teringat pembicaraannya dengan Reita semalam, “ano…. Kalau boleh tanya, apa kalian tahu tentang Haruka-sensei?”, tanya Ruki tiba-tiba.

“hm?”

“ah!! Haruka-sensei!!” , Kai meninggalkan Shin di belakang lalu merangkul Ruki tiba-tiba ikut nimbrung, sepertinya pembicaraannya dan Shin mengenai informasi yang akan di pasang di madding telah selesai. “aku tahu dia Ruki-sama! Kenapa?”, tanyanya tersenyum sambil membenarkan posisi kacamatanya.

“aku juga tahu”, ujar Hiroto

“aku apalagi~”, Kazuki ngikut. “dia adalah guru kesenian sekaligus sensei tercantik di sekolah ini, mana bisa aku lupa”

“tapi sayang sekali baru beberapa bulan kita menjadi murid di sini dia harus di pecat”, Hiroto menghela nafasnya.

“tapi ngomong-ngomong ada apa kau menanyakan Haruka-sensei Ruki-sama?”, tanya Kai yang masih setia merangkul bahu adik kelas kecilnya itu.

“a-no haha… aku hanya ingin tahu saja”, Ruki menggaruk-geruk belakang kepalanya, “err~ aku dengar kalau dia berhubungan dengan Amano Shinji? err…maksudku—“

“ah! Karena itu!!!”

“benar! karena itu dia dipecat!!”, Kazuki dan Hiroto berseru bersamaan membuat Ruki sedikit kaget.

“haha…benar, menurut gossip yang aku dengar memang Tora selalu mengejar-ngejar Haruka sensei sejak kelas satu namun Haruka-sensei selalu menolaknya. aku tidak pernah tahu kalau mereka benar-benar punya hubungan sampai foto itu tersebar…”, ujar Kai masih menunjukkan dimplenya pada dunia.

“foto?”, Ruki mengernyitkan dahinya penasaran.

“iya, foto Haruka sensei dan Tora saat err…”, Kai menggaruk-garuk dimplenya agak bingung mengatakannya.

“dia mencium Tora di ruang kesenian, err mereka berciuman”, Shin tiba-tiba ikut nimbrung namun ekspresi wajahnya tidak menunjukan ketertarikan akan pembicaraan itu sama sekali.

“he?”

“sekolah ini sempat dihebohkan oleh foto itu selama beberapa hari dan pihak sekolah mengetahui itu hingga akhirnya Haruka-sensei dipecat karena dianggap tidak bermoral sebagai seorang guru”, jelas Kai.

“sou…sou ka?”

“dan kau tahu siapa yang menyebarkan foto itu?”, tanya Kai.

“siapa?”

“si SAGA!!!!!”, seru Hiroto dan Kazuki lagi bersamaan.

He??

“dia sepertinya memang niat banget menjaili ketua Osis BHS itu, dan itu adalah kejailan terbesarnya kupikir, sampai membuat seorang guru di keluarkan dari sekolah”

“uun, sepertinya si Saga itu memang punya dendam pada Amano Shinji itu, tapi entah dendam apa itu hahaha”

Ruki merapatkan mulutnya melihat teman-temannya di club madding itu saling ribut membicarakan masa lalu mereka yang Ruki tak tahu. sesuai perkiraannya tentang kelicikan Saga, tidak heran jika ia bisa sampai melakukan hal seperti itu. sampai membuat seorang guru dipecat. Dan dia adalah wanita yang disukai Amano Shinji. sekarang Ruki mengerti alasan kenapa Saga mengatakan ketua Osis BHS itu membencinya. Dan Ruki rasa itu wajar.
Tapi yang mengganggu pikiran Ruki, kenapa orang yang membenci itu mencium orang yang dibencinya? Mungkin Cuma sedang ‘kemasukan’ sama halnya seperti saat ia mengecup Uruha, seperti kesimpulannya sebelumnya meski tampak agak berbeda ==” tapi Bisa saja kan? Toh Ruki juga membenci Uruha tapi dia bisa melakukan hal se-diluar-kehendak seperti itu. tapi kenapa Ruki harus ikut memusingkan pasangan Tosa itu (plak)

“ano..kalau Shar—uhp!”, Ruki refleks menutup mulutnya. Nama siapa yang hendak ia ucapkan barusan?

“ya?”, tanya Kai sedikit heran melihat adik kelas dalam rangkulannya tiba-tiba menutup mulutnya.

“a..ahaha tidak bukan apa-apa hha”

Hampir…


ナチュラルセンス  (◕‿◕✿)


07.15 pm.

Uruha memejamkan matanya rapat-rapat sambil mendengarkan musik keras di kedua telinganya. Hingga hujan yang mulai sedikit deras pun tak bisa ia dengarkan suaranya. namun masih belum ada suara-suara petir di luar sana. Uruha sudah mendengarkan perkiraan cuaca di radio pagi ini dan katanya hujan lebat+petir akan terjadi malam hari ini. Uruha tidak pernah melewatkan yang namanya melihat/ mendengarkan berita perkiraan cuaca setiap harinya apalagi saat mulai memasuki musim hujan begini, meski tidak selalu tepat tapi banyaknya kebetulan tepat :v dengan begitu Uruha akan mempersiapkan headphonenya ia bawa kemana-mana. Uruha benci hujan, dan Uruha sangat membenci suara petir. Karena itu ia benci saat musim mulai berbasah-basah(?) begini. Uruha selalu merasa Lebih baik langsung saja musim dingin itu bersalju.

Uruha menarik selimutnya sampai menutupi sebagian kepalanya. Dengan begitu tubuhnya terasa lebih hangat, dan kali ini juga tidak biasa Uruha memakai piyamanya hitamnya. Beberapa lama dalam keadaan seperti itu tiba-tiba yang mucul di kepala Uruha adalah kejadian kemarin malam, dan ia segera membuka matanya sedikit shock sampai tiba-tiba ponsel di atas meja di samping ranjang tidur Uruha bergerak-gerak dan Uruha yang tidak benar-benar bisa tertidur di jam segitu segera menyadari getaran ponselnya.

Uruha membangunkan tubuhnya lalu meraih ponselnya yang kini sudah tak bergerak-gerak lagi. Ia melihat ada satu email yang masuk ke ponselnya dimana si pengirimya tak ia kenal.

Apa yang sedang kau lakukan sekarang?

Uruha menatap layar ponselnya datar lalu kembali menyimpan ponselnya di atas meja di samping tempat tidurnya. Uruha bukan orang yang suka melayani nomor yang tidak ia kenal. Paling itu dari fansnya. Meski Uruha tidak pernah memberikan nomor ponselnya pada siapapun kecuali orang-orang terdekatnya, tapi ada saja fansnya yang tahu. tapi selama ini Uruha tidak pernah menanggapinya dan mereka akan menyerah sendiri.

Uruha kembali menidurkan diri , menarik selimut kembali menutupi tubuhnya seluruhnya, tapi kali ini Uruha tidak memejamkan matanya menatap ponsel di atas mejanya. Jika benar itu dari fansnya, biasanya kata-kata mereka selalu agak terlihat bersemangat seperti mengatakan ‘kyaaaa!! Urusama, Urusama , Urusama dan bla…bla…bla…bla…’ tapi pesan itu agak terlalu dingin untuk dikirim fans padanya.

Dan 15 menit kemudian ponsel Uruha kembali bergetar. laki-laki itu kembali membangunkan tubuhnya segera meraih ponselnya, sedikitnya Uruha penasaran dengan siapa si pengirim tak dikenal itu, mungkin kenalannya dahulu? Dan kali ini bukan sebuah email yang masuk ke ponsel Uruha tapi sebuah panggilan dari nomor tak dikenal itu.

Uruha melepaskan sejenak headphone dikedua telinganya, “ya? siapa ini?”, tanya Uruha langsung saat ia mengangkat panggilan itu.

‘moshi-moshi…!’

“siapa?”, tanya Uruha lagi.

‘kupikir tidak akan diangkat’

“siapa kau?!”, tanya Uruha sekali lagi sedikit jengkel.

Selama beberapa lama suara di line telepon Uruha seperti membisu, ‘Sha…ron’

“…….”, Uruha merapatkan mulutnya dengan wajah datar. Sudut bibirnya menyungging sinis dan urat-urat dijidatnya berkedut. “JANGAN MAIN-MAIN KAU!! SIAPA KAU HAH?!!”, tanya Uruha agak nepsong. Jelas-jelas suara yang yang terdengar di line teleponnya adalah suara laki-laki, mau nyamar pake otak dikit napa ==”

‘gendang telingaku, aduh!! baiklah…baiklah, ini aku!!’

“aku siapa?! Orang seterkenal Tom Cruise saja tidak akan dikenal hanya dengan menyebutkan ‘aku’ di telepon!”

‘cis! Kau benar-benar tidak mengenal nada bicaraku ini?’

“nada bicaramu seperti orang miskin benalu dengan hobinya menyusahkan orang lain dan nyosor bibir orang seenak jidatnya yang numpang di rumahku, tapi makhluk itu tidak mungkin berani menelponku lagipula untuk apa dia menelponku, jika dia berani akan ku datangi dia ke kamarnya langsung dan kuhajar dia di situ sekarang juga karena telah mengganggu istirahat tenangku. Jadi siapa kau? katakan! Atau aku tutup teleponnya!”

“tapi ini memang aku…”

“aku siapa?!”

“eeerrrrgh aku RUKI !!! R-U-K-I = RUKI”

“……”

‘jadi apa yang sedang kau lakukan? Jangan bilang kau sedang dibuntel selimut dengan headphone di kedua telingamu sambil meringkuk seperti kucing mendengarkan music di ipod karena takut dengan suara petir wakakakak’

Uruha memperhatikan keadaan dirinya sendiri yang sesuai seperti yang Ruki deskripsikan, “mau apa kau benalu?”

‘tidak! aku hanya ingin mengatakan itu. kau takut petir kan? Tuan muda Uruha yang sok ganteng sok keren sok kaya dan segala sok ada padanya itu ternyata cemen! Aku hanya sedikit senang mendengar it—ups! Aku harus segera mengunci pintu kamar!’

Tut…tut…tut…

Uruha kalap bukan main dikatai cemen oleh orang bertubuh cemen. Ia segera menyingkap selimut yang membuntel tubuhnya, menurunkan kakinya ke lantai dengan wajah esmoshi. Melepaskan headphone di lehernya dan ipod yang sejak tadi ia dengarkan. Hanya perlu beberapa menit saja menyelesaikan si bocah cemen itu sebelum hujan semakin deras dan Uruha akan segera kembali ke kamarnya ini. lagipula jika anak itu melihatnya memakai headphone dan ipod seperti yang dikatakan anak itu tadi, dia bisa tertawa puas karena kata-katanya entah kenapa bisa  tepat sekali ==”

“awas kau benalu!!!!!”, gumam Uruha sambil membuka pintu kamarnya kasar. Ia tak sadar hujan di luar mulai semakin lebat.

Berjalan melewati beberapa ruangan kamar yang tidak terpakai hingga akhirnya ia sampai di kamar dimana Ruki tinggal. Menendang pintu kamar itu keras-keras sampai menimbulkan suara yang berisik. Uruha pikir pintu kamar itu telah dikunci pemiliknya namun diluar dugaan pintu itu malah terbuka dari dalam dan ia bisa melihat bocah yang ingin ia amuk membuka pintunya lebar-lebar.

“ck! berani juga kau ya? kupikir kau sudah mengunci pintu kamarmu ini dan bersembunyi di kolong kasur”

“aku tidak sepengecut itu”

Uruha menyeringai sadis, “baiklah jadi sekarang seberapa parah aku harus mengirimmu ke rumah sak—“, tiba-tiba tubuh Uruha ditarik makhluk  minis itu ke dalam kamarnya dengan mendadak. Dan Uruha masih kebingungan saat dengan cepat Ruki mengunci pintu kamarnya.

“oi, apa yang kau lakukan?”, tanya Uruha mengernyitkan dahi.

Ruki tersenyum sambil memasukkan kunci kamarnya ke dalam saku celana piyama birunya. “aku hanya ingin sedikit bermain-main, sekalian memberimu pelajaran”, ucap Ruki masih dengan senyuman lebar di wajahnya. “kemana headphone dan ipod yang biasa kau pakai di saat seperti ini Uruha?”, tanya Ruki iseng.

“apa kau—“, Uruha hendak menarik kerah piyama Ruki yang tidak jauh di hadapannya namun tiba-tiba kilatan cahaya lagi-lagi menghentikan niatnya itu. dan Uruha menoleh ke arah jendela dimana gorden berwarna merah telah menutupinya namun Uruha masih bisa melihat garis-garis cahaya yang menjalar di langit yang jauh itu di sana. “brengsek!  BUKA PINTUNYA!!”, bentak Uruha.

Ruki hanya menjulurkan lidahnya, “ambil kuncinya kalau bisa!”. dan tanpa berpikir lagi Uruha segera memburu makhluk mini itu yang kini sudah berlari menghindarinya. Satu kamar di rumah keluarga Yuuji adalah tempat yang bisa dijadikan tempat lapangan bemain voli atau badminton dan itu juga tidak terlalu buruk untuk dijadikan tempat kucing-kucingan.

Uruha berusaha menangkap Ruki yang mulai berlari menaiki tempat tidurnya, dan suara petir yang agak jauuuuh hingga yang terdengar hanya suara Guntur yang pelan pun terdengar namun itu sedikit membuat tubuh Uruha gemetar dan ia berhenti mengejar Ruki.

“Kou…”

Dan suara yang seakan terdengar kembali di telinga Uruha membuat wajahnya memucat.

“kenapa? Ternyata kau memang cemen! Kalau semua orang tahu hal ini bagaimana pendapat mereka ya?”, Ruki mengeluarkan ponsel dari sakunya.

“apa mau-mu?”

Ruki kembali tersenyum, “ayolah Uruha, kau percaya kan aku yang menyebarkan foto nista itu di madding, jadi kenapa tidak kalau sekarang aku menyebarkan fotomu saat ketakutan juga”, ide itu muncul dari kejailan Saga memanfaatkannya, dan Ruki pikir kenapa tidak jika ia mencobanya pada Uruha juga. Ruki menekan tombol capture di ponselnya sampai suara blitz membuat Uruha menundukkan wajahnya karena itu sedikitnya mirip cahaya kilat. “tapi jangan salah, aku tidak sejahat itu. aku tidak akan menyebarkannya asal kau berjanji untuk membiarkanku hidup tenang, jangan menyuruh fans-fansmu itu menggangguku”, ucap Ruki.

“kau telah merencanakan ini?”, tatapan Uruha menunjukan betapa dia ingin mencakar-cakar wajah Ruki sekarang.

“benar! dan aku senang dengan mudahnya kau terjebak rencanaku”, Ruki tersenyum menjulurkan lidahnya.

“kau……BRENGSEK!!!”, amuk Uruha. Ia kembali memburu Ruki dengan begitu emosi dan saat tangannya mencapai tubuh makhluk mini itu, Tiba-tiba kilatan cahaya di luar sana membuat jantung Uruha seperti berhenti selama kilatan itu terlihat matanya, dan kakinya mendadak lemas.

DHURRRRRRRR!!!

“Kou….”

Uruha segera berjongkok menutup mata rapat-rapat sambil menutupi kedua telinga dengan kedua tangannya membuat Ruki yang hampir saja dihajarnya mengerutkan dahi. Namun melihat Uruha yang ketakutan begitu terasa menggelikan bagi makhluk minis itu. kapan lagi ia bisa melihat Uruha dalam keadaan menyedihkan begitu?

“… kau cantik”

Uruha semakin merapatkan kedua tangan di telinganya menunduk. Dan hujan di luar sana semakin lebat dengan kilatan-kilatan cahaya yang semakin lama semakin sering terlihat. Ruki memotret Uruha dengan ponselnya sedikit tersenyum, sampai beberapa saat kemudian suara menggelegar petir membuat tubuh Uruha semakin gemetar. Uruha merasakan hawa dingin menjalar di seluruh tubuhnya bersama sebuah ingatan yang selalu berusaha ia lupakan.

“kau cantik…”

“seperti ibumu…”

“Hentikan!!!”, suara Uruha seperti membentak membuat Ruki yang sedang memotretnya terkejut. Tiba-tiba Uruha berlari menuju pintu kamar Ruki, menggedor-gedornya kuat. Dan Ruki dibuat terbengong-bengong karena ia seperti melihat Uruha seakan sudah kehilangan akal sehatnya.

DHURRRRRRRRRR!!!

Uruha kembali berjongkok di depan pintu sambil menutupi kedua telinganya.

“kau cantik…”

“hentikan…”, Uruha semakin memejamkan matanya rapat-rapat dan menunduk dalam, tubuhnya gemetar, nafasnya mulai terasa sesak.

“kemarilah Kou…”

Ruki berjongkok di samping Uruha menghadap laki-laki dengan tubuh gemetar itu, bahkan Ruki bisa melihat mata Uruha mulai mengeluarkan air matanya meski sedikit. “Uruha?”

“kemarilah Kou…”

“Uru! Oi , kau tidak apa-apa?!”, Ruki menyentuh bahu laki-laki yang masih saja menutupi telinganya padahal suara petir sudah tidak ada.

“kemarilah…”

“tou-chan?”

“Uruha!”

“tou-chan apa yang—“

“JANGAN SENTUH AKU!!!”, bentak Uruha menyingkirkan tangan Ruki dari bahunya kasar.

Ruki sedikit membulatkan matanya mendengar bentakan Uruha yang ia rasa begitu penuh kebencian. Ruki bisa melihat Uruha menyembunyikan wajah dikedua dengkulnya dengan kedua tangan yang kembali setia menutupi kedua telinganya rapat. Tubuh berbalut piyama hitam di depan Ruki itu gemetar hebat seakan ia berada di tengah kutub tanpa sehelai benangpun dan ia meringis. Ruki tidak pernah tahu, sebegitu takutnya kah Uruha pada suara petir? Sebelumnya ia hanya berpikir kalau rasa takut Uruha hanya ketakutan biasa yang akan berhenti seiring hilangnya suara petir itu sendiri. Dan sekarang makhluk mini itu sedikit merasa bersalah. Uruha di depan matanya terlihat begitu menderita dan itu ulahnya. Seperti ada organ dalam tubuh Ruki yang terasa seakan dipelintir melihat Uruha dalam keadaan seperti itu.

“Uruha—“, Kilatan Cahaya di luar kembali di tangkap mata Ruki, dan ia melihat tubuh Uruha semakin gemetar. Ruki segera menarik kepala Uruha ke dadanya membuat Uruha membuka mata lebar dan ia segera mendorong tubuh laki-laki mungil itu namun Ruki tak menyerah dan kembali menarik kepala Uruha ke dadanya lebih memaksa, memeluk kepala laki-laki itu dan menutupi kedua telinganya sampai suara menggelegar itu kembali terdengar , dan Ruki terus memeluknya sampai suara petir itu menghilang. “maaf…”, ucap Ruki pelan.

Uruha masih membulatkan matanya sementara kedua lengan Ruki memeluk kepalanya dengan erat. “aku tidak tahu kau setakut ini. maafkan aku…”, Uruha bisa mendengar suara laki-laki yang kini tengah memeluknya itu meski Uruha masih menutupi kedua telinganya. Itu karena Ruki mengucapkannya tepat ditelinga Uruha. Dan laki-laki yang kini masih ketakutan itu mulai merasakan tubuhnya menghangat, sedikit demi sedikit mulai tenang berlawan dengan detak jantung di dada Ruki yang Uruha rasa malah semakin cepat.


TBC  (◕‿◕✿)

(^__^)/~~ ahaha… sankyuu yang udah mau baca.
Oh! Saia sendiri terkejut bisa nyampe chapter 9 dari chapter 2 dalam kurun waktu sebulan lebih beberapa hari lah wkwkwk kalau dibandingkan forbidden fruit yang baru bisa nyampe chapter 12 setelah 2 tahun 6 bulan, ini kan keajaiban *plak!* tapi saia harap dengan ngebutnya saia update , minna tidak menjadikan ini beban ^^ santai~~~~~~~~~~~ wkwkwk … dan sepertinya ini akan selesai dalam chapter yang banyak *perkiraan 20 chapter minimal (ditabok)* tapi jika minna merasa bosan, daijoubu dayo! Itu normal dan jangan dipaksakan XD wkwk~~ dah ah, jaaa~

No comments:

Post a Comment