Author : Rukira Matsunori
Rated : T
Genre : AU/ gajeromance/ BL (MaleXMale)
Fandom(s) : the GazettE, alicenine, A(ACE), ViViD, ScReW, D=OUT,
Versailles, dkk?
Pairing(s) : Uruha x Ruki? Ruki x Uruha?, Tora x Saga.
Chapter(s) : 9
Warning : Jangan anggap serius FIC ANEH ini!!! DON’T LIKE DON’T READ!!
Length : 17 pages (4.756 words)
Note : T.T ergh! Buntung!
Chap 9 : ☆~Bitter~☆
Natural Sense ★~♪
☆ナチュラルセンス☆
“ohayou tuan muda Ruki”
“ee…ohayou”, Ruki memegangi kepalanya yang terasa sedikit berat
saat membangunkan tubuhnya dari tempat tidur.
“apa anda sudah merasa lebih baik?”, tanya butler keluarga Yuuji
itu ramah.
“he? Kepalaku sedikit pusing”, keluh Ruki.
Nimo menganggukan kepalanya, “pasti efek minumannya masih ada”
“minuman?”
“benar. semalam tuan muda Ruki pulang diantarkan Suzuki-san dalam
keadaan mabuk”
“heeee!!! Mabuk? Aku?!”, Ruki menunjuk dirinya sendiri dan Nimo
mengangguk pelan. beberapa saat kemudian Ruki terdiam berusaha mengingat hal
terakhir yang ia ingat semalam. Yang Ruki ingat adalah senyuman
Uruha…benar-benar manis==”. Setelah itu ia meminum minuman dengan rasa yang
aneh lalu perutnya mual dan…….tidak tahu lagi.
Ruki melihat keadaan dirinya yang sudah berganti pakaian memakai
piyama, sementara ia tidak ingat pernah memakaikan baju itu ke tubuhnya.
“ano...si-siapa yang mengganti pakaianku?”
“saya tuan”, jawab Nimo tersenyum.
“ehhhhhhhhh!!!!!!”, Ruki memeluk dirinya sendiri, “a-apa??! ta-tapi….Nimo-san—“
“anda tidak perlu sungkan, saya terbiasa melakukan itu jika tuan
muda Uruha juga pulang dalam keadaan mabuk^^ “
Ruki bengong, “sou, sou ka?”, tanya Ruki masih bengong. Meski
begitu tetap saja Ruki merasa malu pada butler keluarga Yuuji itu.
“hai. Lalu apakah anda akan masuk atau absen ke sekolah hari ini?”
“ah! Aku akan masuk!”, Ruki segera menyingkap selimut di tubuhnya
dan turun dari tempat tidur hendak beranjak ke kamar mandi dengan keadaan kepala
yang masih sedikit berat.
“ano…tuan muda Ruki”, panggil Nimo.
“ya?”
“sepertinya anda tidak ingat apa-apa karena mabuk. Maaf apabila
saya lancang, tapi sebaiknya anda minta maaf pada Suzuki-san karena telah
muntah di bajunya semalam”
“…..”
HIEEEEEEEEEE???!!!
☆ナチュラルセンス☆ (◕‿◕✿)
Ruki memasukan sepatunya ke dalam loker lalu kembali mengunci
lokernya. Memasukan kedua tangannya ke saku samping kiri dan kanan celana
seragamnya sedikit bergidik kedinginan karena cuaca pagi yang lagi-lagi mendung,
ditambah ia merasa keadaan tubuhnya agak kurang fit hari ini.
“ohayou~~~~ Ruki….kun”
Ruki kembali dijengkelkan dengan datangnya sekelompok cewek-cewek asing
lagi yang pasti ada hubungannya dengan fangirls Uruha atau AoiHa FC itu di
depannya. Ruki mendengus. Bisakah ia tenang sehari saja di sekolah ini?
Ruki berusaha menerobos sekelompok cewek-cewek itu bermaksud
mengabaikannya namun mereka bisa dengan cepat menangkap tubuh Ruki.
“apa yang kalian inginkan?”, tanya Ruki malas.
“kami ingin bertemu denganmu Ruki-kun!!!”, ucap mereka serempak.
Ruki mengernyitkan dahinya. Makhluk mini itu merasa cewek-cewek di depannya ini
agak sedikit berbeda dengan sekelompok cewek-cewek yang pernah mendatanginya
sebelumnya. Mereka terlihat memperlihatkan ekspresi-ekspresi wajah yang lebih
ramah dan Ruki penasaran dari fans club
apa lagi ini?
“kami sudah melihat perjuanganmu mendapatakan Uruha-sama kami!”
“…..”
“dan kami terharu dengan keberanianmu itu”
“……”
“kami adalah fans Urusama!! Dan sekarang kami adalah pendukung Ruki-kun
untuk mendapatkan Urusama!”
“kami adalah URUKI FC!”, ucap mereka barengan.
Ruki sweatdrop. “apa itu?”, perasaan Ruki mendadak tak enak
mendengar epsi-epsi begitu.
“Uruha x Ruki fans club! Dan kami baru terbentuk dua hari yang
lalu! Meski untuk saat ini member kami masih sedikit tapi kami akan berusaha
untuk mencarinya lagi agar semakin banyak dukungan untuk Ruki-kun bersama
Uruha-sama hingga kalian bisa benar-benar bersatu! Bahkan kami yakin bisa
mengalahkan AoiHa FC!! Percayalah! Dan semangatlah!”
“Ganba! Ganba! Ganba! Ganba!”
“GanbattE Ruki-sama!!!”
“yeeeeeyyyyy!!!”
“jaa~ne”
Sekelompok perempuan yang Ruki hitung ada sekitar 8 orang-an itu
kemudian pergi meninggalkan Ruki dalam keadaan melongo.
“oi !”
Tubuh kecil Ruki tiba-tiba terdorong nabrak tembok karena sebuah
tangan yang mendorong bahunya. “apaan sih?”, protes Ruki pada orang yang
tiba-tiba muncul di belakangnya tersebut dan ternyata ia adalah Saga.
“hm… sepertinya kau sudah mulai mendapatkan fans sekarang~”, Saga menyeringai,
“berterimakasihlah padaku~”
“sudi !!”, Ruki melengos.
“apa kau bilang? Mau aku kunci di toilet ya!!”, Saga menarik-narik
hoodie sweater yang akhir-akhir ini selalu Ruki pakai ke sekolah di sepanjang
koridor saat mereka berjalan menuju kelasnya.
Saat mereka hampir sampai, tiba-tiba Saga melihat seseorang yang
sangat ia kenal tampak sedang asik ngobrol dengan beberapa orang siswi dari
kelasnya di depan pintu kelas 2-3 itu, seperti biasa dengan wakilnya menemani
di belakangnya. Saga segera melepaskan hoodie sweater makhluk minis di depannya
saat orang itu menoleh ke arahnya dan juga Ruki yang baru datang.
“Ruki…ohayou”, Sapa Tora tersenyum.
“Amano…ee! Tora-senpai…ohayou”, Ruki tersenyum sedikit mempercepat
langkahnya mendekati kakak kelas dan beberapa siswi di depan kelasnya itu
meninggalkan Saga.
“ee..kau tidak biasa memanggilku seperti itu hha”
“tidak apa-apa kan? Ini di sekolah hhe”, Ruki menggaruk-garuk
kepalanya yang tak gatal.
“ah, arigatou”, Tora sedikit menganggukan kepalanya pada
perempuan-perempuan teman sekelas Ruki di depannya yang sempat ia tanyai
tentang keberadaan Ruki tadi , dan mereka tersenyum tampak begitu senang lalu
kembali masuk ke kelas dengan sumringah karena baru bertegur sapa dengan salah
satu pangeran sekolah BHS yang begitu ramah itu.
“ada perlu apa di sini?”, tanya Ruki pada senpainya
“aku dengar dari Uruha kalau kau mabuk semalam dan pulang duluan
bersama Reita, kau baik-baik saja?”
“ooh haha…iya, aku tidak apa-apa… maaf sudah merepotkan”, Ruki
kembali menggaruk-garuk kepalanya sedikit malu.
“aku malah tidak tahu hha....”
Eh?
Ruki menepuk jidatnya pelan mengingat apa yang dikatakan Nimo tadi
pagi. Yang harus ia mintai maaf adalah Reita.
“ugh!!”, Ruki mengusap-usap belakang kepalanya yang mendadak
di-slap Saga dengan keras dari belakang saat laki-laki cantik itu melewatinya
dan Tora hendak masuk ke kelas. “Saga!”, protes Ruki tak terima. Saga hanya
menjulurkan lidahnya iseng lalu sosoknya menghilang masuk kelas. “dasar”,
gerutu Ruki sedikit bersungut.
“ck! anak itu….”
Ruki melirik seseorang di samping Tora yang tiba-tiba bergumam
sambil tersenyum tipis melihat tingkah Saga. lalu orang itu pun mengalihkan
padangan matanya ke arah Ruki sampai mereka tak sengaja bertemu pandang dan
Tora menyadari itu. “oh ya, ini wakil ketua Osis BHS, yang sering sekali
meringankan pekerjaanku, Kohara Kazamasa”, Tora menepuk belakang bahu wakilnya
di sampingnya.
“Shou desu, yoroshiku onegaishimasu Ruki-kun”, ucap Shou ramah.
“Tora sering menceritakan tentangmu”, tambahnya kembali tersenyum lebih lebar.
“he? Oh h-hai…Ruki desu, yoroshiku onegaishimasu”, Ruki membalas
tersenyum agak membungkuk.
“kau berteman anak itu?”, tanya Shou.
“ya? Saga? err~ ya kami tetangga di kelas hhe”, sepertinya Ruki
pernah mendapatkan pertanyaan seperti itu sebelumnya, apa wakil ketua osis itu
juga akan memperingatkannya agar hati-hati? Dan Shou hanya menganggukan
kepalanya pelan tampak sedang berpikir.
“baiklah, Kami ke kelas ya…. jaa Ruki”, Tora menepuk bahu Ruki
pelan dan tersenyum.
“oh haihai…”
Dan kedua orang yang berpengaruh di sekolah BHS itu pun pergi.
Ruki memegangi dagunya memperhatikan kedua orang itu yang memunggunginya
telah berjalan beberapa langkah dari posisinya lalu Ruki menengok ke dalam
kelas dimana Saga terduduk sambil bersandar santai di bangkunya, meski sekilas
Ruki sempat menangkap mata Saga melirik ke arah dua orang itu yang pasti
terlihat dari jendela kelas. Dan Ruki mengerutkan dahinya. Bahkan Saga dan Tora
tadi tidak bertegur sapa atau bahkan mempertemukan pandangan mereka mungkin?
Mereka orang yang saling mengenal bukan? Kenapa tingkahnya seperti seakan
mereka menganggap yang lainnya adalah angin.
☆ナチュラルセンス☆
(◕‿◕✿)
“Ruki !”, Reita terlihat bahagia(?) melihat adik kelasnya itu
menunggunya di depan kelasnya sebelum masuk.
“kau tahu kelasku?”, tanyanya sambil memangku kedua tangannya sambil
memegangi sebuah buku yang digulung di salah satu tangannya.
“aku bertanya pada salah satu teman di kelasku”
“hm…berarti aku terkenal hha”, Reita tertawa garing, “lalu ada apa
tiba-tiba? Apa fanboys Uruha mengganggumu lagi?”
“iie! Bukan, aku hanya ingin minta maaf karena kejadian tadi malam,
aku benar-benar minta maaf,”, Ruki membungkukan tubuhnya dalam, rasanya
wajahnya benar-benar panas karena menahan malu. “maafkan aku Reita-senpai, aku
benar-benar tidak ingat apa-apa saat itu”
“tentang apa?”
Ruki mengangkat tubuhnya, “ano… itu…”, makhluk mini itu
menggaruk-garuk pipinya bingung mengatakannya. “aa..”, karena malu
mengatakannya Ruki menggunkan bahasa tubuhnya untuk memberitahu Reita, menutup
mulutnya lalu berakting perutnya terasa mual, membuat Reita tertawa kecil.
“oh itu….itu sama sekali bukan masalah buatku…”, Reita mengacak-acak
rambut Ruki. “kupikir yang lain hha…”
Ruki membulatkan matanya, “a-apa? apa aku melakukan kesalahan yang
lain? apa itu?? katakan padaku Reita-senpai? Aku benar-benar tidak ingat
apa-apa soalnya, soal itu pun Nimo-san yang mengatakannya padaku”
“hmmm…aku mengerti. Hha…”, Reita kembali menyentuh ujung kepala
Ruki, “tidak, kau tidak melakukan kesalahan”, laki-laki bernoseband itu
tersenyum menyentil jidat Ruki membuat Ruki terbengong-bengong karena
sepertinya ada sesuatu yang mendadak
terasa aneh dalam dirinya. bukan pertama kalinya Reita tersenyum padanya tapi
entah kenapa senyuman Reita yang Ruki lihat kali ini terasa ada sedikit yang
menggenjal. Terutama dari sorot matanya….
“ah aku harus segera kembali ke kelas, sebentar lagi bel masuk
berbunyi, “, Ruki melihat jam di tangannya, “ kalau begitu, Jaa Reita-senpai”,
Ruki sedikit menganggukan wajahnya tersenyum berpamitan pada kakak kelas
bernosebandnya itu sesaat sebelum akhirnya ia berlari pelan meninggalkan Reita.
Reita masih berdiri diam memperhatikan laki-laki yang begitu lucu
baginya itu berlari memunggunginya. Senyumannya kembali tersurat samar. “kuserahkan
tidak ya?”, gumamnya pada dirinya sendiri, “ckck…tapi dia seperti boneka yang
lucu bagiku”, gumamnya sesaat sebelum akhirnya laki-laki bernoseband itu
melangkah memasuki kelasnya.
Ruki memelankan langkah kakinya saat ia mau melewati kelas 3-2,
kelas dimana Uruha melewatkan waktu belajarnya di sekolah setiap hari di sana.
Ruki sedikit melirik-lirik deretan bangku yang ada di dalam kelas melalui kaca
jendela mencoba mencari disebelah mana Uruha duduk. Saat tadi Ruki lewat sini
sepertinya Uruha tidak ada di kelas, namun beberapa saat kemudian Ruki
menemukannya. Ruki melihat seorang laki-laki cantik itu terduduk di bangkunya
di dekat jendela bersebrangan dengan jendela kelas dimana Ruki ngintip(?). ada
headphone yang melingakar di tengkuk lehernya tak ia pakai. dan ia sepertinya
sedang asik memainkan benda di kedua tangannya tampak serius.
Tanpa sadar Ruki terdiam tak melangkahkan kakinya. Melihat Uruha
yang serius begitu juga tampak menggelikan baginya.
KRIIIIIIIIIIIIIIING!!!
Eeeehhh???!!
Ruki refleks berlari mendengar suara bel masuk yang berbunyi begitu
nyaring itu membuat anak-anak di kelas Uruha sedikit terganggu karena suara
keras sepatu Ruki yang berbenturan dengan lantai koridor.
“apaan sih?”
“tadi anak itu sempat diam dulu di depan kelas kita deh”
“anak kelas satu mungkin? Tubuhnya kecil sih”
“kok ada anak kelas satu di sini?”
Uruha mendelikkan matanya merasa teman-teman sekelasnya berisik,
padahal ia lagi konsentrasi bermain game.
☆ナチュラルセンス☆
(◕‿◕✿)
“kita harus mencari bukti yang pasti sebelum merilis berita ini.
kita tidak boleh membuat berita asal tanpa bukti yang nyata”, Kai mondar-mandir
santai sambil memegangi dagunya tampak serius berpikir.“ Informasi kita
haruslah akurat, terpercaya dan yang penting adalah nyata”
“bicara apa kau Kai-san? informasi tentang aku dan Uruha saja itu
adalah fitnah! Tapi kau pasang juga”, dengus Ruki.
“ah! Jadi Ruki-sama tidak keberatan langsung kami publish berita
mengenai perebutan Uruha antara kau dan Aoi ini?”
“bukan begitu maksudku!! jangan libatkan aku lagi! Sudah kubilang
itu fitnah!”
“kenapa kau selalu bilang begitu? padahal kau Cuma malu mengakuinya
kan? Emm emmm….”, Kai menyeringai. Dan kedua orang (kecuali Shin) di samping
Ruki pun ikut menyeringai aneh. Ruki kembali menyerah tak mau berkata-kata
lagi, percuma memperdebatkan hal yang sama namun kebebasan haknya untuk membela
diri tidak pernah digubris dan didengar. Ruki lebih memilih menggerutu dalam
hati.
“hujan …”gumam Shin yang duduk di bangku di belakang Ruki sambil
menatap jendela.
“ah hujan lagi ya? tapi Cuma rintik-rintik ini kan? Kita masih bisa
main~~”, ujar Kazuki tak patah semangat.
“kalian sudah lihat berita perkiraan cuaca hari ini? katanya nanti
malam bakal hujan lebat, bakal ada petir lagi. Jadi aku gak ikut main hari ini
ah”, ujar Hiroto. Ruki menoleh pada pemuda berambut pirang di samping bangkunya
tampak memikirkan sesuatu
“ha? kau cemen sekali masa kalah sama hujan?”, Kazuki menggeplak
kepala makhluk yang lebih kecil darinya itu, sementara Ruki berada di
tengah-tengah mereka.
“bukan begitu! gak asik tahu main sementara diluar hujan badai,
mending juga tidur di rumah”
“gak asik! Gak asik ah! Gak asik! Cemen!”, Kazuki dan Hiroto saling
nyentrung-nyentrungin(?) bahu mereka sementara Ruki yang duduk di antara mereka
tampak asik dengan dunia pikirnya tanpa terganggu kegiatan dua makhluk di
samping kiri dan kanannya. Tiba-tiba makhluk mini itu menyeringai mencurigakan.
“oh ya, Ruki kau ikut ya?”, ajak Kazuki.
“tidak”, jawab Ruki singkat.
“kenapa sih? Kau gak asik banget jadi orang”, dengus Kazuki.
“ada sesuatu yang harus aku lakukan nanti malam hho”
Kai, Kazuki dan Hiroto menatap makhluk mini itu datar. Mereka
melihat ada sesuatu yang mencurigakan tergambar jelas di wajah teman baru
mereka itu.
“apa? kau mau melewatkan malam hujan badai bersama Uruha?”
“bisa dibilang begi—HEH???!! Apa maksudmu?!”, refleks Ruki menoleh
pada Kazuki yang melemparkan pertanyaan aneh itu.
“benar ya? hyaaaaaaaaaahahah”
“Shin! CATAT!!!”, suruh Kai pada sekertaris club mereka yang sedang
asik menikmati hujan rintik-rintik diluar, dan jika ia sedang menikmati
waktunya, maka Shin tidak bisa diganggu,
Dan meeting club yang lebih pantas dibilang menggosip itu berakhir
dengan lagi-lagi tak mengenakan untuk Ruki. Sebenarnya untuk apa makhluk minis
itu rajin-rajin datang ke club aneh itu?
Hiroto sang wakil ketua mengunci pintu ruangan club mereka untuk
pulang. Sementara Kai tampak sibuk mengajak Shin bicara meski adik kelasnya itu
tampak malas menanggapinya. Dan Kazuki yang asik mengganggu Ruki telah berjalan
lebih dulu dari yang lainnya. Sepertinya dimanapun dan kapanpun Ruki selalu
saja jadi bahan mainan orang-orang.
“ah sepertinya para guru udah pada pulang tuh”, ujar Hiroto saat
mereka berlima berjalan melewati ruang guru. Dan Ruki sedikit melirik kearah
ruangan itu yang memang tampak sudah sepi tak ada seorang pun di sana.
“kau ingat dulu kita sering nongkrong di sini kan Pon,
ngintip-ngintip bangku sensei cantik itu sama si Saga”, Kazuki merangkul bahu
makhluk berambut pirang yang lebih kecil darinya. Hiroto mengangguk anggukan
kepalanya.
“kalian dekat dengan Saga?”, tanya Ruki tiba-tiba.
“si Saga itu teman sekelas kami waktu kelas satu”, jawab Hiroto.
Ruki membulatkan mulutnya, “dia itu memang sudah begitu sejak dulu
ya? suka memanfaatkan orang?”, tanya Ruki lagi.
“hyahah si brengsek itu! dia jahilnya gak ketulungan”
“sejak masa orientasi saja dia udah berani ngejailin para anggota
Osis”
“dan dia paling suka menjaili Amano Shinji si ketua Osis itu haha”
“…..”, mendengar nama Amano Shinji, Ruki jadi teringat
pembicaraannya dengan Reita semalam, “ano…. Kalau boleh tanya, apa kalian tahu
tentang Haruka-sensei?”, tanya Ruki tiba-tiba.
“hm?”
“ah!! Haruka-sensei!!” , Kai meninggalkan Shin di belakang lalu
merangkul Ruki tiba-tiba ikut nimbrung, sepertinya pembicaraannya dan Shin
mengenai informasi yang akan di pasang di madding telah selesai. “aku tahu dia
Ruki-sama! Kenapa?”, tanyanya tersenyum sambil membenarkan posisi kacamatanya.
“aku juga tahu”, ujar Hiroto
“aku apalagi~”, Kazuki ngikut. “dia adalah guru kesenian sekaligus
sensei tercantik di sekolah ini, mana bisa aku lupa”
“tapi sayang sekali baru beberapa bulan kita menjadi murid di sini
dia harus di pecat”, Hiroto menghela nafasnya.
“tapi ngomong-ngomong ada apa kau menanyakan Haruka-sensei
Ruki-sama?”, tanya Kai yang masih setia merangkul bahu adik kelas kecilnya itu.
“a-no haha… aku hanya ingin tahu saja”, Ruki menggaruk-geruk
belakang kepalanya, “err~ aku dengar kalau dia berhubungan dengan Amano Shinji?
err…maksudku—“
“ah! Karena itu!!!”
“benar! karena itu dia dipecat!!”, Kazuki dan Hiroto berseru
bersamaan membuat Ruki sedikit kaget.
“haha…benar, menurut gossip yang aku dengar memang Tora selalu
mengejar-ngejar Haruka sensei sejak kelas satu namun Haruka-sensei selalu
menolaknya. aku tidak pernah tahu kalau mereka benar-benar punya hubungan
sampai foto itu tersebar…”, ujar Kai masih menunjukkan dimplenya pada dunia.
“foto?”, Ruki mengernyitkan dahinya penasaran.
“iya, foto Haruka sensei dan Tora saat err…”, Kai menggaruk-garuk
dimplenya agak bingung mengatakannya.
“dia mencium Tora di ruang kesenian, err mereka berciuman”, Shin tiba-tiba ikut nimbrung
namun ekspresi wajahnya tidak menunjukan ketertarikan akan pembicaraan itu sama
sekali.
“he?”
“sekolah ini sempat dihebohkan oleh foto itu selama beberapa hari
dan pihak sekolah mengetahui itu hingga akhirnya Haruka-sensei dipecat karena
dianggap tidak bermoral sebagai seorang guru”, jelas Kai.
“sou…sou ka?”
“dan kau tahu siapa yang menyebarkan foto itu?”, tanya Kai.
“siapa?”
“si SAGA!!!!!”, seru Hiroto dan Kazuki lagi bersamaan.
He??
“dia sepertinya memang niat banget menjaili ketua Osis BHS itu, dan
itu adalah kejailan terbesarnya kupikir, sampai membuat seorang guru di
keluarkan dari sekolah”
“uun, sepertinya si Saga itu memang punya dendam pada Amano Shinji
itu, tapi entah dendam apa itu hahaha”
Ruki merapatkan mulutnya melihat teman-temannya di club madding itu
saling ribut membicarakan masa lalu mereka yang Ruki tak tahu. sesuai
perkiraannya tentang kelicikan Saga, tidak heran jika ia bisa sampai melakukan
hal seperti itu. sampai membuat seorang guru dipecat. Dan dia adalah wanita
yang disukai Amano Shinji. sekarang Ruki mengerti alasan kenapa Saga mengatakan
ketua Osis BHS itu membencinya. Dan Ruki rasa itu wajar.
Tapi yang mengganggu pikiran Ruki, kenapa orang yang membenci itu
mencium orang yang dibencinya? Mungkin Cuma sedang ‘kemasukan’ sama halnya
seperti saat ia mengecup Uruha, seperti kesimpulannya sebelumnya meski tampak
agak berbeda ==” tapi Bisa saja kan? Toh Ruki juga membenci Uruha tapi dia bisa
melakukan hal se-diluar-kehendak seperti itu. tapi kenapa Ruki harus ikut
memusingkan pasangan Tosa itu (plak)
“ano..kalau Shar—uhp!”, Ruki refleks menutup mulutnya. Nama siapa
yang hendak ia ucapkan barusan?
“ya?”, tanya Kai sedikit heran melihat adik kelas dalam
rangkulannya tiba-tiba menutup mulutnya.
“a..ahaha tidak bukan apa-apa hha”
Hampir…
☆ナチュラルセンス☆
(◕‿◕✿)
07.15 pm.
Uruha memejamkan matanya rapat-rapat sambil mendengarkan musik
keras di kedua telinganya. Hingga hujan yang mulai sedikit deras pun tak bisa
ia dengarkan suaranya. namun masih belum ada suara-suara petir di luar sana.
Uruha sudah mendengarkan perkiraan cuaca di radio pagi ini dan katanya hujan
lebat+petir akan terjadi malam hari ini. Uruha tidak pernah melewatkan yang
namanya melihat/ mendengarkan berita perkiraan cuaca setiap harinya apalagi
saat mulai memasuki musim hujan begini, meski tidak selalu tepat tapi banyaknya
kebetulan tepat :v dengan begitu Uruha akan mempersiapkan headphonenya ia bawa
kemana-mana. Uruha benci hujan, dan Uruha sangat membenci suara petir. Karena
itu ia benci saat musim mulai berbasah-basah(?) begini. Uruha selalu merasa
Lebih baik langsung saja musim dingin itu bersalju.
Uruha menarik selimutnya sampai menutupi sebagian kepalanya. Dengan
begitu tubuhnya terasa lebih hangat, dan kali ini juga tidak biasa Uruha
memakai piyamanya hitamnya. Beberapa lama dalam keadaan seperti itu tiba-tiba
yang mucul di kepala Uruha adalah kejadian kemarin malam, dan ia segera membuka
matanya sedikit shock sampai tiba-tiba ponsel di atas meja di samping ranjang
tidur Uruha bergerak-gerak dan Uruha yang tidak benar-benar bisa tertidur di jam
segitu segera menyadari getaran ponselnya.
Uruha membangunkan tubuhnya lalu meraih ponselnya yang kini sudah
tak bergerak-gerak lagi. Ia melihat ada satu email yang masuk ke ponselnya
dimana si pengirimya tak ia kenal.
Apa yang sedang kau lakukan sekarang?
Uruha menatap layar ponselnya datar lalu kembali menyimpan
ponselnya di atas meja di samping tempat tidurnya. Uruha bukan orang yang suka
melayani nomor yang tidak ia kenal. Paling itu dari fansnya. Meski Uruha tidak
pernah memberikan nomor ponselnya pada siapapun kecuali orang-orang
terdekatnya, tapi ada saja fansnya yang tahu. tapi selama ini Uruha tidak
pernah menanggapinya dan mereka akan menyerah sendiri.
Uruha kembali menidurkan diri , menarik selimut kembali menutupi
tubuhnya seluruhnya, tapi kali ini Uruha tidak memejamkan matanya menatap
ponsel di atas mejanya. Jika benar itu dari fansnya, biasanya kata-kata mereka
selalu agak terlihat bersemangat seperti mengatakan ‘kyaaaa!! Urusama, Urusama
, Urusama dan bla…bla…bla…bla…’ tapi pesan itu agak terlalu dingin untuk
dikirim fans padanya.
Dan 15 menit kemudian ponsel Uruha kembali bergetar. laki-laki itu
kembali membangunkan tubuhnya segera meraih ponselnya, sedikitnya Uruha
penasaran dengan siapa si pengirim tak dikenal itu, mungkin kenalannya dahulu?
Dan kali ini bukan sebuah email yang masuk ke ponsel Uruha tapi sebuah
panggilan dari nomor tak dikenal itu.
Uruha melepaskan sejenak headphone dikedua telinganya, “ya? siapa
ini?”, tanya Uruha langsung saat ia mengangkat panggilan itu.
‘moshi-moshi…!’
“siapa?”, tanya Uruha lagi.
‘kupikir tidak akan diangkat’
“siapa kau?!”, tanya Uruha sekali lagi sedikit jengkel.
Selama beberapa lama suara di line telepon Uruha seperti membisu, ‘Sha…ron’
“…….”, Uruha merapatkan mulutnya dengan wajah datar. Sudut bibirnya
menyungging sinis dan urat-urat dijidatnya berkedut. “JANGAN MAIN-MAIN KAU!!
SIAPA KAU HAH?!!”, tanya Uruha agak nepsong. Jelas-jelas suara yang yang
terdengar di line teleponnya adalah suara laki-laki, mau nyamar pake otak dikit
napa ==”
‘gendang telingaku, aduh!! baiklah…baiklah, ini aku!!’
“aku siapa?! Orang seterkenal Tom Cruise saja tidak akan dikenal
hanya dengan menyebutkan ‘aku’ di telepon!”
‘cis! Kau benar-benar tidak mengenal nada bicaraku ini?’
“nada bicaramu seperti orang miskin benalu dengan hobinya
menyusahkan orang lain dan nyosor bibir orang seenak jidatnya yang numpang di
rumahku, tapi makhluk itu tidak mungkin berani menelponku lagipula untuk apa
dia menelponku, jika dia berani akan ku datangi dia ke kamarnya langsung dan
kuhajar dia di situ sekarang juga karena telah mengganggu istirahat tenangku.
Jadi siapa kau? katakan! Atau aku tutup teleponnya!”
“tapi ini memang aku…”
“aku siapa?!”
“eeerrrrgh aku RUKI !!! R-U-K-I = RUKI”
“……”
‘jadi apa yang sedang kau lakukan? Jangan bilang kau sedang
dibuntel selimut dengan headphone di kedua telingamu sambil meringkuk seperti
kucing mendengarkan music di ipod karena takut dengan suara petir wakakakak’
Uruha memperhatikan keadaan dirinya sendiri yang sesuai seperti
yang Ruki deskripsikan, “mau apa kau benalu?”
‘tidak! aku hanya ingin mengatakan itu. kau takut petir kan? Tuan
muda Uruha yang sok ganteng sok keren sok kaya dan segala sok ada padanya itu
ternyata cemen! Aku hanya sedikit senang mendengar it—ups! Aku harus segera
mengunci pintu kamar!’
Tut…tut…tut…
Uruha kalap bukan main dikatai cemen oleh orang bertubuh cemen. Ia
segera menyingkap selimut yang membuntel tubuhnya, menurunkan kakinya ke lantai
dengan wajah esmoshi. Melepaskan headphone di lehernya dan ipod yang sejak tadi
ia dengarkan. Hanya perlu beberapa menit saja menyelesaikan si bocah cemen itu
sebelum hujan semakin deras dan Uruha akan segera kembali ke kamarnya ini.
lagipula jika anak itu melihatnya memakai headphone dan ipod seperti yang
dikatakan anak itu tadi, dia bisa tertawa puas karena kata-katanya entah kenapa
bisa tepat sekali ==”
“awas kau benalu!!!!!”, gumam Uruha sambil membuka pintu kamarnya
kasar. Ia tak sadar hujan di luar mulai semakin lebat.
Berjalan melewati beberapa ruangan kamar yang tidak terpakai hingga
akhirnya ia sampai di kamar dimana Ruki tinggal. Menendang pintu kamar itu
keras-keras sampai menimbulkan suara yang berisik. Uruha pikir pintu kamar itu
telah dikunci pemiliknya namun diluar dugaan pintu itu malah terbuka dari dalam
dan ia bisa melihat bocah yang ingin ia amuk membuka pintunya lebar-lebar.
“ck! berani juga kau ya? kupikir kau sudah mengunci pintu kamarmu
ini dan bersembunyi di kolong kasur”
“aku tidak sepengecut itu”
Uruha menyeringai sadis, “baiklah jadi sekarang seberapa parah aku
harus mengirimmu ke rumah sak—“, tiba-tiba tubuh Uruha ditarik makhluk minis itu ke dalam kamarnya dengan mendadak.
Dan Uruha masih kebingungan saat dengan cepat Ruki mengunci pintu kamarnya.
“oi, apa yang kau lakukan?”, tanya Uruha mengernyitkan dahi.
Ruki tersenyum sambil memasukkan kunci kamarnya ke dalam saku
celana piyama birunya. “aku hanya ingin sedikit bermain-main, sekalian
memberimu pelajaran”, ucap Ruki masih dengan senyuman lebar di wajahnya.
“kemana headphone dan ipod yang biasa kau pakai di saat seperti ini Uruha?”,
tanya Ruki iseng.
“apa kau—“, Uruha hendak menarik kerah piyama Ruki yang tidak jauh
di hadapannya namun tiba-tiba kilatan cahaya lagi-lagi menghentikan niatnya
itu. dan Uruha menoleh ke arah jendela dimana gorden berwarna merah telah
menutupinya namun Uruha masih bisa melihat garis-garis cahaya yang menjalar di
langit yang jauh itu di sana. “brengsek!
BUKA PINTUNYA!!”, bentak Uruha.
Ruki hanya menjulurkan lidahnya, “ambil kuncinya kalau bisa!”. dan tanpa
berpikir lagi Uruha segera memburu makhluk mini itu yang kini sudah berlari menghindarinya.
Satu kamar di rumah keluarga Yuuji adalah tempat yang bisa dijadikan tempat
lapangan bemain voli atau badminton dan itu juga tidak terlalu buruk untuk
dijadikan tempat kucing-kucingan.
Uruha berusaha menangkap Ruki yang mulai berlari menaiki tempat
tidurnya, dan suara petir yang agak jauuuuh hingga yang terdengar hanya suara
Guntur yang pelan pun terdengar namun itu sedikit membuat tubuh Uruha gemetar
dan ia berhenti mengejar Ruki.
“Kou…”
Dan suara yang seakan terdengar kembali di telinga Uruha membuat
wajahnya memucat.
“kenapa? Ternyata kau memang cemen! Kalau semua orang tahu hal ini
bagaimana pendapat mereka ya?”, Ruki mengeluarkan ponsel dari sakunya.
“apa mau-mu?”
Ruki kembali tersenyum, “ayolah Uruha, kau percaya kan aku yang
menyebarkan foto nista itu di madding, jadi kenapa tidak kalau sekarang aku
menyebarkan fotomu saat ketakutan juga”, ide itu muncul dari kejailan Saga
memanfaatkannya, dan Ruki pikir kenapa tidak jika ia mencobanya pada Uruha
juga. Ruki menekan tombol capture di ponselnya sampai suara blitz membuat Uruha
menundukkan wajahnya karena itu sedikitnya mirip cahaya kilat. “tapi jangan
salah, aku tidak sejahat itu. aku tidak akan menyebarkannya asal kau berjanji
untuk membiarkanku hidup tenang, jangan menyuruh fans-fansmu itu menggangguku”,
ucap Ruki.
“kau telah merencanakan ini?”, tatapan Uruha menunjukan betapa dia
ingin mencakar-cakar wajah Ruki sekarang.
“benar! dan aku senang dengan mudahnya kau terjebak rencanaku”,
Ruki tersenyum menjulurkan lidahnya.
“kau……BRENGSEK!!!”, amuk Uruha. Ia kembali memburu Ruki dengan
begitu emosi dan saat tangannya mencapai tubuh makhluk mini itu, Tiba-tiba
kilatan cahaya di luar sana membuat jantung Uruha seperti berhenti selama
kilatan itu terlihat matanya, dan kakinya mendadak lemas.
DHURRRRRRRR!!!
“Kou….”
Uruha segera berjongkok menutup mata rapat-rapat sambil menutupi
kedua telinga dengan kedua tangannya membuat Ruki yang hampir saja dihajarnya
mengerutkan dahi. Namun melihat Uruha yang ketakutan begitu terasa menggelikan
bagi makhluk minis itu. kapan lagi ia bisa melihat Uruha dalam keadaan
menyedihkan begitu?
“… kau cantik”
Uruha semakin merapatkan kedua tangan di telinganya menunduk. Dan
hujan di luar sana semakin lebat dengan kilatan-kilatan cahaya yang semakin
lama semakin sering terlihat. Ruki memotret Uruha dengan ponselnya sedikit
tersenyum, sampai beberapa saat kemudian suara menggelegar petir membuat tubuh
Uruha semakin gemetar. Uruha merasakan hawa dingin menjalar di seluruh tubuhnya
bersama sebuah ingatan yang selalu berusaha ia lupakan.
“kau cantik…”
“seperti ibumu…”
“Hentikan!!!”, suara Uruha seperti membentak membuat Ruki yang
sedang memotretnya terkejut. Tiba-tiba Uruha berlari menuju pintu kamar Ruki,
menggedor-gedornya kuat. Dan Ruki dibuat terbengong-bengong karena ia seperti melihat
Uruha seakan sudah kehilangan akal sehatnya.
DHURRRRRRRRRR!!!
Uruha kembali berjongkok di depan pintu sambil menutupi kedua
telinganya.
“kau cantik…”
“hentikan…”, Uruha semakin memejamkan matanya rapat-rapat dan
menunduk dalam, tubuhnya gemetar, nafasnya mulai terasa sesak.
“kemarilah Kou…”
Ruki berjongkok di samping Uruha menghadap laki-laki dengan tubuh
gemetar itu, bahkan Ruki bisa melihat mata Uruha mulai mengeluarkan air matanya
meski sedikit. “Uruha?”
“kemarilah Kou…”
“Uru! Oi , kau tidak apa-apa?!”, Ruki menyentuh bahu laki-laki yang
masih saja menutupi telinganya padahal suara petir sudah tidak ada.
“kemarilah…”
“tou-chan?”
“Uruha!”
“tou-chan apa yang—“
“JANGAN SENTUH AKU!!!”, bentak Uruha menyingkirkan tangan Ruki dari
bahunya kasar.
Ruki sedikit membulatkan matanya mendengar bentakan Uruha yang ia
rasa begitu penuh kebencian. Ruki bisa melihat Uruha menyembunyikan wajah
dikedua dengkulnya dengan kedua tangan yang kembali setia menutupi kedua
telinganya rapat. Tubuh berbalut piyama hitam di depan Ruki itu gemetar hebat
seakan ia berada di tengah kutub tanpa sehelai benangpun dan ia meringis. Ruki
tidak pernah tahu, sebegitu takutnya kah Uruha pada suara petir? Sebelumnya ia
hanya berpikir kalau rasa takut Uruha hanya ketakutan biasa yang akan berhenti
seiring hilangnya suara petir itu sendiri. Dan sekarang makhluk mini itu
sedikit merasa bersalah. Uruha di depan matanya terlihat begitu menderita dan
itu ulahnya. Seperti ada organ dalam tubuh Ruki yang terasa seakan dipelintir
melihat Uruha dalam keadaan seperti itu.
“Uruha—“, Kilatan Cahaya di luar kembali di tangkap mata Ruki, dan
ia melihat tubuh Uruha semakin gemetar. Ruki segera menarik kepala Uruha ke
dadanya membuat Uruha membuka mata lebar dan ia segera mendorong tubuh laki-laki
mungil itu namun Ruki tak menyerah dan kembali menarik kepala Uruha ke dadanya
lebih memaksa, memeluk kepala laki-laki itu dan menutupi kedua telinganya
sampai suara menggelegar itu kembali terdengar , dan Ruki terus memeluknya
sampai suara petir itu menghilang. “maaf…”, ucap Ruki pelan.
Uruha masih membulatkan matanya sementara kedua lengan Ruki memeluk
kepalanya dengan erat. “aku tidak tahu kau setakut ini. maafkan aku…”, Uruha
bisa mendengar suara laki-laki yang kini tengah memeluknya itu meski Uruha
masih menutupi kedua telinganya. Itu karena Ruki mengucapkannya tepat ditelinga
Uruha. Dan laki-laki yang kini masih ketakutan itu mulai merasakan tubuhnya
menghangat, sedikit demi sedikit mulai tenang berlawan dengan detak jantung di
dada Ruki yang Uruha rasa malah semakin cepat.
☆TBC☆
(◕‿◕✿)
(^__^)/~~ ahaha… sankyuu yang udah mau baca.
Oh! Saia sendiri terkejut bisa nyampe chapter 9 dari chapter 2
dalam kurun waktu sebulan lebih beberapa hari lah wkwkwk kalau dibandingkan
forbidden fruit yang baru bisa nyampe chapter 12 setelah 2 tahun 6 bulan, ini
kan keajaiban *plak!* tapi saia harap dengan ngebutnya saia update , minna tidak
menjadikan ini beban ^^ santai~~~~~~~~~~~ wkwkwk … dan sepertinya ini akan
selesai dalam chapter yang banyak *perkiraan 20 chapter minimal (ditabok)* tapi
jika minna merasa bosan, daijoubu dayo! Itu normal dan jangan dipaksakan XD
wkwk~~ dah ah, jaaa~
No comments:
Post a Comment