Search + histats

Saturday 4 February 2012

Forbidden Fruit 9

Author : Rukira Matsunori
Rated : T++ (haha..)
Genre : AU/ romance/ school/ BL
Fandom: Deluhi.. *sisanya gak penting (plak)*
Pairing: AggyXLeda *gyaa~*
Chapter : 9
Warning : saia Cuma memperingatkan O.O)b tolong jangan benci saia!!!!!!
Summary : forbidden fruit is sweetest.... perasaanku padamu adalah sebuah dosa. Namun terasa begitu manis
Length : 17 pages ms.Word (5.195 words) *nah lho kriting mata na*
Note : gak ada!!! *ngumpet*
Mood : fallin in love ( love Rookie :* )


#Opening: 9GBO – ROMEO~
#Backsong : A – Kanariya~
                    A – Mirror of Terror~
#Ending : A – Vanilla Sky~

(haha…)



"sayap-sayap cintaku ini mampu melewati dinding batu untuk mendapatkan cintamu. Demi cintaku aku tak takut melewati bahaya seperti apapun, tidak ada seorangpun yang dapat menghentikanku, cintaku padamu tidak akan pernah pupus sampai kematian menjemput. Selama aku hidup, cintaku hanyalah untukmu seorang. Cinta yang akan melindungi kita, kau akan selalu berada di dekatku. Menggantungkan segalanya di pundakku"

"........."

"........."

"........."

"........."

PROK... PROK.. PROK.. PROK

"Woeeeeeee..... Sujk-kun hebat!"

"keren!"

"ahahaha...", Sujk membungkuk-bungkukan badannya malu-malu.

"kau telah berlatih dengan sungguh-sungguh ya, kau sangat menghayati peranmu", komentar Kiyoharu sambil bertepuk tangan.

"hehe.. arigatou sei"

Leda menepuk-nepuk punggung Sujk sambil memberinya acungan jempol.

Seperti biasa kelas Aggy melakukan latihan setiap pulang sekolah. Namun ada yang berbeda dari latihan mereka kali ini. Kita bisa melihat pemuda berambut tak biasa berada di tengah-tengah kumpulan murid murid yang tengah melakukan latihan drama itu.

Aggy duduk di bangku dengan Kiyoharu di sampingnya duduk berpangku tangan. Pemuda itu hanya bermalas-malasan, meletakkan kepalanya di atas meja dengan tampang tak ikhlas. Kadang kerap kali jidatnya mengerut setiap ada scene Leda yang berinteraksi cukup dekat dengan Sujk. Apalagi ketika kiss scene, yang tentu saja itu Cuma bohongan. Namun tetap saja itu membuat Aggy panas hati.

"bagaimana?", tanya Kiyoharu

"bagaimana apanya?", Aggy balik nanya ketus.

"hei, kau jangan begitu!! Lihat teman-temanmu latihan!! Tunjukan dukunganmu untuk mereka!"

"aku gak akan disini kalau bukan kau yang memaksaku!"

"lho, apa salahnya kan melihat teman-temanmu latihan? lagipula Leda di depan sana, apa kau tak mau mendukungnya?", Kiyoharu tersenyum jahil.

"apa maksudmu bicara begitu?", Aggy mendelik

"dia teman baikmu kan?"

"maksud nada bicaramu tadi bukan begitu"

"apa? Memangnya ada yang lain?"

"KIYO!!!", suara Aggy meninggi. Dia kesal merasa dipermainkan wali kelasnya itu. Sebagai akibatnya, semua mata mengarah padanya. Aggy tak nyaman karena merasakan seseorang yang berdiri di depan sana pun ikut menatapnya. Aggy mengumpati Kiyoharu yang hanya tersenyum puas menyadari kegugupannya sekarang. Rasanya Aggy ingin terjun saja ke luar jendela. Sejak dia hampir melakukan kesalahan itu, Aggy bahkan tak berani menatapnya, menampakan wajahnya pun Aggy enggan. Aggy takut Leda akan memasang tampang jijik melihatnya.

"baiklah, bagus sekali", Kiyoharu berdiri dari duduknya berjalan ke depan kelas, "hanya sekitar 3 atau 4 kali lagi kita bisa latihan sebelum hari 'H', aku harap kalian bisa memanfaatkan waktu latihan yang tersisa dengan sebaik mungkin. Semuanya sudah bagus, hmm~ hei, kau Juliet?", Kiyoharu menunjuk Leda, "kau bisa lebih serius lagi latihannya? Ini untuk kelas kan?"

"aaa…iya sei, aku akan lebih berusaha…. lagi", Leda cengir(?) menggaruk-garuk tengkuknya. Tanpa Leda sadari kelakuannya itu membuat seseorang merona, siapa lagi kalau bukan Aggy yang paling tak kuat melihat cengiran maut(?) pemuda manis itu. Bagi Aggy, cengiran ketua kelasnya itu mematikan XD.

"Untuk yang lainnya juga, diharapkan bisa lebih bagus lagi. Dan untuk bagian properti? Ah, Aggy... Kau pohon, tapi bukan berarti kau bisa bolos latihan! Setelah properti tersedia, semua yang jadi pohon juga ikut latihan di depan kelas!"

"cih!", Aggy memalingkan wajahnya ke arah jendela. Ini benar-benar memalukan, sejak awal Aggy ingin melarikan diri saja daripada mengenakan kostum aneh dan berdiri tegak di atas panggung di depan semua orang. "aku tidak akan melakukannya!", ucap Aggy lantang.

"baiklah Kalian bisa beristirahat dulu sekarang...", Kiyoharu mengakhiri pengarahannya.

‘orang tua itu...’, Aggy mengumpat kesal karena kata katanya diabaikan.

Sementara hampir semua anak-anak membubarkan diri, berhamburan keluar kelas untuk menikmati waktu istirahat mereka yang Cuma 15 menit itu, Leda memegang naskah di tangannya kuat-kuat. Seberapa keraspun dia berusaha dia tetap merasa tak mampu memerankan peran yang dibebankan padanya itu. benar apa kata Aggy, kalau tidak mau tinggal bilang tidak saja kan?  Leda sudah melakukannya sejak awal tapi anak-anak perempuan itu tetap memaksa dan itu yang membuat Leda merasa tak enak, namun…. Seharusnya memang ia tetap katakan “tidak” saja. Buktinya sampai sekarang bahkan dia hanya hafal beberapa dialog . Leda merasa jadi orang yang sungguh munafik menerima peran itu. apa jadi orang baik itu munafik seperti ini?

“ano.. sei?!”, panggil Leda, membuat kiyoharu yang menyeret Aggy untuk ikut bersamanya ke ruang guru -agar ia tidak kabur- menghentikan langkahnya diambang pintu, “ya?”

Dan tentu saja itu menyita perhatian Aggy. Namun ia masih tak berani berhadapan dengan ketua kelasnya sekarang.

“bisa bicara sebentar… tentang peran Juliet--”

“Lihat posternya udah jadi!!”, seorang anak perempuan salah satu teman sekelas Leda bersorak kegirangan dengan poster super besar di tangannya.

“Lihat desain baju julietnya udah jadi lhooo.. keren kan? Kanon yang merancangnya sih yaa..”

“hee… kalian…”, Kanon merengek baju rancangannya di pamerkan tanpa sepengetahuannya

“kemarin juga aku lihat bahan kainnya cantik banget”

“pokoknya kita semuanya berjuang ya!!”

“yooooshhh!!”, ucap anak-anak perempuan itu serempak.

“ya…ada apa Leda?”, Kiyoharu bertanya karena merasa anak didik kesayangannya itu hanya mengatupkan bibirnya tak menyelesaikan kalimat yang hendak di tunjukkan padanya.

“ah tidak.. bukan apa-apa”, Leda tersenyum canggung

“dasar kau ini”, Kiyoharu tersenyum mengacak-acak rambut kecoklatan Leda membuat Aggy mengumpat dalam hati, bahkan Aggy sudah mulai tidak waras cemburu pada laki-laki yang sudah tidak bisa dikatakan muda lagi itu. kemudian ia melanjutkan perjalanannya menyeret Aggy, Kiyoharu tersenyum di perjalanannya menuju ruang guru, sepertinya ia mengetahui apa yang hendak Leda sampaikan padanya. “dasar anak tidak tegaan”

“hah?”, Aggy mendelik.


@@@

Dengusan Aggy keluar untuk yang kesekian kalinya hari ini. Ini adalah hari terakhir mereka latihan drama, karena itu semua diwajibkan untuk memakai properti yang sudah disediakan untuk gladiresik, termasuk Aggy yang memakai kostum pohon. Aggy benar-benar mengutuk Kiyoharu si wali kelasnya itu, dia yang memaksanya latihan hari ini, dan mengancam akan melaporkan pada Gackt bahwa anaknya tidak menepati janjinya sebagai ganti dia membatalkan keputusan pen-drop out-an Leda. Kalau sudah menyangkut masalah itu maka Aggy tidak bisa berkutik. “brengsek!!”, Aggy mendengus.

“ee??”, Anak perempuan yang sedang memakaikan kostum pohon pada Aggy sedikit kaget mendengar dengusan Aggy.

“bukan kau”, ucap Aggy datar.

“ah iya”, lalu perempuan itu pun melanjutkan aktivitasnya dengan tangan yang sedikit gemetar. Aggy bisa melihat itu, sejak awal perempuan itu memang sudah terlihat ketakutan saat mendapat tugas memakaikannya kostum.

Sementara itu, Kanon tengah mendandani wajah ketua kelasnya. Dengan kemampuan otodidaknya, Kanon cukup percaya diri untuk menjadi bagian penata rias dalam acara drama ini. Gadis itu memberikan olesan-olesan lipstick bewarna merah bibir di bibir ketua kelasnya dengan hati-hati setelah memberinya bedak, mau tak mau itu membuat perhatiannya tersita penuh pada bibir Leda, sesekali bibir Kanon tersenyum membuat Leda mengernyitkan dahinya. “bibir Leda-kun bagus ya… tipis dan lembut”

“……”

“ah bulu mata Leda-kun juga lentik…”, Kanon tersenyum lebih renyah,” benar-benar manis seperti perempuan”, tambahnya.

“manis.. .seperti perempuan”


PUKK!!

Semua mata orang yang menyadari suara tepisan tangan yang begitu kuat itu menoleh kearah Leda dan sekertarisnya, begitupun Aggy, yang memang tidak pernah mengalihkan pandangannya memperhatikan ketua kelas -yang akhir-akhir ini tidak pernah bertegur sapa lagi dengannya- dan sekertarisnya itu semenjak tadi.
Kanon membulatkan matanya tiba-tiba saja Leda menepis tangannya yang tengah mengoleskan lipstick di bibirnya. Wajah ketua kelasnya itu berubah 180 derajat dari sebelumnya, tampak emosi. “a..ano~ gomen”, ucap Kanon refleks. “Leda-kun.. maaf, aku seharusnya tidak mengatakan itu..”, Kanon tampak benar-benar merasa bersalah, “aku tahu laki-laki pasti tidak suka dikatakan seperti itu, gomen..”, Kanon membungkukan badannya dalam. Semua aktivitas orang-orang disekitarpun mendadak terhenti tak mengarti apa yang terjadi diantara kedua orang itu.

Leda terdiam menatap sekertarisnya membungkuk dalam di hadapannya, sekejap kata-kata Kanon menariknya ke masa lalu. Leda menutup sebagian wajahnya dengan sebelah tangan, “tidak, aku yang seharusnya minta maaf… maaf sudah mengagetkan Wakeshima-san”

Kanon mengangkat wajahnya, “tidak itu.. Leda-kun tidak marah padaku?”

“haha tidak.. maaf, silahkan lanjutkan pekerjaannya”

Kanon mengangkat badannya tersenyum namun matanya berkaca-kaca hampir menangis. Itu membuat Leda panik dan benar-benar merasa bersalah. Kanon sangat takut, ini pertama kalinya dia melihat ketua kelasnya dengan wajah seperti itu, itu membuatnya sangat kaget sekaligus takut. Dia takut kalau kata-katanya keterlaluan dan membuat ketua kelasnya membencinya. Kanon sangat takut.

Sementara semua anak perempuan menghampiri Kanon untuk menenangkannya  termasuk Kiyoharu yang ikut menjitak pelan kepala Leda karena sudah membuat siswi manis kesayangannya hampir mengangis, Leda hanya memohon-mohon sambil tertawa kepada Kiyoharu agar wali kelasnya itu memaafkannya.
Aggy  menatap ketua kelasnya itu lekat-lekat.. .wajah itu… Aggy melihatnya lagi. Entah apa yang dikatakan Kanon padanya hingga membuatnya seperti itu, Aggy tidak tahu. Yang pasti sekarang Aggy tahu, ketua kelasnya itu mempunyai sisi lain yang tidak pernah ia ketahui jauh sebelum ‘kejadian itu’.

“ketua kelas kenapa kasar begitu?”

“lagipula bukankah kalian sudah resmi pacaran sekarang”

“ah benar. Kenapa kalian masih canggung begitu sih”

“eeehh? Kalian!!!”, Kanon hendak menutup mulut teman-temannya yeng cerewet itu satu-satu.

Mendengar itu telinga Aggy menjadi lebih peka.

“eh kalian pacaran?”, Kiyoharu menunjuk Leda dan Kanon bersamaan.

“aah tidak sei!!!! Itu tidak benar!!”, Kanon tak berani menatap ketua kelasnya sekarang, wajahnya benar-benar sudah matang. Padahal teman-temannya sudah janji akan merahasiakannya, karena memang itu belum pasti. Bahkan sejak ketua kelasnya mengatakan kalau mereka adalah sepasang kekasih pada Satoshi waktu itu, untuk seterusnya sampai sekarang mereka tetap bersikap seperti sebelumnya, bahkan Leda seperti tak pernah menyinggung-nyinggung lagi soal itu. itu yang membuat Kanon tak berani menatap Leda sekarang.

“tapi Kanon waktu itu kau bilang..”

“AKU BILANG ITU TIDAK BENAR!!! KALIAN JANGAN SEENAKNYA!!! AKU DAN LEDA-KUN TIDAK ADA APA-APA!! MUNGKIN AKU SAJA YANG TERLALU BERHARAP!!”, teriak Kanon sambil menundukan kepalanya dalam. Dan itu cukup untuk membuat semua teman-temannya diam. “permisi sensei, saya minta izin ke belakang sebentar”, tanpa menunggu izin Kiyoharu Kanon berjalan cepat kearah pintu keluar.

 Leda hanya terdiam, benar… Leda hampir saja melupakan itu. dan sekarang dia benar –benar merasa menjadi laki-laki terburuk yang sudah membuat gadis semanis Kanon hampir menangis dua kali di hari yang sama.

Kiyoharu menepuk pundak Leda yang tampak kebingungan, “hei nak… sepertinya Siswi termanisku akan menangis”, Leda menoleh kearah Kiyoharu seakan bertanya ‘lalu apa yang harus aku lakukan?’. Kiyoharu memukul punggung Leda kuat, “seharusnya kau punya dua pilihan. Membiarkannya atau mengejarnya….. tapi karena ni bukan film, kau hanya punya satu pilihan, cepat bawa dia kembali kemari!! karena ini latihan terakhir!!”

“aa..i,iya sensei”, dengan segera Leda berlari keluar kelas. Kiyoharu hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, walau begitu dia juga pernah muda dan dia mengerti masa-masa yang dihadapi dua muridnya itu. “ayo teruskan kegiatan kalian! Ayo ayo..”, Kiyoharu menepuk nepuk tangannya agar semua muridnya kembali berkegiatan. Semua anak-anak menuruti perintah wali kelasnya itu kecuali Aggy, dia malah melepaskan kostum yang susah-susah dipakaikan padanya dan berlari keluar kelas, membuat anak-anak yang sudah kembali berkegiatanpun sejenak berhenti.

“aah bukankah ada kabar kalau Aggy itu punya perasaan terhadap Kanon?”

“waaaaa… cinta segitiga, gyaaaa…”

“Sudah.. sudah!! Lanjutkan pekerjaan kalian!!”, perintah Kiyoharu pada dua siswi yang asik bergosip itu.

Benar apa yang mereka katakan, cinta segitiga. Tapi tidak sepenuhnya cinta segitiga yang mereka pikirkan itu benar. Kiyoharu menghela nafas panjang, “anak-anak itu… harus membayar waktu yang tersita untuk latihan terakhir ini”, gumam kiyoharu jengkel.


@@@

Leda setengah berlari di lorong yang mulai sepi untuk mengejar Kanon yang sudah jauh meninggalkannya.,

“mungkin aku saja yang terlalu berharap”

Leda sadar telah menyakiti sekertarisnya itu , menyakiti seseorang yang mengasihinya…. lagi. Entah kenapa hatinya terasa sakit melihat punggung gadis itu berlari memunggunginya,- seperti ia sedang mengejar seseorang yang lain dalam pikirannya-. Bahkan Leda tak bisa memanggil namanya, -ia tak mau nama yang lain yang keluar dari mulutnya-.

Kanon bahkan sudah menceritakannya pada teman-teman perempuannya, tentu itu hal yang membahagiakan untuknya, tapi Leda malah hampir saja melupakan itu. Leda sama sekali tak bermaksud mempermainkan Kanon dengan kata-katanya waktu itu, Leda memang serius  ingin melindunginya tapi itu adalah kebodohannya yang menyakiti Kanon. ya… sekarang itu pasti yang dirasakan sekertarisnya itu... dipermainkan.

Grep!

Leda meraih tangan sekertarisnya saat jarak mereka sudah cukup dekat. Menghentikan langkah gadis itu untuk berlari lebih jauh lagi darinya. Kanon masih berdiri membelakangi Leda meski satu tangannya berada dalam genggaman ketua kelasnya itu. Leda semakin mengeratkan genggaman tangannya di tangan gadis itu sebagai bentuk kegugupannya.

“maaf… aku hanya perempuan yang merepotkan ya”, ucap Kanon masih membelakangi Leda.

“tidak! Seharusnya aku yang minta maaf pada Wakeshima… aku—“, kata-kata Leda terputus mendengar sekertarisnya tiba-tiba tertawa kecil kemudian ia membalikan tubuhnya membuat mereka berhadapan. Leda bisa melihat mata perempuan itu sedikit sembab, masih ada sedikit air mata meski ia telah menghapusnya.

“aku suka Leda-kun yang seperti itu… gugupan, canggung dan selalu saja meminta maaf”, ucapnya sambil tertawa kecil. “aku tidak bermaksud membebani Leda-kun… maaf ya”, Kanon tersenyum lembut.

Leda hanya terdiam melihat perempuan itu mengucapkan kata-kata semaunya. Hatinya seperti luluh melihat senyuman tulus yang ditujukan padanya, dialah yang telah menyakiti gadis itu tapi kenapa gadis itu terus yang minta maaf. Leda menunduk , “aa.. aku—“, tiba-tiba mata Leda membulat sempurna merasakan kecupan halus di pipi kanannya.

“aku tidak meminta Leda-kun jadi kekasihku, atau hal-hal yang merepotkan seperti itu…”, Kanon melihat  Leda mengangkat wajahnya, menatapnya. “aku hanya minta agar Leda-kun jangan marah padaku  lagi seperti tadi, Leda-kun membuatku takut… hehe..”, ucap Kanon masih dengan senyum manisnya.

Leda terdiam untuk yang kesekian kalinya, kata-kata itu… senyuman itu… seperti sebuah de-javu yang melintas dikepalanya, dalam suasana yang berbeda, dalam perasaan yang berbeda… dengan orang yang berbeda. “maaf..”

“tidak apa-apa haha”, kanon menggelengkan kepalanya sambil menepuk-nepuk dada ketua kelasnya.

Leda menarik tubuh dihadapannya kedalam pelukannya, mendekapnya erat. Dan kali ini mata yang lain yang membulat, terkejut akan perlakuan ketua kelasnya itu. Leda semakin mempererat dekapannya, menenggelamkan wajahnya di pundak gadis dalam pelukannya, membuat Kanon gugup dan tidak tau harus berbuat apa, gadis itu hanya terdiam merasakan detak jantung ketua kelasnya yang juga tidak kalah cepat seperti miliknya. “Leda…kun—“

“arigatou..”

“…..”

“arigatou..”

Kanon merasakan tangan Leda semakin erat dan erat memeluknya, membuat tubuhnya semakin sulit untuk bergerak, tapi ia tak perduli. Kanon tersenyum membalas pelukan ketua kelasnya.

Arigatou..

Kata itulah yang selalu ingin Leda ucapkan, dadanya terasa sakit setiap mengingat kata itu tak pernah sampai padanya. Penyesalan itu masih menggunung, menjerit-jerit dalam hatinya.

“Leda…kun.., yang lainnya sudah –“

Leda tersadar, “aa.. iya”, ia segera melepaskan pelukannya dengan agak canggung. “ma, maaf”

Kanon terkikik geli melihat ekspresi polos ketua kelasnya itu, “tidak apa-apa Leda-kun”, Kanon memencet mencet hidung Leda gemas, “sekarang ayo kembali ke kelas, dan temani aku minta maaf pada yang lain ya”, Kanon menarik lengan ketua kelasnya. “lipstick di bibir Leda kun tidak dihapus kan? Sekarang kita akan mencoba kostumnya”

“ha?”, Leda baru sadar ia berlari mengejar Kanon dalam keadaan berbedak dan berlipstik, buru- buru ia menutupi bibirnya dengan sebelah tangan yang terbebas dari pegangan Kanon. Untung sekolah sudah lumayan sepi hingga tidak ada orang yang melihatnya berlari-lari dalam keadaan seperti itu tadi.

“haha Leda-kun lucuuuu…”

Leda hanya mengedarkan pandangannya ke segala arah dengan tangan yang masih menutupi bibirnya berusaha mengabaikan kata-kata Kanon yang seperti sedang menggodanya.


“Aggy… kau tidak di kelas?”, Kanon bertanya pada anak laki-laki yang berjalan berlawanan arah dengannya. Namun tak ada jawaban sama sekali dari sang lawan bicara, Aggy terus berjalan sampai berpapasan dengan ketua kelas dan sekertarisnya itu seolah tak ada makhluk lain selain dirinya di sana. “dasar dia itu..”, Kanon menggerutu.

*
*
*

Aggy tau kemana langkah kakinya akan membawanya. Menapaki anak anak tangga yang bahkan ia sudah tau berapa banyaknya. Suatu waktu Ia pernah dengan sengaja iseng menghitungnya dan tentu saja dengan perasaan yang berbeda dengan saat ini. berharap seseorang akan menjemputnya saat ia telah sampai di atap nanti, dengan perasaan bahwa seseorang itu akan memberinya senyuman manis seperti biasanya, hanya untuk Aggy. Dengan perasaan harap yang meski semu tapi karena justru tak ada kejelasan itulah yang membuat Aggy begitu bersemangat.

Aggy menghentikan langkahnya menaiki anak tangga, merasakan dadanya berat setiap kali bayangan-nya bersama perempuan itu melintas di pikirannya. Bagaimana ia memeluknya, bagaimana kedua tangan itu mendekap perempuan itu dengan begitu erat dan penuh pengharapan. Tubuh yang bahkan tak berani Aggy sentuh itu memeluk tubuh lain dengan begitu eratnya. Aggy seperti akan mati sebentar lagi jika ingatan itu terus melayang-layang di kepalanya. Bahkan senyuman Leda dalam ingatannya kini terasa menyakitkan jika dibayangkan. Itu bukan milik Aggy lagi, memang  bukan miliknya dan mungkin tidak akan pernah menjadi miliknya. Aggy sadar akan keegoisannya tentang pemuda itu, dan inilh yang ia dapatkan sekarang.

DUAGH!!

DUGH!!

Aggy meninju-ninju dinding, mengabaikan rasa sakit. Aggy tidak perduli seberapa parah tangannya mendapatkan luka, ini tidak sebanding dengan hatinya yang sudah tercecer tak berbentuk -itu anggapan Aggy-. Hatinya terasa kosong tanpa ada keinginan untuk melihat ketua kelasnya itu lagi. Tidak ada harapan untuk menyambut hari esok karena esok Aggy ada pada pemudanya itu, semua kebahagiaan Aggy ada pada orang itu dan sekarang kebahagiaan orang itu ada pada perempuan yang tadi ia peluk.

Aggy menyandarkan tubuhnya di dinding. Bahkan dinding itu begitu dingin menyambut tubuhnya. “cis! Brengsek…”, Aggy hendak melanjutkan langkahnya menaiki anak tangga menyelesaikan perjalanannya menuju atap sampai tiba-tiba ia merasa ada suara langkah kaki menuju ke arahnya membuatnya menyempatkan diri untuk menoleh sejenak menengok langkah kaki yang seperti sudah familiar bagi Aggy.

“Aggy… tidak ikut latihan?”

Aggy hanya terdiam melihat siapa orang yang berdiri dengan jarak beberapa anak tangga di bawahnya. Orang itu yang beberapa saat yang lalu memeluk perempuan itu…. dengan tangannya.

“Aggy…?”, Leda memiringkan kepalanya merasa Aggy hanya menatapnya sedari tadi tanpa berkata apapun. “ah… ano~ mengenai Wakeshima…”, Leda agak menundukan kepalanya.

Wakeshima..

Betapa Aggy tak ingin mendengar nama itu di telinganya sekarang.

“aku hanya…”

Bruk.

Tubuh Leda berbenturan dengan dinding kemana tangan yang lain itu membawanya. Mata sipit Leda sedikit melebar , “Aggy?! a..apa—“, Aggy bergeming, hanya menatap ketua kelasnya tajam dan… dalam, Leda bisa melihat kemarahan dan emosi yang meluap di sana. teringat sesuatu  membuat Leda memutuskan untuk tidak melanjutkan kata-katanya. “ah , benar juga kau mungkin melihatnya… mengenai Wakeshima…. aku minta maaf”, Sebisa mungkin Leda menyimpulkan apa yang seharusnya dan menyingkirkan ketidak mungkinan yang memang tidak jelas. “aku hanya ingin melindunginya… karena kau tidak kunjung bergerak cepat, boleh aku mengambilnya?”, Tanya Leda sedikit menunduk.

PLAK!!!

Leda bisa merasakan kepalanya berputar 90° berikut pipinya yang mendadak terasa begitu panas. Ya… Aggy baru saja menamparnya. Untuk beberapa saat mata Leda sempat melebar sebagai bentuk keterkejutan yang dirasa wajar. Namun tidak berapa lama bibirnya mengembang tersenyum, dengan ini maka benarlah kesimpulannya, -pikirnya-.
Leda memutar kepalanya menghadap Aggy yang kini terlihat geram memandangnya, “aku minta maaf Aggy..”

DUAGH!!!

Aggy meninju dinding tepat di samping wajah Leda.

“kau… menginginkan gadis itu?”, dengan menahan sakit di dada Aggy melontarkan pertanyaan itu. pertanyaan dengan jawaban yang pasti akan merenggut senyuman itu, cengiran itu, kelembutan itu, dan semua kebahagiaan milik Aggy. Seperti dililit kawat yang membuat hati Aggy terperas dengan begitu kuatnya, mengingat semua kenangannya, harapannya akan anak laki-laki itu dalam waktu yang tidak sebentar Aggy memendamnya haruskah pupus saat ia mendapat jawaban dari pertanyaannya sendiri.

“aku… hanya ingin—“

“KALAU BEGITU AMBILLAH!!”, ucap Aggy sesaat sebelum ia mencium Leda tanpa seizin ketua kelasnya itu.

Mata Leda membulat sempurna mencerna keadaan apa yang dihadapinya sekarang.  sebisa mungkin ia berusaha melepaskan pagutan bibir Aggy di bibirnya yang semakin lama terasa menyakitkan. Aggy menciumnya dengan kasar dan memaksa, mengunci kedua tangan ketua kelasnya di dinding yang berusaha mendorong-dorong tubuhnya.

“a..ap—Aggy??”, Leda menatap laki-laki dihadapannya tak percaya setelah Aggy melepaskan ciumannya. Inilah yang ia takutkan…

“aku… menjijikan kan?”, Aggy tersenyum disela sela kata-katanya, namun itu membuatnya terlihat menakutkan.

“menjijikan!”

Sakit…

Kata-kata itu membuat Leda sesak mengingat masa lalunya.

Leda hendak segera mengambil langkah untuk melarikan diri dari Aggy, namun Aggy segera menahannya, mengunci ruang gerak Leda, menahan kedua tangannya di dinding samping kanan dan kiri tubuhnya. Aggy seperti sudah tak perduli lagi dengan bagaimana anggapan Leda terhadapnya nanti, Aggy tak perduli dengan untuk apa ia menjaganya selama ini? Aggy telah kehilangan sisi lembut yang memang dasarnya itu datang dari Leda, sementara bagi Aggy sekarang laki-laki itu mengkhianati kelembutan hatinya. Kelembutan itu akan pergi seiring dengan kepergiannya dari sisi Aggy. Aggy marah… ya sangat marah.

“Ag—“, Aggy kembali mengunci mulut Leda dengan bibirnya, menciuminya dengan kasar lebih memaksa dari sebelumnya, membuat bibir mereka bergesek kuat dan itu menimbulkan rasa sakit yang sama sekali tak Aggy hiraukan. Aggy hanya ingin merasakan rasa sakitnya terbayarkan, tapi apakah dengan seperti ini caranya? Apakah setelah ini Aggy akan bisa merelakan Leda untuk gadis itu?

Leda tak bisa banyak menggerakan tangannya yang dikunci Aggy, hanya memejamkan matanya merasakan sakit bahkan sepertinya ada bagian dari bibirnya yang tergigit karena perlakuan kasar Aggy. Bisa saja ia menendang Aggy dengan kakinya seandainya Leda mau, Leda bukanlah anak laki-laki  selemah itu bahkan Leda menyadarinya sendiri, namun seperti ada perasaan yang mencegahnya untuk melakukan itu, dia tak ingin menyakiti Aggy… walau bagaimanapun meski itu apa yang ditakutkannya,  tapi dengan itu Leda tau laki-laki di hadapannya ini menyayanginya, dan Leda tak mau menyakiti orang orang yang menyayanginya, tidak mau lagi dan tidak akan pernah. Leda sudah sangat puas tersiksa dengan penyesalan yang bersarang di dadanya selama bertahun-tahun. Tidak akan lagi…

Hisapan hisapan kuat membuat Leda memejamkan matanya semakin rapat, menahan rasa sakit bibirnya yang sepertinya mulai muncul sobekan kecil yang diciptakan Aggy disana, menimbulkan rasa anyir bercampur bau lipstik saat setetes darah bercampur dengan saliva Aggy juga miliknya. Leda juga merasakan bagian belakang kepalanya yang bergesek dengan dinding terasa panas dan… sakit. Leda tak tahu sampai kapan Aggy memperlakukannya seperti ini, apa sebegitu marahnya kah Aggy padanya? Apa ia sudah terlalu menyakitinya sampai Aggy marah seperti ini?

Aggy seperti telah dikuasai kemarahan dan rasa sakitnya, menahan kadua pergelangan tangan Leda, menggenggamnya dengan begitu kuat, kuat dan lebih kuat lagi seakan sebelum tulang pergelangan tangan itu remuk Aggy tak akan melepaskannya. Terus menciumi bibir Leda kasar, setiap kali ingatannya menampilkan bayangan ketua kelasnya bersama perempuan itu Aggy semakin kasar memperlakukan bibir Leda di bibirnya.

Tanpa sadar tubuh Leda bergetar, kakinya seperti lemas tak mampu menopang berat badannya menerima perlakuan Aggy terlalu lama. Aggy merasakan tubuh dihadapannya ambruk sementara kedua pergelangan tangannya masih ia genggam begitu kuat.

“argh!..”

Aggy menatap Leda yang terduduk lemah di bawahnya, tanpa sadar Aggy ikut berjongkok di hadapan Leda dengan pergelangan tangannya masih ia genggam kuat. Leda bisa melihat tatapan Aggy sama seperti sebelumnya, dia masih marah. “ma, maaf…”, ucap Leda ragu-ragu.

Aggy kembali memajukan kepalanya mendekati wajah Leda, Leda menundukan kepalanya dalam, meski ia menghindar tapi Aggy pasti akan tetap memaksanya, pikir Leda. Namun tak seperti yang ia pikirkan, tak ada yang memaksa dan perlakuan kasar di sana. Leda justru merasakan ujung kepalanya seperti dikecup, dan pergelangan tangan Leda pun perlahan lepas dari genggaman Aggy. Leda mengangkat wajahnya berharap ia bisa melihat wajah Aggy, memastikan tatapan seperti apa yang sekarang laki-laki itu tujukan padanya. Namun leda tak menemukannya, Aggy menundukan kepalanya.

“aku… sudah cukup untuk dibenci?”

Leda mengerjap-ngerjapkan kelopak matanya, “apa?”

“kau membenciku sekarang?”

“…….”

“kau pasti berpikir betapa menjijikannya orang dihadapanmu ini”

“Menjijikan…”

Aggy mengangkat wajahnya hingga ia bisa melihat wajah Leda sepenuhnya, berusaha menerima jika ketua kelasnya itu menatapnya jijik atau penuh kebencian sekalipun. Setelah perlakuannya baru saja tidak akan ada orang tolol yang mau dengan bodohnya tersenyum menatapnya dengan penuh kelembutan. Aggy seperti membatu karena itulah yang dilakukan ketua kelasnya sekarang, tapi dia bukan orang tolol, Leda bukanlah orang tolol.

Aggy tanpa ragu menarik tubuh itu ke dalam pelukannya, dia yang dengan polosnya tersenyum setelah apa yang Aggy lakukan? , “kenapa? Kenapa kau setolol itu..”, aggy semakin mengeratkan pelukannya berharap rasa sakitnya bisa teredam dangan itu. Aggy sungguh menyesali perlakuan kasarnya pada orang yang begitu ia jaga kesuciannya ini.

“bukannya aku tak membenci, aku hanya tidak bisa membenci… aku tak diizinkan untuk membenci orang-orang yang menyayangiku”

Aggy terdiam.

“arigatou…Aggy…dan maaf”

Terimakasih itu untuk perasaan Aggy dan maaf itu…Aggy semakin mengeratkan pelukannya dan tersenyum kecut, “hentikan mengatakan kata-kata seperti itu..,”

Leda hanya tersenyum membalas kata-kata Aggy. Aggy melepaskan pelukannya dan menatap Leda, di bibirnya ada sobekan kecil dan lipstick yang sudah tak beraturan. Itu karena perbuatannya.

Aggy menyentuh bibir Leda, mengusap noda lipstick yang sudah tak beraturan di bibirnya. “tidak bisa membenci ya?”, kemudian Aggy tersenyum tipis, “lalu untuk apa aku menahan diri selama ini?”

“he?”

Aggy mengecup bibir itu sekali lagi, namun kali ini dengan lembut. Melupakan tentang gadis itu, mengabaikan bahwa sekarang ketua kelasnya itu seharusnya sudah jadi milik gadis itu. Aggy mengharapkan kenyamanan yang bisa jadi pengobat luka hatinya dan itu hanya ia dapatkan dari ketua kelasnya. “A—ggy ..!!!”, Leda mendorong tubuh Aggy saat laki-laki itu mulai berani menurunkan kepalanya ke lehernya dan mengecupnya di bagian sana.

Aggy hanya tersenyum kemudian mengacak-acak rambut Leda, perlakuan yang sering Kiyoharu berikan pada Ledanya dan itu membuatnya cukup iri, ia juga ingin melakukan itu sejak dulu. Aggy berdiri merapikan kemejanya, menepuk nepuk celana seragamnya kemudian berjalan menuruni tangga meninggalkan Leda. Iya, dia meninggalkan ketua kelasnya itu begitu saja setelah apa yang ia lakukan. Leda hanya terdiam melihat Aggy sudah menghilang meninggalkannya, ia menengadah melihat atap yang gelap dan tinggi tepat berada di atas kepalanya, “apa aku sudah cukup menyedihkan?...”, gumamnya pelan. Ia kemudian menunduk dengan senyuman pahit.

Melihat jam di tangannya, Leda memutuskan untuk berdiri merapikan seragam dan mengusap-usap bibirnya dengan punggung tangan sampai noda lipstick itu berpindah ke punggung tangannya. Leda segera menuruni tangga dengan langkah cepat, Kiyoharu pasti akan memarahinya karena lama menghilang dari kelas.

“menyedihkan…”

Tinggal beberapa anak tangga lagi Leda mencapai lantai, dan suara itu menghentikan langkahnya. Leda melihat siapa orang yang sedang menunggunya di bawah sana.

“kau jadi banci sekarang…. Untuk menutupi kalau kau… seorang pembunuh?”


@@@

Aggy kembali ke kelasnya, tak menghiraukan tatapan tatapan yang tertuju padanya Aggy terus berjalan ke bangkunya dan duduk damai di sana. Aggy melempar pandangannya kearah sekertaris kelasnya yang ternyata gadis itu juga sudah menatapnya lebih dulu. “cis!”, Aggy mendengus kemudian mengalihkan pandangannya keluar jendela. Kanon yang merasa tak nyaman dengan dengusan Aggy hanya cemberut lalu melanjutkan pekerjaannya meriasi teman-temannya. Sebenarnya Kanon ingin bertanya dimana ketua kelasnya sekarang –yang tadi tiba tiba saja berlari meninggalkannya  dan mengatakan agar ia duluan kembali ke kelas-, entah kenapa Kanon menyimpulkan bahwa Leda pasti berlari untuk menyusul Aggy, namun melihat sikap Aggy entah kenapa ia jadi malas menanyakannya.

“ah kau kembali juga…”, Kiyoharu yang baru kembali dari ruang guru melihat Aggy duduk di bangkunya. “lalu Leda? Dia belum kembali?”, Kiyoharu bertanya pada murid-muridnya. Semua menggelengkan kepala. “aku menyuruhnya membawa Kanon kembali kenapa malah dia yang menghilang?”, Kiyoharu menggerutu. Lalu ia beralih menatap Aggy dengan tatapan curiga, membuat Aggy mengernyitkan dahi tak nyaman. Kiyoharu lalu menghampiri anak laki-laki  yang duduk santai di bangkunya itu, “dimana dia?”

“hah?”

“kau sembunyikan dimana murid kesayanganku Aggy?”

Pertanyaan Kiyoharu tentu membuat semua anak-anak mengalihkan pandangan mereka pada murid dan guru itu, begitupun Kanon.  apa yang anak-anak itu pikirkan adalah Leda sudah babak belur sekarang karena dipukuli Aggy mengingat cinta segitiga diantara Aggy-Kanon-Leda, lalu sekarang tubuh Leda yang sudah babak belur disembunyikan di suatu tempat. Semua anak-anak menelan ludahnya paksa membayangkan betapa kejamnya teman sekelas mereka yang bernama Aggy itu jika apa yang mereka bayangkan benar.
Tapi tidak dengan Kanon, tentu pikirannya berbeda dari anak-anak yang Cuma menyimpulkan sembarangan itu.

“apa maksudmu?”, Aggy mengernyitkan dahinya.

“ah sudahlah! Cepat bawa dia kembali, ini latihan terakhir”

“apa-apaan kau?”

“aku menyuruhmu mencarinya, dulu dia terus yang mencarimu sekarang gantian!!”, Kiyoharu memukulkan gulungan buku di tangannya ke kepala Aggy,.

“sebentar lagi juga dia kembali”, dengus Aggy

“oh ya? kenapa kau seyakin itu? cepat cari dia!!”, Kiyoharu sekali lagi memukulkan bukunya ke kepala Aggy.

“biar saya yang mencarinya sensei!!”, Kanon mengangkat tangannya tinggi-tinggi.

“tapi kau punya pekerjaan merias teman-temanmu kan Kanon-chan?”

“tidak apa-apa, aku akan segera menemukannya”, Kanon segera berlari keluar kelas sebelum Kiyoharu mencegahnya.

Aggy hanya mendengus melihat tingkah Kanon.

“bagus romeo-nya ke toilet satu jam belum balik-balik, dan julietnya hilang, sekarang pergi lagi orang pentingnya satu orang lagi, dan ini latihan terakhir anak-anakku”, dengus Kiyoharu sambil menggeleng-gelengkan kepalanya karena tingkah murid-muridnya, Kiyoharu beralih menatap Aggy, “sekarang katakan apa yang sudah terjadi?”, Tanya Kiyoharu pelan sambil tersenyum jahil.

“ha?”

“kau tidak mungkin kembali ke kelas dengan wajah berseri-seri begitu kalau tidak terjadi apa-apa”, ucap Kiyoharu panjang lebar.

“berse— apa? siapa? apa maksudmu? Guru aneh!”

Untuk ketiga kalinya Kiyoharu memukulkan bukunya ke kepala Aggy, kali ini lebih keras sampai aggy mengaduh memegangi kepalanya. Apa yang terjadi, itu bukan urusan guru yang selalu ingin ikut campur urusan orang itu kan? Aggy hanya tersenyum samar saat pukulan pukulan buku itu terus menyerang kepalanya. Meski Aggy sendiri tak mengerti, apa wajahnya benar-benar terlihat berseri-seri? Bahkan ia tak mengerti kenapa harus begitu. Apa yang baru saja terjadi antara dia dan ketua kelasnya bukanlah hal yang harus membuatnya bahagia atau semacamnya, bahkan Aggy tak tau harus bagaimana ia selanjutnya berhadapan dengan Leda. Aggy tidak lah mendapatkan balasan atas perasaan yang dipendamnya selama ini, tapi pelampiasan perasaannya mungkin itulah yang ia dapatkan.

“hei Aggy mau kemana kau?”, panggil Kiyo-sensei saat Aggy menyeret tasnya dan berjalan keluar kelas, “ini latihan terakhir! Aggy! Apa perlu kulaporkan ayahmu?”. namun sang objek panggilan tersebut tak menghiraukan dan tetap meneruskan langkahnya.

seperti membebaskan harimau dari dalam dirinya, meski untuk itu Aggy telah menyakitinya. Tapi dia tidak membenci Aggy, hal yang paling Aggy takutkan selama ini, kenapa ia harus diam-diam mengaguminya, menahan diri untuk tidak menyentuhnya adalah karena Aggy takut ia membencinya. Tapi dia bilang dia tidak membenci Aggy, mungkin itu yang membuat hati Aggy terasa ringan sekarang. Padahal mungkin kenyataan bahwa pasangan baru telah lahir sebentar lagi akan menjadi berita hangat di kelas ini saat dua orang itu kembali –ketua kelas dan sekertarisnya-. Tapi Aggy telah siap dengan itu, setelah apa yang Aggy lakukan tadi pada ketua kelasnya, Aggy tak pantas berharap apa-apa lagi, dia sudah terlalu lancang. Dan Aggy menyesalinya.

Gadis itu yang ia dekap dengan tangannya tanpa paksaan. Gadis itulah yang diinginkannya. dialah kebahagiannya. Seharusnya Aggy sadar itu sejak awal, dan kelancangannya membuatnya menyadari bahwa dirinya terlalu egois dan kotor untuk makhluk yang selalu Aggy anggap suci itu. dan bayaran atas kelancangannya… Aggy harus merelakannya, merelakan Leda-nya untuk siapa yang ia inginkan untuk mendampinginya, siapa yang jadi kebahagiannya.

gadis itu.

Aggy menghentikan langkahnya di koridor yang sepi, menatap keluar jendela sekolah. dengan Leda tidak membencinya itu adalah suatu hal yang patut untuk disyukuri. Setidaknya dia masih mau tersenyum pada Aggy dengan perasaan yang seperti sebelumnya. dan karena ia bilang tak bisa membenci, bukankah itu seperti permintaan agar Aggy tidak menahan dirinya lagi. “brengsek!”, Aggy mengumpati dirinya sendiri sambil meneruskan perjalanan pulangnya, ia benar-benar merasa sudah tak waras. Memikirkan ketua kelasnya itu semakin lama hanya akan membuatnya menemukan betapa bejatnya dia. Leda makhluk yang terlalu suci untuk Aggy, ia tak mau lagi mengotorinya hanya karena emosi sesaat seperti tadi. Tidak akan lagi?

@@@

“Syu…”

“lama tak jumpa ya… Yu-to”



to@be@continued


T___Ta apa yang saia lakukan??
MyLeda yang polos nan suciiii DDDDDX *jambak2 rambut Aggy*

ano~ saia kasih penjelasan tambahan *yang emang udah ngerti sejak awal, saia kasih tepok jidat XD*, awalnya Leda nerima Kanon itu karena… dia ingin menghindari perasaan Aggy, takut dengan kemungkinan kalau Aggy itu menaruh perasaan padanya maka dia nerima Kanon –tapi bukan terpaksa juga- mungkin seperti sekali mendayung dua pulau terlampaui *ngarang pribahasa* yang gak ngerti ngacung di gunung fuji XD//
Sebenarnya saia juga gak ngerti, *padahal saia yg buat* tapi perasaan Leda ke Aggy itu bagaimana ya? ---__---)a *mikir*

m(_ _)m hontou ni gomen, author’s blocknya kelamaan *plak* sekalinya update malah macem ini.. tapi akhirnya saia bisa melewatkan chapter mematikan ini DDX gomen.. *lari bawa koper ke bandara*



No comments:

Post a Comment