Search + histats

Wednesday 17 October 2012

Forbidden Fruit 12



Author : Rukira Matsunori
Rated : T++ (haha..)
Genre : AU/ romance/ school/ BL
Fandom: DELUHI.. *sisanya gak penting (plak)*
Pairing: AggyXLeda *gyaa~*
Chapter : 12
Warning : membosankan! Maaf kalau banyak typo, ini agak ekspres tanpa baca ulang XD
Summary : forbidden fruit is sweetest.... perasaanku padamu adalah sebuah dosa. Namun terasa begitu manis
Length : 17 pages (4.996 words)
Note : saia tepat waktu!!!!! Yatta!!! Ini update tercepat fic ini mungkin ya? wkwkwk XD




“siapa namamu?”

“Leda”

“hmm…tidak akan ada orang yang menyukaimu jika kau menjawab pertanyaan mereka seperti itu. sedikit lebarkan bibirmu dan tatap wajah mereka dengan ramah”

“…..”

“aku belum menerimamu, sekolah ini juga belum menerimamu sebelum kau tunjukan kalau kau benar-benar ingin berubah”


“Leda diterima di sekolah ini dengan syarat. awalnya sekolah ini menolaknya tapi aku berusaha meyakinkan mereka kalau anak itu bisa berubah, dan dia benar-benar melakukannya”, Kiyoharu memain-mainkan sebuah balpoin di tangannya sambil tersenyum tipis. “saat pertama kali melihatnya, entah kenapa aku seperti melihatmu Aggy. mungkin karena itu…aku tidak bisa membiarkannya. Lagipula pamannya adalah seseorang yang kukenal baik ketika aku masih menjadi guru honorer di kotanya”

“kau tidak menjelaskan apapun tentang apa yang ingin kudengar!”, desak Aggy tidak sabar.

PLAK!

Kiyoharu menggeplak kepala Aggy dengan buku matematika yang sudah ia gulungkan, “apa kau tidak bisa lebih sabar sedikit hah?”

“aku tidak bisa!!”, amuk Aggy.

“baiklah…baiklah!”, Kiyoharu kembali memangku kedua tangannya di dada lalu menatap anak tidak sabaran di samping meja gurunya, “sekitar 3 tahun yang lalu ada seorang anak yang mati karena jatuh dari atap sekolah. Dia bunuh diri—“

“Bunuh diri? Lalu apa hubungannya—“

PLAK!

Aggy kembali memegangi ujung kepalanya karena geplakan kedua Kiyoharu.

“anak itu bunuh diri diduga karena frustasi atas perlakuan Leda dan teman-temannya terhadapnya”

“….”

“Leda lebih parah darimu Aggy. Bukan hanya berkelahi, tawuran. Dia juga membuli dan suka merampas apa yang dimiliki anak-anak lain. dulu…di kotanya, dia dicap sebagai murid yang berbahaya. Tapi bunuh diri tetap saja bunuh diri, pihak berwajib tidak bisa menahan Leda karena alasannya membuli anak itu, mereka lebih menganggapnya sebagai kenakalan remaja di sekolahnya dan mereka lebih memilih menyerahkan hukuman untuk Leda pada pihak sekolah. Namun karena kasus itu berita kenakalan Leda dan teman-temannya jadi menyebar luas”

“dia dikeluarkan?”, Tanya Aggy penasaran.

“tidak. Salah satu teman Leda adalah seorang anak ketua kelompok Yakuza. Aku dengar karena dia juga selama ini tidak ada hukuman-hukuman yang berarti yang pihak sekolah berikan pada Leda dan teman-temannya atas semua kenakalan mereka. Bahkan sebenarnya Leda juga bisa saja masuk ke SMU di kotanya jika ia mau melibatkan nama ayah temannya itu, tapi paman Leda menolaknya. Dia ingin mengeluarkan Leda dari dunia seperti itu. karenanya dia membawanya padaku”

“berarti dia tidak membunuh kan?”

“hmm…ya, bisa dikatakan Leda tidak membunuh secara langsung. Lagipula dia melakukannya bersama teman-temannya”

“tetap saja kan! Anak itu mati Karena dorongan dari dirinya sendiri kan?”

“tapi dia tidak akan punya dorongan itu jika tidak ada perlakuan Leda dan teman-temannya”

“…..”

Kiyoharu menghela nafasnya berat. “itu dulu Aggy”

Aggy menjatuhkan kepalanya di atas kedua lengan yang ia letakan di atas meja Kiyoharu, menenggelamkan wajahnya di sana. dada Aggy sedikit sesak. Bahkan Ia tak mengetahui apapun tentang pangeran kecilnya itu, “kau tidak pernah menceritakannya padaku”, ucap Aggy pelan.

Kiyoharu tersenyum tipis, “ini bukan cerita yang bisa kuceritakan tanpa seseorang bertanya padaku. Dan lagi… aku tidak bisa menceritakannya jika Leda sendiri tak ingin yang lain tahu. dan meski tak ada hukuman resmi yang ia dapatkan tapi Leda telah menghukum dirinya sendiri dengan begitu besar penyesalannya dan ia menunjukan penyesalannya dengan menjadi dia yang sekarang. Leda benar-benar sudah berubah. Dia membuktikannya padaku dan apa yang kalian lihat sekarang adalah dia yang sesungguhnya sekarang”

Aggy tahu itu. Aggy tidak membencinya karena ini.
Aggy hanya kesal dengan dirinya yang tidak mengetahui apa-apa.
Aggy memang sedikit takut menerima jika ada diri lain pada ketua kelasnya itu sejak melihat ekspresi lain dalam dirinya ketika memukuli Satoshi dan teman-temannya waktu itu. Aggy sedikit kecewa harus menerima jika seseorang yang selalu Aggy anggap suci itu pernah kotor seperti dirinya. tapi Aggy tidak akan pernah bisa membencinya.

“Aggy… “, Kiyoharu menyentuh kepala Aggy yang masih menenggelamkan wajahnya di atas kedua lengannya. “Tidak perduli seperti apa seseorang di masa lalunya, yang terpenting adalah bagaimana dia sekarang dan selanjutnya. karena kita hidup bukan mundur ke belakang….tapi maju ke depan”

“…..”

“aku telah melihatnya pada Leda. Dan aku tahu kau juga bisa. Tidak akan ada orang yang menolak untuk sebuah perubahan yang lebih baik.”

“cis!”, Aggy mengangkat kepalanya dengan tampang jutek. “tapi aku lihat mereka memperlakukannya berbeda setelah mendengar berita itu”

“he? Siapa? Maksudmu anak-anak di kelas?”, Aggy hanya memalingkan wajahnya tak menjawab pertanyaan Kiyoharu. Dia sedikit jengkel jika ingat itu. padahal selama ini Aggy selalu melihat mereka begitu menyukai Leda tapi ternyata perasaan mereka tidak sekuat itu. “hm…mungkin harus kuceritakan juga hal ini pada mereka. Tapi aku tidak mengerti siapa orang yang sudah menyebarkan berita ini? ini kejadian yang sudah cukup lama dan seharusnya tidak perlu diungkit-ungkit lagi. Lagipula Leda tidak melakukan hal-hal yang berhubungan dengan itu kan?”

“mungkin seseorang yang iri dengannya”, jawab Aggy asal. Leda memang begitu banyak disukai orang-orang yang pasti ada satu atau dua orang yang iri dengannya. tapi Aggy benar-benar berjanji jika ia tahu siapa orang yang menyebarkannya, Aggy tidak akan memaafkannya.

“tapi setahuku hanya aku dan Leda yang mengetahui kasus itu di sini”

Eh?

“hmm..tunggu! sepertinya ada seorang siswa yang baru pindah dari kota asal Leda. Tapi belum tentu juga…”, Kiyoharu tampak berpikir.

Aggy sedikit tersita perhatiannya dengan kata-kata Kiyoharu.

“h-HE???!! Tentu saja tidak haha…dia hanya bercanda. Dia hanya kakak kelasku dulu ketika masih SMP….”

Orang itu…

Aggy ingat ia tidak pernah melihat orang itu sebelumnya di sekolah ini….

“murid baru? Siapa?”, Tanya Aggy antusias.

“he? Kalau tidak salah dia di kelas 3-6 tapi aku lupa siapa nama—“

GREK!

Aggy tiba-tiba berdiri dari bangkunya duduk. Dan segera berjalan keluar kantor meninggalkan Kiyoharu yang hanya mengangkat sebelah alisnya melihat kelakuan tidak sopan muridnya yang satu itu. Kiyoharu hanya menghela nafas lalu segera membereskan buku-buku yang akan di bawa ke kelas mengajarnya beberapa menit lagi setelah jam istirahat.


@@@


Sreg!

Semua mata asing di kelas itu melihat ke arah Aggy dengan pandangan heran. Aggy hanya meliarkan pandangannya melihat ke setiap wajah-wajah itu yang juga menatapnya mencari wajah yang pernah ia lihat waktu itu.

“kau mencari seseorang?”, Tanya seorang anak laki-laki dengan seragam paling rapi diantara yang lainnya menghampiri Aggy di ambang pintu. Dan Aggy pikir ia seorang ketua kelas seperti Leda.

“siapa murid baru di kelas ini?”, Aggy balik bertanya pada kakak kelas di hadapannya yang Aggy tidak tahu siapa. Semua kakak-kakak kelas di kelas itu saling berbisik membuat Aggy sedikit terusik.

“murid baru? Maksudmu Syu?”

“aku tidak tahu, yang jelas dia murid baru di kelas ini!”, Aggy nyolot dengan tampang menyeramkannya membuat kakak kelasnya sedikit ciut karena dia tahu siapa adik kelas yang ada di hadapannya sekarang. memangnya siapa yang tidak tahu Aggy.

“iya dia Syu. Tapi hari ini kebetulan dia tidak masuk”

“cis!”, Aggy kembali menutup pintu kelas itu dengan sedikit nepsong membuat penghuni kelas sedikit jantungan dan tanpa ada kata permisi atau ucapan terimakasih sama-sekali. Sangat Khas Aggy sekali. Alhasil para kakak kelas di sana jadi berisik membicarakannya.

“wajar saja kalau orang seperti dia punya urusan dengan Syu kan?”

“ah tapi kulihat akhir-akhir ini Syu juga sepertinya mulai akrab dengan Satoshi dkk. Hari ini juga mereka gak masuk barengan kan?”



@@@


Sreg!

Aggy menggeser pintu kelasnya dan yang ia lihat hampir semua teman-temannya sudah berada di sana karena sepertinya bel masuk istirahat telah berbunyi beberapa saat yang lalu. tapi tidak dengan ketua kelasnya…bangkunya masih kosong. Aggy menghentikan langkahnya saat ia juga menyadari bahkan tasnya pun ikut lenyap.

Kemana dia?

Tanya Aggy dalam hati.

“Leda-san meminta izin untuk pulang tadi”

Seakan Sujk mengerti apa yang ada dipikiran Aggy, dia mengatakan itu.

“He? Dia tidak meminta izin padaku”, Ujar Kiyoharu yang tiba-tiba sudah ada di ambang pintu kelas.

“benarkah sensei?”, Tanya Sujk.

“itu semua pasti karena kalian yang tidak bisa menjaga mulut dan tingkah kalian!”, Kanon tiba-tiba berdiri dan marah pada teman-teman sekelasnya. “Leda-kun tidak akan nyaman jika kalian terus bersikap seperti itu padanya! Dia pasti kecewa!”

“tapi…bagaimana kami bisa bersikap biasa setelah ia sendiri mengakui kalau itu benar”

“iya, kami tidak bisa bersikap biasa meskipun kau sudah meminta kami melakukannya”

“kami tidak bisa menyembunyikan kalau kami sedikit takut dengannya”

“kami juga tidak nyaman”


BRAK!!

Semua anak-anak yang sedang berbicara mendadak diam dengan satu tendangan Aggy pada bangku yang ada di depannya. Mata Aggy benar-benar menunjukan kemarahan yang amat sangat mendengar semua kata-kata anak-anak itu. Aggy merasa sakit mendengarnya. tidak boleh ada yang bicara seperti itu terhadap Leda-nya. ia bisa saja langsung mengamuk di kelas itu sekarang, tapi Aggy berusaha menahannya. Biar Kiyoharu yang menceritakan yang sebenarnya pada mereka dan Aggy harap mereka menyesal.

Aggy berjalan ke bangkunya, menyeret tasnya dan segera angkat kaki dari kelas yang sangat menyebalkan baginya itu. Dan semua anak-anak dalam kelas itu saling bertatapan tak mengerti setelah kepergian Aggy.

sementara helaan nafas Kiyoharu kembali keluar menanggapi tingkah sembrono Aggy. meski ia ingin mencegah anak itu kabur dari pelajarannya tapi ia tahu itu tidak akan berhasil. Kiyoharu mengerti perasaan anak itu sedikit kacau hari ini.

“baiklah anak-anak… sekarang ceritakan padaku. Apa maksud Kanon-chan dengan sikap kalian yang membuat Leda kecewa?”, Tanya Kiyoharu sambil berjalan ke bangkunya dan pura-pura belum mendengar berita masa lalu Leda yang tersebar.

“ano…sensei ! ada berita yang mengatakan kalau Leda-san pernah membunuh seorang anak di SMP-nya dulu. dan saat ditanya Leda-san mengatakan kalau itu benar”, Sujk berusaha menjelaskan.

“hmm…”, Kiyoharu mengangguk-anggukan kepalanya, “baiklah. Sepertinya ada sesuatu yang perlu kuluruskan disini. Dan beberapa fakta yang harus kalian tahu tentang ketua kelas kalian..”

Kanon dan semua teman-teman dikelasnya tampak mulai tegang. apa maksud wali kelas mereka dengan ‘beberapa fakta tentang ketua kelasnya’.


@@@


“lama tak berhadapan ya…iinchou-sama”

Leda menginjakan kaki di atas tanah berumput hijau di bawah jembatan itu. menatap kakak-kakak kelasnya yang sudah berdiri berjejer menyambutnya.

“aku tak menyangka kau berani datang menghadap kami. Padahal kudengar…sekali lagi kau terlibat perkelahian…kau akan dikeluarkan”, cerocos Satoshi panjang lebar. “oh! Seorang pembunuh tidak perlu sekolah hahaha”

“darimana kau tahu Juri?”, Tanya Leda tak menghiraukan kata-kata Satoshi. Leda tahu mungkin berita mengenai masa lalunya telah tersebar karena seseorang yang menyebarkannya, tapi Leda merasa mereka tak akan tahu Juri. Atau…seseorang yang menyebarkan itu adalah orang dihadapan Leda sekarang? tapi darimana mereka tahu masa lalu Leda?

Satoshi dan ketiga temannya saling bertatapan dan mereka tertawa lepas seakan pertanyaan adik kelas mereka itu adalah sesuatu yang lucu. “hm..hm..hm.. benar apa kata ‘orang itu’. nama ‘Juri’ bisa menjadi umpan yang manjur untuk membuatmu menerima tantanganku”, Satoshi menyungingkan senyuman khas menyebalkannya.

“siapa yang kau maksud dengan ‘orang itu’ “, Tanya Leda penasaran.

“hmm…”, Satoshi kembali menoleh pada teman-temannya di belakang dan mereka saling menyeringai mencurigakan. “sepertinya dia orang yang sangat membencimu, dan orang yang tahu masa lalumu….pembunuh hahahahah”

Syu!!

Tidak salah lagi. Kali ini Leda pasti tidak salah.
Syu berada di kelas 3 setingkat dengan Satoshi dan kawan-kawannya. Tidak menutup kemungkinan mereka jadi saling mengenal.

“dengan tampang yang menipu itu, aku tidak heran kau seorang pembunuh, aku pernah mengalaminya saat tangan-tanganmu itu memberikan banyak luka di tubuh dan wajahku.tapi karena itulah aku tidak bisa tinggal diam. Mendengar kau seorang pembunuh membuatku semakin ingin menghabisimu. Seorang pembunuh tidak boleh dibiarkan berkeliaran dan seenaknya bergaul dengan orang-orang bersih. Kau tidak pantas!”

“kau yang menulis memo dan mengirim email-email itu kan?”, Leda menatap mata Satoshi lekat.

“he? Hahahahah… “, Satoshi dan ketiga temannya kembali tertawa lepas, “mungkin?”

“lalu apa mau kalian memanggilku kemari…….senpai?”

“ck! sudah kukatakan ayo bermain-main sedikit…”, Satoshi mengepal telapak tangannya lalu meninju-ninjukannya ke telapak tangan lainnya.

“aku tidak ingin berkelahi dengan kalian”, ucap Leda serius. Dia telah mengetahui siapa pembuat memo dan email-email misterius itu sekarang dan mungkin yang menyebarkan masa lalunya. Tapi Leda sama sekali tak ingin membuat perhitungan atas itu. Leda tahu kakak-kakak kelasnya itu punya dendam padanya karena kejadian itu dan ia berusaha menerimanya jika itu bentuk balas dendam mereka. Tapi Leda tak ingin mengulang saat-saat ia hampir di keluarkan dari sekolah dengan melayani mereka. Ada seorang paman yang akan sangat ia kecewakan jika ia sampai di keluarkan dari sekolah.

“ck! pengecut!”

“maaf”, Leda membalik tubuhnya dan hendak pergi dari tempat itu meninggalkan kakak-kakak kelasnya. Namun Satoshi tak akan membiarkan Leda pergi begitu saja setelah berhasil membuatnya datang.

“hhhaaa!!!”, Satoshi mengambil sebuah pemukul di bawah kakinya dan berlari berniat memukul adik kelasnya itu dari belakang. Namun Leda segera menyadari pergerakan seseorang di belakangnya dan ia refleks menoleh saat sebuah alat pemukul itu mengayun hampir mengenai kepalanya.

Grep!

Bruk.

Leda menjatuhkan tasnya saat ia menangkap pemukul itu dengan tangannya. “apa kau tidak bisa menggunakan tanganmu….senpai?”

“ck! ini bukan pertandingan dengan sebuah aturan harus menggunakan tangan bukan?”, Satoshi menyeringai lalu menarik alat pemukulnya dan berhasil terlepas dari tangan adik kelasnya itu. “jadi…kau mulai tertarik sekarang?”

“tidak”

“cih! BRENGSEK!!!!”, sekali lagi Satoshi mengayunkan alat pemukulnya namun Leda kembali bisa menahannya, tapi kemudian dengan cepat Satoshi mengayunkan sebelah tangannya yang terbebas tanpa Leda sadari dan kepalan tangannya berhasil meninju pipi adik kelasnya itu. lalu kali ini Shuu, Ryo dan juga Nii ikut maju mengambil alat pemukul mereka yang tergeletak di tanah untuk menangani adik kelas mereka yang sudah mereka tahu sebelumnya akan sedikit merepotkan mereka.

Leda menarik alat pemukul itu dari tangan Satoshi dan ia melemparnya ke sungai beberapa meter dari tempat ia berdiri tanpa ia duga Shuu memukul kepalanya dari belakang dan Nii memukul punggungnya dengan alat pemukul itu hingga Leda terjatuh ke tanah dengan berlutut. Kepalanya benar-benar terasa pening efek pukulan Shuu tadi.

“cuih!”, Satoshi merebut pemukul ditangan Ryo, memukul-mukulkannya ke telapak tangannya sambil mengitari Leda yang masih terlihat pening karena pukulan salah satu temannya. “ayo berdiri bocah! Tidak seru kalau kau sudah ambruk, 5 menit juga belum”, Satoshi mengangkat lengan Leda kasar, “bangun kau bocah pembunuh!! Tunjukan bagaimana caramu membunuh!!”

Leda mengangkat wajahnya menatap mata kakak kelasnya itu, dia tidak ingin berkelahi. Tapi cara mereka yang kotor membuat Leda kehilangan kesabarannya. “kalian yang memaksaku…”, ucap Leda pelan namun tegas.

Satoshi dan kawan-kawannya bisa melihat mata adik kelas mereka itu berubah dari sebelumnya. Seperti yang pernah mereka lihat waktu itu. membuat ketiga teman Satoshi mulai agak ketakutan kejadian waktu itu terulang lagi.

“Satoshi…sebaiknya kita ikuti kata-kata ‘anak itu’ bukankah dia bilang dia punya sesuatu untuk membuat dia tak berkutik”, bisik Ryo di telinga Satoshi.

“diam kau!”, Satoshi mendorong kepala Ryo.” untuk apa menuruti kata-katanya!? aku bisa menghabisinya sendiri!”, teriak Satoshi geram. Dan dia kembali mengayunkan alat pemukul di tangannya menyerang Leda. Dan sekali lagi Leda menahannya dengan satu lengannya, sementara tangannya yang lain meninju perut Satoshi dengan kuat.

Shuu, Ryo dan Nii merasa mereka hanya diam melihat aksi Satoshi dan mereka tidak bisa membiarkannya saat Leda berhasil kembali merebut alat pemukul Satoshi dan mengayunkan alat pemukul itu ke kepala teman mereka.

“berhenti…!”, perintah Leda pada ketiga teman Satoshi. Dan merekapun menghentikan langkah mereka untuk menyerang Leda, “maju selangkah lagi, dan aku akan benar-benar memecahkan kepala teman kalian ini”, ancam Leda sambil menunjuk Satoshi dengan alat pemukul di tangannya.

“b-brengsek…”, rutuk Satoshi geram. Ia kesal jika sudah begini, ini bisa berakhir seperti sebelumnya.

“aku punya satu cara untuk membuatnya tak berkutik. Tapi aku tidak akan memberi tahu kalian. Karena cara ini hanya aku yang bisa melakukannya. Akulah yang paling ingin melihatnya menderita”

Satoshi kembali mengingat kata-kata orang itu. karena keadaan yang sedang ia hadapi sekarang tidak jauh berbeda seperti sebelumnya sedangkan Satoshi ingin berhadapan dengan Leda bukan untuk berakhir di rumah sakit lagi seperti waktu itu. meski sedikit kesal tapi Satoshi tidak punya pilihan lain selain menuruti kata-kata orang itu.

“ck!”, Satoshi menyeringai, “ini hanya pemanasan bocah! Untuk selanjutnya kau akan membayar ini…”, Satoshi meludah.

Dan ketiga teman Satoshi menyadari dengan mengatakan itu berarti Satoshi sudah memutuskan untuk menyerah dulu sekarang. ya, hanya untuk sekarang. karena mereka punya rencana yang mereka rasa bisa lebih menguntungkan mereka nanti.

“ayo Shuu, Ryo, Nii”, Satoshi mengambil tasnya yang tergeletak di tanah lalu pergi meninggalkan Leda dengan perasaan sedikit kesal. Namun ia berharap keputusannya saat ini  tidak salah. Kekesalannya sekarang harus terbayar dengan menuruti kata-kata anak itu. semoga…

Leda hanya bergeming melihat kakak-kakak kelasnya pergi meninggalkannya. Ia tidak berpikir kalau mereka akan menyerah secepat itu. tapi Leda bersyukur. Karena ia hampir kehilangan kesadarannya dan itu bisa berbahaya jika perkelahiannya dengan mereka terus berlanjut. Leda hampir melupakan apa tujuannya menolak perkelahian itu sejak awal.

Leda berjalan lalu membungkukkan badannya mengambil tasnya yang tergeletak di tanah.  ia sedikit memejamkan matanya merasakan kepalanya yang terasa begitu berat dan rasa sakit di punggung juga lengannya karena efek pukulan dari Satoshi dan teman-temannya tadi.


@@@


Aggy duduk di samping tempat tidurnya sambil memegang ponsel yang sejak hampir dua jam lalu hanya ia tatap. Aggy punya nomor ponsel Leda dari Kiyoharu, yang ia dapatkan beberapa waktu kebelakang sebagai imbalan Aggy menuruti perintah Kiyoharu meski dengan terpaksa waktu itu, tapi Aggy tak pernah mencoba menghubungi atau mengiriminya pesan, cukup dengan punya nomor ponselnya saja sudah membuat Aggy bahagianya bukan kepalang waktu itu. tapi sekarang Aggy ingin mencoba mendengar suaranya, ah tidak! Aggy hanya khawatir kenapa dia pulang lebih dulu kemarin, bahkan tanpa meminta izin pada Kiyoharu. Itu bukanlah sikap yang patut dicontoh dari seorang ketua kelas. Namun saat ia hendak menghubungi Leda, rasa gugup tiba-tiba menyerangnya. Beberapa kali ia mencoba menghubungi Leda namun kembali ia batalkan. Ia benar-benar nervous! Takut tak bisa berkata-kata saat Leda mengangkat teleponnya. Hingga akhirnya Aggy hanya memandangi layar ponselnya berjam-jam sambil deg-degan.

Aggy sangat mengkhawatirkannya. Aggy tak tahu apa yang anak-anak di kelasnya lakukan atau katakan padanya saat itu . Aggy khawatir itu sangat melukai perasaannya hingga ia memutuskan untuk tak masuk sekolah lagi. Aggy tak mau itu terjadi. Aggy tak ingin ketua kelasnya menghilang lagi seperti saat setelah kejadian itu. satu hari saja tidak melihatnya membuat Aggy benar-benar tersiksa. Dan Aggy merasakan itu lagi hari ini. melihat bangkunya kembali kosong.

Aggy menjatuhkan tubuhnya di atas tempat tidur sambil terus memandangi layar ponselnya yang terpampang nama kontak ‘Leda’ di sana. saat hendak menekan tombol call dan Aggy kembali mengurungkan niatnya. “Aaaaaaaaaaaaaarrgh!!!”, Aggy berguling-guling di atas kasur bersprei hitamnya. Dia tak pernah segugup ini hanya untuk menghubungi seseorang. Leda benar-benar punya pengaruh yang luar biasa bagi Aggy.

Aggy mendadak berhenti berguling-guling dan segera bangkit dari tidurannya. Jika ia tak memberanikan diri, bagaimana ia bisa membuat ketua kelasnya kembali ke sekolah. Jika ia tak bisa bicara saat Leda mengangkat teleponnya setidaknya Aggy ingin mendengar suaranya atas bayaran hari ini ia tak menampakan dirinya di depan Aggy.

Aggy memegangi dadanya dan menekan tombol call sambil memejamkan matanya. Jantungnya benar-benar berdegup kencang saat Aggy mendekatkan ponselnya ke telinga.

‘maaf nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar service area. Silahkan coba beberapa saat lagi…tut tut TUT TUT TUT’



GUBRAK!

@@@



“kau wali kelasnya bagaimana bisa kau membiarkan muridmu menghilang selama 3 hari tanpa kabar!”, Aggy memberisikan ruang guru untuk yang kesekian kalinya. Dan Kiyoharu akan mendapat terguran lagi dari guru-guru yang lain karena ini.

Benar. ini adalah hari ketiga Leda tak masuk lagi di kelas. Membuat Aggy semakin takut kalau apa yang ia takutkan selama ini benar-benar akan terjadi.

“siapa bilang aku membiarkannya? Aku sudah mencoba mengubunginya beberapa hari ini tapi ponselnya selalu tak aktif. Dia juga tak memberiku kabar apa-apa”

“kalau begitu lakukan sesuatu!!”

“Tenangkan dirimu!”, Kiyoharu menggeplak kepala Aggy untuk menenangkannya. “ada apa dengamu?”

Aggy mendengus memalingkan wajahnya. Ia tidak bisa tenang. Bagaimana ia bisa tenang selama 3 hari tak melihat ketua kelasnya. Aggy sudah seperti pecandu Leda, 3 hari tak melihatnya adalah waktu yang cukup untuk membuatnya over sakau ckck.

“aku takut…”, Aggy bergumam pada dirinya sendiri namun Kiyo bisa mendengarnya dengan jelas. Perlahan Kiyoharu mengelus kepala Aggy dan tersenyum padanya. Kiyo mengerti apa yang Aggy rasakan saat ini. sebuah perasaan takut kehilangan. Dan itu cukup menyiksa. Dan itu sebuah kata-kata yang imut bagi Kiyoharu yang meluncur dari mulut Aggy. Kiyoharu tidak pernah mendengar kata-kata seperti itu dari Aggy sejak kematian ibunya.

“Sensei..”

Perhatian Aggy dan Kiyoharu tiba-tiba sedikit tersita saat mendengar suara seorang anak perempuan yang mereka kenal tidak jauh dari mereka. “Kanon-chan?”

Dan Aggy mendengus. Ia benar-benar tak ingin melihat gadis itu di saat seperti ini.

“Sei…ano..aku bisa meminta alamat rumah Leda-kun?”

He?

“aku berniat untuk mewakili teman-teman sekelas meminta maaf padanya. Leda-kun tidak masuk pasti karena kelakukan anak-anak di kelas waktu itu, mungkin dia merasa sudah tidak diterima lagi di kelas, mungkin dia malu dan merasa rendah. Tapi kami, khusunya aku. tidak berpikir seperti itu sama sekali tentangnya, aku akan meminta maaf padanya. Aku ingin membawa Leda-kun kembali ke sekolah”, ucap Kanon tulus mengutarakan alasannya.

“hmm..”, Kiyoharu mengangguk-anggukan kepalanya. “ide yang bagus. aku juga berniat untuk mengunjungi tempat tinggalnya jika ia masih tak datang juga besok. Tapi sepertinya sekarang juga tidak apa”, Kiyoharu mengeluarkan balpoin dari saku kemejanya dan menuliskan alamat Leda di secarik kertas. “ini…pergilah..”, suruh Kiyoharu sambil menyerahkan secarik kertas itu pada Kanon

“arigatou sei..”, Kanon terlihat begitu senang menerima alamat Leda. Dan Aggy hanya mendeliknya.

“kalau begitu aku permisi”, Kanon membungkukan tubuhnya untuk segera beranjak.

“tunggu Kanon chan!! Kau juga kesanalah Aggy!”, suruh Kiyoharu sambil mendorong lengan Aggy.

“apa?”, Aggy dan Kanon mengernyitkan dahinya.

“tidak apa-apa kan? Kau bisa membonceng Kanon-chan yang cantik secara gratis”

“tu-tunggu sei! Aku bisa meminta sopirku untuk mengantarkanku ke rumah Leda-kun”, Kanon menolak keras jika ia harus diboncengi Aggy.

“siapa yang mau membonceng dia?”, dengus Aggy.

“apa kau bilang!! Memangnya aku mau dibonceng olehmu!!”, bentak Kanon kesal.

“hei..hei…”, Kiyoharu berusaha menengahi.

“POKOKNYA AKU GAK MAU!!!!”, Aggy dan Kanon serempak nyemprot Kiyoharu membuat sensei itu merasa, mereka tidak punya rasa hormat sama sekali pada seorang guru. Dan itu tidak boleh dibiarkan…

“AKU BILANG KALIAN BERDUA YA KALIAN BERDUA!!!!! LAKUKAN PERINTAHKU!!!”


@@@



Kanon masih sedikit syok sampai ia tak sadar sudah duduk di belakang motor Aggy. Ini pertama kalinya ia diteriaki Kiyo-sensei yang selalu memanjakannya. Itu membuat Kanon sedikit terluka. Dalam keadaan seperti itu, daripada membuat Kiyo lebih marah lagi Kanon terpaksa menyetujui untuk dibonceng Aggy agar sampai ke rumah Leda.

“pegangan yang benar!”, suruh Aggy saat mereka sudah berada di depan gerbang sekolah bersiap untuk berangkat.

“aku tidak mau pegangan padamu”, ucap Kanon ketus sambil memalingkan wajahnya. Aggy sedikit mendengus. Perempuan itu benar-benar keras kepala, pikir Aggy. “dengar! Aku tidak mau dibonceng olehmu kalau bukan karena Kiyo-sensei yaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaang~~~~~~~~”, Kanon hampir terjangkang ke belakang saat tanpa aba-aba Aggy melesat menjalankan motornya dengan kecepatan 120km/jam.

“KAU GILAAAAAAAAAAA!!!”, teriak Kanon sambil terpaksa memeluk tubuh Aggy, mau tak mau.


@@@



Sudah hampir satu jam lebih Kanon dan Aggy mencari alamat ketua kelas mereka namun mereka tak juga menemukannya.

“baca alamatnya dengan benar!”

“kau yang terus membawa kita berputar-putar di sini. jangan-jangan kau buta arah ya!”

“aku tidak terlalu mengenal daerah ini!!!”

“kenapa gak bilang dari tadii!!!!”

Kanon dan Aggy terus beradu mulut selama mereka di perjalanan. Mungkin untuk orang-orang yang lewat dan melihat mereka, kedua orang itu akan terlihat seperti pasangan yang sedang cekcok.

“berhenti!”

“apa?”

“aku bilang berhenti!!!”, Kanon sedikit menjambak rambut bagian belakang Aggy. Aggy kembali mendengus, ingin rasanya mendorong perempuan itu dari atas motornya kalau saja Aggy tak sadar kalau perempuan itu adalah kekasih Leda (menurutnya) dan akhirnya ia mengehentikan motornya dengan sedikit terpaksa. Kanon segera turun dan menghampiri seorang ibu-ibu yang tengah berjalan di pinggir jalan. Aggy hanya memperhatikan perempuan itu tampak menyodorkan secarik kertas alamat Leda di tangannya pada seorang ibu itu dan beberapa saat kemudian ia mengangguk-anggukan kepalanya seperti berterima kasih.

“sudah terlewat, ayo balik lagi!”, suruh Kanon sambil kembali menaiki motor Aggy. Dan Aggy segera menyalakan motornya setelah menyempatkan diri untuk mendengus karena ia seperti seorang pesuruh saja diperintah-perintah gadis itu. Aggy membelokkan motornya sesuai perintah Kanon dan kembali ke tempat yang sebelumnya mereka lewati. Saat mereka mulai kembali bingung dengan tempat dimana Leda tinggal, Kanon kembali menyuruh Aggy berhenti dan ia menanyakan kembali alamat Leda pada seseorang yang ada di sekitar mereka. Beberapa kali sampai akhirnya mereka menemukan alamat yang di maksud setelah mereka memasuki gang yang lumayan sempit.

Aggy dan Kanon berdiri di depan pintu salah satu ruangan sebuah apartemen kecil di daerah yang cukup tidak strategis. Pantas saja tidak mudah ditemukan.

Beberapa kali Kanon memencet bell pintu apato Leda namun tak ada jawaban ataupun seseorang yang membuka pintu dari dalam sana.

“mungkin sedang keluar….”, gumam Kanon pada dirinya sendiri.

“mungkin…”, Aggy merespon gumaman Kanon.

“aku tidak bicara padamu!”

“aku juga bukan meresponmu!”

Dan mereka bertatapan sengit di depan pintu apato Leda seperti dua ekor kucing yang tak ingin kalah mendapatkan lauknya.

“kenapa aku harus kemari bersamamu?”, hela Aggy menghentikan pergelutan sengitnya dengan Kanon.

“aku yang harusnya bicara begitu!”, Kanon tak mau kalah.

“cis!”, Aggy menyandarkan tubunya ke dinding di samping pintu apato ketua kelasnya. sedangkan Kanon masih berdiri menghadap bell pintu apato Leda. Mereka berada dalam keheningan selama beberapa lama menunggu ketua kelas mereka muncul dari luar sana. namun tak ada yang datang seorangpun.

“sebaiknya aku menghubunginya…semoga kali ini aktif”, Kanon mengeluarkan ponselnya dan seperti memohon mohon pada ponsel yang di pegangnya erat itu. Sedangkan Aggy hanya mengernyitkan dahi melihat tingkah sekertaris kelasnya. “masih gak aktiiiif”, rengek Kanon pada ponselnya beberapa saat kemudian.

“kau…punya nomor ponselnya?”, Tanya Aggy.

“huh? Tentu saja!”, jawab Kanon ketus.

“dari Kiyo?”, Tanya Aggy lagi.

Kanon memalingkan wajahnya sedikit kesal kearah Aggy, “apa? Tentu saja aku memintanya langsung pada Leda-kun! Kenapa harus lewat Kiyo-sensei sih?”

Benar juga…

“Kalian kan sepasang kekasih, cis!”, dengus Aggy sedikit kesal jika mengingat status hubungan ketua kelas dan sekertarisnya itu. memangnya dirinya? Yang bahkan tak punya keberanian hanya untuk sekedar meminta nomor ponsel. Aggy hanya bisa mendapatkannya lewat Kiyoharu itupun baru ia dapatkan beberapa hari yang lalu.

“hmmmpbhahahahahahah…”

Aggy kembali menaikan alisnya dengan tawa Kanon yang tiba-tiba meledak. “ada apa denganmu?”, Tanya Aggy heran.

“hahaha… se..sepasang kekasih? Betapa menyenangkannya jika apa yang kau katakan adalah nyata haha…”

“hah?”

Kanon menghentikan aktivitas tertawanya dan berpaling pada Aggy. “aku dan Leda-kun itu bukan sepasang kekasih tau! Mungkin memang Leda-kun menyukaiku…tapi tidak dengan cara seperti itu”, Kanon kembali menarik palingan wajahnya dari Aggy dan menatap lantai sedikit tersenyum.

“…..”

“tapi aku senang hanya dengan itu. setidaknya dia menganggapku special daripada yang lainnya. Karena Leda-kun tahu perasaanku padanya”

Bukan sepasang kekasih?

Bukan….
Sepasang kekasih?

Hah?!!

Aggy masih sibuk dengan pikiran-pikirannya yang terus berputar-putar di satu titik.

“hei!”, Kanon menyenggol lengan Aggy menyadarkan laki-laki itu dari bengongannya. “kenapa wajahmu terlihat senang begitu?”

“a-apa??!! siapa??!!!”, Entah kenapa Aggy merasa berhadapan dengan gadis itu seperti ia berhadapan dengan Kiyoharu yang selalu menjailinya

Kanon terkikik dengan reaksi Aggy. Itu terasa lucu baginya. Dan perempuan itu mulai menerima kata-kata Leda dulu bahwa ada diri Aggy yang lain yang tak pernah ia lihat. Leda pernah mengatakan kalau Aggy kadang mempunyai ekspresi yang lucu dan Kanon dapat melihatnya sekarang. “Aggy….apa kau pernah menyesali Leda-kun terlahir sebagai laki-laki?”, Tanya Kanon tiba-tiba.

Aggy menaikan sebelah alisnya, “apa maksudmu?”, Aggy sedikit tersinggung.

“lupakan!”, Kanon menghentikan pembicaraannya. Yang tadi itu hanya kata hati yang tak sengaja keluar dari mulutnya.

“kau!!”, jujur saja Aggy sedikit jengkel. Pertanyaan macam apa itu?
Tapi Aggy mulai menangkap bahwa Kanon jelas mengetahui perasaannya terhadap Leda. “aku tidak menyesali apapun!”, Aggy kembali merapatkan punggungnya dengan dinding di belakangnya. Kanon memalingkan wajahnya kearah Aggy mendengar Aggy menjawab kata hati yang tak sengaja ia ucapkan itu. dan Kanon tersenyum.

tak ada yang Aggy sesali.
Baik itu laki-laki atau perempuan, yang Aggy suka hanya seorang Leda. Aggy menyukai apapun wujudnya dia. Jika saja Leda terlahir sebagai perempuan namun ia tak mempunyai kepribadian seperti Leda sekarang, Aggy tidak yakin dia akan menyukainya. karena yang Aggy suka adalah apa adanya Leda dalam keadaan sekarang.

“hm~ coba kalau kau terlahir sebagai perempuan, Persaingan kita akan terasa wajar kan?”, gumam Kanon.

“apa yang kau bicarakan! Hentikan!”, dengus Aggy kesal.

Kanon hanya terkikik dengan ekspresi kekesalan Aggy. ternyata menyenangkan juga mempermainkan anak badung seperti Aggy, pikir Kanon, “oh…Kiyo-sensei sudah mengatakan semuanya pada kami di kelas waktu itu, tentang bagaimana masa lalu Leda-kun dulu. waktu itu…jujur saja aku terkejut. Entah apa yang dipikirkan teman-teman yang lain tapi aku tidak perduli seperti apa Leda-kun dulu, karena yang kukenal adalah Leda-kun yang sekarang”, Kanon tersenyum simpul saat Aggy menoleh ke arahnya. Itu sama seperti apa yang Aggy pikirkan. Dan Aggy mulai berpikir kalau…perempuan itu mempunyai perasaan yang sama besar dengan miliknya.

“itu juga membuat pandangku tentangmu sedikit berubah. Dulu Leda-kun ternyata tidak jauh berbeda denganmu ya Aggy…bahkan kurasa dia lebih parah darimu. Karena itu aku berpikir…jika Leda-kun saja bisa berubah seperti sekarang ini, maka…mungkin kau juga bisa berubah suatu hari nanti. Dan kurasa pandangan seperti ini telah dimiliki Leda-kun sejak dulu…”, Kanon tersenyum menengadah membayangkan ketua kelasnya.

“hm”, Aggy sedikit menundukan kepalanya. Entah kenapa perasaan Aggy untuk bertemu dengan Leda semakin besar.

“ano…kalian teman Leda-chan?”

Aggy dan Kanon spontan berpaling ke arah suara seorang ibu-ibu yang tiba-tiba muncul di samping mereka—atau mereka saja yang keasikan dengan dunia mereka sampai tak menyadari kedatangannya.

“h-hai!! Kami teman Leda-kun”, Kanon segera menghampiri seorang ibu-ibu yang hendak masuk ke apatonya yang tepat berada di sebelah apato Leda.” ano…anda tahu Leda-kun…”

“sekitar 5 hari yang lalu ibu melihatnya pergi dengan membawa tas yang cukup besar. Sepertinya dia hendak pulang ke kampung halamannya?”, jelas seorang wanita paruh baya tetangga Leda itu.

Apa?

“a-apa? kampung halaman?”, Kanon mengulang lagi meminta penjelasan.

“iya…ke tempat pamannya di kota……aduh ibu lupa dimana itu, tapi yang jelas itu di Mie-ken kalau tidak salah, maklum ibu sudah agak pikun khukhu…”, Ibu-ibu itu tertawa khas tawa paruh baya tak perduli dua anak muda di hadapannya mulai khawatir dengan berita yang baru saja ia sampaikan.

“apa dia bilang akan kembali?”, Tanya Kanon antusias.

“ibu kurang tahu nak…kalau soal itu”

Tidak…

Aggy segera berjalan cepat meninggalkan seorang ibu-ibu asing itu bersama Kanon. perasaannya mulai kacau. Apa maksudnya dengan ia kembali ke kampung halamannya? Kembali ke tempat dimana Aggy tak bisa menemuinya? Tak mengetahuinya. Dan itu artinya dia tak akan pernah menampakan wujudnya lagi di hadapan Aggy? Itulah yang selalu Aggy takutkan!!!

“kalau begitu terimakasih banyak ibu. Saya permisi”, Kanon segera mengejar Aggy setelah berpamitan dengan ibu-ibu itu.

“Aggy!”, panggil Kanon terus berlari mengejar laki-laki yang sedang diserang perasaan kacaunya. Tapi Kanon mengerti bagaimana perasaan Aggy. Karena ia juga merasakan hal yang sama.


to@be@continued

-_- hmmm…….???
Ada yang saia cut  4 pages untuk chapter ini karena kepanjangan… ya ampun , saia terlalu semangat apa ya? DX *plak*


No comments:

Post a Comment