Search + histats

Friday, 12 October 2012

Forbidden Fruit 11

Author : Rukira Matsunori
Rated : T+ (haha..)
Genre : AU/ romance/ school/ BL
Fandom: DELUHI.. *sisanya gak penting (plak)*
Pairing: AggyXLeda *gyaa~*
Chapter : 11
Warning : - (?)
Summary : forbidden fruit is sweetest.... perasaanku padamu adalah sebuah dosa. Namun terasa begitu manis
Length : 17 pages ms.Word ( 4.850 words)
Note : hai…ohishashiburi ne XD *dijotos*







Kiyoharu berdiri di depan kelasnya sambil berpangku tangan meliarkan pandangan pada satu persatu anak-anak didiknya. “selamat karena penampilan kelas kita mendapat banyak perhatian para juri karena KISSU SCENE-nya yang REAL”, Kiyoharu menekankan kata-katanya pada kata ‘kissu scene’ dan ‘real’ sambil tersenyum renyah membuat murid-muridnya menelan ludah paksa karena sepertinya wali kelasnya itu sedang pemanasan untuk mengamuk(?). kelas mereka mendapat cukup banyak kritikan tadi karena tindakan Sujk yang diluar rencana. Para juri mengatakan mereka bisa saja menjadi juara satu kalau tidak ada pengurangan nilai untuk kiss scene itu. karena itu kelas Kiyoharu harus puas dengan hanya menjadi juara harapan ke dua pada pementasan drama ini.

“gomen sensei”, ucap Sujk lantang sambil berdiri dari bangkunya. Sebenarnya Sujk sudah beberapa kali minta maaf sejak pentas drama itu selesai tapi sepertinya ia masih merasa bersalah dengan tindakannya itu yang… diluar kehendak?, “saya benar-benar minta maaf! itu salah saya”, Sujk membungkukan badannya dalam.

“ah saya juga sensei”, Leda ikut berdiri dari bangkunya dan ikut membungkukan badannya karena merasa tak enak hanya melemparkan kesalahan pada Sujk.

“apa-apaan itu? apa kalian sudah merencanakannya berdua hah?”

“ti..tidak! Leda-san tidak bersalah… saya yang salah, tidak ada hubungannya dengan Leda-san. Jika mau hukum saja saya sensei”, Sujk berusaha keras meyakinkan.

“tidak.. Sujk-kun..”

BRAK!!

Perhatian semua murid yang semula menjadi milik Leda dan Sujk kini teralih ke belakang kelas dimana seorang anak laki-laki tiba-tiba menggebrak mejanya karena merasa tidak nyaman dengan keadaan di kelas itu.

“tidak sopan sekali kau Aggy”, ujar Kiyoharu datar.

“cis!”, Aggy memalingkan wajahnya kearah jendela, kembali duduk di bangkunya dengan raut wajah kesal. Aggy benar-benar terusik dengan dialog Sujk dan ketua kelasnya yang sama-sama saling membela, itu memuakan bagi Aggy dan ia ingin menghentikannya.

“baiklah anak-anak, terimakasih atas kerja keras kalian.. meski akhirnya kita tidak mendapatkan juara 1 tapi setidaknya juara harapan masih bagus daripada tidak dapat sama sekali haha walau bagaimana pun kalian telah berusaha aku ucapkan terimakasih”

“sama-sama sensei”

“Dan Sujk.. juga Leda? “, Kiyoharu menunjuk kedua muridnya itu. “kalian mau hukuman apa dariku?”, Tanya Kiyoharu dengan seringaian jahilnya.

“te… apa? Leda-san tidak usah kan sensei?”. Protes Sujk

“tidak apa-apa”, Leda tersenyum dengan masih menggunakan make-up, gaun dan rambut palsu itu dengan manisnya kearah Sujk membuat Sujk diam.

BRAK!!

Lagi-lagi semua dikagetkan dengan suara meja yang didorong dengan kaki di arah belakang kelas sana.

Kiyoharu menatap Aggy datar, lalu mengabaikannya. “baiklah, kalian bisa berganti kostum kalian masing-masing sekarang… ceramah selesai”, Ujar Kiyoharu sesaat sebelum ia pergi ke ruang guru. Dan semua anak-anak pun berhamburan menuju ke ruang ganti meski beberapa ada yang memilih untuk menggantinya di kelas.

“ah bagaimana cara membersihkan ini?”, Tanya Leda pada Kanon sambil mengusap-usap make-up di wajahnya.

“dibersihkan saja pakai air Leda-kun tapi itu memang sedikit sulit karena waterproof”, Kanon kemudian tertawa kecil, “mau aku bersihkan?”, Tanya Kanon sambil tersenyum.

“aa,, ah tidak usah.. biar aku lakukan sendiri, arigatou”, Leda segera menuju keluar kelas menuju toilet. Kanon hanya tersenyum menggeleng-gelengkan kepalanya. “rasanya iri juga Leda-kun lebih cantik dariku”, gumamnya sambil sedikit cemberut, namun kemudian ia tertawa kecil dengan kata-katanya sendiri.

Sujk berdiri dari bangkunya dan tanpa sengaja tubuhnya menyenggol Aggy yang sedang berjalan menuju keluar. “ah sumimasen”, Ucap Sujk spontan

Aggy hanya menatapnya datar lalu kembali melanjutkan perjalanannya keluar kelas setelah sengaja menabrakkan bahunya ke bahu Sujk membuat Sujk membatu.


@@@


Leda mengusap wajahnya dengan handuk kecil yang ia bawa, kembali melihat cermin di wastafel memperhatikan wajahnya sendiri yang masih belum sempurna tanpa make up. Masih ada sedikit sisa-sisa make up di sana, di pipi dan kelopak matanya. Itu membuat Leda merengut karena dirinya terlihat benar-benar aneh dalam keadan seperti itu.

Tanpa sadar Leda melihat bibirnya sendiri, bibir dengan warna merah bibir pekat, bukan karena masih tersisa lipstick di sana tapi efek gesekan tangannya karena menghapus noda lipstick tadi. Leda tersenyum kecut mengingat bibirnya itu pernah menjadi korban keganasan teman sekelasnya bernama Aggy dan… anak yang Leda anggap begitu lugu, Sujk. Leda tahu ia tak sengaja melakukannya, tentu saja! Memangnya apa alasan Sujk harus sengaja melakukan itu?

Leda sedikit menundukan wajahnya dengan kedua tangan menumpu ke wastafel di depannya, sedikit tersenyum getir dan ia kembali menyalakan keran air lalu membasahi seluruh wajahnya, kembali menghadap cermin dan sisa-sisa make-up itu masih saja tertempel di tempat-tempat tertentu di wajahnya. Leda hanya berpikir, jadi wanita itu merepotkan ya.

Leda menghela nafas menyerah, ia kembali mengusap wajahnya dengan handuk dan mata bening itu sedikit melebar saat melihat pantulan sosok ‘teman lamanya’ di cermin tepat di belakang pantulan dirinya, berdiri dengan seringaian khasnya.

“lihat dirimu Yu-to… kau benar-benar seorang banci sekarang”, sosok itu melangkah maju mempersempit jaraknya dengan laki-laki adik kelasnya itu. “siapa anak lawan mainmu di panggung tadi? Kau punya hubungan dengannya?  hahah”, laki-laki itu tertawa meremehkan, memangku kedua tangannya di dada menatap bayangan dirinya dan adik kelasnya itu di cermin, “aku tidak menduga kau juga ternyata sama dengan ‘anak itu’, jangan jangan tanpa sepengetahuanku dulu kau juga punya perasaan padanya hah?”, Syu mengangkat dagu Leda memperhatikan wajah adik kelas kesayangannya yang semenjak tadi hanya memperlihatkan tatapan sinis terhadapnya, “hm~ luar biasa ya.. pantas anak itu tergila-gila padamu , ck!”

refleks Leda menepis tangan Syu, menyingkirkannya dari wajahnya. “cukup dengan anak itu anak itu!”, ucap Leda dengan tatapan tegas.

Syu hanya menyunggingkan senyum tipis masih meremehkan, “kenapa? Apa harus kusebut namanya?”

Leda terdiam beberapa saat. Dia hanya tak suka Syu menyebut-nya dengan ‘anak itu’ seakan dia tak punya nama, tapi bukan berarti Leda ingin nama-nya disebut-sebut. Karena itu hanya akan membuatnya kembali mengingat dan menyakiti perasaannya. “aku ingin kau berhenti mengungkitnya”

“hmm~ kau pernah dihantui olehnya? Haha… pernah ya? makanya kau jadi pengecut hahah…”

“Syu…..kau yang melakukan itu kan?”, tanya Leda tiba-tiba.

“he? Apa itu?”, Syu menghentikan tawanya dan balik bertanya.

“mengirimiku memo dan merusak property drama kelasku”, jawab Leda dengan penuh keyakinan.

“memo?”

“apa kau tidak merasa malu dengan melakukan hal seperti ini?”, Leda memperlihatkan sebuah memo kecil di telapak tangannya yang baru ia rogoh dari saku celananya.

Syu terlihat membaca tulisan di memo itu dan terdiam sejenak lalu ia kembali tertawa, “ ‘kotoran yang cantik itu kau’ hahaha… kata-kata yang cocok denganmu! Siapa orang yang melakukan ini? aku akan memberinya tamparan di kepalanya sebagai pujian”, dan Syu kembali dengan tawanya.

“aku tahu hanya kau yang bisa melakukan ini….”

“ckck…apa itu lelucon? Kau pikir aku orang yang akan melakukan hal tidak berguna seperti itu? cih! Aku tidak perlu membuat memo tidak berguna seperti itu untuk menerormu. Akan kukatakan secara langsung di depan wajahmu”, Syu kembali meraih wajah Leda menekan kedua pipi putihnya dengan jari-jari satu tangannya .” kotoran yang cantik “

“…..”

GREP!!

Tangan Syu tiba-tiba dilepas paksa dari wajah Leda oleh sebuah tangan lain yang tiba-tiba muncul.

“Aggy!”, seru Leda sedikit terkejut melihat pergelangan tangan Syu kini sudah di genggaman tangan teman sekelasnya itu. “Aggy..apa yang kau—“

Syu melepaskan tangannya dari genggaman Aggy dengan kasar, “siapa kau?”, Tanya Syu sinis. Dia benar-benar tidak senang dengan kehadiran orang yang tidak dikenalnya itu.

“dia teman sekelasku”, jawab Leda cepat sedangkan Aggy hanya memasang wajah tanpa ekspresi masih setia menatap Syu.

“hm…teman sekelas”, ujar Syu memandang remeh Aggy. “atau jangan-jangan dia ‘sesuatu’ yang sama seperti ‘anak itu’ “, Aggy sedikit mengangkat sebelah alisnya mendengar dirinya dikatakan sebagai ‘sesuatu’, “sepertinya kau benar-benar dikelilingi oleh makhluk-makhluk seperti ini ya? mungkin kau punya semacam pheromone memikat hati sesama jenismu Yu-to..”, ucap Syu asal sambil menyeringai mengalihkan padangannya pada Leda.

“Aggy tidak—“

“apa yang kau bicarakan? Dan siapa kau?”, potong  Aggy masih dengan ekspresi datarnya. Ia benar-benar merasa asing dengan orang yang ada di hadapannya. Dia tidak pernah melihat orang itu berkeliaran di sekolah ini sebelumnya.

“he? Aku? bagaimana kalau kau tanyakan saja padanya!”, Syu menggunakan bola matanya untuk mengisyaratkan kalau orang yang ia maksud adalah Leda.

“dia adalah…”

“aku adalah kekasihnya hahah”

Kedua mata Leda refleks mengarah pada kakak kelasnya itu, “kau—“

“ckck…”, Syu hanya terkikik melihat wajah datar Aggy yang tiba-tiba berubah dipenuhi dengan emosi. “sudah kuduga…”, gumamnya pelan. Matanya mengalih pada Leda di sampingnya, “kau benar-benar dapat hukuman dari anak itu ya”, Syu setengah berbisik di telinga Leda membuat Aggy panas. “baiklah…sampai jumpa Yu-to, ayo bertemu diam-diam lagi kapan-kapan”, ucap Syu sambil menyeringai jahil mengacak-acak rambut Leda seakan sengaja membuat Aggy semakin mengepal kedua telapak tangannya kuat.

Dan Syu telah lenyap dari tempat itu. meninggalkan dua makhluk yang entah kenapa saling canggung.

“…..”, Leda yang mengetahui Syu sedang mempermainkan Aggy tidak bisa berkata-kata apalagi saat ia sendiri menyadari perubahan ekspresi Aggy setelah Syu mempermainkannya tadi. Naïf jika Leda memungkiri ia tak mengerti perasaan Aggy saat itu. dan perasaan Aggy terhadapnya. “a-ano…kau mau ke toilet?”, Leda berusaha menunjukan ekspresi wajahnya sebiasa mungkin dan setengah tersenyum menunjuk toilet di sampingnya dengan jempol bertanya pada Aggy. Namun tak ada jawaban atau anggukan dari Aggy. Tak ada gerakan sama sekali. “kalau begitu aku duluan ke kelas”, Leda menepukan telapak tangannya ke lengan atas Aggy dan berjalan melewati anak laki-laki itu.

Grep!

Langkah Leda terhenti ketika ada sebuah lengan yang menahan perutnya untuk tidak berjalan lebih jauh darinya. “A-Aggy…”, panggil Leda sedikit was-was.

“kau mempunyai hubungan seperti itu dengan orang tadi?”, Tanya Aggy langsung ke akarnya.

“h-HE???!! Tentu saja tidak haha…dia hanya bercanda. Dia hanya kakak kelasku dulu ketika masih SMP….itu tidak mungkin ka—“, Leda mengehentikan kata-katanya. “maksudku…aku tidak seperti it—“, dan sekali lagi Leda mengerem mulutnya mendadak. “a-ano aku…haha itu… dia bukan orang semacam itu”

Apa yang berulang-ulang kukatakan???!!!

Leda berteriak dalam hati.

“benarkah?”

“tentu saja haha…”, Leda memaksakan diri untuk tersenyum. Dan dalam beberapa saat saja ia dapat melihat wajah Aggy melembut.

Aggy senang ketika dia mengatakan ‘dia bukan orang seperti itu’. Jika ada kenyataan Leda menyukainya, Aggy tidak ingin itu karena Leda adalah seorang gay. Ia ingin Leda hanya menyukainya. seperti yang Aggy rasakan terhadapnya. Aggy sama sekali tidak tertarik dengan laki-laki jika itu bukan ketua kelasnya. Aggy hanya menyukai ketua kelasnya.

Perlahan Aggy mendekatkan kepalanya ke bahu ketua kelasnya, “syukurlah…”, ucap Aggy pelan di samping kepala Leda dan itu membuat Leda sedikit merinding karena Leda bisa merasakan nafas Aggy di leher bagian sampingnya.

“a-apa itu haha…”, Leda segera mendorong tubuh Aggy pelan membuat pegangan Aggy di perutnya terlepas. “kau tidak mau kembali ke kelas sekarang?”, Tanya Leda basa-basi masih sedikit gugup. Mendadak atmosfer di sekitarnya jadi terasa berbahaya.

Aggy tidak menjawab pertanyaan Leda. Anak laki-laki itu hanya menatap ketua kelasnya. “Aggy? Kalau begitu aku—“

Sebelum Leda sempat melangkahkan kaki pertaamanya, Aggy kembali menarik lengan Leda membawanya mendempet ke pintu toilet di sampinganya. “a-apa yang—“

“dia menyentuhmu!”

“he?”

“aku melihatnya menyentuh wajahmu”

“heeee? Apa maksudmu Aggy?”, Leda mulai panik.

Aggy menyentuh pipi putih ketua kelasnya lalu mendekatkan wajahnya ke telinga Leda, “dan kau membiarkan anak itu menciummu di depan semua orang!”, bisiknya pelan.

Benar. Aggy masih tidak bisa menerima kejadian di atas panggung itu. ia tidak ingin ada seorangpun menyentuhnya, terutama laki-laki……TIDAK BOLEH!

“i-itu….aku rasa Sujk tidak sengaja melakukanya haha…lagipula yang seperti itu bukan apa-apa”, Leda berusaha tertawa. itu memang hanyalah hal yang tidak perlu dibesar-besarkan, karena memang sepertinya Sujk tidak sengaja.

Aggy menyentuh bibir ketua kelasnya, “ ‘yang seperti itu…bukan apa-apa’ ?”, gumam Aggy. “jadi bukan apa-apa jika aku melakukannya?”

Dan kedua mata Leda membulat dengan sempurna. Dia tidak pernah menyangka Aggy akan dengan terang-terangan mengatakan hal seperti itu. “Aggy…apa maksudmu?”, Tanya Leda ragu. Namun Leda tak mendapatkan jawaban apapun dari orang yang ditanyainya, Leda hanya melihat Aggy semakin mendekatkan wajahnya membuatnya malah semakin panik. “tu-tunggu! Aggy… aku tidak mau—“, Leda mendorong dada Aggy menjauh darinya. Dan Leda sedikit merasa terkejut saat kedua telapak tangannya menempel di dada Aggy ia bisa merasakan sesuatu begitu keras membentur dada Aggy dari dalam sana. Leda menatap Aggy dan yang ia lihat Aggy sedikit menundukan kepalanya dengan sebelah tangan menutupi kedua matanya sedangkan satu tangannya masih menumpu ke permukaan pintu toilet yang menjadi sandaran Leda.

Aggy mulai tersenyum dan ia terkekeh pelan. “ini konyol !! “, ucap Aggy masih dengan sebelah telapak tangan menutupi kedua matanya. Aggy merasa ini akan mulai jadi berbahaya. Dia tak bisa lagi mengendalikannya. Aggy seperti sudah merasa tak sungkan atau menakuti apapun lagi untuk menunjukan perasaan apa yang bersarang di dadanya selama ini. dan Ini benar-benar berbahaya.

“Aggy..?”, Leda masih bisa merasakan benturan itu di telapak tangannya.



“MINGGIIIRRRRR!!!!!!!”, tiba-tiba suara seorang perempuan yang sudah sangat Aggy kenal seperti mendengung di telinganya. Aggy refleks menutupi telinga bagian kirinya dan segera menoleh ke samping siapa orang yang sudah dengan sengaja meneriakinya tepat di depan telinganya.

“Wakeshima-san? Apa yang kau lakukan?”, Tanya Leda terkejut melihat sekertarisnya itu berdiri diantara mereka. “i-ini toilet pria!!”

“aku tahu. aku hanya khawatir kenapa Leda-kun lama sekali hanya untuk sekedar membersihkan make-up. Jadi kupikir itu sulit dibersihkan , jadi aku ingin membantumu”, jawab Kanon seadanya.

“apa kau tidak takut bagaimana kalau seandainya ada siswa yang sedang buang air di sini”, Leda benar-benar mengkhawatirkan sikap gegabah sekertarisnya itu.

“tapi tidak ada kan! Sekarang ayo kita ke kelas Leda-kun!”, Kanon menarik pergelangan tangan Leda dan mengajaknya keluar meninggalkan Aggy setelah sebelumnya sedikit mendelik Aggy ganas.

“……”

Dan sekali lagi Kanon mengganggu saat-saat berharga Aggy. Jarang sekali Aggy bisa berdua dengan ketua kelasnya dan setiap moment itu seperti selalu Kanon yang mengganggunya. (Aggy hampir melupakan anggapannya tentang mereka yang sepasang kekasih) Namun entah kenapa kali ini ia merasa bersyukur gadis itu datang. Karena jika tidak, entah apa yang bisa Aggy lakukan pada ketua kelasnya. dan Aggy sendiri tak menginginkan itu.

“sial..! aku tak punya kendali seperti dulu lagi…”, umpat Aggy sedikit meninju pintu toilet.



@@@


Kret.

Cklek.

Leda menutup kembali pintu dan segera menyalakan lampu ruangan apato kecilnya. Ia meletakan tas sekolahnya dan segera menjatuhkan tubuhnya di atas tempat tidur. Sejenak menghela nafasnya lalu ia melirik jam tangan yang selalu setia melingkar di pergelangan tangannya.

Pukul 00:24 am.

Leda meletakkan lengannya di atas keningnya sambil menerawang melihat langit-langit apatonya yang sedikit err~ bobrok. Sebenarnya tidak separah itu, tapi setiap di luar hujan, pasti ada air yang lolos jatuh ke permukaan lantai. Dan ada beberapa noda menguning bekas air di sana.

“sepertinya memang harus segera diperbaiki”, keluh Leda. Ia segera membangunkan tubuhnya dan berjalan kearah lemari pakaian. Membuka seragamnya dan menggantinya dengan T-shirt hitam dan celana training. Namun tiba-tiba mendadak perutnya bergemuruh(?)

“err…aku lupa belum memberimu makan ya?”, ucap Leda sambil menepuk-nepuk perutnya. Ia segera berjalan ke dapur dan mencari sesuatu apa yang bisa dimakan. Namun di sana benar-benar kosong. Gaji kerja sambilannya di mini market keluar masih seminggu ke depan lagi, dan uang bulan lalu telah ludes. Sebenarnya jika itu hanya ia pake untuk kehidupan sehari-harinya mungkin masih cukup untuk seminggu atau dua minggu ke depan. Tapi Leda membayarkannya untuk iuran sekolah. Padahal paman Leda sudah mengatakan bahwa ia akan menanggung semua biaya sekolahnya namun Leda merasa tidak enak dengan itu jadi kadang ia membantunya. “besok aku makan apa?”

Drrrrttt…

Drrrrttttt….

Leda segera berlari ke arah tempat tidurnya mendengar ponselnya bergetar. Dan ia tersenyum ketika melihat nama ‘Ojichan’ berkelap-kelip di layar ponselnya.

“Moshi-moshi…paman?”

‘Leda! Kau baik-baik saja?’, suara seorang laki-laki berumur 40 tahunan itu terdengar sedikit khawatir.

“iya, aku baik-baik saja. Bagaimana dengan paman?”, Tanya Leda balik. Ini adalah telepon pertama pamannya di bulan ini. karena sepertinya sang paman yang bekerja sebagai seorang karyawan sebuah kantor kecil begitu sibuk hingga tidak bisa sering-sering menghubunginya.

‘syukurlah. aku selalu baik. Akhir-akhir ini paman merasa sedikit khawatir denganmu, bagaimana dengan sekolahmu? Kerja sambilanmu?’

“haha iya sekolahku baik-baik saja. Aku tidak jadi dikeluarkan. Ada orang baik yang menyelamatkanku paman haha..”

‘benarkah? Siapa itu?’

“emm.. orang tua teman yang terlibat perkelahian bersamaku waktu itu”, ucap Leda sambil tersenyum.
Iya, Leda benar-benar merasa berhutang budi karena itu. mungkin itu juga salah satu dari beberapa alasan kenapa ia tak bisa membenci Aggy.

‘syukurlah ada orang seperti itu….karena itu jangan pernah lakukan itu lagi, ambilah ini sebagai pelajaran . kau mengerti!’

“aku tahu. maaf sudah membuatmu khawatir. Tapi aku baik-baik saja sekarang. sebaiknya paman perdulikan kondisi kesehatan paman saja”

‘aku memang sudah tua tapi kau tak perlu memberi tahuku’

“haha… iya”

‘ya sudah. Ini sudah malam cepatlah tidur! Kau baru pulang kerja kan? dan jaga kesehatanmu juga. Jangan berkelahi untuk hal yang tidak penting! Ingat itu!’

“aku mengerti haha…”

Dan line teleponnya terputus.

Leda memandangi layar ponselnya dan sedikit tersenyum getir. Dia punya seorang paman yang selalu mengkhawatirkannya. Paman yang selalu ia sulitkan ketika dulu. tapi Leda telah menyesalinya. Leda tak ingin lagi mengulangi itu.

“hoaaaaahmm…”, Leda mengucek-ucek matanya yang terasa mulai berat. namun sebuah icon message kecil yang terpampang di layar ponselnya menarik perhatian Leda. Sepertinya ada sebuah email masuk saat ia masih di jam kerja tadi hingga ia tak sempat membukanya.

Subject : apa kabar cantik?

Leda mengernyitkan dahinya.

Kuharap kau segera mati.

Dan Leda sedikit terkejut dengan isi email dari alamat yang tak ia kenal itu. siapa orang yang berani mengiriminya pesan seperti ini?

Siapa di sana?

Leda membalas email itu segera setelah membacanya. Namun beberapa saat ia menunggu tak ada email balasan masuk ke ponselnya. Tentu saja. Ini sudah jam satu pagi. Sepertinya si pengirim telah terlelap di jam segini. Dan dengan rasa sedikit penasaran Leda menjatuhkan tubuhnya di atas tempat tidur dan mulai menerka-nerka siapa orang yang mengiriminya pesan itu. tapi yang muncul dipikiran Leda hanya Syu.

“Aku tidak perlu membuat memo tidak berguna seperti itu untuk menerormu. Akan kukatakan secara langsung di depan wajahmu”

Tapi Leda tahu Syu bukanlah orang ‘iseng’ yang akan melakukan hal-hal seperti itu. saat dia membenci seseorang dia akan mengatakan langsung di depan wajah orang itu dan dia paling tidak suka dengan istilah pengecut, tindakan meneror seseorang dengan cara seperti ini bukanlah gaya Syu. dan mengenai memo juga yang merusak property drama…Leda memang sedikit ragu kalau itu dia yang melakukannya. Leda menyakini hanya dua orang yang tahu masa lalunya di kota Tokyo ini , dan itu adalah Syu juga wali kelasnya. kalau bukan Syu…?? tidak mungkin Kiyo-sensei melakukan ini!!

Leda terus memikirkan hal itu berulang-ulang sampai kepalanya terasa berputar dan akhirnya ia terlelap karena terlalu lelah.


Esok paginya….

Leda kembali menerima email dari orang misterius itu.

Subject : Selamat pagi…sayang.

Kedokmu akan kubongkar sekarang.

Leda kembali dikejutkan dengan isi dari email misterius itu. Leda masih tak tahu siapa orang yang mengiriminya pesan-pesan seperti ini tapi kali ini Leda sedikit tersenyum getir membaca sebaris kata-kata itu. jika ini hanya keisengan orang yang tak bertanggung jawab dengan kata-katanya Leda bersyukur, tapi jika orang ini serius dengan kata-katanya Leda tidak bisa mencegahnya. Leda akui ia takut selama ini orang-orang disekitarnya yang menyayanginya mengetahui masa lalunya. Tapi Leda tak bisa menghindari karena suatu saat hal itu pasti akan terjadi juga.
.


@@@


Aggy menutupi mulutnya yang terbuka lebar karena menguap. Pagi ini ia benar-benar merasa sangat ngantuk. Udara di luar sedikit mendung dengan beberapa titik air hujan berjatuhan. membuat siapa saja ingin kembali menarik selimutnya dalam keadaan seperti itu. namun Aggy bisa melawan keinginan seperti itu dan terpaksa berangkat ke sekolah.

Aggy melihat banyak berdatangan siswa-siswi ke tempat loker sekolah dengan menggunakan mantel karena cuaca yang dingin. Sementara Aggy tak memakai sesuatu seperti itu di tubuhnya. Padahal sebenarnya ia juga cukup kedinginan. “huatchii !!!”, Aggy menggesek-gesek hidungnya sambil memasukan sepatunya ke loker dan menutupnya kembali. Aggy berharap ini bukan tanda ia kena flu. Flu itu merepotkan. Semua yang namanya sakit memang merepotkan.

BUKH!!!

“ugh!”, Aggy hampir saja bermesraan dengan loker karena punggungnya di pukul seseorang dari belakang dengan begitu kuat. Dan Aggy berpikir siapa lagi yang berani melakukan ini padanya kalau bukan Kiyo. “WOI APA YANG—“

“ohayou!”

Dan dalam sekejap Aggy membatu melihat seseorang di belakangnya tersenyum sambil menyapanya. itu bukan Kiyo tapi LEDA!!!!!!

“haha…maaf, aku terlalu bersemangat. Kau tidak apa-apa?”, Tanya Leda sambil mengusap-usap punggung Aggy.  Mata Aggy sedikit melebar dari biasanya. Ia bisa merasakan telapak tangan ketua kelasnya di punggungnya. Dan itu membuat Aggy cukup tak bisa berkutik. Punggungnya benar-benar jadi peka.

Aggy bisa melihat ketua kelasnya pun memakai mantel berwarna coklat muda dengan sebuah payung transparan di sebelah tangannya. Dia benar-benar imut dengan penampilan seperti itu, pikir Aggy.

“kau tidak kedinginan? Haha”, sindir Leda melihat Aggy tanpa mantel.

“cis!”, Aggy mendengus. Ia melangkahkan kakinya berjalan meninggalkan ketua kelasnya yang sedang sibuk melepas sepatu dan menyimpan payungnya. Sepertinya sikap jaim Aggy tak kunjung hilang meski banyak ‘hal’ telah terjadi antara dia dan ketua kelasnya itu.

Hangatkan aku…

BLUSH!!!!!

Tiba-tiba wajah Aggy memerah dengan kata-kata di pikirannya sendiri. “apa yang kupikirkaaaaaaaan??!!”, rutuk Aggy pelan, ia semakin mempercepat langkahnya berharap tak ada orang yang menyadari perubahan warna wajahnya sekarang.

Leda segera menyusul Aggy berjalan mengikuti langkah anak laki laki itu, membuat Aggy sedikit kaku sekaligus heran. Setelah apa yang ia lakukan kemarin, Leda masih bisa bersikap seperti biasanya. Memperlakukan Aggy sama seperti sebelumnya. Tapi Aggy senang.  inilah yang Aggy suka darinya.

“kau sakit?”, Tanya Leda polos sambil menengok wajah Aggy yang berusaha Aggy sembunyikan.

“bu—bukan urusanmu!!”, Aggy memalingkan wajahnya dengan tampang jutek. Dan Leda hanya tersenyum simpul menanggapi sikap Aggy yang tidak berubah.

“ohayou!”, sapa Leda pada teman-teman sekelasanya saat ia memasuki kelas. Sedangkan Aggy langsung ngeloyor ke bangkunya dan segera mendudukan dirinya di sana.

“o-ohayou Leda-san”

“ohayou ketua kelas”

Leda sedikit terdiam melihat reaksi teman-temannya saat kedatangannya. Namun ia tak terlalu ambil pusing dan segera menduduki bangkunya menggantungkan tasnya di hanger samping meja. Leda mengeluarkan beberapa buku dan memasukannya ke kolong meja dimana ia biasa meletakannya sebelum pelajaran dimulai. Namun Leda menemukan sesuatu tergeletak di sana sebelum buku-bukunya. Seperti sebuah kertas kecil…

Memo.

Leda mengeluarkan benda itu dan melihat isi tulisannya.

Aku sudah menyebarkannya.

Leda kembali mendapatkan sebaris kata-kata yang entah itu karya siapa. Bibir Leda kembali mengembang tipis namun matanya terlihat sendu, Ia melipat-lipat kertas memo itu dan menggenggamnya kuat sambil menunduk dalam.


“hentikanlah kalian!!!! Jangan berbisik-bisik di belakang! Kalian benar-benar tidak sopan pada Leda-kun!”, Kanon tiba-tiba berdiri dari bangkunya dan mengeluarkan suara yang cukup keras. “jangan meributkan hal yang tak jelas darimana sumbernya! Lagipula kalian mengenal bagaimana ketua kelas kalian kan? Apa yang kalian ragukan darinya?!”, tambah Kanon masih dengan suara volume tinggi.

Mendengar nama Leda-nya disebut-sebut, telinga Aggy langsung standby.
Begitupun dengan sang pemilik nama.

Jadi bukan main-main ya…

Leda mengangkat wajahnya menoleh kearah Kanon yang sudah berdiri dari bangkunya.

“ayo tanyakan langsung kalau kalian benar-benar meragukannya!”, ujar Kanon sekali lagi. “apa kalian berani bertanya kalau Leda-kun seorang pembunuh? Apa kalian pikir seorang pembunuh bisa bersekolah berkeliaran seperti ini? disukai banyak orang? coba kalian pikirkan dengan kepala jernih!”

Seperti ada sesuatu yang menusuk dada kirinya. Aggy sedikit membelalakan matanya dengan apa yang Kanon katakan. Ia tak menyangka akan mendengar kata-kata kotor seperti itu disangkut pautkan dengan Leda-nya.

“aku tidak percaya sama sekali dengan rumor itu”, Sujk angkat bicara.

 “a-ano aku juga sebenarnya tidak percaya kok Kanon”, ujar salah seorang siswi.

“ah aku juga. Aku hanya merasa berita ini terlalu mengada-ada. Kupikir seseorang yang iri dengan ketua kelas yang menyebarkannya”, tambah seorang siswi lainnya.

Dan semua anak-anak saling membeberkan anggapan mereka. hampir semua mengakui kalau mereka tak mempercayai rumor yang entah darimana datangnya itu.

Aggy sedikit mendengus. Tentu saja hal seperti itu tidak mungkin. Yang benar saja. Darimana datangnya rumor sialan itu? siapa yang menyebarkan omong kosong macam itu tentang ketua kelasnya? Aggy berjanji jika ia menemukan siapa orangnya, dia akan sukarela memberinya tiket ke rumah sakit selama tujuh hari tujuh malam.

“benarkan? Karena itu ayo minta maaf pada Leda-kun karena kalian sudah tidak sopan berbisik-bisik di belakangnya!! “

“itu memang benar“

Kanon memalingkan wajahnya pada Leda, tak menyelesaikan kata-katanya. begitupun dengan anak-anak yang lain. dan Aggy.

“apa maksudmu Leda-kun?”, Tanya Kanon tak mengerti dengan maksud kata-kata Leda.

Leda mengangkat wajahnya menatap Kanon yang berdiri dari bangkunya. “aku pernah membunuh seorang teman ketika sekolah menengah”, ucap Leda membuat hampir semua teman-temannya melebarkan mata tak percaya.

“tu-tunggu! Leda-kun…kau sedang bercanda kan? Iya kan? Katakan kau sedang membuat lelucon! He? Ini tidak lucu sama sekali…”, Kanon memaksakan diri untuk tersenyum dan meyakinkan dirinya kalau apa yang ia dengar hanyalah candaan ketua kelasnya itu.

“tidak. Aku memang melakukannya..”, jawab Leda membuyarkan keyakinan sekertarisnya. “maaf. aku tidak pernah mengatakannya. Tapi aku rasa sekarang waktunya telah tiba kalian harus mengetahuinya….maaf”, Leda tersenyum mengatakan itu pada teman-teman sekelasnya. Dan ia menundukan kepalanya sebentar untuk menunjukan rasa bersalahnya. 

Kanon terduduk lesu di bangkunya dan Leda bisa merasakan pandangan ketakutan, terkejut, dan kecewa mengarah padanya. Leda tahu hal ini akan terjadi. Tapi ia ingin semua orang yang selalu menyukainya, menyayanginya, tahu bagaimana pribadi dirinya sebelum ini. dan jika itu terjadi akankah mereka tetap memperlakukannya sama?

Sepertinya tidak.

Dan Leda akan melihat pandangan-pandangan seperti dulu lagi.

“orang memang tidak bisa dilihat dari penampilan luarnya kan?”

“sebelumnya pernah terlibat perkelahian juga kan, jadi—“

Gret!

Aggy menggamit kerah seragam dua orang yang duduk di bangku di sampingnya yang asik berbisik-bisik. “berani bicara lagi, kuhabiskan gigi-gigi kalian!”, ancam Aggy.

“a-apa?”

“tapi itu memang benar kan?”

“KAU!!!!!!”, Aggy hampir menonjok wajah salah seorang dari dua anak itu namun Leda yang melihatnya segera menghentikannya.

“tidak apa-apa”, Leda menahan tangan Aggy dan berusaha menenangkannya. Dan Aggy tidak bisa lagi berkutik kalau sudah diberi senyuman maut itu.

Aggy tidak percaya.
Aggy tidak akan pernah mempercayai orang dengan senyuman selembut itu bisa menghilangkan nyawa seseorang. Itu hal yang mustahil sekalipun dia sendiri yang mengatakannya. Pasti ada kenyataan yang tersembunyi dan Aggy harus mengetahuinya.


@@@


BRAK!

Kiyo-sensei hanya mengerlip-ngerlipkan matanya melirik Aggy yang tiba-tiba kembali menggebrak meja gurunya.

Ada apa lagi sekarang?

“apa kau tidak bisa datang tanpa menyita perhatian guru-guru yang lain di sini? lihat! Mereka semua melihat ke arah kita”, ucap Kiyoharu santai.

“kau pasti tahu sesuatu”

Kiyoharu mengernyitkan dahinya, “sesuatu apa maksudmu?”

“masa lalunya! Katakan kalau semua yang mereka bicarakan adalah bohong!”

Sepertinya Kiyoharu mengerti masa lalu siapa yang Aggy maksud. Apa yang selalu anak itu khawatirkan tidak akan jauh-jauh dari ketua kelasnya.

“hm…pelankan suaramu ok?”, Kiyoharu menggeser sebuah bangku menyuruh Aggy duduk di sana. “ini tentang Leda kan? Ada apa dengannya?”, Tanya Kiyoharu baik-baik.

Aggy berusaha mengontrol emosinya yang entah kenapa meluap-luap sejak tadi pagi ia mendengar berita tentang ketua kelasnya itu. Aggy tidak bisa tenang sebelum mengetahui kenyataannya.  “dia pernah membunuh seorang siswa di sekolah SMP-nya dulu…”, ucap Aggy pelan. Ia tak berani menatap Kiyoharu karena kata-kata kotornya tentang ketua kelasnya. ini bukanlah sebuah pertanyaan ia ingin jawaban ‘ya’ atau ‘tidak’ dari Kiyo. “dia sendiri mengatakan kalau itu benar “, Ia hanya ingin mendapat jawaban kalau itu adalah bohong. Aggy tahu itu tidak benar. dan Aggy ingin mendengarnya dari seseorang yang Aggy percaya tahu semuanya dan tidak akan membohonginya.

“dari mana mereka mendapatkan berita itu?”

“katakan itu bohong!!”, Aggy tidak ingin basa-basi, ia hanya butuh jawaban kalau itu hanyalah bohong belaka.

Kiyoharu menyandarkan punggungnya ke sandaran kursinya sambil berpangku tangan menyerah, “kalau Leda sudah mengatakannya sendiri…..aku tidak bisa menutupinya”

Aggy mengangkat wajahnya dengan kedua mata melebar sempurna mendengar dua kata dari Kiyoharu. “apa maksudmu?”, emosi Aggy mulai kembali ke permukaan dan refleks ia menggamit kerah kemeja Kiyoharu membuat guru-guru yang lain tersita perhatiannya.

“aku katakan itu benar….Aggy”, Kiyoharu melepaskan gamitan tangan Aggy di kerah bajunya, “aku tidak terlalu tahu detailnya tapi akan kuceritakan padamu apa yang ku keketahui…”


@@@


Leda membasuh wajahnya di wastafel toilet sekolah, melihat pantulan wajahnya di cermin besar itu. dan bayangan-bayangan perubahan sikaf teman-temannya di kelas bermunculan di memorinya, meski beberapa orang diantara mereka masih ada yang tetap memperlakukannya seperti biasa, --seperti Kanon dan Sujk--. Leda tahu akan seperti ini dan dia berusaha menerimanya. Tapi mengalaminya langsung lebih menyakitkan daripada ia hanya membayangkan sikap mereka berubah. Tapi Leda berpikir… orang sepertinya memang tidaklah pantas disukai, inilah yang pantas untuknya.

Drrrtttt…

Private number…

“hai, moshi-mos—“

‘konnichiwa…. iinchou-sama!!’

Leda sedikit terkejut dengan nada suara selengean orang di line teleponnya.
“siapa?”

‘siapa? Kau tidak mengenaliku?’

“siapa ini?”, Tanya Leda sekali lagi dengan sedikit tekanan pada suaranya. Sempat terlintas di kepala Leda kalau orang di line teleponnya ini adalah orang yang sama dengan orang yang mengiriminya memo-memo dan email misterius itu.

‘ck! benar-benar tidak mengenaliku rupanya haha…baiklah, jika kau mau tahu datanglah ke lapang X sekarang! dan kita sedikit bermain-main, bagaimana?’

“maaf, aku tidak punya waktu untuk bermain-main”, Leda hendak mematikan sambungan teleponnya namun…

‘Juri !’

DEG!!!

Ada sesuatu yang menendang dada Leda dan mendadak tangannya seperti melemah, “A-apa?”



To@be@Continued



\(^0^)/ Yokatta naaaa!!!
Akhirnya nyampe juga ke sini…(kirain gak akan nyampe2 LOL)
Tapi dengan ini berarti tinggal beberapa chap lagi… semoga cepat selesai ya. saia sendiri capek ~~~~ kapan ini selesaianya? LOL~ (dari pertengahan 2010 aja si…sekarang tahun 2012 udah mau berakhir lagi… --__--a) gomen kalo ngalor ngidul dan ngasal DX ini beberapa kali perombakan di beberapa bagian!!! Sumpah bikin pusing -_- pas mau publish eh! ‘mendingan bagian ini gini deh’ mau publish, ‘eh yang ini gak inilah gak itulah’ GROOOOOAAARRRRR!!!!!! jadi sampai saat inipun rada ragu mau publish… takutnya ada yang gak pas lagi.

Tapi tapi tapi saia berteeeeeeerimakasih pada yang sudah setia(?) maksudnya masih inget aja sama fic ini meskipun suka telat banget updatenya wkwkwk gomen dan sankyuuu XD

Sudah ada pencerahan sama masa lalu neng ledong ya? saia mah pengen cepet-cepet bongkar abis da itu teh tapi belum waktunya waeeee mudah2an chap depan DX
dan saia sudah janji mau munculin nama JURI di beberapa chap sebelum tamat kan wkwkwk XD

Jaa~ah *ngilang*


No comments:

Post a Comment