Author : Rukira Matsunori
Rated : T+ (haha..)
Genre : AU/ romance/ school/ BL
Fandom: DELUHI.. *sisanya gak penting (plak)*
Pairing: AggyXLeda *gyaa~*
Chapter : 11
Warning : - (?)
Summary : forbidden fruit is sweetest....
perasaanku padamu adalah sebuah dosa. Namun terasa begitu manis
Length : 17 pages ms.Word ( 4.850 words)
Note : hai…ohishashiburi ne XD *dijotos*
Kiyoharu berdiri di depan kelasnya sambil berpangku tangan
meliarkan pandangan pada satu persatu anak-anak didiknya. “selamat karena
penampilan kelas kita mendapat banyak perhatian para juri karena KISSU
SCENE-nya yang REAL”, Kiyoharu menekankan kata-katanya pada kata ‘kissu scene’
dan ‘real’ sambil tersenyum renyah membuat murid-muridnya menelan ludah paksa
karena sepertinya wali kelasnya itu sedang pemanasan untuk mengamuk(?). kelas
mereka mendapat cukup banyak kritikan tadi karena tindakan Sujk yang diluar
rencana. Para juri mengatakan mereka bisa saja menjadi juara satu kalau tidak
ada pengurangan nilai untuk kiss scene itu. karena itu kelas Kiyoharu harus
puas dengan hanya menjadi juara harapan ke dua pada pementasan drama ini.
“gomen sensei”, ucap Sujk lantang sambil berdiri dari bangkunya.
Sebenarnya Sujk sudah beberapa kali minta maaf sejak pentas drama itu selesai
tapi sepertinya ia masih merasa bersalah dengan tindakannya itu yang… diluar
kehendak?, “saya benar-benar minta maaf! itu salah saya”, Sujk membungkukan
badannya dalam.
“ah saya juga sensei”, Leda ikut berdiri dari bangkunya dan ikut
membungkukan badannya karena merasa tak enak hanya melemparkan kesalahan pada
Sujk.
“apa-apaan itu? apa kalian sudah merencanakannya berdua hah?”
“ti..tidak! Leda-san tidak bersalah… saya yang salah, tidak ada
hubungannya dengan Leda-san. Jika mau hukum saja saya sensei”, Sujk berusaha
keras meyakinkan.
“tidak.. Sujk-kun..”
BRAK!!
Perhatian semua murid yang semula menjadi milik Leda dan Sujk kini
teralih ke belakang kelas dimana seorang anak laki-laki tiba-tiba menggebrak
mejanya karena merasa tidak nyaman dengan keadaan di kelas itu.
“tidak sopan sekali kau Aggy”, ujar Kiyoharu datar.
“cis!”, Aggy memalingkan wajahnya kearah jendela, kembali duduk di
bangkunya dengan raut wajah kesal. Aggy benar-benar terusik dengan dialog Sujk
dan ketua kelasnya yang sama-sama saling membela, itu memuakan bagi Aggy dan ia
ingin menghentikannya.
“baiklah anak-anak, terimakasih atas kerja keras kalian.. meski
akhirnya kita tidak mendapatkan juara 1 tapi setidaknya juara harapan masih
bagus daripada tidak dapat sama sekali haha walau bagaimana pun kalian telah
berusaha aku ucapkan terimakasih”
“sama-sama sensei”
“Dan Sujk.. juga Leda? “, Kiyoharu menunjuk kedua muridnya itu. “kalian
mau hukuman apa dariku?”, Tanya Kiyoharu dengan seringaian jahilnya.
“te… apa? Leda-san tidak usah kan sensei?”. Protes Sujk
“tidak apa-apa”, Leda tersenyum dengan masih menggunakan make-up, gaun dan rambut palsu itu dengan manisnya kearah Sujk membuat Sujk diam.
“tidak apa-apa”, Leda tersenyum dengan masih menggunakan make-up, gaun dan rambut palsu itu dengan manisnya kearah Sujk membuat Sujk diam.
BRAK!!
Lagi-lagi semua dikagetkan dengan suara meja yang didorong dengan
kaki di arah belakang kelas sana.
Kiyoharu menatap Aggy datar, lalu mengabaikannya. “baiklah, kalian
bisa berganti kostum kalian masing-masing sekarang… ceramah selesai”, Ujar
Kiyoharu sesaat sebelum ia pergi ke ruang guru. Dan semua anak-anak pun
berhamburan menuju ke ruang ganti meski beberapa ada yang memilih untuk
menggantinya di kelas.
“ah bagaimana cara membersihkan ini?”, Tanya Leda pada Kanon sambil
mengusap-usap make-up di wajahnya.
“dibersihkan saja pakai air Leda-kun tapi itu memang sedikit sulit
karena waterproof”, Kanon kemudian tertawa kecil, “mau aku bersihkan?”, Tanya
Kanon sambil tersenyum.
“aa,, ah tidak usah.. biar aku lakukan sendiri, arigatou”, Leda
segera menuju keluar kelas menuju toilet. Kanon hanya tersenyum
menggeleng-gelengkan kepalanya. “rasanya iri juga Leda-kun lebih cantik
dariku”, gumamnya sambil sedikit cemberut, namun kemudian ia tertawa kecil
dengan kata-katanya sendiri.
Sujk berdiri dari bangkunya dan tanpa sengaja tubuhnya menyenggol
Aggy yang sedang berjalan menuju keluar. “ah sumimasen”, Ucap Sujk spontan
Aggy hanya menatapnya datar lalu kembali melanjutkan perjalanannya
keluar kelas setelah sengaja menabrakkan bahunya ke bahu Sujk membuat Sujk
membatu.
@@@
Leda mengusap wajahnya dengan handuk kecil yang ia bawa, kembali
melihat cermin di wastafel memperhatikan wajahnya sendiri yang masih belum
sempurna tanpa make up. Masih ada sedikit sisa-sisa make up di sana, di pipi
dan kelopak matanya. Itu membuat Leda merengut karena dirinya terlihat
benar-benar aneh dalam keadan seperti itu.
Tanpa sadar Leda melihat bibirnya sendiri, bibir dengan warna merah
bibir pekat, bukan karena masih tersisa lipstick di sana tapi efek gesekan
tangannya karena menghapus noda lipstick tadi. Leda tersenyum kecut mengingat
bibirnya itu pernah menjadi korban keganasan teman sekelasnya bernama Aggy dan…
anak yang Leda anggap begitu lugu, Sujk. Leda tahu ia tak sengaja melakukannya,
tentu saja! Memangnya apa alasan Sujk harus sengaja melakukan itu?
Leda sedikit menundukan wajahnya dengan kedua tangan menumpu ke
wastafel di depannya, sedikit tersenyum getir dan ia kembali menyalakan keran
air lalu membasahi seluruh wajahnya, kembali menghadap cermin dan sisa-sisa
make-up itu masih saja tertempel di tempat-tempat tertentu di wajahnya. Leda
hanya berpikir, jadi wanita itu merepotkan ya.
Leda menghela nafas menyerah, ia kembali mengusap wajahnya dengan
handuk dan mata bening itu sedikit melebar saat melihat pantulan sosok ‘teman
lamanya’ di cermin tepat di belakang pantulan dirinya, berdiri dengan
seringaian khasnya.
“lihat dirimu Yu-to… kau benar-benar seorang banci sekarang”, sosok
itu melangkah maju mempersempit jaraknya dengan laki-laki adik kelasnya itu. “siapa
anak lawan mainmu di panggung tadi? Kau punya hubungan dengannya? hahah”, laki-laki itu tertawa meremehkan,
memangku kedua tangannya di dada menatap bayangan dirinya dan adik kelasnya itu
di cermin, “aku tidak menduga kau juga ternyata sama dengan ‘anak itu’, jangan
jangan tanpa sepengetahuanku dulu kau juga punya perasaan padanya hah?”, Syu mengangkat
dagu Leda memperhatikan wajah adik kelas kesayangannya yang semenjak tadi hanya
memperlihatkan tatapan sinis terhadapnya, “hm~ luar biasa ya.. pantas anak itu
tergila-gila padamu , ck!”
refleks Leda menepis tangan Syu, menyingkirkannya dari wajahnya.
“cukup dengan anak itu anak itu!”, ucap Leda dengan tatapan tegas.
Syu hanya menyunggingkan senyum tipis masih meremehkan, “kenapa?
Apa harus kusebut namanya?”
Leda terdiam beberapa saat. Dia hanya tak suka Syu menyebut-nya
dengan ‘anak itu’ seakan dia tak punya nama, tapi bukan berarti Leda ingin
nama-nya disebut-sebut. Karena itu hanya akan membuatnya kembali
mengingat dan menyakiti perasaannya. “aku ingin kau berhenti mengungkitnya”
“hmm~ kau pernah dihantui olehnya? Haha… pernah ya? makanya kau
jadi pengecut hahah…”
“Syu…..kau yang melakukan itu kan?”, tanya Leda tiba-tiba.
“he? Apa itu?”, Syu menghentikan tawanya dan balik bertanya.
“mengirimiku memo dan merusak property drama kelasku”, jawab Leda
dengan penuh keyakinan.
“memo?”
“apa kau tidak merasa malu dengan melakukan hal seperti ini?”, Leda
memperlihatkan sebuah memo kecil di telapak tangannya yang baru ia rogoh dari
saku celananya.
Syu terlihat membaca tulisan di memo itu dan terdiam sejenak lalu
ia kembali tertawa, “ ‘kotoran yang cantik itu kau’ hahaha… kata-kata
yang cocok denganmu! Siapa orang yang melakukan ini? aku akan memberinya
tamparan di kepalanya sebagai pujian”, dan Syu kembali dengan tawanya.
“aku tahu hanya kau yang bisa melakukan ini….”
“ckck…apa itu lelucon? Kau pikir aku orang yang akan melakukan hal
tidak berguna seperti itu? cih! Aku tidak perlu membuat memo tidak berguna
seperti itu untuk menerormu. Akan kukatakan secara langsung di depan wajahmu”,
Syu kembali meraih wajah Leda menekan kedua pipi putihnya dengan jari-jari satu
tangannya .” kotoran yang cantik “
“…..”
GREP!!
Tangan Syu tiba-tiba dilepas paksa dari wajah Leda oleh sebuah
tangan lain yang tiba-tiba muncul.
“Aggy!”, seru Leda sedikit terkejut melihat pergelangan tangan Syu
kini sudah di genggaman tangan teman sekelasnya itu. “Aggy..apa yang kau—“
Syu melepaskan tangannya dari genggaman Aggy dengan kasar, “siapa
kau?”, Tanya Syu sinis. Dia benar-benar tidak senang dengan kehadiran orang
yang tidak dikenalnya itu.
“dia teman sekelasku”, jawab Leda cepat sedangkan Aggy hanya
memasang wajah tanpa ekspresi masih setia menatap Syu.
“hm…teman sekelas”, ujar Syu memandang remeh Aggy. “atau
jangan-jangan dia ‘sesuatu’ yang sama seperti ‘anak itu’ “, Aggy sedikit
mengangkat sebelah alisnya mendengar dirinya dikatakan sebagai ‘sesuatu’,
“sepertinya kau benar-benar dikelilingi oleh makhluk-makhluk seperti ini ya?
mungkin kau punya semacam pheromone memikat hati sesama jenismu Yu-to..”, ucap
Syu asal sambil menyeringai mengalihkan padangannya pada Leda.
“Aggy tidak—“
“apa yang kau bicarakan? Dan siapa kau?”, potong Aggy masih dengan ekspresi datarnya. Ia
benar-benar merasa asing dengan orang yang ada di hadapannya. Dia tidak pernah
melihat orang itu berkeliaran di sekolah ini sebelumnya.
“he? Aku? bagaimana kalau kau tanyakan saja padanya!”, Syu
menggunakan bola matanya untuk mengisyaratkan kalau orang yang ia maksud adalah
Leda.
“dia adalah…”
“aku adalah kekasihnya hahah”
Kedua mata Leda refleks mengarah pada kakak kelasnya itu, “kau—“
“ckck…”, Syu hanya terkikik melihat wajah datar Aggy yang tiba-tiba
berubah dipenuhi dengan emosi. “sudah kuduga…”, gumamnya pelan. Matanya
mengalih pada Leda di sampingnya, “kau benar-benar dapat hukuman dari anak
itu ya”, Syu setengah berbisik di telinga Leda membuat Aggy panas.
“baiklah…sampai jumpa Yu-to, ayo bertemu diam-diam lagi kapan-kapan”, ucap Syu
sambil menyeringai jahil mengacak-acak rambut Leda seakan sengaja membuat Aggy
semakin mengepal kedua telapak tangannya kuat.
Dan Syu telah lenyap dari tempat itu. meninggalkan dua makhluk yang
entah kenapa saling canggung.
“…..”, Leda yang mengetahui Syu sedang mempermainkan Aggy tidak
bisa berkata-kata apalagi saat ia sendiri menyadari perubahan ekspresi Aggy
setelah Syu mempermainkannya tadi. Naïf jika Leda memungkiri ia tak mengerti
perasaan Aggy saat itu. dan perasaan Aggy terhadapnya. “a-ano…kau mau ke
toilet?”, Leda berusaha menunjukan ekspresi wajahnya sebiasa mungkin dan
setengah tersenyum menunjuk toilet di sampingnya dengan jempol bertanya pada
Aggy. Namun tak ada jawaban atau anggukan dari Aggy. Tak ada gerakan sama
sekali. “kalau begitu aku duluan ke kelas”, Leda menepukan telapak tangannya ke
lengan atas Aggy dan berjalan melewati anak laki-laki itu.
Grep!
Langkah Leda terhenti ketika ada sebuah lengan yang menahan
perutnya untuk tidak berjalan lebih jauh darinya. “A-Aggy…”, panggil Leda
sedikit was-was.
“kau mempunyai hubungan seperti itu dengan orang tadi?”, Tanya Aggy
langsung ke akarnya.
“h-HE???!! Tentu saja tidak haha…dia hanya bercanda. Dia hanya
kakak kelasku dulu ketika masih SMP….itu tidak mungkin ka—“, Leda mengehentikan
kata-katanya. “maksudku…aku tidak seperti it—“, dan sekali lagi Leda mengerem
mulutnya mendadak. “a-ano aku…haha itu… dia bukan orang semacam itu”
Apa yang berulang-ulang kukatakan???!!!
Leda berteriak dalam hati.
“benarkah?”
“tentu saja haha…”, Leda memaksakan diri untuk tersenyum. Dan dalam
beberapa saat saja ia dapat melihat wajah Aggy melembut.
Aggy senang ketika dia mengatakan ‘dia bukan orang seperti itu’.
Jika ada kenyataan Leda menyukainya, Aggy tidak ingin itu karena Leda adalah
seorang gay. Ia ingin Leda hanya menyukainya. seperti yang Aggy rasakan
terhadapnya. Aggy sama sekali tidak tertarik dengan laki-laki jika itu bukan
ketua kelasnya. Aggy hanya menyukai ketua kelasnya.
Perlahan Aggy mendekatkan kepalanya ke bahu ketua kelasnya, “syukurlah…”,
ucap Aggy pelan di samping kepala Leda dan itu membuat Leda sedikit merinding
karena Leda bisa merasakan nafas Aggy di leher bagian sampingnya.
“a-apa itu haha…”, Leda segera mendorong tubuh Aggy pelan membuat
pegangan Aggy di perutnya terlepas. “kau tidak mau kembali ke kelas sekarang?”,
Tanya Leda basa-basi masih sedikit gugup. Mendadak atmosfer di sekitarnya jadi
terasa berbahaya.
Aggy tidak menjawab pertanyaan Leda. Anak laki-laki itu hanya
menatap ketua kelasnya. “Aggy? Kalau begitu aku—“
Sebelum Leda sempat melangkahkan kaki pertaamanya, Aggy kembali
menarik lengan Leda membawanya mendempet ke pintu toilet di sampinganya. “a-apa
yang—“
“dia menyentuhmu!”
“he?”
“aku melihatnya menyentuh wajahmu”
“heeee? Apa maksudmu Aggy?”, Leda mulai panik.
Aggy menyentuh pipi putih ketua kelasnya lalu mendekatkan wajahnya
ke telinga Leda, “dan kau membiarkan anak itu menciummu di depan semua orang!”,
bisiknya pelan.
Benar. Aggy masih tidak bisa menerima kejadian di atas panggung itu.
ia tidak ingin ada seorangpun menyentuhnya, terutama laki-laki……TIDAK BOLEH!
“i-itu….aku rasa Sujk tidak sengaja melakukanya haha…lagipula yang
seperti itu bukan apa-apa”, Leda berusaha tertawa. itu memang hanyalah hal yang
tidak perlu dibesar-besarkan, karena memang sepertinya Sujk tidak sengaja.
Aggy menyentuh bibir ketua kelasnya, “ ‘yang seperti itu…bukan
apa-apa’ ?”, gumam Aggy. “jadi bukan apa-apa jika aku melakukannya?”
Dan kedua mata Leda membulat dengan sempurna. Dia tidak pernah
menyangka Aggy akan dengan terang-terangan mengatakan hal seperti itu.
“Aggy…apa maksudmu?”, Tanya Leda ragu. Namun Leda tak mendapatkan jawaban
apapun dari orang yang ditanyainya, Leda hanya melihat Aggy semakin mendekatkan
wajahnya membuatnya malah semakin panik. “tu-tunggu! Aggy… aku tidak mau—“,
Leda mendorong dada Aggy menjauh darinya. Dan Leda sedikit merasa terkejut saat
kedua telapak tangannya menempel di dada Aggy ia bisa merasakan sesuatu begitu
keras membentur dada Aggy dari dalam sana. Leda menatap Aggy dan yang ia lihat
Aggy sedikit menundukan kepalanya dengan sebelah tangan menutupi kedua matanya
sedangkan satu tangannya masih menumpu ke permukaan pintu toilet yang menjadi
sandaran Leda.
Aggy mulai tersenyum dan ia terkekeh pelan. “ini konyol !! “, ucap
Aggy masih dengan sebelah telapak tangan menutupi kedua matanya. Aggy merasa
ini akan mulai jadi berbahaya. Dia tak bisa lagi mengendalikannya. Aggy seperti
sudah merasa tak sungkan atau menakuti apapun lagi untuk menunjukan perasaan
apa yang bersarang di dadanya selama ini. dan Ini benar-benar berbahaya.
“Aggy..?”, Leda masih bisa merasakan benturan itu di telapak
tangannya.
“MINGGIIIRRRRR!!!!!!!”, tiba-tiba suara seorang perempuan yang
sudah sangat Aggy kenal seperti mendengung di telinganya. Aggy refleks menutupi
telinga bagian kirinya dan segera menoleh ke samping siapa orang yang sudah
dengan sengaja meneriakinya tepat di depan telinganya.
“Wakeshima-san? Apa yang kau lakukan?”, Tanya Leda terkejut melihat
sekertarisnya itu berdiri diantara mereka. “i-ini toilet pria!!”
“aku tahu. aku hanya khawatir kenapa Leda-kun lama sekali hanya
untuk sekedar membersihkan make-up. Jadi kupikir itu sulit dibersihkan , jadi
aku ingin membantumu”, jawab Kanon seadanya.
“apa kau tidak takut bagaimana kalau seandainya ada siswa yang
sedang buang air di sini”, Leda benar-benar mengkhawatirkan sikap gegabah
sekertarisnya itu.
“tapi tidak ada kan! Sekarang ayo kita ke kelas Leda-kun!”, Kanon
menarik pergelangan tangan Leda dan mengajaknya keluar meninggalkan Aggy
setelah sebelumnya sedikit mendelik Aggy ganas.
“……”
Dan sekali lagi Kanon mengganggu saat-saat berharga Aggy. Jarang
sekali Aggy bisa berdua dengan ketua kelasnya dan setiap moment itu seperti
selalu Kanon yang mengganggunya. (Aggy hampir melupakan anggapannya tentang
mereka yang sepasang kekasih) Namun entah kenapa kali ini ia merasa bersyukur
gadis itu datang. Karena jika tidak, entah apa yang bisa Aggy lakukan pada
ketua kelasnya. dan Aggy sendiri tak menginginkan itu.
“sial..! aku tak punya kendali seperti dulu lagi…”, umpat Aggy
sedikit meninju pintu toilet.
@@@
Kret.
Cklek.
Leda menutup kembali pintu dan segera menyalakan lampu ruangan
apato kecilnya. Ia meletakan tas sekolahnya dan segera menjatuhkan tubuhnya di
atas tempat tidur. Sejenak menghela nafasnya lalu ia melirik jam tangan yang
selalu setia melingkar di pergelangan tangannya.
Pukul 00:24 am.
Leda meletakkan lengannya di atas keningnya sambil menerawang
melihat langit-langit apatonya yang sedikit err~ bobrok. Sebenarnya tidak
separah itu, tapi setiap di luar hujan, pasti ada air yang lolos jatuh ke
permukaan lantai. Dan ada beberapa noda menguning bekas air di sana.
“sepertinya memang harus segera diperbaiki”, keluh Leda. Ia segera
membangunkan tubuhnya dan berjalan kearah lemari pakaian. Membuka seragamnya
dan menggantinya dengan T-shirt hitam dan celana training. Namun tiba-tiba
mendadak perutnya bergemuruh(?)
“err…aku lupa belum memberimu makan ya?”, ucap Leda sambil
menepuk-nepuk perutnya. Ia segera berjalan ke dapur dan mencari sesuatu apa
yang bisa dimakan. Namun di sana benar-benar kosong. Gaji kerja sambilannya di
mini market keluar masih seminggu ke depan lagi, dan uang bulan lalu telah
ludes. Sebenarnya jika itu hanya ia pake untuk kehidupan sehari-harinya mungkin
masih cukup untuk seminggu atau dua minggu ke depan. Tapi Leda membayarkannya
untuk iuran sekolah. Padahal paman Leda sudah mengatakan bahwa ia akan
menanggung semua biaya sekolahnya namun Leda merasa tidak enak dengan itu jadi
kadang ia membantunya. “besok aku makan apa?”
Drrrrttt…
Drrrrttttt….
Leda segera berlari ke arah tempat tidurnya mendengar ponselnya
bergetar. Dan ia tersenyum ketika melihat nama ‘Ojichan’ berkelap-kelip di
layar ponselnya.
“Moshi-moshi…paman?”
‘Leda! Kau baik-baik saja?’, suara seorang laki-laki berumur 40
tahunan itu terdengar sedikit khawatir.
“iya, aku baik-baik saja. Bagaimana dengan paman?”, Tanya Leda
balik. Ini adalah telepon pertama pamannya di bulan ini. karena sepertinya sang
paman yang bekerja sebagai seorang karyawan sebuah kantor kecil begitu sibuk
hingga tidak bisa sering-sering menghubunginya.
‘syukurlah. aku selalu baik. Akhir-akhir ini paman merasa sedikit
khawatir denganmu, bagaimana dengan sekolahmu? Kerja sambilanmu?’
“haha iya sekolahku baik-baik saja. Aku tidak jadi dikeluarkan. Ada
orang baik yang menyelamatkanku paman haha..”
‘benarkah? Siapa itu?’
“emm.. orang tua teman yang terlibat perkelahian bersamaku waktu
itu”, ucap Leda sambil tersenyum.
Iya, Leda benar-benar merasa berhutang budi karena itu. mungkin itu
juga salah satu dari beberapa alasan kenapa ia tak bisa membenci Aggy.
‘syukurlah ada orang seperti itu….karena itu jangan pernah lakukan
itu lagi, ambilah ini sebagai pelajaran . kau mengerti!’
“aku tahu. maaf sudah membuatmu khawatir. Tapi aku baik-baik saja
sekarang. sebaiknya paman perdulikan kondisi kesehatan paman saja”
‘aku memang sudah tua tapi kau tak perlu memberi tahuku’
“haha… iya”
‘ya sudah. Ini sudah malam cepatlah tidur! Kau baru pulang kerja
kan? dan jaga kesehatanmu juga. Jangan berkelahi untuk hal yang tidak penting!
Ingat itu!’
“aku mengerti haha…”
Dan line teleponnya terputus.
Leda memandangi layar ponselnya dan sedikit tersenyum getir. Dia
punya seorang paman yang selalu mengkhawatirkannya. Paman yang selalu ia
sulitkan ketika dulu. tapi Leda telah menyesalinya. Leda tak ingin lagi
mengulangi itu.
“hoaaaaahmm…”, Leda mengucek-ucek matanya yang terasa mulai berat. namun
sebuah icon message kecil yang terpampang di layar ponselnya menarik perhatian
Leda. Sepertinya ada sebuah email masuk saat ia masih di jam kerja tadi hingga
ia tak sempat membukanya.
Subject : apa kabar cantik?
Leda mengernyitkan dahinya.
Kuharap kau segera mati.
Dan Leda sedikit terkejut dengan isi email dari alamat yang tak ia
kenal itu. siapa orang yang berani mengiriminya pesan seperti ini?
Siapa di sana?
Leda membalas email itu segera setelah membacanya. Namun beberapa
saat ia menunggu tak ada email balasan masuk ke ponselnya. Tentu saja. Ini
sudah jam satu pagi. Sepertinya si pengirim telah terlelap di jam segini. Dan
dengan rasa sedikit penasaran Leda menjatuhkan tubuhnya di atas tempat tidur
dan mulai menerka-nerka siapa orang yang mengiriminya pesan itu. tapi yang
muncul dipikiran Leda hanya Syu.
“Aku tidak perlu membuat memo tidak berguna seperti itu untuk
menerormu. Akan kukatakan secara langsung di depan wajahmu”
Tapi Leda tahu Syu bukanlah orang ‘iseng’ yang akan melakukan
hal-hal seperti itu. saat dia membenci seseorang dia akan mengatakan langsung
di depan wajah orang itu dan dia paling tidak suka dengan istilah pengecut,
tindakan meneror seseorang dengan cara seperti ini bukanlah gaya Syu. dan
mengenai memo juga yang merusak property drama…Leda memang sedikit ragu kalau
itu dia yang melakukannya. Leda menyakini hanya dua orang yang tahu masa
lalunya di kota Tokyo ini , dan itu adalah Syu juga wali kelasnya. kalau bukan
Syu…?? tidak mungkin Kiyo-sensei melakukan ini!!
Leda terus memikirkan hal itu berulang-ulang sampai kepalanya
terasa berputar dan akhirnya ia terlelap karena terlalu lelah.
Esok paginya….
Leda kembali menerima email dari orang misterius itu.
Subject : Selamat pagi…sayang.
Kedokmu akan kubongkar sekarang.
Leda kembali dikejutkan dengan isi dari email misterius itu. Leda
masih tak tahu siapa orang yang mengiriminya pesan-pesan seperti ini tapi kali
ini Leda sedikit tersenyum getir membaca sebaris kata-kata itu. jika ini hanya
keisengan orang yang tak bertanggung jawab dengan kata-katanya Leda bersyukur,
tapi jika orang ini serius dengan kata-katanya Leda tidak bisa mencegahnya.
Leda akui ia takut selama ini orang-orang disekitarnya yang menyayanginya
mengetahui masa lalunya. Tapi Leda tak bisa menghindari karena suatu saat hal
itu pasti akan terjadi juga.
.
@@@
Aggy menutupi mulutnya yang terbuka lebar karena menguap. Pagi ini
ia benar-benar merasa sangat ngantuk. Udara di luar sedikit mendung dengan
beberapa titik air hujan berjatuhan. membuat siapa saja ingin kembali menarik
selimutnya dalam keadaan seperti itu. namun Aggy bisa melawan keinginan seperti
itu dan terpaksa berangkat ke sekolah.
Aggy melihat banyak berdatangan siswa-siswi ke tempat loker sekolah
dengan menggunakan mantel karena cuaca yang dingin. Sementara Aggy tak memakai
sesuatu seperti itu di tubuhnya. Padahal sebenarnya ia juga cukup kedinginan.
“huatchii !!!”, Aggy menggesek-gesek hidungnya sambil memasukan sepatunya ke
loker dan menutupnya kembali. Aggy berharap ini bukan tanda ia kena flu. Flu
itu merepotkan. Semua yang namanya sakit memang merepotkan.
BUKH!!!
“ugh!”, Aggy hampir saja bermesraan dengan loker karena punggungnya
di pukul seseorang dari belakang dengan begitu kuat. Dan Aggy berpikir siapa
lagi yang berani melakukan ini padanya kalau bukan Kiyo. “WOI APA YANG—“
“ohayou!”
Dan dalam sekejap Aggy membatu melihat seseorang di belakangnya
tersenyum sambil menyapanya. itu bukan Kiyo tapi LEDA!!!!!!
“haha…maaf, aku terlalu bersemangat. Kau tidak apa-apa?”, Tanya
Leda sambil mengusap-usap punggung Aggy.
Mata Aggy sedikit melebar dari biasanya. Ia bisa merasakan telapak
tangan ketua kelasnya di punggungnya. Dan itu membuat Aggy cukup tak bisa berkutik.
Punggungnya benar-benar jadi peka.
Aggy bisa melihat ketua kelasnya pun memakai mantel berwarna coklat
muda dengan sebuah payung transparan di sebelah tangannya. Dia benar-benar imut
dengan penampilan seperti itu, pikir Aggy.
“kau tidak kedinginan? Haha”, sindir Leda melihat Aggy tanpa
mantel.
“cis!”, Aggy mendengus. Ia melangkahkan kakinya berjalan meninggalkan
ketua kelasnya yang sedang sibuk melepas sepatu dan menyimpan payungnya.
Sepertinya sikap jaim Aggy tak kunjung hilang meski banyak ‘hal’ telah terjadi
antara dia dan ketua kelasnya itu.
Hangatkan aku…
BLUSH!!!!!
Tiba-tiba wajah Aggy memerah dengan kata-kata di pikirannya
sendiri. “apa yang kupikirkaaaaaaaan??!!”, rutuk Aggy pelan, ia semakin
mempercepat langkahnya berharap tak ada orang yang menyadari perubahan warna wajahnya
sekarang.
Leda segera menyusul Aggy berjalan mengikuti langkah anak laki laki
itu, membuat Aggy sedikit kaku sekaligus heran. Setelah apa yang ia lakukan
kemarin, Leda masih bisa bersikap seperti biasanya. Memperlakukan Aggy sama
seperti sebelumnya. Tapi Aggy senang.
inilah yang Aggy suka darinya.
“kau sakit?”, Tanya Leda polos sambil menengok wajah Aggy yang
berusaha Aggy sembunyikan.
“bu—bukan urusanmu!!”, Aggy memalingkan wajahnya dengan tampang
jutek. Dan Leda hanya tersenyum simpul menanggapi sikap Aggy yang tidak
berubah.
“ohayou!”, sapa Leda pada teman-teman sekelasanya saat ia memasuki
kelas. Sedangkan Aggy langsung ngeloyor ke bangkunya dan segera mendudukan
dirinya di sana.
“o-ohayou Leda-san”
“ohayou ketua kelas”
Leda sedikit terdiam melihat reaksi teman-temannya saat
kedatangannya. Namun ia tak terlalu ambil pusing dan segera menduduki bangkunya
menggantungkan tasnya di hanger samping meja. Leda mengeluarkan beberapa buku
dan memasukannya ke kolong meja dimana ia biasa meletakannya sebelum pelajaran
dimulai. Namun Leda menemukan sesuatu tergeletak di sana sebelum buku-bukunya.
Seperti sebuah kertas kecil…
Memo.
Leda mengeluarkan benda itu dan melihat isi tulisannya.
Aku sudah menyebarkannya.
Leda kembali mendapatkan sebaris kata-kata yang entah itu karya
siapa. Bibir Leda kembali mengembang tipis namun matanya terlihat sendu, Ia
melipat-lipat kertas memo itu dan menggenggamnya kuat sambil menunduk dalam.
“hentikanlah kalian!!!! Jangan berbisik-bisik di belakang! Kalian
benar-benar tidak sopan pada Leda-kun!”, Kanon tiba-tiba berdiri dari bangkunya
dan mengeluarkan suara yang cukup keras. “jangan meributkan hal yang tak jelas
darimana sumbernya! Lagipula kalian mengenal bagaimana ketua kelas kalian kan?
Apa yang kalian ragukan darinya?!”, tambah Kanon masih dengan suara volume
tinggi.
Mendengar nama Leda-nya disebut-sebut, telinga Aggy langsung
standby.
Begitupun dengan sang pemilik nama.
Jadi bukan main-main ya…
Leda mengangkat wajahnya menoleh kearah Kanon yang sudah berdiri
dari bangkunya.
“ayo tanyakan langsung kalau kalian benar-benar meragukannya!”,
ujar Kanon sekali lagi. “apa kalian berani bertanya kalau Leda-kun seorang
pembunuh? Apa kalian pikir seorang pembunuh bisa bersekolah berkeliaran seperti
ini? disukai banyak orang? coba kalian pikirkan dengan kepala jernih!”
Seperti ada sesuatu yang menusuk dada kirinya. Aggy sedikit
membelalakan matanya dengan apa yang Kanon katakan. Ia tak menyangka akan
mendengar kata-kata kotor seperti itu disangkut pautkan dengan Leda-nya.
“aku tidak percaya sama sekali dengan rumor itu”, Sujk angkat
bicara.
“a-ano aku juga sebenarnya
tidak percaya kok Kanon”, ujar salah seorang siswi.
“ah aku juga. Aku hanya merasa berita ini terlalu mengada-ada.
Kupikir seseorang yang iri dengan ketua kelas yang menyebarkannya”, tambah
seorang siswi lainnya.
Dan semua anak-anak saling membeberkan anggapan mereka. hampir
semua mengakui kalau mereka tak mempercayai rumor yang entah darimana datangnya
itu.
Aggy sedikit mendengus. Tentu saja hal seperti itu tidak mungkin.
Yang benar saja. Darimana datangnya rumor sialan itu? siapa yang menyebarkan
omong kosong macam itu tentang ketua kelasnya? Aggy berjanji jika ia menemukan
siapa orangnya, dia akan sukarela memberinya tiket ke rumah sakit selama tujuh
hari tujuh malam.
“benarkan? Karena itu ayo minta maaf pada Leda-kun karena kalian
sudah tidak sopan berbisik-bisik di belakangnya!! “
“itu memang benar“
Kanon memalingkan wajahnya pada Leda, tak menyelesaikan
kata-katanya. begitupun dengan anak-anak yang lain. dan Aggy.
“apa maksudmu Leda-kun?”, Tanya Kanon tak mengerti dengan maksud
kata-kata Leda.
Leda mengangkat wajahnya menatap Kanon yang berdiri dari bangkunya.
“aku pernah membunuh seorang teman ketika sekolah menengah”, ucap Leda membuat
hampir semua teman-temannya melebarkan mata tak percaya.
“tu-tunggu! Leda-kun…kau sedang bercanda kan? Iya kan? Katakan kau
sedang membuat lelucon! He? Ini tidak lucu sama sekali…”, Kanon memaksakan diri
untuk tersenyum dan meyakinkan dirinya kalau apa yang ia dengar hanyalah
candaan ketua kelasnya itu.
“tidak. Aku memang melakukannya..”, jawab Leda membuyarkan
keyakinan sekertarisnya. “maaf. aku tidak pernah mengatakannya. Tapi aku rasa
sekarang waktunya telah tiba kalian harus mengetahuinya….maaf”, Leda tersenyum
mengatakan itu pada teman-teman sekelasnya. Dan ia menundukan kepalanya
sebentar untuk menunjukan rasa bersalahnya.
Kanon terduduk lesu di bangkunya dan Leda bisa merasakan pandangan
ketakutan, terkejut, dan kecewa mengarah padanya. Leda tahu hal ini akan
terjadi. Tapi ia ingin semua orang yang selalu menyukainya, menyayanginya, tahu
bagaimana pribadi dirinya sebelum ini. dan jika itu terjadi akankah mereka
tetap memperlakukannya sama?
Sepertinya tidak.
Dan Leda akan melihat pandangan-pandangan seperti dulu lagi.
“orang memang tidak bisa dilihat dari penampilan luarnya kan?”
“sebelumnya pernah terlibat perkelahian juga kan, jadi—“
Gret!
Aggy menggamit kerah seragam dua orang yang duduk di bangku di
sampingnya yang asik berbisik-bisik. “berani bicara lagi, kuhabiskan gigi-gigi
kalian!”, ancam Aggy.
“a-apa?”
“tapi itu memang benar kan?”
“KAU!!!!!!”, Aggy hampir menonjok wajah salah seorang dari dua anak
itu namun Leda yang melihatnya segera menghentikannya.
“tidak apa-apa”, Leda menahan tangan Aggy dan berusaha
menenangkannya. Dan Aggy tidak bisa lagi berkutik kalau sudah diberi senyuman
maut itu.
Aggy tidak percaya.
Aggy tidak akan pernah mempercayai orang dengan senyuman selembut
itu bisa menghilangkan nyawa seseorang. Itu hal yang mustahil sekalipun dia
sendiri yang mengatakannya. Pasti ada kenyataan yang tersembunyi dan Aggy harus
mengetahuinya.
@@@
BRAK!
Kiyo-sensei hanya mengerlip-ngerlipkan matanya melirik Aggy yang
tiba-tiba kembali menggebrak meja gurunya.
Ada apa lagi sekarang?
“apa kau tidak bisa datang tanpa menyita perhatian guru-guru yang
lain di sini? lihat! Mereka semua melihat ke arah kita”, ucap Kiyoharu santai.
“kau pasti tahu sesuatu”
Kiyoharu mengernyitkan dahinya, “sesuatu apa maksudmu?”
“masa lalunya! Katakan kalau semua yang mereka bicarakan adalah
bohong!”
Sepertinya Kiyoharu mengerti masa lalu siapa yang Aggy maksud. Apa
yang selalu anak itu khawatirkan tidak akan jauh-jauh dari ketua kelasnya.
“hm…pelankan suaramu ok?”, Kiyoharu menggeser sebuah bangku
menyuruh Aggy duduk di sana. “ini tentang Leda kan? Ada apa dengannya?”, Tanya
Kiyoharu baik-baik.
Aggy berusaha mengontrol emosinya yang entah kenapa meluap-luap
sejak tadi pagi ia mendengar berita tentang ketua kelasnya itu. Aggy tidak bisa
tenang sebelum mengetahui kenyataannya. “dia
pernah membunuh seorang siswa di sekolah SMP-nya dulu…”, ucap Aggy pelan. Ia
tak berani menatap Kiyoharu karena kata-kata kotornya tentang ketua kelasnya.
ini bukanlah sebuah pertanyaan ia ingin jawaban ‘ya’ atau ‘tidak’ dari Kiyo.
“dia sendiri mengatakan kalau itu benar “, Ia hanya ingin mendapat jawaban
kalau itu adalah bohong. Aggy tahu itu tidak benar. dan Aggy ingin mendengarnya
dari seseorang yang Aggy percaya tahu semuanya dan tidak akan membohonginya.
“dari mana mereka mendapatkan berita itu?”
“katakan itu bohong!!”, Aggy tidak ingin basa-basi, ia hanya butuh
jawaban kalau itu hanyalah bohong belaka.
Kiyoharu menyandarkan punggungnya ke sandaran kursinya sambil
berpangku tangan menyerah, “kalau Leda sudah mengatakannya sendiri…..aku tidak
bisa menutupinya”
Aggy mengangkat wajahnya dengan kedua mata melebar sempurna mendengar
dua kata dari Kiyoharu. “apa maksudmu?”, emosi Aggy mulai kembali ke permukaan
dan refleks ia menggamit kerah kemeja Kiyoharu membuat guru-guru yang lain
tersita perhatiannya.
“aku katakan itu benar….Aggy”, Kiyoharu melepaskan gamitan tangan
Aggy di kerah bajunya, “aku tidak terlalu tahu detailnya tapi akan kuceritakan
padamu apa yang ku keketahui…”
@@@
Leda membasuh wajahnya di wastafel toilet sekolah, melihat pantulan
wajahnya di cermin besar itu. dan bayangan-bayangan perubahan sikaf
teman-temannya di kelas bermunculan di memorinya, meski beberapa orang diantara
mereka masih ada yang tetap memperlakukannya seperti biasa, --seperti Kanon dan
Sujk--. Leda tahu akan seperti ini dan dia berusaha menerimanya. Tapi
mengalaminya langsung lebih menyakitkan daripada ia hanya membayangkan sikap
mereka berubah. Tapi Leda berpikir… orang sepertinya memang tidaklah pantas
disukai, inilah yang pantas untuknya.
Drrrtttt…
Private number…
“hai, moshi-mos—“
‘konnichiwa…. iinchou-sama!!’
Leda sedikit terkejut dengan nada suara selengean orang di line
teleponnya.
“siapa?”
‘siapa? Kau tidak mengenaliku?’
“siapa ini?”, Tanya Leda sekali lagi dengan sedikit tekanan pada
suaranya. Sempat terlintas di kepala Leda kalau orang di line teleponnya ini
adalah orang yang sama dengan orang yang mengiriminya memo-memo dan email
misterius itu.
‘ck! benar-benar tidak mengenaliku rupanya haha…baiklah, jika kau
mau tahu datanglah ke lapang X sekarang! dan kita sedikit bermain-main,
bagaimana?’
“maaf, aku tidak punya waktu untuk bermain-main”, Leda hendak
mematikan sambungan teleponnya namun…
‘Juri !’
DEG!!!
Ada sesuatu yang menendang dada Leda dan mendadak tangannya seperti
melemah, “A-apa?”
To@be@Continued
\(^0^)/ Yokatta naaaa!!!
Akhirnya nyampe juga ke sini…(kirain gak akan nyampe2 LOL)
Tapi dengan ini berarti tinggal beberapa chap lagi… semoga cepat
selesai ya. saia sendiri capek ~~~~ kapan ini selesaianya? LOL~ (dari
pertengahan 2010 aja si…sekarang tahun 2012 udah mau berakhir lagi… --__--a)
gomen kalo ngalor ngidul dan ngasal DX ini beberapa kali perombakan di beberapa
bagian!!! Sumpah bikin pusing -_- pas mau publish eh! ‘mendingan bagian ini
gini deh’ mau publish, ‘eh yang ini gak inilah gak itulah’
GROOOOOAAARRRRR!!!!!! jadi sampai saat inipun rada ragu mau publish… takutnya
ada yang gak pas lagi.
Tapi tapi tapi saia berteeeeeeerimakasih pada yang sudah setia(?)
maksudnya masih inget aja sama fic ini meskipun suka telat banget updatenya
wkwkwk gomen dan sankyuuu XD
Sudah ada pencerahan sama masa lalu neng ledong ya? saia mah pengen
cepet-cepet bongkar abis da itu teh tapi belum waktunya waeeee mudah2an chap
depan DX
dan saia sudah janji mau munculin nama JURI di beberapa chap
sebelum tamat kan wkwkwk XD
Jaa~ah *ngilang*
No comments:
Post a Comment