Author : saia! RuKira Matsunori desu -_-)/
Rated : M (min) T (plus) XD /PG-16
Genre : AU/ Romance/ Fluff(hah?)
Genre : AU/ Romance/ Fluff(hah?)
Pairing : Aoi x Uruha
Fandom : the GazettE
Chapter : Oneshot
Summary : Aku hanya memandangnya diam-diam. Dalam ketidak
sadarannya aku memperhatikan. Dia tak tau begitu banyak keinginan di sini, di
dalam dadaku masih selalu bergemuruh hasrat untuk memilikinya.
Note : Chijou!!!!
Tau ah XD saia mendapatkan idenya dari lagu ini kok… tapi setelah selesai, gak
nyambung banget ini wkwkwk silahkan lempari saia dengan bishie!! *ditendang*
.
ЖChijouЖ
“…..”
“hmm~ jujur saja aku terkejut haha….
Selama ini kita hampir tak pernah saling bicara, tapi….”, pemuda itu
menggantung kata-katanya sejenak memikirkan kata-kata apa yang akan ia
lontarkan selanjutnya, “ya… aku tidak
pernah menolak setiap ada perempuan yang memintaku jadi pacarnya, bahkan jika
aku tidak menyukainya sekalipun. Tapi untukmu….aku harus minta maaf”
“…..”
“seperti yang orang katakan kau
cantik.. ya kau cantik. Tapi tetap saja aku tidak bisa dengan seorang
laki-laki”
“…..”
Pemuda itu memiringkan wajahnya
mencoba melihat ekspresi wajah yang agak tertunduk di hadapannya, “apa tidak
apa-apa?”, tanyanya hati-hati.
“ah iya, daijoubu! Aku mengerti…
maaf sudah mengganggu waktumu”, aku sedikit membungkukan tubuhku sebelum
akhirnya cepat-cepat pergi meniggalkan pemuda itu yang jadi sasaran pernyataan
cintaku.
“….”
Namaku Kouyou… Takashima Kouyou.
Tapi yang lain biasa memanggilku Uruha, entah sejak kapan itu tapi mereka
bilang aku cantik…ck! karena itulah mereka seenaknya menamaiku dengan sebutan
itu. aku hanyalah siswa biasa, dengan prestasi yang seadanya. Datang dari
keluarga yang sederhana, Menyukai game, hobi bermain game dan sangat menggilai
game. Dan aku bukan seorang Gay!
Sejak semua mengatakan aku seorang
laki-laki tapi aku cantik, aku tak pernah berpikir untuk menyerahkan diriku
pada segelintir laki-laki yang dengan sintingnya mengajakku menjadi partner
‘bermain’ mereka, atau menjadikan diriku lebih rendah derajatnya dari seorang
laki-laki sementara aku adalah seorang laki-laki. Meski seorang pemuda tampak
begitu serius mengatakan ingin menjalin hubungan denganku, menawarkan posisi
apapun yang aku mau. Tapi aku cukup mengatakan ‘aku bukan Gay’, dan ia akan
pergi, aku sama sekali tak perduli dengan bagaimana perasaannya. Tapi aku
berada di posisinya sekarang…
Aku menyatakan perasaanku pada seorang pemuda dari kelasku,
sementara aku masih memegang teguh pendirianku bahwa aku bukanlah seorang Gay.
Ya, aku bukan Gay. Insting seorang gay adalah memburu dan tertarik hanya pada
seorang laki-laki lainnya, sementara
instingku hanya untuk pemuda itu, ketertarikanku tidak pernah berpaling hanya
padanya seorang. Tidak ada laki-laki lain yang menarik di mataku selain
dirinya. Dia seorang anak dari keluarga terpandang, prestasinya di kelas bisa
dikatakan jauh dari prestasiku. Dia banyak dikelilingi para gadis dan dimanapun
ia berdiri tempat itu selalu tampak menyilaukan (mungkin hanya bagiku?). aku
selalu membayangkan bagaimana rasanya jika tangan itu menyentuhku, membelai
rambutku, aku selalu menginginkan semua yang ada padanya….menjadi milikku.
Shiroyama Yuu..
Tapi itu bukanlah sebuah harapan lagi sekarang, itu hanya akan
menjadi fantasi-fantasiku sejak dia mengatakan kata maaf itu. aku tahu… akan
begini. Dan saat aku tahu harapan-harapanku tak terjawab , aku akan menyerah….
Itu adalah janjiku.
Itu adalah… janjiku?
Benarkah?
“he?”, dia terlihat mengernyitkan dahinya begitu kuat,
Aku meremat celana seragamku kuat berusaha memandang matanya
langsung, aku sudah bertekad sejak dengan pendirian penuh membawanya ke UKS
ini. “aku.. tidak memintamu menjalin suatu hubungan secara khusus, aku hanya
ingin…”
Bibirnya sedikit melebar, “hei.. sudah kukatakan aku tidak bisa…
aku tidak tertarik dengan seorang laki-laki secantik apapun kau, aku
benar-benar minta maaf”
Dia… menolakku seperti sebelumnya…
Dengan wajah tersenyum itu… dengan kelembutan itu dia menolakku..
“maafkan aku Taka—“, matanya terlihat sedikit melebar. Aku
benar-benar tidak bisa lagi menyerah, dia seperti memberi harapan besar dengan
kelembutan penolakkan itu. Aku mengecup bibirnya perlahan, bibir yang begitu
lembut sebagaimana aku membayangkannya selama ini, terasa manis sampai ingin
rasanya kuemut seperti sebuah permen.
Bukh!
Aku merasakan dadaku didorong dengan begitu kuat
“apa yang kau lakukan?! Sudah kukatakan—“
Aku meraih satu tangannya, membawanya menyentuh dadaku…
membiarkannya merasakan detak jantung yang selama ini selalu menyiksaku setiap
hanya dengan melihatnya. Aku ingin dia tahu perasaanku tidak setipis yang ia
bayangkan yang akan langsung menyerah ketika dia mengatakan maaf. meski aku
sudah berjanji…. Aku tak bisa membohongi diriku selama berhari-hari sejak
penolakannya, fantasi-fantasiku tentangnya semakin mengembang tak bisa kutahan.
Aku sakit hati…. Aku ingin sakit hatiku mendapatkan bayaran, setidaknya dengan
satu sentuhan.
Aku kembali membimbing tangannya menyentuh wajahku, aku dapat
merasakan lembutnya permukaan telapak tangannya di pipiku, begitu halus… aku
selalu ingin kelembutan ini membelaiku, membebasakan hasrat-hasrat yang
terbelenggu di sudut hatiku.
“Ta-Takashima?”
Aku mengecup telapak
tangannya dengan lembut.
“hentikan!!”, dia menarik tangannya dari genggamanku namun tak
kubiarkan bebas begitu saja, aku kembali mengecup tangannya.
PLAK!!
Pipiku panas…
“kau… gila!!”, aku melihat matanya melebar..
Benar aku gila… aku yang tergila-gila karena sosok itu begitu menyihirku.
Aku tak perduli dia melihatku jijik,
Dia yang terlihat begitu muak denganku,, matanya menunjukan begitu
aku tak layak berada di hadapannya seperti ini.
“kau…apa yang ada di dalam otakmu itu?”
Aku membuka mulutku perlahan, “kau…”
“ha??”
Sekali lagi Aku meraih satu tangannya, “hubungi aku… kapanpun kau
mau”, ucapku setelah meletakkan sesobek kertas kecil berisi sederet nomor di
telapak tangannya.
“…..”
“aku akan selalu menunggu panggilan darimu… Yuu”
Otakku sudah tak berfungsi dengan benar. Keinginanku hanyalah
mendapatkan sosoknya dalam dekapanku, jika hatinya sudah jelas tak mungkin
kudapatkan, setidaknya aku ingin tubuh itu menjadi milikku…meski hanya selintas
malam. perasaan ini sudah mengubur akal sehatku. Aku begitu terikat… dengan
hasratku menginginkannya.
“cih! Sepertinya Yuna dari kelas 3-2 pun dia embat, akhir-akhir ini
mereka terlihat sering pulang bersama”
“he? Lalu bagaimana dengan Risa dari kelas 3-6 itu? padahalkan dia
sangat maniiiiis~”
“aku dengar Risa hanya mempermainkannya”
‘hontou??? Seorang Shiroyama?? Dipermainkan??”
“aku dengar salah satu teman Risa di-5-kan oleh Shiroyama, mungkin
karena itu Risa ingin membalasnya..”
“sou ka?”
Dua minggu sejak aku memberikan nomor ponselku padanya, tidak ada
satu panggilanpun masuk ke dalam ponselku dengan nomor Shiroyama Yuu. Aku tidak
tahu.. mungkin dia membuangnya saat aku meninggalkannya hari itu, Tentu saja….
Dia sudah terlalu jijik denganku. dan pemandangan sehari-hari yang aku lihat
adalah… gadis-gadis yang terus berganti setiap harinya, di setiap kesempatan,
sebelum masuk, ketika istirahat bahkan pulang sekolah, dia seperti dengan
sengaja tak memberiku ruang untuk mendekatinya.
Shiroyama Yuu…
“maaf sensei… aku sedikit tidak enak badan, boleh meminta izin ke
UKS sebentar?”
“oh Shiroyama? Baiklah… silahkan”
“arigatou”
Aku hanya memperhatikan sosoknya melangkah pergi dan hilang saat
pintu kelas tertutup. Mungkin dia sudah membuat janji dengan seorang gadis di
UKS? Ck!
Drrt…!
Ah?
Grek!
“Takashima?”
“a-ano… kepalaku sedikit pusing, bisa meminta izin ke UKS sebentar
sensei?”
“apa? oo… ya, silahkan”
Aku segera melangkahkan kakiku dengan langkah cepat keluar kelas
sebelum sensei itu berubah pikiran karena sepertinya ia tak cukup percaya
dengan alasan yang kubuat.
Cklek.
Tak ada siapapun di ruangan serba putih itu selain sosok yang
tangah tiduran di atas ranjang UKS. Aku mengahampirinya perlahan, kakiku
sedikit gemetar…
“hm? Oh? Takashima?”, Dia menoleh kearahku lalu tersenyum tipis,
“aku tidak percaya kau akan benar-benar datang… dan begini cepat”
Aku mengepal kedua tangan di samping kiri dan kanan tubuhku, “aku
juga tak percaya kau akan mengirimiku pesan untuk menemuimu”
“oh, haha…”
Kami berada dalam keheningan beberapa saat.
“err~ begini… kau tahu kan? Aku tidak tertarik dengan laki-laki…”
“aku tahu”
“lantas kenapa kau mendorong dirimu begitu jauh padaku?”
“aku tidak tahu, aku hanya ingin melakukannya”
“apa?”, Dia tampak menganggap aku mengatakan kata-kata omong
kosong. Tapi aku mengatakan yang sesungguhnya, jika itu mengenainya, aku tak
punya alasan selain karena aku mencintainya dan aku melakukan apa yang ingin
kulakukan.
Aku lihat Shiroyama memiringkan wajahnya memperhatikanku, beberapa
saat kemudian ia tersenyum tipis. “aku…. Sejak dulu selalu penasaran denganmu.
Kau memiliki kepribadian yang unik dan misterius, ada aura yang menyelubungimu
membuatmu seperti sulit didekati, seperti benda antic saja …selain itu kau
memang cantik untuk ukuran laki-laki..haha”
Dia tertawa?
Aku malah berpikir dialah makhluk cantik dan antic itu.
“err~ aku memanggilmu, begini… sebenarnya…”, dia tampak sedikit
canggung, “bersama beberapa perempuan setiap hari.. membuatku merasa.. mereka
seperti sama saja bagiku”
“…..”
“aku tidak pernah ingin menyakiti perasaan siapapun, karena itu aku
selalu menerima setiap perempuan yang datang padaku, meskipun pada akhirnya aku
tetap membuat mereka sakit hati tapi kupikir setidaknya mereka mendapatkan apa
yang mereka inginkan dariku… haha pikiran yang konyol bukan?”
Konyol?
Terdengar masuk akal untukku…
“karena itu… ya meski sudah kukatakan beberapa kali aku sama sekali
tak tertarik dengan laki-laki, tapi semenjak kulitmu itu begitu halus seperti
perempuan… aku rasa kau pantas mendapatkan perlakuan sama seperti mereka,
bukan?”, dia tersenyum. “selain itu matamu seperti akan menangis ketika aku
melihatmu memandangku bersama mereka… aku pasti sudah sangat menyakiti
perasaanmu”
Menyakiti perasaanku…
Ya.. dia sudah begitu banyak menyakiti perasaanku, dengan
melihatnya dari kejauhan tanpa bisa kusentuh itu sudah begitu menyakiti
perasaanku. Tapi pesan yang masuk ke ponselku tadi cukup membuatku terkejut dan
aku berada di sini sekarang… mendengarnya bercerita, tertawa dan bahkan kedua
mata yang selalu mengabaikan keberadaanku itu kini hanya tertuju padaku,
memberikan kesan tentang keberadaanku. Itu cukup membuat rasa tersakitiku
selama ini terbayarkan.
Aku merasakan kedua tangan itu memeluk pinggangku, “aku akan
membuatmu sakit hati setelah ini…”
“….”
“kau tidak apa-apa?”, dia mengangkat wajahnya mencoba melihat
ekspresi wajahku.
“aku tidak apa-apa”
Aku tidak apa-apa… selama sakit hatiku mendapatkan balasannya. Aku
baik-baik saja. Hasratku sudah kehilangan pandangannya, jika hatinya terlalu
jauh untuk kusentuh setidaknya raganya berada dalam dekapanku meski sementara
waktu.
Cklek!
“bimbing aku Takashima… aku tidak pernah melakukan hal seperti ini
dengan laki-laki, jadi aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan…”, dia tampak
canggung dengan kata-katanya sendiri.
“aku juga tidak pernah”
“heee?? Kau tidak pernah? lalu kita—“
Aku menghampirinya yang masih berdiri di depan pintu habis mengunci
tadi, melingkarkan kedua tanganku di lehernya. Dia seperti masih tak tahu apa
yang harus dilakukan, seorang Shiroyama terlihat seperti amatir dan hal seperti
ini hanya bersamaku ia mengalaminya? Aku mengecup bibirnya perlahan, melumatnya
seperti sebuah lollipop. Perlahan menurunkan kepalaku ke lehernya,
mengecup-ngecup kecil area di sana, namun tak ada respon sama sekali darinya.
Itu sedikit membuatku kecewa. Aku sendiri tak berpengalaman dalam hal seperti
ini tapi hasratku untuk memilikinya seperti menuntunku melakukan hal-hal diluar
pengalamanku.
“Ta..Takashima…”
Aku mengehentikan aktivitasku mencoba merespon panggilan Shiroyama.
Mungkin dia berubah pikiran dan ingin menghentikan kegilaan ini.
“bisa kita melakukannya di atas ranjang?”
“….”
Dia berjalan mendekati ranjang UKS sementara aku mengikutinya di
belakang. Aku sedikit merasa lega dia tidak mengatakan untuk membatalkan ini.
Shiroyama berdiri tepat di samping ranjang lalu menoleh padaku,
“berbaringlah…”
“he?”
“kau tidak pernah melakukannya kan? Kita sama-sama newbie di sini…
aku juga akan sedikit belajar”, ujarnya dengan wajah yang terlihat sedikit
memerah, tampaknya itu kata-kata yang sangat memalukan untuknya. Seorang
Shiroyama mengatakan akan belajar untuk hal seperti ini? sementara mungkin
setiap malam dia melakukannya bersama perempuan-perempuan itu.
Aku hanya menurut dan membaringkan tubuhku di atas ranjang, dia
mengikutiku naik dan perlahan jari-jarinya membuka satu persatu kancing
seragamku, sedikit saja kulit jarinya mengenai kulit dadaku, tubuhku terasa
panas. Aku tak tahu apa yang akan terjadi dengan tubuhku jika semua kulit-kulit
ditubuhnya itu melekat di kulitku.
Dan dalam beberapa saat aku menyadari tubuhku sudah tak terbalut
sehelai benangpun, sementara hawa dingin seperti sengaja menggodaku membuatku
sedikit bergidik. Tapi dia tak menyentuhku sama sekali. Aku hanya melihatnya
menunduk sambil menutupi sebagian wajah dengan sebelah tangannya.
“Yuu…”, Aku membangunkan tubuhku, namun dia tak merespon
panggilanku sama sekali. Aku meremas sprei yang kududuki merasa seperti orang
tolol, dengan keadaanku yang sudah seperti ini dia sama sekali tak ingin
memandangku. Aku seperti orang bodoh yang merasa senang sendiri. bagaimanapun
aku seorang laki-laki… dan dia tidak tertarik denganku, aku… laki-laki. kenapa
aku laki-laki?
Dadaku seperti dihimpit sesuatu tak kasat mata. Aku segera menarik
kemeja dan celana seragamku lalu turun dari ranjang. Aku lihat Shiroyama
mengangkat wajahnya saat aku hendak memakai kembali celana seragamku,
“Takashima, apa yang—“
“maaf, sejak awal aku yang mendorongmu melakukan ini”
“Taka—“
“maaf”, aku segera memakai kemejaku dengan terburu-buru. Aku benar-benar menginginkannya, aku menginginkan Shiroyama Yuu, sejak awal aku selalu meneguhkan bahwa aku akan baik-baik saja meski kami melakukannya tanpa dia mencintaiku, tapi hati kecilku terasa begitu sakit menyadari dia bahkan tak menginginkanku. Aku begitu menjijikan di matanya…
“maaf”, aku segera memakai kemejaku dengan terburu-buru. Aku benar-benar menginginkannya, aku menginginkan Shiroyama Yuu, sejak awal aku selalu meneguhkan bahwa aku akan baik-baik saja meski kami melakukannya tanpa dia mencintaiku, tapi hati kecilku terasa begitu sakit menyadari dia bahkan tak menginginkanku. Aku begitu menjijikan di matanya…
Grep!
Mataku sedikit melebar saat dengan tiba-tiba kedua tangan itu merengkuhku.
“Yuu?”
“aku… aku hanya sedang menyiapkan diri, tunggulah sebentar saja…
Takashima”
“….”
Menyiapkan diri?
untukku?
untukku?
Dia terlihat menyembunyikan wajahnya yang memerah, dia pasti
benar-benar malu. “aku…merasa tubuhku bereaksi diluar dugaanku. Padahal kupikir
kita mempunyai tubuh yang sama, tapi melihatmu… aku…”, Shiroyama kembali
menundukan wajahnya dengan sebelah tangan menutupi sebagian wajahnya.
Dia merasa canggung?
Dia malu?
Tiba-tiba ada perasaan yang menggelitik membuat kekecewaanku
beberapa saat yang lalu pudar entah kemana. Aku menarik sebelah tangan yang ia
pakai untuk menutupi sebagian wajahnya, menuntunnya menanggalkan kembali kemeja
seragamku, membawa tangannya menyusup kebalik celana seragamku dan aku dapat
melihat wajah Shiroyama seperti terbakar sekarang.
“Ta-Taka……..sial!!”
Tubuhku terjatuh menimpa permukaan ranjang bersprei putih karena
sebuah dorongan kuat. Dan dalam beberapa saat aku dapat menghirup harum
tubuhnya, tubuh yang selama ini hanya bisa ku lihat tanpa bisa ku sentuh. Aku
bisa merasakan hawa tubuhnya begitu hangat, desah nafasnya begitu kuat. Semua
fantasiku berada dibawah kulitku saat ini. aku bisa merasakan telapak tangannya
menyentuh permukaan kulit tubuhku, membuat indra perasaku lebih sensitive dari
sebelumnya. Kulit bibirnya menyapu setiap inci kulit wajah dan leherku. Aku
dapat merasakan menggelitik rambutnya ketika terurai menyapu dadaku.
“UUGH!!!!!”
Dan dalam beberapa saat aku dibuat lemah… semua perlakuan lembutnya
berubah menjadi kesakitan, dia begitu memaksa menanamkan dirinya dalam tubuhku.
Tak ada perlakuan hati-hati sama sekali… saat air mataku sedikit menetes karena
terlalu perih, tubuhku benar-benar seperti dihantam bertubi-tubi. Kepalaku
benar-benar terasa berat… tapi rasa sakit ini terus memaksaku untuk membuka
mata lebih lebar lagi…
“aku akan membuatmu sakit hati setelah ini…”
Rasa sakit inikah yang aku inginkan?
Saat-saat itu berlalu begitu cepat tapi juga begitu lambat untuk
rasa sakit ditubuhku. Dia benar-benar menepati kata-katanya…
Dan kejadian itu seperti sebuah fantasiku yang diambang nyata, kami
berada di kelas yang sama, menghabiskan waktu setiap hari di sana, Dia tetap
menjadi sebuah benda antic yang sulit kujangkau.
Aku hanya memandangnya diam-diam.
Dalam ketidak sadarannya aku memperhatikan. Dia tak tau begitu banyak keinginan
di sini, di dalam dadaku masih selalu bergemuruh hasrat untuk memilikinya.
Bukh!
“ah sumimasen…”
“Ohayou…Takashima”
“…..”
Dia tersenyum tanpa bimbang…, sementara dalam rangkulannya seorang
gadis ikut menatapku.
“Aku mungkin beberapa kali merasa bosan dengan mereka, tapi aku
seorang laki-laki… dan kau juga laki-laki. dan mereka diciptakan untuk kita.
Kita seharusnya membuat hubungan pertemanan dan bukan seperti ini.”
“ maaf… Takashima, tapi kita bisa memulai hubungan dengan berteman
kan?”
Aku terlempar ke dalam jurang, dan semua rasa sakit ini tidak akan
berakhir dengan indah semenjak aku tahu, aku melakukannya bersama orang yang
sama sekali tak mempunyai rasa cinta dan menjagaku. Semua karena rasa simpati….
aku tak dicintai.
Ж OWARI Ж
Kecepetan, gak nyambung, gak ngerti, LOL
fic aneh lainnya yang mengalir di otak saia,
fic aneh lainnya yang mengalir di otak saia,
Otak saia memang sulit dimengerti, beginilah…beginilah… DX saia
sendiri kesulitan mencernanya, apalagi ini fic lamaaaaaaaa*diinjek2 AoUru yang
jadi korban*
misiii ~ numpang baca ~ xDD
ReplyDeleteaaah pas baca "Aku tak dicintai" rasanya jleb banget (;_;)
tp kereeen xDD
eeeeeeHHH souka???? DX huwaaa sankyuuuu!!! saia selalu ragu buat pots... abal banget.
Deletesankyuu udah mau baca hhe XD sankyuu sankyuuuu Miko-chan!!!
hehehe jangan ragu2 xDD aku setia baca postingan Rukira-chan~ walo ga bisa komen semuanya sih (^^;) *jarang ol juga sih*
DeleteDouita ~ :3