title : Taisetsuna Hito
Author : Rukira Matsunori
Rated : M *jaga-jaga*
Genre(s) : Gajeromance/ B.L a.k.a Ox0/ aneh
Fandom(s) : the GazettE, Alicenine, dkk
Pairing(s) : Aoi x Uru x Meev (threesome? bwakakak *gak mungkin*)
Chapter : 6
Warning : ABAL-ABAL, EBEL, BAHASA ANCUR GAK SESUAI EYD, ANEH, ALUR NGASAL, LEBE <-- *perhatikan baik-baik*
Note : XDa ini fic gak jelas, bahasanya suka-suka saia, fic-nya juga suka-suka aye. . . Maap
POV-nya ada yang tiba tiba berubah, jadi orang pertama :)
'Aoi'
Uruha segera menepis tangan Aoi yang menggenggam pergelangan tangannya kuat, matanya mendelik penuh amarah, "gak usah ikut campur lah!!", Uruha kembali mengarahkan tinjuan tangannya lagi ke wajah Meev namun lagi-lagi tangan Aoi segera menahannya, menarik tubuh Uruha untuk berdiri.
"AOI!!!", Uruha membentak tampak kesal
"Sudahlah!", Aoi bicara dengan sedikit meninggikan suaranya.
"LU--"
Meev hanya terduduk, mengernyitkan dahi dengan tingkah kedua makhluk di hadapannya. Dan lagi-lagi ia menyeringai, "Woeee~Awo", Ia bangkit berdiri menepuk-nepuk bokongnya membersihkan debu yang menempel, "Lu datang nyelametin gue", Ujarnya tersenyum sambil merangkul pundak Aoi, "sejak kapan lu di sini?"
"......."
"beberapa menit yang lalu-", Aoi melirik ke arah Uruha, "mungkin"
Mata Uruha membulat, beberapa menit yang lalu? Berarti Aoi melihat Meev mencuri kisu Uruha? Tapi ia tak berusaha menghentikannya?
Uruha menggigit bibir bawahnya, kedua tangannya mengepal kuat meremat kain celana seragam bagian sampingnya. Setidaknya sebagai teman? Apakah tidak ada rasa peduli ketika melihat Uruha dipaksa begitu oleh orang lain?
"maaf", Ucap Aoi, melihat wajah Uruha yang udah kayak manusia kesurupan, merah padam. Jelas-jelas menahan amarah.
"Untuk apa?"
"Sikap Meev terhadap lu"
Uruha meremas-remas telapak tangan disamping pahanya XDa, seperti berusaha menahan sesuatu yang kapan saja bisa meledak, "Kenapa lu yang minta maaf?"
"Karena dia-"
PLAKKK!!!!!!
Kepala Aoi berputar 90 derajat.
"LU PIKIR CUKUP DENGAN MINTA MAAF??! ayo selesaikan dengan cara laki-laki", Uruha menyingsingkan kedua lengan bajunya tampak sangat emosi, menyadari Aoi ternyata sangat memanjakan banci bernama Meev itu.
"ada bau-bau hati panggang nih", Sindir Meev berlagak ngendus-endus
"Lu terlalu manjain makhluk ini ya", Uruha senyum maksa. Mengarahkan telunjuknya tepat di depan hidung Meev.
"hoho~ lu belum banyak tau hubungan gue sama Aoi ya? Lebih intim dari yang lu kira lho, iya kan Wo?", Meev celoteh yang langsung dapat geplakan dari Aoi. Membuat mereka terlihat amat sangat mesraaaaa sekaliiii dimata Uru.
Uruha menarik seragam bagian depan Aoi, menatapnya tajam. "wah sebegitu memanjakannya ya? Kalau lu mau gantiin perlakuan dia ke gue, ayo selesaikan?"
"hei. . .hei. . .", Meev malah nyengir najong, asik berpangku tangan.
"Selesaikan?", Alis Aoi terangkat sebelah.
"maksudnya berkelahi Wo", Meev ikut dialog lagi sambil guntingin kuku-kukunya(?)
"DIEM LU MEMESHIIIIIII!!!", Uruha merasa terganggu, melemparkan tasnya tepat ke muka Meev yang lagi konsen guntingin kuku. Amarah Uruha kini lebih dominan sama Guramenya.
Aoi menghela nafas, "oke. . .Pukul aja gue", Ucap Aoi yang keliatannya sangat pasrah, membuat niat Uruha yang lagi dibakar amarah bener-bener pengen remukin wajah Aoi jadi gak tega, "pukul aja.."
"......."
"sepuasnya"
"........"
"Uru?"
"AAAAAAAAAAAARGH!!!", Uruha melepaskan gamitan tangannya diseragam Aoi, berjalan ke arah Meev lalu memukulinya dengas tas bertubi-tubi wkwkwk Uruha frustasi...
***
BRAK!
Reita tiba-tiba menggebrak meja Ruki yang lagi beresin buku-bukunya, membuat makhluk mini itu sedikit terlonjak kaget dan spontan nabokin bukunya ke muka Reita, "PESEK LU!! eh pesek lu", Ruki ngedadak latah
Reita ngusap mukanya, "Ruk!!!", Reita natap Ruki dengan pandangan serius
"apa?", Ruki nanya balik, ketus.
"Pulang bareng yuk, hehe", Reita nyengir
T_T
"wohoho~ )^0^("
Dan beberapa saat kemudian, makhluk bernoseband itu langsung dapet tabokan tas dimukanya sesaat sebelum Ruki akhirnya melengos pergi nyeret Kai keluar kelas.
'boncel BEDEBAH!!! Apa salahnya sih jawab 'ayo' sambil tersenyum^^, dan bersikap manis seperti uke kebanyakan? >:(', Reita sungut-sungut sambil menyeret tasnya, berjalan keluar kelas nyusul Ruki dan Kai yang udah ngeloyor duluan.
"pulang Rei?", Sapa dua makhluk berjenis kelamin laki-laki teman sekelas Reita yang kebetulan berpapasan di koridor.
"Yoyoi..", Reita menyempatkan diri moles kedua temannya itu, lalu merangkul mereka, "pinjemin gue uang dong cuy! Buat ongkos hhe"
"jyah! Lu utang yang kemaren aja belum dibayar"
"HEH!!! Dulu-dulu lu kan NGASIH, ya kagak gua bayar lah kunyuk!", Reita nyentrungin kepala salah seorang teman sekelasnya dari belakang.
"Ngasih apaan? Weeeeee..."
"hutang tetep aja hutang!", si temin yang satu lagi nimbrung
"jah pelit ah, kagak demen gue punya konco-konco kayak lu pada", Reita melengos ngerasa gak kan berhasil malak. Gak perduli kedua orang dibelakangnya komat kamit ngatain dengan semua kejelekannya.
Reita bersiul-siul disepanjang koridor, dengan tas gendong nyangkut(?) disebelah kiri bahunya, melangkah dengan keren sambil masukin sebelah tangannya ke saku celana. Sedangkan tangan yang lain sesekali terangkat menjawab sapaan teman-temannya yang kebetulan melintas atau emang lagi nangkring di sana.
Berjalan melewati sebuah lorong kecil, tiba-tiba langkah Reita berhenti, bola matanya memutar ke atas tampak berpikir. Kakinya berjalan mundur mencoba menengok sesuatu yang ia lihat sepintas tadi dengan ujung matanya, untuk memastikan. Dan. . . .
DHUAR!
DHUAR!
DHUAR!
Betapa shocknya Reita melihat boncelnya tengah asik bermesraan(?) dengan laki-laki berpaha di lorong sana.
"NA-NANIIIIIIIIII???"
***
Meev menyeruput kopinya dengan pandangan mata tak henti mengawasi Aoi yang bergeming di kursinya. Sejak pulang dari sekolah sampai Meev membawanya ke cafe ini pun, Aoi anti ngeluarin suara, walau Meev ngecoblak(?) sana sini tetep aja kagak digubris.
Meev melirik kopi milik Aoi yang kelihatan mulai dingin, tak tersentuh tangan Aoi. Padahal Meev udah teraktir dia kopi blue mountain 100% tapi dikacangin gitu aja membuat Meev sedikit jengkel.
"Oii~ Kopinya dingin tuh"
"......."
Tak mendapat respon, Meev memposisikan tangannya di atas meja menjadikannya penyangga dagu. "hmmm~ lu marah?"
"........"
"eh, bibir si Uru panas lho, apa sakit ya?", Meev berlagak menerawang ke langit-langit, "atau emang kayak gitu ya hahahah"
Aoi mulai merespon kata-kata Meev, "lu datang lagi ke kota ini sebenarnya mau ngapain?"
"mau ketemu A-O-I, temen kecil gue^^"
Aoi mendengus, "berhenti bicara kekanak-kanakan! Mau lu apa sih hah?"
"eh minum dulu kopinya tuh", Meev nunjuk-nunjuk kopi Aoi
Pakk
Aoi menepis tangan Meev, "kenapa lu memperlakukan Uruha kayak gitu?"
Meev usap-usapin tangannya yang terasa panas, Aoi menepis tangannya dengan kekuatan penuh. Membuat Meev tau kalau temannya itu benar-benar lagi ngambek, bener-bener ngambwek. "hmm~ kenapa ya... Rasanya lucu aja liat ekspresinya itu haha, lu liat juga kan tadi... Dia--", Meev gantungin kata-katannya melihat Aoi udah masang deathglare sambil megangin cangkir kopi di atas meja kuat-kuat. satu kata lagi meluncur dari mulut Meev maka cangkir mahal itu bakalan remuk ditangan Aoi. Meev menyeringai memutuskan untuk diam.
Kini dua laki-laki itu saling bertatapan sengit selama beberapa waktu, membuat pengunjung cafe yang lain merasa tak nyaman karena merasakan atmosfer aneh dari bangku dua anak laki-laki itu. sampai Meev mutusin buat buka mulut, "gue lakuin demi lu kok", ucapnya enteng lalu kembali nyeruput nyeruput kopinya.
"demi gue?"
"Fifty : fifty", Meev ngacungin dua jarinya
Aoi mengernyitkan dahi, "fifty fifty?"
Meev mengangguk, "atau kalau perlu, gue buat dia 'juga' gak bisa jalan 4 hari 4 malam wkwkwk"
BRAKK!
Semua mata pengunjung mengarah ke bangku Aoi dan Meev mendengar suara gebrakan. Meev hanya tersenyum mengangkat sebelah tangannya meminta maaf pada pengunjung lain, dan mengatakan tidak ada apa-apa. Tapi mana mereka percaya kalau ngeliat Aoi yang udah berdiri dari bangkunya dengan pandangan membunuh begitu XD
"duduk lagi dong Ao.. Gak enak diliat orang"
"gue gak kan maafin lu kalau sampai berani nyentuh Uruha lagi!!", Aoi sedikit menahan suaranya yang ingin berteriak karena menyadari posisinya di tengah-tengah banyak pengunjung.
"lu nahan amarah dari tadi? Hmm~ kenapa gak pukul gue langsung tadi?"
"Miyavi..."
"oh... Gue lupa, lu kan sayang sama gue hahah"
"sinting!"
Meev tersenyum tipis, "tapi sayang gue kan? Nyahahah^o^"
Aoi mendengus lalu beranjak pergi setelah meninggalkan sejumlah uang di atas meja untuk membayar kopi. Meev tetap diam dikursinya sambil menyeruput kopi, "udah gue traktir juga", ia mendengus namun seringaian masih tergambar jelas di wajahnya.
###
"aduh! Pelan pelan dong dasar Gurame!"
Bletak!
Aku men-slap kepalanya pelan, kata-kata yang seenaknya, kelakuan yang sembrono, seringaian nakal. Dia sudah memilikinya sejak dulu.
"siapa suruh pulang kemari? Kenapa gak minta diobati ibumu saja?", dengusku
"Wah parah! Kalau aku pulang dalam keadaan luka luka begini, bukannya diobati, bisa bisa dihajar aku haha", dia tertawa. Tapi menurutku kata katanya tidak membangkitkan minatku untuk melakukan hal yang sama dengannya, sama sekali tidak lucu.
"siapa suruh berkelahi?", aku menempel-nempelkan plester disekitar pipi, lengan dan jidatnya yang lebam.
"pertanyaan macam apa itu? Kau laki-laki bukan sih?", tangannya menyentil jidatku, "aku seorang jagoan, kau sih gak suka berkelahi, pengecut ah Aoi"
Aku hampir saja melayangkan tinjuanku ke mulutnya yang blong itu, sampai ibuku datang, membuatku mengurungkan niat untuk menambahkan luka di wajahnya.
"itu tidak benar, shiro-chan bukan pengecut, anak bibi tidak pengecut", ibu duduk di kursi disampingnya, tersenyum padaku, "lagipula yang namanya jagoan itu bukan berarti menyebabkan masalah untuk berkelahi, tapi berkelahi karena ada yang ingin dilindungi itu baru jagoan. Bibi selalu berpesan agar Shiro-chan berkelahi kalau memang benar benar ia sudah terdesak^^"
"he? Aku pikir bibi melarangnya"
"tidak! Bibi tidak melarang, berkelahi memang ciri khas laki-laki kan?"
". . .", dia menunduk, "aku ingin punya ibu seperti bibi"
"bicara apa sih? Bibi menyayangi Takamasa seperti anak bibi sendiri kok", ibu mengusap usap pangkal kepalanya dan dia tersenyum, bukan seringaian seperti yang sering ia perlihatkan padaku.
"Aoi. . .Kau dengar? Bibi sayang padaku! Kau juga sayang padaku kan?"
"tidak!"
"tuh kan bi, dia tidak pernah mau jujur. Padahal aku sering bilang sayang SAYAAAANG padanya", adunya manja pada ibuku, sampai aku dapat tatapan peringatan dari ibuku sendiri. "aku mau bunuh diri saja kalau Aoi tidak sayang padaku!"
Dasar kekanak-kanakan!!!, aku mengutuknya dalam hati.
"Aoi", ibu mencubit perutku
"iya-iya. . .", aku mendengus
"iya apa?"
"aku sayang padamu!", aku mengembungkan pipiku menahan jengkel padanya yang tersenyum senang mendengar perkataanku.
"Aku juga sayaaaaaaaang Aoi"
"cis"
***
Aoi terlentang di atas tempat tidurnya sembari memejamkan mata, ingatannya tentang masa lalu tiba tiba saja muncul memenuhi pikirannya. Benar, Aoi sayang anak laki-laki itu, Dia yang tak bisa Aoi benci, walaupun sudah mencelakakannya sekalipun, dan membuatnya punya kelemahan sefatal ini. Tapi sekali lagi Aoi tak membencinya. Selama ia tak melibatkan Uruha.
'Uruha'
Kenangannya bersama makhluk itu tak sebanyak kenangannya bersama Meev, tapi entah kenapa bagi Aoi itulah yang terpenting.
Drrt.. Drrt..
Aoi terbangun, membangkitkan tubuhnya dari atas tempat tidur, meraih handphonenya yang tergeletak tak berdosa di sampingnya.
-My Lovely Paha calling...-
Aoi menyempatkan diri mengerutkan dahinya sejenak, kemudian ia buru buru mengangkat panggilan Uruha.
"ya, Hallo?"
'........'
"ha-"
tut...
tut...
tut...
(sambungan terputus)
Aoi kembali mengernyitkan dahi, menjauhkan handphone dari telinganya. Apa hanya salah sambung?
Drrt.. Drrt..
Belum 5 menit dari panggilan sebelumnya, hape Aoi udah bergetar lagi dengan nama 'My Lovely Paha' kembali terpampang di layar hp Aoi. Mr.Gurame itu tak mau membuang-buang waktu, ia pun segera menerima panggilannya. "ya-"
tut...
tut...
tut...
"......."
Apa maksudnya si paha itu menelpon, diputus, menelpon, diputus? Apa hanya ingin mempermainkan sang gurame?
trek.
"Hallo? Uru?"
'he? Apa?'
"lu hubungin gue? Tadi?"
'apa? Kagak!! Ah itu, si noseband kali, utak atik hp gue HUATCHIM!!!'
"Reita? mereka ada sama lu..... sekarang?"
"iya!! Sori gue tutup teleponnya nih"
tut.. tut.. tut..
"......."
BUKH..
Aoi membanting hapenya ke atas tempat tidur, belum sampai hati membantingnya ke lantai atau tembok. Setahu Aoi, Reita dkk-(kucrut-kucrut)nya tidak pernah kelayapan di rumah orang sampai jam selarut ini. Aoi tau Uruha masih marah karena kelakuan Meev? Atau karena kelakuannya? Yang jelas Aoi tau bagaimana perasaannya sekarang, makanya ia masih memaklumi kalau Uruha mempermainkannya, membuatnya Aoi senang kemudian jengkel setelahnya, seperti menelpon, tutup, menelpon, tutup? Mungkin itu bentuk dendam(?) dan pelampiasan Uruha.
***
"HUATCHIIIWWW!!!", Uruha mengusap-usap(?) hidungnya yang udah merah. Matanya berkunang-kunang, kepalanya pusing. Sepertinya penyakit kehujanan waktu itu tambah parah.
Uruha meraih handphonenya, mencari nama kontak -Anak Gua-. Dia masih merasa tak enak dengan kelakuan dan kata-katanya di sekolah tadi terhadap Ruki. Mengatakan, 'apa lu sadar dulu gue suka banget lu Ruki?', di depan Aoi. Uruha masih ingat jelas wajah Ruki yang kebingungan dan diawal-awal dia malah cengok, dan yang jelas Uruha tau Ruki merasa tak enak dengan Aoi.
Sebenarnya Apa maksudnya Uruha mengatakan hal seperti itu? Apa yang ada dipikirannya waktu itu? Saking emosinya sama Aoi, yang dia pikirkan hanya membuat Gurame itu MENYESAL--lebih tepatnya cemburu--*sisi kecewek-cewekan Uru ini wkwkwk*
trek.
'ya? Hallo?'
Uruha buru-buru menjauhkan hp dari telinganya, apa cuma perasaan Uruha saja? Kok suara Ruki jadi mirip suara si Gurame?
Dan mata Uruha melotot, ngeliat nama kontak yang ia panggil di layar hapenya--plus foto gurame bakar(asli)--terpampang disana, rupanya Uruha salah memanggil orang.
'ha-'
trek.
Uruha cepet-cepet putusin sambungan teleponnya. Pikirannya terlalu dipenuhi si gurame itu, sampai tak sadar salah pencet nomor.
Uruha kembali mencari nama kontak Ruki -Anak Gua- untuk menghubungi ulang.
trek.
'ya?'
Uruha udah mangap mau berkata-kata, dan meminta maaf pada Ruki namun lagi-lagi suara yang terdengar dari seberang sana seperti suara kutukan yang menghantuinya. Buru-buru Uruha putusin lagi sambungannya. Kok bisa salah lagi?
Uruha udah mau banting hapenya sampai lagu jebot -NUMATA - Selingkuh itu indah- mengalun dari handphonenya.
-Awo Gurame dower calling...-
"Heeeeeeeeeee??!", Suara cempreng Uru melengking.
Angkat?
Enggak?
Angkat?
Enggak?
Angkat?
"Kenapa gue jadi deg-degan gini? Argh!!!!", Uruha jedot-jedotin palanya ke bantal. Namun pada akhirnya ia angkat juga.
trek.
'Hallo? Uru?'
Uruha menelan ludahnya paksa, "ya? Apa?", Uruha berusaha bicara dengan nada se'cuek bebek mungkin.
'lu hubungin gue? Tadi?'
"Apa? Kagak!! Ah, itu si noseband kali, utak atik hp gue HUATCHIM!!!"
'Reita? Mereka ada sama lu..... Sekarang?'
"iya!! Sori gue tutup teleponnya ni"
trek.
Jelas saja Uruha bohong, mana mungkin dia bilang salah manggil, sampe dua kali gitu? Kayak niat ngejailin aja. Aoi juga pasti berpikir begitu. Lagipula kalau emang Aoi percaya Uruha bener bener salah pencet nomor, sama saja bilang kalau pikiran Uruha dipenuhi dirinya. Itu sih bunuh diri.
Uruha melirik jam weker di meja samping tempat tidurnya, -jam 10.15 p.m-. Tapi toh berbohongpun Uruha gak mahir, membawa bawa nama si Reitong? Larut malam begini? Mana Aoi percaya.
Uruha membanting hapenya ke atas tempat tidur, memukuli(?)nya dengan bantal, menggencet(?)nya. Uruha maen tinju-tinjuan sama guling, membayangkan kalau itu adalah Aoi. "dasar Gurame sialan!!! Ugh!"
BUK! BAK! BUK!
BUK! BAK! BUK!
.
.
.
.
.
Dan keesokan harinya Uruha bener-bener ambruk, demam tinggi setelah puas smack-down smack-down an sama guling semalaman.
***
"si Uru bener-bener sakit?"
"iya, paman Hizaki menelpon wali kelas"
jam pulang sekolah, Ruki, Reita dan Kai mampir ke kelas Aoi dan Uruha. Namun mereka tak menemukan makhluk berpaha(?) muluse itu di bangkunya di samping Aoi. Malah sosok banci yang mereka temuin di sana.
"gak keren amat, sakit keh keh keh", Reita terkekeh sendiri sambil merangkul Kai
"kita bakalan ke rumah Uruha ni, ikut gak Ao?", tanya Ruki
"......."
Meev menepuk punggung Aoi, "sebagai teman, gak apa-apa dong", ujarnya
Ruki mendelikan matanya ke arah Meev, entah kenapa Ruki kurang menyukai keberadaan teman sejak kecil Aoi itu. "Apa maksudnya sebagai teman?", Ruki menatap Meev curiga
"heh? Haha lupakan saja", Meev mengacak-acak rambut Ruki memperlakukannya seperti balita, membuat Ruki makin mengutuk keberadaannya. Reita buru-buru singkirin tangan Meev dari kepala Ruki, menggantikan dengan tangannya. Hingga akhirnya makhluk bernoseband itulah yang kena imbasnya, sundulan maut Ruki. Naas..
***
"PUTUS????!!!!!" *serempak*
"UWOOOOOOOOOOO!!!!", Kai menekan kedua pipinya dengan telapak tangan, agar membuat pengakuan Uruha terkesan dramatis.
"Lu apaan sih?", jitakan Reita mendarat di ubun-ubun Kai
Sekarang Ruki dan kucrut-kucrutnya udah ada di rumah Uruha, plus Toga yang emang udah nangkring di sana entah sejak kapan. Yang jelas Tora datang bukan dengan niat ngejenguk sepupunya seperti niat mulia Ruki dkk *kecuali Reita* paling mereka mau numpang yaoi-an ( -.(-.- )
"Kenapa putus?", tanya Reita antusias
"kenapa? Yaa--yaa--", Uruha gelagapan, "Karena gue suka Ruki", Uruha nunjuk Ruki
0.0 <- Ruki
"Kai Ambil pisau! Kita kuliti paha si Uru", Reita berlagak bisik bisik ditelinga Kai yang lagi melahap Mayounaisenya.
"HEH!! SIALAN LU PESEK!!"
"disini berisik say, pindah yuk!", Tora bangkit dari kursi sambil merangkul Saga, mengajaknya pindah ke ruang lain.
BLUKH.
"PERGI AJA LU JONTOR!!!Gua kagak ngundang!!", Uruha uring-uringan melempari Tora dengan bantal kursi.
"siapa yang mutusin?", tanya Ruki pada Uruha dan Aoi
Uruha mengangkat tangannya tinggi-tinggi *bangga!*
"LU PAHA?!", Reita sewot. Ruki langsung geplak kepalanya.
"kenapa Uru?", tanya Ruki serius, karena dia sangat perduli.
"aa--itu... itu karena gue bosen", ujar Uruha gugup sambil ngompresin keningnya, yang mendadak tambah panas.
"bosen?", Ruki mengernyitkan dahinya
"iya bosen", Uruha melirik Aoi
"LU PAHA??!", Reita sewot lagi
Rasanya Uruha pengen sembunyi di kolong bumi saat ia melirik ke arah Aoi yang duduk tepat di sofa di hadapannya tengah membaca majalah aksesoris Uruha, dan mata mereka saling bertemu. Jelas saja, Uruha tau betul siapa yang bosan dan dibosani disini. Dan dia baru saja mengatakan kalau dia bosan terhadap Aoi? di depan orangnya langsung. Uwooooo~ ~ (-0-)
"Bosan? Alasan macam apa itu? Aoi, kenapa lu terima gitu aja sih?", Reita angkat bicara lagi
"......."
Aoi menutup majalah yang dibacanya, "gue gak bisa maksa", ujarnya santai sambil menatap Uruha. Membuat Uruha tak tau harus berekspresi seperti apa.
"gak bisa maksa ya? Haha... Lu emang gak niat aja kan", Uruha tersenyum sinis
Aoi melebarkan bibir guramenya, tersenyum. Tak menjawab pertanyaan mengambang Uruha. Wajah Aoi yang kelewat santai itu justru membuat tangan Uruha gatal ingin meninjunya, seperti apa yang ia lakukan pada bantal dan gulingnya semalam.
"GAK BISA!!! LU BERDUA KAGAK BISA PUTUS!!!", Reita bentak bentak
"lu kenapa pesek?", Ruki heran
"Iya kok jadi lu yang ribut sih?", Uruha mendengus
"Dia takut Uruha deketin Ruki lag--HMBPH!!", Reita buru-buru bekap mulut Kai yang asik celoteh. Jelas Reita sewot, selama ini siasatnya buat ngejauhin Uruha dari Ruki dengan menyatukannya dengan Aoi telah berhasil. Mendengar mereka putus tentu saja membuat Reita was was. Uruha pasti akan deket-deketin boncelnya lagi kayak dulu, itulah yang ada dipikiran Reita. Dia benar benar merasa posisinya terancam, Reita harus cepat melakukan sesuatu(?)
"gue gak bisa apa-apa, tapi gue harap hubungan kalian tetap kayak dulu", ucap Ruki tulus
"woah~ tenang aja Ruk, gak ada masalah kalau soal begitu hhe", Uruha nyengir, "ya kan Wo?", cengiran Uruha berubah menjadi senyum maksa saat bertanya pada Aoi. Aoi hanya mengangguk menjawab pertanyaan Uruha tanpa mengalihkan pandangannya dari majalah yang asik dibacanya.
"baguslah", Ruki merasa sedikit lega. Makhluk mini itu tak tau perang apa yang telah berlangsung dalam batin Uruha dan Aoi wkwk
***
3 jam berlalu sudah, Ruki, Reita dan Kai ngubek-ngubek Rumah Uruha, begitupun Tora dan Saga yang udah puas yaoian wkwkwk *ditimpuk gigi mpon* akhirnya mereka mutusin buat pulang, setelah pamitan sama Hizaki-sama.
"Uru, cepet sembuh ya!"
"Thanks Rukichuw~ ~", Uruha terharu menitikan air mata, Ruki sangat mengkhawatirkannya *lebe*
Akhirnya merekapun pulang, dan sepi lah rumah Uruha yang super duper gede itu, balik kayak biasanya. Uruha menghela nafas berat, menutup pintu rumahnya.
"Minum obat"
"iya daddy se--", Uruha refleks mundur dua langkah, mengambil ancang-ancang(?) karate, "Gurame?! Kenapa lu masih disini?"
"khu~ khu~ khu~ daddy yang melarangnya pulang dulu, akhir-akhir ini kan Aoi jarang main ke sini", Hizaki-sama tiba-tiba muncul dari balik tembok. "oh ya, sekarang waktunya minum obat. Kebetulan ada Aoi, jadi disuapinnya sama Aoi saja ya?^^"
"KAGAK MAU!!!!!", Uruha mengecam keras( -.-)
"lho, masa sama daddy terus, kamu sudah besar lho"
"TAU!!! Yang mau nyuapin kan daddy, bukan aku yang mau!!!"
Aoi diam tak berdialog. Dia sudah mengenal keluarga ini sejak awal dia berteman dengan Uruha. Dan beginilah cara Hizaki memanjakan anaknya, namun kadang disaat saat tertentu ia juga bersikap tegas dan bahkan keras terhadap Uruha. Hizaki punya kekuatan hulk dalam topengnya yang cantik. Dan itu belum berubah sampai sekarang.
.
.
.
.
gluk..
gluk..
"........"
Gluk..
Uruha menelan obatnya 3 sekaligus. Lalu meraih remote, menyalakan televisi.
"lu bener-bener sakit?"
"Lu pikir gue akting?", Uruha sibuk gonta ganti channel tv, gak melirik Aoi di sampingnya. Mereka sekarang lagi di ruang nonton rumah Uruha.
Aoi tersenyum, "heran. Terakhir kali lu sakit waktu SMP kan? Kecebur kali, demam", gumamnya.
Uruha menoleh, "lu sengaja dorong gue kan waktu itu?"
"eh? Lu nya aja yang kepeleset"
"cis", Uruha mendengus. Iya, Uruha masih ingat kejadian itu, jelas jelas si Gurame yang mendorongnya. Hari itu tepat ulang tahun Uruha yang ke 14 th XDa akibatnya Uruha demam selama 4 hari 3 malam sebagai kado ultahnya dari Aoi.
Ngomong-ngomong soal ultah......??
"Sori"
"hah?", Uruha kembali menoleh ke arah Aoi
"Soal Meev, gue minta maaf"
Mendadak wajah Uruha memerah, rasa jengkel dan marah kembali menguasainya. "ingat itu, gue jadi pengen bunuh orang", Uruha kembali fokus ke tv, mencet mencet tombol remotenya nafsu, ampe tombolnya kelelep, nyungsep kagak bisa dipencet lagi.
"lu boleh bunuh gue"
"gak ada gunanya bunuh lu aja, gue pengen bunuh banci itu"
"Dia gak separah itu"
Uruha membanting remotenya ke lantai, sampai benda itu pecah berantakan.
Uruha menarik Aoi berdiri, mencengkram kerah baju seragamnya kuat. "dia... bagi lu itu apa?"
"teman sejak kecil"
Uruha semakin mencengkram kerah baju Aoi kuat, "tapi sepertinya lebih dari itu"
"mungkin"
"seperti apa?"
"seperti yang lu liat"
"ooh.. yang gue liat, kalian kayak suami istri ya.."
"........"
"Aoi istri yang sangaaat Memanjakan suaminya, Miyavi"
Aoi menggenggam pergelangan tangan Uruha yang mencengkram bajunya kuat, berusaha melepaskan. "mungkin, terserah lu mau berpikir apa", ucap Aoi dingin, terkesan tak ingin memberikan penjelasan apapun. Uruha terlanjur tak mempercayainya.
BRUK.
Uruha meninju pipi Aoi kuat melampiaskan kekesalannya, membuat Aoi hilang keseimbangan dan ambruk di atas sofa. Pukulan kedua hampir Uruha layangkan, namun melihat sedikit darah segar keluar dari sudut bibir Aoi, Uruha tak tega untuk membuat darah itu keluar lebih banyak lagi.
Tangan Aoi bergerak mencapai sudut bibirnya untuk menyeka darah yang keluar, namun refleks tangan Uruha menyingkirkannya, menggantikan tugas tangan Aoi dengan lidahnya *XDa*, Aoi sedikit tersentak dengan tindakan Uruha, lebih kaget daripada ketika ia memukul wajahnya.
"sakit heh?", Uruha bertanya dengan senyum sangat dipaksakan. Sedikit membungkuk, Mengunci ruang gerak Aoi dengan memposisikan kedua tangannya disamping kiri dan kanan kepala gurame itu pada sandaran sofa. "gue lebih sakit!!", mimik wajah Uruha berubah 360 derajat.
Perlahan tangan Uruha mengangkat dagu Aoi. "Uru, ada maid lu tuh", ucap Aoi saat melihat Yusa tiba-tiba datang membawa tempat sampah, mungkin maksudnya mau bersihin remote yang udah pecah berantakan.
"kenapa?"
"apa lu gak merasa gak enak?", Aoi mengernyitkan dahinya, "dilihat orang dengan posisi begini?"
Uruha menyeringai, bukannya melepaskan dagu Aoi, ataupun membenarkan posisinya. Uruha malah naik ke atas sofa dan duduk di lahunan Aoi. *mereka berhadapan lho! Bayangkan sendiri bagaimana posisinya wkwkwkwk*, "Uru.. pa--", Dan mata Aoi sedikit melebar, merasakan sesuatu yang lembut menyapu permukaan bibirnya. Sang Maid Yusa yang lagi beresin pecahan remotepun melongo, melihat kelakuan majikannya. Tapi ia gak bisa angkat kaki gitu aja, kakinya serasa dipaku ditempat. *bilang aja pengen nonton*
to..be..continued
Gyakakakakakakak XDa *no kumen*
Otanjoubi Omedetou Papi(?) Wowiiiiii~ >0<)9 dower dower dower!!!!! (BESOK)
Author : Rukira Matsunori
Rated : M *jaga-jaga*
Genre(s) : Gajeromance/ B.L a.k.a Ox0/ aneh
Fandom(s) : the GazettE, Alicenine, dkk
Pairing(s) : Aoi x Uru x Meev (threesome? bwakakak *gak mungkin*)
Chapter : 6
Warning : ABAL-ABAL, EBEL, BAHASA ANCUR GAK SESUAI EYD, ANEH, ALUR NGASAL, LEBE <-- *perhatikan baik-baik*
Note : XDa ini fic gak jelas, bahasanya suka-suka saia, fic-nya juga suka-suka aye. . . Maap
POV-nya ada yang tiba tiba berubah, jadi orang pertama :)
'Aoi'
Uruha segera menepis tangan Aoi yang menggenggam pergelangan tangannya kuat, matanya mendelik penuh amarah, "gak usah ikut campur lah!!", Uruha kembali mengarahkan tinjuan tangannya lagi ke wajah Meev namun lagi-lagi tangan Aoi segera menahannya, menarik tubuh Uruha untuk berdiri.
"AOI!!!", Uruha membentak tampak kesal
"Sudahlah!", Aoi bicara dengan sedikit meninggikan suaranya.
"LU--"
Meev hanya terduduk, mengernyitkan dahi dengan tingkah kedua makhluk di hadapannya. Dan lagi-lagi ia menyeringai, "Woeee~Awo", Ia bangkit berdiri menepuk-nepuk bokongnya membersihkan debu yang menempel, "Lu datang nyelametin gue", Ujarnya tersenyum sambil merangkul pundak Aoi, "sejak kapan lu di sini?"
"......."
"beberapa menit yang lalu-", Aoi melirik ke arah Uruha, "mungkin"
Mata Uruha membulat, beberapa menit yang lalu? Berarti Aoi melihat Meev mencuri kisu Uruha? Tapi ia tak berusaha menghentikannya?
Uruha menggigit bibir bawahnya, kedua tangannya mengepal kuat meremat kain celana seragam bagian sampingnya. Setidaknya sebagai teman? Apakah tidak ada rasa peduli ketika melihat Uruha dipaksa begitu oleh orang lain?
"maaf", Ucap Aoi, melihat wajah Uruha yang udah kayak manusia kesurupan, merah padam. Jelas-jelas menahan amarah.
"Untuk apa?"
"Sikap Meev terhadap lu"
Uruha meremas-remas telapak tangan disamping pahanya XDa, seperti berusaha menahan sesuatu yang kapan saja bisa meledak, "Kenapa lu yang minta maaf?"
"Karena dia-"
PLAKKK!!!!!!
Kepala Aoi berputar 90 derajat.
"LU PIKIR CUKUP DENGAN MINTA MAAF??! ayo selesaikan dengan cara laki-laki", Uruha menyingsingkan kedua lengan bajunya tampak sangat emosi, menyadari Aoi ternyata sangat memanjakan banci bernama Meev itu.
"ada bau-bau hati panggang nih", Sindir Meev berlagak ngendus-endus
"Lu terlalu manjain makhluk ini ya", Uruha senyum maksa. Mengarahkan telunjuknya tepat di depan hidung Meev.
"hoho~ lu belum banyak tau hubungan gue sama Aoi ya? Lebih intim dari yang lu kira lho, iya kan Wo?", Meev celoteh yang langsung dapat geplakan dari Aoi. Membuat mereka terlihat amat sangat mesraaaaa sekaliiii dimata Uru.
Uruha menarik seragam bagian depan Aoi, menatapnya tajam. "wah sebegitu memanjakannya ya? Kalau lu mau gantiin perlakuan dia ke gue, ayo selesaikan?"
"hei. . .hei. . .", Meev malah nyengir najong, asik berpangku tangan.
"Selesaikan?", Alis Aoi terangkat sebelah.
"maksudnya berkelahi Wo", Meev ikut dialog lagi sambil guntingin kuku-kukunya(?)
"DIEM LU MEMESHIIIIIII!!!", Uruha merasa terganggu, melemparkan tasnya tepat ke muka Meev yang lagi konsen guntingin kuku. Amarah Uruha kini lebih dominan sama Guramenya.
Aoi menghela nafas, "oke. . .Pukul aja gue", Ucap Aoi yang keliatannya sangat pasrah, membuat niat Uruha yang lagi dibakar amarah bener-bener pengen remukin wajah Aoi jadi gak tega, "pukul aja.."
"......."
"sepuasnya"
"........"
"Uru?"
"AAAAAAAAAAAARGH!!!", Uruha melepaskan gamitan tangannya diseragam Aoi, berjalan ke arah Meev lalu memukulinya dengas tas bertubi-tubi wkwkwk Uruha frustasi...
***
BRAK!
Reita tiba-tiba menggebrak meja Ruki yang lagi beresin buku-bukunya, membuat makhluk mini itu sedikit terlonjak kaget dan spontan nabokin bukunya ke muka Reita, "PESEK LU!! eh pesek lu", Ruki ngedadak latah
Reita ngusap mukanya, "Ruk!!!", Reita natap Ruki dengan pandangan serius
"apa?", Ruki nanya balik, ketus.
"Pulang bareng yuk, hehe", Reita nyengir
T_T
"wohoho~ )^0^("
Dan beberapa saat kemudian, makhluk bernoseband itu langsung dapet tabokan tas dimukanya sesaat sebelum Ruki akhirnya melengos pergi nyeret Kai keluar kelas.
'boncel BEDEBAH!!! Apa salahnya sih jawab 'ayo' sambil tersenyum^^, dan bersikap manis seperti uke kebanyakan? >:(', Reita sungut-sungut sambil menyeret tasnya, berjalan keluar kelas nyusul Ruki dan Kai yang udah ngeloyor duluan.
"pulang Rei?", Sapa dua makhluk berjenis kelamin laki-laki teman sekelas Reita yang kebetulan berpapasan di koridor.
"Yoyoi..", Reita menyempatkan diri moles kedua temannya itu, lalu merangkul mereka, "pinjemin gue uang dong cuy! Buat ongkos hhe"
"jyah! Lu utang yang kemaren aja belum dibayar"
"HEH!!! Dulu-dulu lu kan NGASIH, ya kagak gua bayar lah kunyuk!", Reita nyentrungin kepala salah seorang teman sekelasnya dari belakang.
"Ngasih apaan? Weeeeee..."
"hutang tetep aja hutang!", si temin yang satu lagi nimbrung
"jah pelit ah, kagak demen gue punya konco-konco kayak lu pada", Reita melengos ngerasa gak kan berhasil malak. Gak perduli kedua orang dibelakangnya komat kamit ngatain dengan semua kejelekannya.
Reita bersiul-siul disepanjang koridor, dengan tas gendong nyangkut(?) disebelah kiri bahunya, melangkah dengan keren sambil masukin sebelah tangannya ke saku celana. Sedangkan tangan yang lain sesekali terangkat menjawab sapaan teman-temannya yang kebetulan melintas atau emang lagi nangkring di sana.
Berjalan melewati sebuah lorong kecil, tiba-tiba langkah Reita berhenti, bola matanya memutar ke atas tampak berpikir. Kakinya berjalan mundur mencoba menengok sesuatu yang ia lihat sepintas tadi dengan ujung matanya, untuk memastikan. Dan. . . .
DHUAR!
DHUAR!
DHUAR!
Betapa shocknya Reita melihat boncelnya tengah asik bermesraan(?) dengan laki-laki berpaha di lorong sana.
"NA-NANIIIIIIIIII???"
***
Meev menyeruput kopinya dengan pandangan mata tak henti mengawasi Aoi yang bergeming di kursinya. Sejak pulang dari sekolah sampai Meev membawanya ke cafe ini pun, Aoi anti ngeluarin suara, walau Meev ngecoblak(?) sana sini tetep aja kagak digubris.
Meev melirik kopi milik Aoi yang kelihatan mulai dingin, tak tersentuh tangan Aoi. Padahal Meev udah teraktir dia kopi blue mountain 100% tapi dikacangin gitu aja membuat Meev sedikit jengkel.
"Oii~ Kopinya dingin tuh"
"......."
Tak mendapat respon, Meev memposisikan tangannya di atas meja menjadikannya penyangga dagu. "hmmm~ lu marah?"
"........"
"eh, bibir si Uru panas lho, apa sakit ya?", Meev berlagak menerawang ke langit-langit, "atau emang kayak gitu ya hahahah"
Aoi mulai merespon kata-kata Meev, "lu datang lagi ke kota ini sebenarnya mau ngapain?"
"mau ketemu A-O-I, temen kecil gue^^"
Aoi mendengus, "berhenti bicara kekanak-kanakan! Mau lu apa sih hah?"
"eh minum dulu kopinya tuh", Meev nunjuk-nunjuk kopi Aoi
Pakk
Aoi menepis tangan Meev, "kenapa lu memperlakukan Uruha kayak gitu?"
Meev usap-usapin tangannya yang terasa panas, Aoi menepis tangannya dengan kekuatan penuh. Membuat Meev tau kalau temannya itu benar-benar lagi ngambek, bener-bener ngambwek. "hmm~ kenapa ya... Rasanya lucu aja liat ekspresinya itu haha, lu liat juga kan tadi... Dia--", Meev gantungin kata-katannya melihat Aoi udah masang deathglare sambil megangin cangkir kopi di atas meja kuat-kuat. satu kata lagi meluncur dari mulut Meev maka cangkir mahal itu bakalan remuk ditangan Aoi. Meev menyeringai memutuskan untuk diam.
Kini dua laki-laki itu saling bertatapan sengit selama beberapa waktu, membuat pengunjung cafe yang lain merasa tak nyaman karena merasakan atmosfer aneh dari bangku dua anak laki-laki itu. sampai Meev mutusin buat buka mulut, "gue lakuin demi lu kok", ucapnya enteng lalu kembali nyeruput nyeruput kopinya.
"demi gue?"
"Fifty : fifty", Meev ngacungin dua jarinya
Aoi mengernyitkan dahi, "fifty fifty?"
Meev mengangguk, "atau kalau perlu, gue buat dia 'juga' gak bisa jalan 4 hari 4 malam wkwkwk"
BRAKK!
Semua mata pengunjung mengarah ke bangku Aoi dan Meev mendengar suara gebrakan. Meev hanya tersenyum mengangkat sebelah tangannya meminta maaf pada pengunjung lain, dan mengatakan tidak ada apa-apa. Tapi mana mereka percaya kalau ngeliat Aoi yang udah berdiri dari bangkunya dengan pandangan membunuh begitu XD
"duduk lagi dong Ao.. Gak enak diliat orang"
"gue gak kan maafin lu kalau sampai berani nyentuh Uruha lagi!!", Aoi sedikit menahan suaranya yang ingin berteriak karena menyadari posisinya di tengah-tengah banyak pengunjung.
"lu nahan amarah dari tadi? Hmm~ kenapa gak pukul gue langsung tadi?"
"Miyavi..."
"oh... Gue lupa, lu kan sayang sama gue hahah"
"sinting!"
Meev tersenyum tipis, "tapi sayang gue kan? Nyahahah^o^"
Aoi mendengus lalu beranjak pergi setelah meninggalkan sejumlah uang di atas meja untuk membayar kopi. Meev tetap diam dikursinya sambil menyeruput kopi, "udah gue traktir juga", ia mendengus namun seringaian masih tergambar jelas di wajahnya.
###
"aduh! Pelan pelan dong dasar Gurame!"
Bletak!
Aku men-slap kepalanya pelan, kata-kata yang seenaknya, kelakuan yang sembrono, seringaian nakal. Dia sudah memilikinya sejak dulu.
"siapa suruh pulang kemari? Kenapa gak minta diobati ibumu saja?", dengusku
"Wah parah! Kalau aku pulang dalam keadaan luka luka begini, bukannya diobati, bisa bisa dihajar aku haha", dia tertawa. Tapi menurutku kata katanya tidak membangkitkan minatku untuk melakukan hal yang sama dengannya, sama sekali tidak lucu.
"siapa suruh berkelahi?", aku menempel-nempelkan plester disekitar pipi, lengan dan jidatnya yang lebam.
"pertanyaan macam apa itu? Kau laki-laki bukan sih?", tangannya menyentil jidatku, "aku seorang jagoan, kau sih gak suka berkelahi, pengecut ah Aoi"
Aku hampir saja melayangkan tinjuanku ke mulutnya yang blong itu, sampai ibuku datang, membuatku mengurungkan niat untuk menambahkan luka di wajahnya.
"itu tidak benar, shiro-chan bukan pengecut, anak bibi tidak pengecut", ibu duduk di kursi disampingnya, tersenyum padaku, "lagipula yang namanya jagoan itu bukan berarti menyebabkan masalah untuk berkelahi, tapi berkelahi karena ada yang ingin dilindungi itu baru jagoan. Bibi selalu berpesan agar Shiro-chan berkelahi kalau memang benar benar ia sudah terdesak^^"
"he? Aku pikir bibi melarangnya"
"tidak! Bibi tidak melarang, berkelahi memang ciri khas laki-laki kan?"
". . .", dia menunduk, "aku ingin punya ibu seperti bibi"
"bicara apa sih? Bibi menyayangi Takamasa seperti anak bibi sendiri kok", ibu mengusap usap pangkal kepalanya dan dia tersenyum, bukan seringaian seperti yang sering ia perlihatkan padaku.
"Aoi. . .Kau dengar? Bibi sayang padaku! Kau juga sayang padaku kan?"
"tidak!"
"tuh kan bi, dia tidak pernah mau jujur. Padahal aku sering bilang sayang SAYAAAANG padanya", adunya manja pada ibuku, sampai aku dapat tatapan peringatan dari ibuku sendiri. "aku mau bunuh diri saja kalau Aoi tidak sayang padaku!"
Dasar kekanak-kanakan!!!, aku mengutuknya dalam hati.
"Aoi", ibu mencubit perutku
"iya-iya. . .", aku mendengus
"iya apa?"
"aku sayang padamu!", aku mengembungkan pipiku menahan jengkel padanya yang tersenyum senang mendengar perkataanku.
"Aku juga sayaaaaaaaang Aoi"
"cis"
***
Aoi terlentang di atas tempat tidurnya sembari memejamkan mata, ingatannya tentang masa lalu tiba tiba saja muncul memenuhi pikirannya. Benar, Aoi sayang anak laki-laki itu, Dia yang tak bisa Aoi benci, walaupun sudah mencelakakannya sekalipun, dan membuatnya punya kelemahan sefatal ini. Tapi sekali lagi Aoi tak membencinya. Selama ia tak melibatkan Uruha.
'Uruha'
Kenangannya bersama makhluk itu tak sebanyak kenangannya bersama Meev, tapi entah kenapa bagi Aoi itulah yang terpenting.
Drrt.. Drrt..
Aoi terbangun, membangkitkan tubuhnya dari atas tempat tidur, meraih handphonenya yang tergeletak tak berdosa di sampingnya.
-My Lovely Paha calling...-
Aoi menyempatkan diri mengerutkan dahinya sejenak, kemudian ia buru buru mengangkat panggilan Uruha.
"ya, Hallo?"
'........'
"ha-"
tut...
tut...
tut...
(sambungan terputus)
Aoi kembali mengernyitkan dahi, menjauhkan handphone dari telinganya. Apa hanya salah sambung?
Drrt.. Drrt..
Belum 5 menit dari panggilan sebelumnya, hape Aoi udah bergetar lagi dengan nama 'My Lovely Paha' kembali terpampang di layar hp Aoi. Mr.Gurame itu tak mau membuang-buang waktu, ia pun segera menerima panggilannya. "ya-"
tut...
tut...
tut...
"......."
Apa maksudnya si paha itu menelpon, diputus, menelpon, diputus? Apa hanya ingin mempermainkan sang gurame?
trek.
"Hallo? Uru?"
'he? Apa?'
"lu hubungin gue? Tadi?"
'apa? Kagak!! Ah itu, si noseband kali, utak atik hp gue HUATCHIM!!!'
"Reita? mereka ada sama lu..... sekarang?"
"iya!! Sori gue tutup teleponnya nih"
tut.. tut.. tut..
"......."
BUKH..
Aoi membanting hapenya ke atas tempat tidur, belum sampai hati membantingnya ke lantai atau tembok. Setahu Aoi, Reita dkk-(kucrut-kucrut)nya tidak pernah kelayapan di rumah orang sampai jam selarut ini. Aoi tau Uruha masih marah karena kelakuan Meev? Atau karena kelakuannya? Yang jelas Aoi tau bagaimana perasaannya sekarang, makanya ia masih memaklumi kalau Uruha mempermainkannya, membuatnya Aoi senang kemudian jengkel setelahnya, seperti menelpon, tutup, menelpon, tutup? Mungkin itu bentuk dendam(?) dan pelampiasan Uruha.
***
"HUATCHIIIWWW!!!", Uruha mengusap-usap(?) hidungnya yang udah merah. Matanya berkunang-kunang, kepalanya pusing. Sepertinya penyakit kehujanan waktu itu tambah parah.
Uruha meraih handphonenya, mencari nama kontak -Anak Gua-. Dia masih merasa tak enak dengan kelakuan dan kata-katanya di sekolah tadi terhadap Ruki. Mengatakan, 'apa lu sadar dulu gue suka banget lu Ruki?', di depan Aoi. Uruha masih ingat jelas wajah Ruki yang kebingungan dan diawal-awal dia malah cengok, dan yang jelas Uruha tau Ruki merasa tak enak dengan Aoi.
Sebenarnya Apa maksudnya Uruha mengatakan hal seperti itu? Apa yang ada dipikirannya waktu itu? Saking emosinya sama Aoi, yang dia pikirkan hanya membuat Gurame itu MENYESAL--lebih tepatnya cemburu--*sisi kecewek-cewekan Uru ini wkwkwk*
trek.
'ya? Hallo?'
Uruha buru-buru menjauhkan hp dari telinganya, apa cuma perasaan Uruha saja? Kok suara Ruki jadi mirip suara si Gurame?
Dan mata Uruha melotot, ngeliat nama kontak yang ia panggil di layar hapenya--plus foto gurame bakar(asli)--terpampang disana, rupanya Uruha salah memanggil orang.
'ha-'
trek.
Uruha cepet-cepet putusin sambungan teleponnya. Pikirannya terlalu dipenuhi si gurame itu, sampai tak sadar salah pencet nomor.
Uruha kembali mencari nama kontak Ruki -Anak Gua- untuk menghubungi ulang.
trek.
'ya?'
Uruha udah mangap mau berkata-kata, dan meminta maaf pada Ruki namun lagi-lagi suara yang terdengar dari seberang sana seperti suara kutukan yang menghantuinya. Buru-buru Uruha putusin lagi sambungannya. Kok bisa salah lagi?
Uruha udah mau banting hapenya sampai lagu jebot -NUMATA - Selingkuh itu indah- mengalun dari handphonenya.
-Awo Gurame dower calling...-
"Heeeeeeeeeee??!", Suara cempreng Uru melengking.
Angkat?
Enggak?
Angkat?
Enggak?
Angkat?
"Kenapa gue jadi deg-degan gini? Argh!!!!", Uruha jedot-jedotin palanya ke bantal. Namun pada akhirnya ia angkat juga.
trek.
'Hallo? Uru?'
Uruha menelan ludahnya paksa, "ya? Apa?", Uruha berusaha bicara dengan nada se'cuek bebek mungkin.
'lu hubungin gue? Tadi?'
"Apa? Kagak!! Ah, itu si noseband kali, utak atik hp gue HUATCHIM!!!"
'Reita? Mereka ada sama lu..... Sekarang?'
"iya!! Sori gue tutup teleponnya ni"
trek.
Jelas saja Uruha bohong, mana mungkin dia bilang salah manggil, sampe dua kali gitu? Kayak niat ngejailin aja. Aoi juga pasti berpikir begitu. Lagipula kalau emang Aoi percaya Uruha bener bener salah pencet nomor, sama saja bilang kalau pikiran Uruha dipenuhi dirinya. Itu sih bunuh diri.
Uruha melirik jam weker di meja samping tempat tidurnya, -jam 10.15 p.m-. Tapi toh berbohongpun Uruha gak mahir, membawa bawa nama si Reitong? Larut malam begini? Mana Aoi percaya.
Uruha membanting hapenya ke atas tempat tidur, memukuli(?)nya dengan bantal, menggencet(?)nya. Uruha maen tinju-tinjuan sama guling, membayangkan kalau itu adalah Aoi. "dasar Gurame sialan!!! Ugh!"
BUK! BAK! BUK!
BUK! BAK! BUK!
.
.
.
.
.
Dan keesokan harinya Uruha bener-bener ambruk, demam tinggi setelah puas smack-down smack-down an sama guling semalaman.
***
"si Uru bener-bener sakit?"
"iya, paman Hizaki menelpon wali kelas"
jam pulang sekolah, Ruki, Reita dan Kai mampir ke kelas Aoi dan Uruha. Namun mereka tak menemukan makhluk berpaha(?) muluse itu di bangkunya di samping Aoi. Malah sosok banci yang mereka temuin di sana.
"gak keren amat, sakit keh keh keh", Reita terkekeh sendiri sambil merangkul Kai
"kita bakalan ke rumah Uruha ni, ikut gak Ao?", tanya Ruki
"......."
Meev menepuk punggung Aoi, "sebagai teman, gak apa-apa dong", ujarnya
Ruki mendelikan matanya ke arah Meev, entah kenapa Ruki kurang menyukai keberadaan teman sejak kecil Aoi itu. "Apa maksudnya sebagai teman?", Ruki menatap Meev curiga
"heh? Haha lupakan saja", Meev mengacak-acak rambut Ruki memperlakukannya seperti balita, membuat Ruki makin mengutuk keberadaannya. Reita buru-buru singkirin tangan Meev dari kepala Ruki, menggantikan dengan tangannya. Hingga akhirnya makhluk bernoseband itulah yang kena imbasnya, sundulan maut Ruki. Naas..
***
"PUTUS????!!!!!" *serempak*
"UWOOOOOOOOOOO!!!!", Kai menekan kedua pipinya dengan telapak tangan, agar membuat pengakuan Uruha terkesan dramatis.
"Lu apaan sih?", jitakan Reita mendarat di ubun-ubun Kai
Sekarang Ruki dan kucrut-kucrutnya udah ada di rumah Uruha, plus Toga yang emang udah nangkring di sana entah sejak kapan. Yang jelas Tora datang bukan dengan niat ngejenguk sepupunya seperti niat mulia Ruki dkk *kecuali Reita* paling mereka mau numpang yaoi-an ( -.(-.- )
"Kenapa putus?", tanya Reita antusias
"kenapa? Yaa--yaa--", Uruha gelagapan, "Karena gue suka Ruki", Uruha nunjuk Ruki
0.0 <- Ruki
"Kai Ambil pisau! Kita kuliti paha si Uru", Reita berlagak bisik bisik ditelinga Kai yang lagi melahap Mayounaisenya.
"HEH!! SIALAN LU PESEK!!"
"disini berisik say, pindah yuk!", Tora bangkit dari kursi sambil merangkul Saga, mengajaknya pindah ke ruang lain.
BLUKH.
"PERGI AJA LU JONTOR!!!Gua kagak ngundang!!", Uruha uring-uringan melempari Tora dengan bantal kursi.
"siapa yang mutusin?", tanya Ruki pada Uruha dan Aoi
Uruha mengangkat tangannya tinggi-tinggi *bangga!*
"LU PAHA?!", Reita sewot. Ruki langsung geplak kepalanya.
"kenapa Uru?", tanya Ruki serius, karena dia sangat perduli.
"aa--itu... itu karena gue bosen", ujar Uruha gugup sambil ngompresin keningnya, yang mendadak tambah panas.
"bosen?", Ruki mengernyitkan dahinya
"iya bosen", Uruha melirik Aoi
"LU PAHA??!", Reita sewot lagi
Rasanya Uruha pengen sembunyi di kolong bumi saat ia melirik ke arah Aoi yang duduk tepat di sofa di hadapannya tengah membaca majalah aksesoris Uruha, dan mata mereka saling bertemu. Jelas saja, Uruha tau betul siapa yang bosan dan dibosani disini. Dan dia baru saja mengatakan kalau dia bosan terhadap Aoi? di depan orangnya langsung. Uwooooo~ ~ (-0-)
"Bosan? Alasan macam apa itu? Aoi, kenapa lu terima gitu aja sih?", Reita angkat bicara lagi
"......."
Aoi menutup majalah yang dibacanya, "gue gak bisa maksa", ujarnya santai sambil menatap Uruha. Membuat Uruha tak tau harus berekspresi seperti apa.
"gak bisa maksa ya? Haha... Lu emang gak niat aja kan", Uruha tersenyum sinis
Aoi melebarkan bibir guramenya, tersenyum. Tak menjawab pertanyaan mengambang Uruha. Wajah Aoi yang kelewat santai itu justru membuat tangan Uruha gatal ingin meninjunya, seperti apa yang ia lakukan pada bantal dan gulingnya semalam.
"GAK BISA!!! LU BERDUA KAGAK BISA PUTUS!!!", Reita bentak bentak
"lu kenapa pesek?", Ruki heran
"Iya kok jadi lu yang ribut sih?", Uruha mendengus
"Dia takut Uruha deketin Ruki lag--HMBPH!!", Reita buru-buru bekap mulut Kai yang asik celoteh. Jelas Reita sewot, selama ini siasatnya buat ngejauhin Uruha dari Ruki dengan menyatukannya dengan Aoi telah berhasil. Mendengar mereka putus tentu saja membuat Reita was was. Uruha pasti akan deket-deketin boncelnya lagi kayak dulu, itulah yang ada dipikiran Reita. Dia benar benar merasa posisinya terancam, Reita harus cepat melakukan sesuatu(?)
"gue gak bisa apa-apa, tapi gue harap hubungan kalian tetap kayak dulu", ucap Ruki tulus
"woah~ tenang aja Ruk, gak ada masalah kalau soal begitu hhe", Uruha nyengir, "ya kan Wo?", cengiran Uruha berubah menjadi senyum maksa saat bertanya pada Aoi. Aoi hanya mengangguk menjawab pertanyaan Uruha tanpa mengalihkan pandangannya dari majalah yang asik dibacanya.
"baguslah", Ruki merasa sedikit lega. Makhluk mini itu tak tau perang apa yang telah berlangsung dalam batin Uruha dan Aoi wkwk
***
3 jam berlalu sudah, Ruki, Reita dan Kai ngubek-ngubek Rumah Uruha, begitupun Tora dan Saga yang udah puas yaoian wkwkwk *ditimpuk gigi mpon* akhirnya mereka mutusin buat pulang, setelah pamitan sama Hizaki-sama.
"Uru, cepet sembuh ya!"
"Thanks Rukichuw~ ~", Uruha terharu menitikan air mata, Ruki sangat mengkhawatirkannya *lebe*
Akhirnya merekapun pulang, dan sepi lah rumah Uruha yang super duper gede itu, balik kayak biasanya. Uruha menghela nafas berat, menutup pintu rumahnya.
"Minum obat"
"iya daddy se--", Uruha refleks mundur dua langkah, mengambil ancang-ancang(?) karate, "Gurame?! Kenapa lu masih disini?"
"khu~ khu~ khu~ daddy yang melarangnya pulang dulu, akhir-akhir ini kan Aoi jarang main ke sini", Hizaki-sama tiba-tiba muncul dari balik tembok. "oh ya, sekarang waktunya minum obat. Kebetulan ada Aoi, jadi disuapinnya sama Aoi saja ya?^^"
"KAGAK MAU!!!!!", Uruha mengecam keras( -.-)
"lho, masa sama daddy terus, kamu sudah besar lho"
"TAU!!! Yang mau nyuapin kan daddy, bukan aku yang mau!!!"
Aoi diam tak berdialog. Dia sudah mengenal keluarga ini sejak awal dia berteman dengan Uruha. Dan beginilah cara Hizaki memanjakan anaknya, namun kadang disaat saat tertentu ia juga bersikap tegas dan bahkan keras terhadap Uruha. Hizaki punya kekuatan hulk dalam topengnya yang cantik. Dan itu belum berubah sampai sekarang.
.
.
.
.
gluk..
gluk..
"........"
Gluk..
Uruha menelan obatnya 3 sekaligus. Lalu meraih remote, menyalakan televisi.
"lu bener-bener sakit?"
"Lu pikir gue akting?", Uruha sibuk gonta ganti channel tv, gak melirik Aoi di sampingnya. Mereka sekarang lagi di ruang nonton rumah Uruha.
Aoi tersenyum, "heran. Terakhir kali lu sakit waktu SMP kan? Kecebur kali, demam", gumamnya.
Uruha menoleh, "lu sengaja dorong gue kan waktu itu?"
"eh? Lu nya aja yang kepeleset"
"cis", Uruha mendengus. Iya, Uruha masih ingat kejadian itu, jelas jelas si Gurame yang mendorongnya. Hari itu tepat ulang tahun Uruha yang ke 14 th XDa akibatnya Uruha demam selama 4 hari 3 malam sebagai kado ultahnya dari Aoi.
Ngomong-ngomong soal ultah......??
"Sori"
"hah?", Uruha kembali menoleh ke arah Aoi
"Soal Meev, gue minta maaf"
Mendadak wajah Uruha memerah, rasa jengkel dan marah kembali menguasainya. "ingat itu, gue jadi pengen bunuh orang", Uruha kembali fokus ke tv, mencet mencet tombol remotenya nafsu, ampe tombolnya kelelep, nyungsep kagak bisa dipencet lagi.
"lu boleh bunuh gue"
"gak ada gunanya bunuh lu aja, gue pengen bunuh banci itu"
"Dia gak separah itu"
Uruha membanting remotenya ke lantai, sampai benda itu pecah berantakan.
Uruha menarik Aoi berdiri, mencengkram kerah baju seragamnya kuat. "dia... bagi lu itu apa?"
"teman sejak kecil"
Uruha semakin mencengkram kerah baju Aoi kuat, "tapi sepertinya lebih dari itu"
"mungkin"
"seperti apa?"
"seperti yang lu liat"
"ooh.. yang gue liat, kalian kayak suami istri ya.."
"........"
"Aoi istri yang sangaaat Memanjakan suaminya, Miyavi"
Aoi menggenggam pergelangan tangan Uruha yang mencengkram bajunya kuat, berusaha melepaskan. "mungkin, terserah lu mau berpikir apa", ucap Aoi dingin, terkesan tak ingin memberikan penjelasan apapun. Uruha terlanjur tak mempercayainya.
BRUK.
Uruha meninju pipi Aoi kuat melampiaskan kekesalannya, membuat Aoi hilang keseimbangan dan ambruk di atas sofa. Pukulan kedua hampir Uruha layangkan, namun melihat sedikit darah segar keluar dari sudut bibir Aoi, Uruha tak tega untuk membuat darah itu keluar lebih banyak lagi.
Tangan Aoi bergerak mencapai sudut bibirnya untuk menyeka darah yang keluar, namun refleks tangan Uruha menyingkirkannya, menggantikan tugas tangan Aoi dengan lidahnya *XDa*, Aoi sedikit tersentak dengan tindakan Uruha, lebih kaget daripada ketika ia memukul wajahnya.
"sakit heh?", Uruha bertanya dengan senyum sangat dipaksakan. Sedikit membungkuk, Mengunci ruang gerak Aoi dengan memposisikan kedua tangannya disamping kiri dan kanan kepala gurame itu pada sandaran sofa. "gue lebih sakit!!", mimik wajah Uruha berubah 360 derajat.
Perlahan tangan Uruha mengangkat dagu Aoi. "Uru, ada maid lu tuh", ucap Aoi saat melihat Yusa tiba-tiba datang membawa tempat sampah, mungkin maksudnya mau bersihin remote yang udah pecah berantakan.
"kenapa?"
"apa lu gak merasa gak enak?", Aoi mengernyitkan dahinya, "dilihat orang dengan posisi begini?"
Uruha menyeringai, bukannya melepaskan dagu Aoi, ataupun membenarkan posisinya. Uruha malah naik ke atas sofa dan duduk di lahunan Aoi. *mereka berhadapan lho! Bayangkan sendiri bagaimana posisinya wkwkwkwk*, "Uru.. pa--", Dan mata Aoi sedikit melebar, merasakan sesuatu yang lembut menyapu permukaan bibirnya. Sang Maid Yusa yang lagi beresin pecahan remotepun melongo, melihat kelakuan majikannya. Tapi ia gak bisa angkat kaki gitu aja, kakinya serasa dipaku ditempat. *bilang aja pengen nonton*
to..be..continued
Gyakakakakakakak XDa *no kumen*
Otanjoubi Omedetou Papi(?) Wowiiiiii~ >0<)9 dower dower dower!!!!! (BESOK)
lanjuuuutttt...
ReplyDeleteTolooooooong..... DILANJUTKAN!!!!!!!! XD
ReplyDelete^^ iyaaaa.... hhe... *plak*
ReplyDeleteLANJUT-LANJUT-LANJUT-LANJUT-LANJUT-LANJUT *Maksa* *Digebukin krn maksa*
ReplyDeleteDILANJUTIN DOOOONG!!!!!!!
wkwkwkwk *gebukin*
ReplyDelete^^> siaaappp....
lanjut dumz,,,, pweazeeeeeeeeeee *puppy eyes*
ReplyDelete