Search + histats

Sunday 9 January 2011

I'm Straight *bonus* : Taisetsuna hito 5

Author : Rukira si tepung rumput laut
rated : M *jaga-jaga*
genre : gajeromance/ school/ aneh/ B.L
fandom(s) : the GazettE, alicenine dkk
pairing(s) : Aoi x Uru x Meev
chapter : 5
warning : INI FIC ABAL, EBEL, dan GAJE!!!! Bahasa ancur, gak sesuai EYD
note : gomen~ aneh =..=
length : 21 page word *kuro minta panjang* hha
Aoi terduduk di tepi tempat tidur sembari menundukan kepalanya. "putus?"
BRUK.
Ia menjatuhkan tubuhnya ke tempat tidur dengan kedua kaki menjuntai ke lantai. Matanya menerawang ke langit langit kamar, pikirannya kabur entah kemana. Pertengkarannya dengan Uruha tadi sungguh tidak ia inginkan, dan lagi... "putus?", Bagaimana bisa Uruha mengucapkan kata seperti itu dengan entengnya... Ia tidak tau bagaimana perasaan Aoi selama ini terhadapnya, memendam perasaannya selama bertahun tahun karena merasa diri tak normal. Menyembunyikan rasa cemburunya saat Uruha celoteh sana celoteh sini soal Ruki.
Uruha gak tau betapa bahagianya Aoi--sampai rasanya pengen bunuh diri--saat Uruha tiba-tiba mengatakan 'suka' padanya. Dan setelah beberapa bulan saja akhirnya ia mendapatkan pemuda yang disukainya itu, dengan entengnya Uruha mengatakan "PUTUS?!"
"Aaaaaaaaaaaaaarrrrgh!!"
BRUASH.
"habwahuwahh", Aoi buru buru bangun dari tempat tidur berkat semburan segayung air maut Meev.
"yosho~ udah dingin kepala lo gurame?^-^", Ujar Meev tanpa dosa
"MEEV!!!", Aoi berdiri dengan menggebu gebu, kepalanya basah tapi entah kenapa dalemnya malah bergejolak kayak gunung merapi mau meletus, "LU TUH APA-APAAN SIH HAH??"
"santai~", Meev menekan bahu Aoi untuk menurunkan tubuhnya dan duduk di kasur. Aoi menepisnya kesal, sambil merengut.
"hmm.. Oke! Jadi kalian putus?", Meev berlagak menelaah. Tak ada jawaban dari sang lawan bicara. "kenapa lu gak ngejar dia? lu bener-bener mau putus ya?"
"........"
"yaaah~ gue ngerti perasaan si paha sekushi e.."
Aoi mendelik.
Meev menyeringai penuh arti. Perlahan tangannya bergerak mengusap pipi putih Aoi, lalu mengangkat dagu laki laki berbibir gurame itu *tabok* agar mata mereka dapat saling bertemu.
"gue tau lu sampai ke hal terjelek sekalipun"
"......."
"pantas dia cemburu, karena gue lebih tau lu daripada dia"
"lu sengaja kan?"
Meev lagi-lagi menyeringai, "ayolah Aoi~ jangan melemparkan kesalahan pada orang lain... Lu jelas-jelas tau maksud gue"
".......", Aoi hanya diam memandang datar teman di hadapannya. Tentu saja ia mengerti apa yang meev katakan, "lu gak ngerti"
"gue ngerti"
"nggak!"
"hei, lu berdua itu sepasang kekasih kan? Bukankah sudah seharusnya dia tau semua tentang lu"
"gue bilang lu gak ngerti"
"Pengecut! Aoi pe-nge-cuuut", Meev ngerucut-rucutin bibirnya kayak gurita bences
"MEEV!!", Aoi tampak mulai emosi dengan sikap Meev yang selalu seenaknya, "jangan bikin gue nonjok lu ya"
"heee? Emang lu bisa nonjok gue?"
"Grrrrr~", Aoi hanya meremas sprei di permukaan kasurnya dengan kuat, merasa tak bisa melampiaskan perasaan kesal, marah dan kecewa yang bercampur aduk. Aoi tak kan berani sampai memukul Meev, teman sejak kecil sekaligus ban-- itu. Hanya karena dia bicara sesuai kenyataan.
Meev untuk kesekian kalinya menyeringai, wajah Aoi yang tampak serius dan kesal, membuatnya tergelitik. Sejak dulu ia memang suka sekali membuat temannya ini marah, hmm baginya Aoi adalah boneka... Boneka lucu kesayangannya. Meev sedikit merendahkan kepalanya dan..
cuup.
"........"
"hehe... dapet ^^v"
BUAGH!
Aoi tidak perduli dia teman sejak kecilnya, Aoi tak perduli dia itu becong dan sebesar apa ia menyayanginya. Tapi saat ini tinjuan telak di pipinya adalah sikap yang pantas.
***
Pagi yang indah, bagi mereka semua yang mendapatkan keberuntungan dalam hidupnya pagi ini, mereka mereka yang sedang jatuh cinta... mereka mereka yang lagi tebel kantongnya, dan berbagai jenis alasan lain yang dinamakan keberuntungan hidup yang didapat manusia( =.=)
Dan ini adalah pagi yang buruk, bagi orang orang yang kurang beruntung... Misalnya dengan alasan putus dari pacar, ditolak melakukan 'itu'( -.-), pulangnya mobil mogok ditengah jalan, kena flu karena ujan-ujanan, gak bisa tidur semaleman karena sakit tenggorokan sebagai gejala awal terkena flu dan berbagai jenis alasan lain yang dinamakan ketidak beruntungan.
"ohayou", Sapa Uruha pada sekumpulan(?) 3 orang temannya yang lagi asik pada ngerumpi di depan kelas.
"ohaaa....", Reita mangap gak nyelesein kata katanya ngeliat Uruha yang gak sedap dipandang mata, "mata lu kenapa paha? Dikencingin kecoak?"
"sialan, idung lu tuh keinjek gajah"
"eeeh? Gue kan cuma nanya! Bibir lu tuh, rebonding sonoh!"
"Najoz lu pe--"
Ruki ngacungin telunjuknya, tanda menyuruh Uruha diam dan tak melanjutkan perdebatannya dengan Reita, "lu kenapa Uru? Mata lu bengkak begitu"
"ee--"
"liat idungnya merah Ruk", Kai pencet pencet idung Uruha
"HUATCHIMM!!!" *bersin?*
Dan Kai mengusap mukanya dengan perasaan sabar. "eh, sori Kai...", Uruha ikut ngegecek muka Kai
"lu nangis ya Uru?", tebak Ruki
"HEEEEEEE????" *shocking*, "e-enggaklah!!! Gue cuma gak bisa tidur semalem... uhuk uhuk", Uruha bergaya orang batuk. Uruha menata mimik mukanya seperti orang yang sakit separah mungkin.
"sakit?"
"ehehe.. begi-"
BLETUK.
Reita mukul ubun ubun Uruha pake badan sapu. "BRENGSEEEEKK!!", amuk uruha
Reita pasang kuda kuda, bergaya orang mau kendo dengan sapu sebagai pedangnya, "ayo maju, lawan gue! Dasar makhluk berpaha dua... Eh salah ding, bermuka dua!"
"Grrrr~", muka Uruha udah merah nahan amarah karena sikap kekanak kanakan Reita. Uruha udah kayak banteng yang liat kain merah dikibar kibarin dengan Reita sebagai matadornya.
Dan detik detik terakhir Uruha hendak menerjang Reita, rasa kedewasaannya(?) muncul kepermukaan. 'buat apa ngelayanin makhluk kebocah bocahan?' dan akhirnya Uruha berhasil mengurungkan niatnya buat cakar cakar noseband Reita. Ia kembali menghadap Ruki, meraih tangan makhluk mini itu, dan memegangnya erat( -.-)
"Ruk--"
DAG DIG DUG....
DAG DIG DUG....
"ano~"
PRAT PRET PROT...
PRAT PRET PROT...
Bletak!,
Uruha nabok Kai yang asik nge-backsound-in suasana. "yang bener dong? Masa gitu bekson-nya?"
"ah iya iya...-.-)v lanjutin lanjutin", ujar Kai sesaat sebelum diseret Reita karena makhluk bernoseband itu merasa dikhianati teman terbaiknya(?), dengan membeksonin seakan akan Kai mendukung sikap Uruha yang memanas manasi hatinya.
"Ruki.... Lu mau gak?", Uruha garuk garuk dagunya
"mau apa?", Ruki garuk garuk idungnya penasaran
"Mau jadi--"
Siing~
Reita berhenti nyiksa(?) Kai, tiba tiba telinga Reita seperti dapat menangkap gelagat aneh Uruha dari pembicaraannya dengan Ruki
"jadi anak lu lagi?", tanya Ruki watado masih garuk garuk idung
"SELINGKUHAN!!!><"
JLEGUR!!
*kai nyulut petasan segede gigi mpon*
"HIYAAAAAAAAAAHHH!!!", Reita ngangkat sapu setinggi tingginya niat getok *ngehancurin* kepala Uruha dari belakang. Namun berhasil di tahan Kai, sebagai pecinta kedamaian, ia tak mau ada pertumpahan darah di sekolah ini.
"selingkuhan anak lo?Hah?"@.@a
"SELINGKUHAN GUE!!><"
"........"
siiiiiiing~
DAG DIG DUG..
DIG DUG DAG..
DUG DAG DIG..
masih sempet-sempetnya Kai ngebeksonin, padahal lagi nahan Reita.
"AAAAAAARGH! Awas lu pahaaaa!!", Reita makin ngamuk kayak sapi gila.
"selingkuhan itu--- Maksudnya selingkuh?", Ruki masih cengok
"ano~ itu.. Maksud gue,,,", Uruha gelagapan
Ruki menundukan kepalanya sejenak sambil geleng-geleng kepala, ia kembali menatap Uruha dengan senyum termanisnya, "LU PIKIR GUE COWOK APAKAH??", dan beberapa detik kemudian senyumnya berubah.
"tu-tunggu lu denger dulu-", Belum sempat Uruha menyelesaikan kalimatnya, kepalan tangan Ruki udah melayang mendarat di perutnya yang ramping krempeng kayak papan penggilesan kegencet tronton.
BUAGH!!
Dan lengkap sudah ketidak beruntungan Uruha( -.-), Sementara Reita tertawa tergelak melihat Uruha menderita sambil pegangin perutnya yang mendadak mules kena tinjuan tangan Ruki.
"ohayou"
Uruha bereaksi, mendengar suara yang tak asing ditelinganya menyapa.
"Ohayou, Aoi", Ruki balik nyapa
"Weeeehh Aoi lu datang juga... Apa aja sih yang lu lakuin? Jaga bini lu tuh!", Reita sewot, "masa dia ngajak Ruki selingkuh, di depan gue lagi!!", udah napsu aja kayaknya si Reitong ngadu ke Aoi
Mata Aoi melirik sedikit ke arah Uruha, membuat Uruha kayak dipaku ditempatnya.
"oh"
"......."
"gue ke kelas ya, jaa~", Aoi melengos dengan indahnya, gak sadar atau emang pura pura gak sadar ke empat orang yang ia tinggalkan udah membatu kayak patung dadakan.
"heh? 'oh' itu maksudnya apa?", Reita cengok.
"itu artinya gak apa-apa, Aoi bilang 'silahkan Uruha selingkuh' begitu", Kai sotoy, bikin Uruha yang mendengarnya pengen gantung diri di tempat itu juga.
"oh gitu ya? Nyahahah..", Reita merangkul Kai sambil mendelik Uruha yang udah masang tampang pra-sekarat.
Ruki segera menjitak kepala Kai dan nabok idung Reita, "jangan seenaknya menyimpulkan!", ia kembali menghampiri Uruha, "beneran kan lu ada masalah sama Aoi?", tanyanya polos
Uruha memaksakan diri buat senyum, bikin tampangnya campur aduk, gak bisa dideskripsikan dengan kata-kata, pokoknya ancur lebih dari tampangnya tanpa make-up. *author nafsu ngehujat Uru*
"gak ada kok, hehe~", Uruha acak acak rambut Ruki
"gue tau, lu gak usah pura pura lah Uru. Keliatan banget dari tampang lu"
"Wahahahah.. Ruk! Dia mah lagi hepi atau sedih juga tampangnya gitu, tampang bermasalah", Reita ngakak sendiri, merasa gak asik ngakak sendiri ia pun menggelitik Kai maksa buat ikut ngakak.
'awas lu noseband kutil, gua babad abis tuh idung', Uruha ngebatin ditengah tengah hatinya yang lagi teriris XDa
***
Bel masuk udah berbunyi... Semua murid buru buru masuk kelasnya masing masing. Dilain sisi, seorang laki laki jangkung berjalan mendekati pintu masuk kelasnya takut takut. Beberapa langkah hampir mencapai pintu, ia berhenti. Menepuk nepuk dadanya sambil komat kamit *untung gak nabur kemenyan* sedang memantapkan hatinya untuk bertatap muka dengan sang--mungkin--mantan kekasih, orang yang saat ini paling tak ingin ia temui. Tadinya Uru niat gak masuk sekolah hari ini, tapi Hizaki-sama menendangnya ke luar rumah, sebagai ayah yang baik dan cantik... Hizaki gak kan biarin gitu aja anak semata wayangnya ketinggalan pelajaran walau cuma 1 hari, karena itu bisa membuat Uruha keenakan dan menjadi buwodooh( -.-) begitu katanya.
'entar gue pindah bangku aja ah', Uruha ngebatin
'Aaaaaarrgh!! Kenapa jadi gue yang takut? Gue kan gak salah!', Uruha jedot-jedotin pahanya ke tembok.
"waaahh sayang sekali"
mendadak bulu kuduk *dkk* Uruha berdiri. dari suaranya yang agak berat namun menggoda iman, Uruha udah bisa membayangkan tampang seperti apa yang kini telah menunggunya berpaling dari belakang sana. Tapi, bukankah seharusnya sekarang tak ada jadwal dia mengajar di kelas Uru? *cuma mau lewat!*
Perlahan Uru memutar kepalanya kaku, kayak robot rusak kekurangan oli(?), "o-ohayou sen-sensei"
"ohayou... Kenapa aset berharga seperti itu dijedotin? Sayangkan...", *Menyeringai*, "Uru-sama"
"e-enggak! Itu,,, ahahah", Uruha buru buru ngacir masuk kelas menghindari sensei bejat itu a.k.a Kamijong-chan, mengingat apa yang pernah ia lakukan terhadap sensei itu waktu terakhir kali dia mau menghukumnya. uruha agak takut juga. Kamijo hanya tersenyum tipis melihat tingkah murid kesayangan(?)nya itu, lalu ia melanjutkan perjalanannya ke kelas lain.
***
Uruha ngos-ngosan berusaha mengatur nafasnya. Mengambil langkah seribu adalah keputusan tepat yang Uruha ambil untuk menghindari Kamijo. Ia mengangkat wajahnya dan tanpa sadar berpuluh puluh mata udah natap dia mes--eh curiga. Uruha baru sadar kalau ia lagi berdiri di depan kelas, menjadi bahan perhatian teman teman sekelasnya. Termasuk... 'Aoi'
'Wuaaaaaaaaaa!!!' <- *jeritan hati Uruha*
Sedangkan yang bersangkutan a.k.a Mr.Gurame, kelihatan santai santai saja. Uruha berjalan ke bangkunya yang itu juga berarti ia semakin mempersempit jaraknya dengan Aoi, "ohayou-ohayou-ohayou!!", sapa Uruha sumringah pada teman-teman sekelasnya, berusaha bersikap seperti biasanya.
"Ohayou!"
"Ohayou!"
"Ohayou Uru-chan!"
Brak!
Uruha tiba-tiba menggebrak meja salah seorang teman sekelasnya yang cengar-cengir gak mutu, "lu manggil gua apa hah?"
"Uru-chaaan @w@"
BUAKH!!!
Dan satu anak aneh udah berhasil dibereskan, dibuat nyuksruk(?) oleh Uruha sebagai bahan pelampiasan kesemrawutan hatinya.
Grek.
Uruha duduk di kursi, menggantungkan tasnya di hanger samping meja. Matanya melirik Aoi yang tampak tak acuh membaca buku, "ohayou!", Sapa Uruha memukul punggung Aoi kuat. Nafsu bangen pengen buat gurame itu kejedot meja.
"ugh", Aoi tampak sedikit kesal tiba-tiba dipukul begitu, "ohayou--paha"
'sialan, masih sempat juga manggil gue kayak gitu', umpat Uruha
"......."
"......."
Diantara berisiknya suara-suara teman-teman sekelas mereka yang pada asik ngerumpi dan ngobrolin hal-hal yang gak penting. Uruha dan Aoi malah asik dengan pikiran mereka masing-masing, tidak saling bicara.
Mata Uruha mendelik ke arah Aoi yang asik dengan bukunya, tidak ada kata maaf ataupun pembicaraan yang menyinggung nyinggung soal kemarin, seakan kejadian diantara mereka itu hanyalah angin lalu bagi Aoi. 'beneran pengen putus rupanya', Uruha merasa kecewa, corat coret gaje di buku sambil ngerucut-rucutin bibir keriting sekushinya.
"nyuuuuuuu~~~>3<"
0__0 *shock berat*
PLAK!!!
Uruha merasa kaget tiba-tiba ada bibir dimonyong-monyongin tepat di depan matanya, "SIALAN!! APA-APAAN SIH?!", Uruha berdiri dari bangkunya, emosi. "PERGI GAK LU?!", Bentaknya pada anak aneh yang tampak masih belum puas dibuat nyuksruk oleh Uru tadi. Anak itu kembali berjalan ke bangkunya sambil menggerutu, "ngapain juga ngerucut-rucutin bibir", umpatnya
"Sialan tu anak, kecil-kecil maunya apa sih? Gue belum pernah liat, apa anak baru ya?", gumam Uruha sambil kembali duduk di bangkunya, melipat kedua tangan di depan dada.
"dia nafsu liat lu kali"
'eh?', Uruha menoleh kearah Aoi. Suara tadi? Akhirnya Aoi mengajak Uru bicara?
"hah? Ee--"
"keliatannya lu gak apa-apa?"
"hah? Kenapa? Emang lu mau gue depresi? Stress? Begitu? Jiakh!"
"hmm~ bagus... Gue juga gak mau lu depresi", Ucap Aoi tanpa mengalihkan pandangan dari bukunya.
"tenang aja, gue gak selemah itu"
"iya, gue tau", Aoi menoleh ke arah Uruha dan tersenyum tipis.
Percakapan yang biasa, Uruha tidak tau apakah ia harus senang karena aoi tampak masih seperti biasanya, tidak menjaga jarak dengannya. Ataukah ia harus sedih karena sikap Aoi, senyuman dan perhatiannya yang ia tunjukan sekarang tidak lebih hanya sikapnya sebagai seorang teman, kembali seperti dulu. Tapi toh mau bagaimana lagi, yang mengatakan putus adalah Uruha, gengsi bangeeeetttt kalau ia juga yang ngajak balikan lagi XD *Uru : siapa juga yang mau?!*
'iya, lebih baik kayak gini'
"gurunya mana sih? Lama ahh!!", Uruha mendengus
Aoi hanya tersenyum sambil membaca buku, padahal tak ada yang lucu dalam buku yang dibacanya. Hmm~ Uruha lah yang membuatnya tersenyum....
***
Bel pulang telah dibunyikan...
Semua murid ngeburudul(?) keluar kelas dengan riang...*berasa anak SD*, begitupun dengan Aoi dan Uruha. Dua orang manusia yang masih irit saling ngeluarin suara. Uruha yang sok jaga imej gak mau ngajak ngomong duluan, begitupun dengan lawannya, sama aja( -.-)
"jaa~"
langkah Uruha seperti direm ngedadak. Dia yang mau ngeloyor pulang gitu aja tanpa basa basi dulu sama orang yang ditinggalkan, harus menghentikan langkahnya beberapa detik saat mendengar suara Aoi mengucapkan kata tanda perpisahan padanya.
"j-jaaaa~", balas Uruha dengan nada males-malesan sambil melanjutkan perjalanannya pulang.
Aoi hanya menatap sosoknya yang menghilang di balik pintu dengan sedikit senyum tipis menyungging di kedua sudut bibirnya. Ia meletakan kembali tasnya di atas meja, mendudukan dirinya di atas kursi dengan sedikit kasar, hingga membuat kursi sedikit tergeser dan menimbulkan bunyi 'grek'
Aoi tampak malas keluar kelas. Memilih untuk merenung di kelas yang sepi, mendinginkan kepalanya yang semakin panas aja dipenuhi Uruha.
Drrt.. Drrt..
Aoi merogoh saku celananya mengambil handphone yang bergetar, alisnya sedikit terangkat melihat nama yang terpampang dilayar hapenya, "ya, apaan?!"
***
Uruha menggerak-gerakan kepalanya menikmati musik yang mengalun(?) dari headset yang menyumpal kedua lubang telinga di sepanjang koridor. 'pulang bareng Ruki ah', batinnya. Ia terus melangkahkan kakinya tanpa memperdulikan sekitar. Sampai tiba-tiba saja tubuhnya seperti hilang keseimbangan, ditarik oleh sesuatu yang kuat ke sebuah lorong yang sepi.
Bruk.
"Argh! SIAL!!!", amuk Uruha saat merasakan tulang punggungnya berbenturan keras dengan dinding. "hmmmbph!!", Uruha hampir mengeluarkan suara cemprengnya saat melihat orang di hadapannya, sampai telapak tangan yang besar menempel kuat membekap mulut Uruha membuatnya tak bisa memaki orang yang berani melakukan hal seperti ini padanya.
"hello cocan*, lanjutin yang kemaren yo!", ucapnya dengan suara aneh bin bikin merinding, dengan tangannya gerayangan ngelus aset berharga Uruha *PAHA!!*, siapa lagi orang se-pervert dengan nada bencong*duak* seperti ini selain MIYAVI.
DUAGH!!!
"ugh"
tanpa sadar Uruha meninju dagu Meev membuatnya mundur berlangkah-langkah(?)
"HEH!! LU GAK ADA KERJAAN YA... BANCIBANCIBANCIBANCIBANCIBANCIBANCIIII..!!!!", Uruha meneriakan kata 'banci' tanpa spasi tepat di telinga Meev. "cuih!", Uruha meludah sebelum akhirnya memutuskan meninggalkan Meev dengan wajah super duper kesal.
Baru dua langkah saja Uruha berjalan, telapak tangan besar itu menarik pergelangan tangan Uruha, mendorongnya ke dinding.
"heee---hmpph"
Uruha bergeming, saat bibir selain Aoi menempel di bibirnya. Seakan ditarik ke dunia lain, selama beberapa waktu Uruha masih tak sadar bibirnya telah dijamah makhluk bernama Meev itu. Sampai suatu hisapan kuat membuatnya berjengit dan sadar akan apa yang terjadi.
Uruha membulatkan matanya, dan mulai berontak, menginjak kaki Meev dan mendorong tubuhnya kuat sampai Meev sedikit terjengkang. "BRENGSEK!! APA YANG LU LAKUIN HAH??", Teriak Uru sambil mengusap bibirnya kasar dengan punggung tangan.
Meev menyeringai, "cuma main-main kok,toh, bukan milik Aoi lagi.. Udah putus kan?" , ujarnya enteng tanpa beban, membuat Uruha kalap dan mengepal tangannya kuat untuk menghancurkan wajah nyeleneh Meev dari pandangannya. Namun sebuah tangan menahan gerakan tangan Uru yang hampir mengenai wajah Meev.
"hentikan!"
to..be..continued
Pas terakhir jadi serius ye wkwkwk *gak konsisten* (gaplok)

No comments:

Post a Comment