Search + histats

Sunday, 9 January 2011

I'm Straight *bonus* : Taisetsuna hito 3

Title : Taisetsuna hito
Author : Rukira M
rated : M *bledug* 17+
genre : gajeromance/ school/ friendship/ boysLove [YAOI XD]
fandom(s) : the GazettE, Alicenine dll
pairing(s) : Meev x Aoi x Uru, [slight : Reituki, Tosa]
chapter : 3 *baru 3? udah lewat setengah taun baru chap 3?-GUBRAKK-*
Warning : Y-A-O-I... yang tidak suka, silahkan sukai XDDD kecuali anak di bawah umur 17!!!!! saia usir anda dengan terhormat^^buat jaga2!!!! ABAL!!!!!
note : MAAF LAMA!!! toloong jangan dianggap serius fic ini
***
aku ingat malam itu, malam untuk pertama kalinya seseorang 'menyentuhku'...
Aku tau, dia mengajariku banyak hal -dan semuanya hal negatif- menggoda cewek, bolos sekolah, merokok, pake piercing, dan yang paling parah adalah 'itu'....
Diusiaku yang baru beranjak 11 tahun, aku sudah mengalami banyak hal-yang seharusnya belum waktunya kualami- semua karena 'sibrengsek' itu...
Tapi entah kenapa.. Aku tidak bisa membencinya.
***
"rumah gue?"
"e'em"
"gak ada siapa siapa, ibu gue kebetulan pulang ke kampung halaman jenguk nenek"
"ah, syukurlah~!"
"he?"
"eh! Maksud gue haha kasian lu sendiri di rumah"
Aku hanya menatapnya datar. Aku tidak mengerti dengan orang di hadapanku ini, kemarin dia marah marah dan semudah membalikan telapak tangannya sekarang dia terlihat begitu ceria dan berbinar, aku tidak tau apa yang membuatnya terlihat begitu bersemangat hari ini? bahkan aku melihat seperti ada bunga-bunga yang tumbuh di atas kepalanya.
Eh? Apa aku berhalusinasi?
Tidak! Dia memang memakai err~ bando bermotif bunga di kepalanya. Tunggu!! Bando? Apa aku berpikir itu bando? Bagaimana bisa aku berpikir itu bando, tapi pada kenyataannya itu memang bando. Hei~ apa dia mulai tidak waras? Apa dia tidak sadar kalau dirinya seorang--laki laki?*setengah*
"Awo? Hallooo~"
"eh, he?"
"lu melamun? Apa karena ini?", dia menunjuk benda bermotif bunga bunga di atas kepalanya, "ehehe bagus ya? Apakah cocok?"
sekalipun itu untuk membuatnya terlihat manis di depanku, aku tidak suka ke'manisan yang dibuat buat seperti itu. Tanpa itu pun dia sudah terlihat manis bagiku, justru aku merasa aneh melihatnya memakai benda ke'cewek cewean begitu.
"lepaskan!"
"Eeeeehh!!"
"sudah lepaskan saja!", aku mengambil bando itu dari atas kepalanya, "Apa lu mau disebut bencong he?"
PLAK!
sesaat aku seakan tak sadar, tau tau kepalaku sudah berputar 90 derajat dan pipiku panas. Kalau saja sekarang ada cermin di hadapanku, aku pasti bisa melihat bekas telapak tangannya terpahat merah di sebelah pipiku. Apa dia mengenakan seluruh kekuatannya untuk menamparku? Sampai begini berdenyut... Apakah kata kataku telah menyinggung perasaannya? Aku pikir aku sudah terbiasa memanggilnya dengan sebutan yang menggambarkan dirinya--maksud?-- kenapa sekarang dia marah? Benar benar seperti pemanas air saja.
"gimana lu bisa ngomong hal begitu dengan entengnya?"
" 'hal begitu'? Maksudnya Bencong?"
"Arrrrrrrrrrgghh!! Malah diulang!!"
aku menyipitkan mataku melihatnya misuh misuh kayak cacing kepanasan, "emang kenapa dengan BENCONG?", Tanyaku lagi setengah menggodanya. Matanya berkilat sambil menggembungkan kedua pipinya.
"DASAR GURAME DOWER!!!"
teriaknya sebelum akhirnya beranjak pergi meninggalkanku. Lihatlah itu! Dia mengataiku, tapi aku tak marah. Itu malah membuatku mengatupkan bibirku karena menahan ketawa. Iya, dia manis saat sedang marah, apalagi jika marahnya itu karena aku berhasil menggodanya. Membuatku selalu ingin menggodanya dan menggodanya sampai bibirnya mengerucut membuatku tak tahan untuk mengecupnya... Hm.. mengecupnya? Bahkan aku tak ingat kapan terakhir kali kami berciuman.
"huft~Payah!"
***
"BRENGSEKBRENGSEKBRENGSEKBRENGSEEEEEEEEEEEKKKKK!!! Gurame sialan! Bikin mood gue jadi buruk! Sebenarnya siapa yang kurang peka sekarang? Aku akan menuntutnya karena mengataiku begitu dulu!! Grrr~", Uruha misuh misuh di depan cermin.
Sejenak ia memejamkan matanya, menarik nafas perlahan..., "suasananya jadi kagak enak dah!! padahal kesempatan bagus", Uruha bergumam pada dirinya sendiri menundukan kepalanya dengan kedua tangan menekan wastafel. "si gurame dower itu~~~"
***
Kriiing~~~
KRIIIIIIINGG~~~
"AaAAAAAAAAAAARGHH!!!"
"hehe"
Brak.
"AWOWIIIIIIIIIIIIIII", Uruha ngamuk jengut jengut rambut Aoi karena udah mengganggunya dalam project pembuatan pulau instant. "lu masih bawa jam weker ginian?", Uruha sewot merebut dengan kasar jam weker yang dipegang Aoi
"tentu, kan buat nyadarin lu tiap kali mati suri", ucap Aoi kelewat santai sambil melepaskan tarikan tangan kekasihnya itu di rambutnya lalu mengambil kembali jam weker kesayangannya dengan lembut dari tangan sang kekasih. Uruha mendengus setengah memajukan bibirnya kembali duduk di bangkunya sambil melipat kedua tangan di depan dada.
"eh, mana si Kamijong?"
"udah keluar dari tadiii~", jawab Aoi sambil membereskan buku buku Uru yang masih betah di atas meja dalam keadaan sangat tidak tertata lalu memasukannya ke dalam tas. Aoi tidak akan selapang dada ini Kalau saja ia tidak diberi "rasa" itu terhadap teman sebangkunya yang satu ini sejak dulu. Kebiasaannya tidur di kelas, gampang ngamuk, "agak" aneh, cerewet dan manja --mungkin yang terakhir itu satu satunya sifat buruk Uru yang hanya ia lakukan terhadap Aoi-- satu kelebihannya, PAHA! dan demi 1 kelebihan itu Aoi bertahan, setidaknya dia masih bisa terhibur hanya dengan mengingat kemulusan paha kekasihnya itu*jotos!*
"ikou!", Aoi berdiri menarik Uruha untuk ikut pulang bersamanya.
"eh tunggu!", Uruha menepis genggaman tangan Aoi, "eee-"
"hm?", Aoi berdiri agak memiringkan kepalanya menunggu apa yang hendak dikatakan Uruha.
"ano~~~"
"........."
"err~~~", Uruha menggaruk garuk belakang kepalanya. Sepertinya apa yang hendak ia katakan cukup sulit sampai membuatnya harus memutar otak memikirkan cara yang tepat untuk menyampaikannya. Wajar saja, bahkan Uruha tidak tidur semalaman memikirkan hal ini, kadang tiba-tiba menjerit sendiri memikirkan hal yang tidak tidak tidak, sampai membuat Hizaki-sama --sang ayahanda-- pun ikut menderita, terjaga sampai pagi tiba karena suara cempreng sang paha terus terusan mengalun di sepanjang waktu tidurnya.
"gak mau pulang bareng? Oke", Aoi melengos dengan indahnya tak menunggu respon Uruha yang masih asik dengan pikiran pikiran rumitnya. Sang gurame tidak punya banyak waktu untuk hal yang bahkan tidak jelas, dan lagi menunggu itu meletihkan*weks!*
Uruha kembali kedunia nyata--pikirannya--. Ia menyadari lawan bicaranya telah hilang--lebih tepatnya kabur--, Uruha masih terdiam di tempatnya berdiri mencerna apa maksudnya ini?
"NANIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII!!!!!!"
***
Uruha duduk selonjoran di sofa sambil mencet mencet remote. Wajahnya kusut merasa tak nyaman dengan keadaannya. Padahal Ruki, Reita dan Kai lagi pada enjoy enjoynya dengan hidup mereka. Numpang berantakin rumah Uru tanpa permisi, numpang berisik tereak tereak gak jelas, dan dengan senang hati minta makan tanpa bilang dulu pada pemiliknya.
Sesekali Uruha mendelik teman teman spe'sial'nya agak sinis, kecuali pada Ruki... Ia tak kan sampai berani melakukannya, walau bagaimana pun boncel itu pernah menjadi pujaan hatinya XD
"lu kenapa uru?", tanya Ruki sambil duduk di sofa di samping Uruha sambil ngemil makanan ringan. "kok dari tadi kayaknya BT mulu sih, ada masalah ma si Awo ya?", tanya Ruki sok tau
"heee? Kagak! Perasaan lu aja kali Ruk"
"masa? Insting gue tajem lho!! Ngaku aja lah"
Uruha mengernyitkan dahinya, setahuanya Ruki memang punya rasa kepedulian yang tinggi terhadap teman temannya. Dan lagi mungkin memang benar instingnya kuat. Tapi apakah tidak apa apa Uru menceritakan masalah yang mengganjalnya itu pada anak kecil? Heh? Sialan! Maksudnya pada Ruki, secara dulu kan Uruha pernah ngebet banget sama bocah satu ini, gak enak aja kalo harus cerita 'begituan'(?) sama orang yang pernah disuka. "err~ gak ada apa apa, sumpah!", Uru ngacungin 2 jarinya setengah nyengir
Ruki sedikit mengembungkan pipinya agak kecewa Uruha tidak terbuka padanya, sebab Ruki yakin betul mengenai kelebihannya 'insting yang kuat' XD
"ya sudahlah", Ruki mendesah beranjak dari sofa hendak meninggalkan Uruha dan kembali bergabung dengan Kai dan Reita.
"eeehh! Ruki!", Uruha menarik tangan Ruki kuat membuat bocah itu kembali terduduk di sofa, "lu marah?!", tanya Uru panik, paling takut kalau bocah kawaii itu membencinya.
"hah?"
"beneran gue gak apa-apa! Lu jangan marah dong!", Uruha udah masang tampang khawatir
Ruki mengerutkan dahinya, "gue gak marah kok"
"serius? Hehe syukur deh... Lu imut banget si jadi makhluk", Uruha cubit cubit pipi Ruki gemes, bocah itu adalah hiburan buat Uruha di saat kayak gini. Ruki segera menepis tangan Uru dari pipinya lalu menggeplak kepala makhluk berpaha mulus itu jengkel, namun Uruha tak jera menggoda teman mininya satu itu gak sadar sepasang mata udah berkilat kilat mengawasi kelakuan mereka semenjak tadi.
Pletak.
Sebuah pensil melayang tepat mengenai jidat Uru, "duh apaan ni-"
Puk!
Sebuah Buku.
"WOI LU-"
BRUAK!
Uruha agak terjengkang(?) karena sebuah tas beserta isi isinya mendarat tepat di mukanya, "BRENGSEK! APAAN NIH?", Uruha membanting tas sialan itu ke sembarang tempat. "Reita? Lu ya!?"
Reita mendelikan matanya, "cuih!"
Tonjolan tonjolan urat saraf Uru bermunculan dijidatnya jengkel, memaksa untuk tersenyum, "dasar bocah!"
"Hah? Apa lu bilang?", Reita nyamperin Uru menggebu gebu
"BOCAH lu!!"
"BENCONG!!"
"ANJRIT!!!! Cari mati, lu demek!"
"Lu lekong"
"GRRRRRRAAAAAAWWWW", Uruha naik darah dikatai lekong. Dan akhirnya seperti biasa, saling jambak, saling cekik dan mereka bergumul layaknya kucing dan anjing.
Entah berapa waktu berlalu Ruki dan Kai ngebiarin Uruha dan Reita maen smack down smack down-an, ampe idung Reita mendadak pesek, nosebandnya nyengsol(?), jambulnya amburadul. Baju Uruha berantakan, rambutnya kusut dijambak jambak Reita, pahanya? Tetep mulus. Kagak ngaruh ke situ.
Kai asik melongo nonton gulat gratis sambil sesekali mamerin lesung pipitnya. Ruki mulai bosan, kesel liat kelakuan 2 makhluk bernoseband dan berpaha itu, ia bangkit dari sofa lalu menarik jambul Reita, "lepasin gak?", ancam Ruki pada Reita yang lagi cekek-cekek-an ama Uru.
"auh! Ruk! Ruk! Ruk! Adududududududuh!"
"LEPASIN KAGAK?!"
"yayayayayay~ lepasin rambut gue! Lepasin! Aduuh", Reita meronta ronta minta dilepasin. Ruki mendengus lalu kembali duduk di sofa.
"huh! Kok gue aja sih? Pilih kasih!", Reita ngedumel sambil rapiin jambul ma nosebandnya, "dasar bekel sialan!"
"bekel?" -tring!-
"ck! Eheheheheheh", Reita buru buru duduk di samping Ruki, pura pura pijitin pundaknya.
Uruha bangkit dari lantai nepuk nepukin pahanya, "huh! Dashor lu kekanak kanakan!", Uruha ngelempar bantal sofa ke wajah Reita
"Bwuah! Paha sialan, awas lu!", Reita sok sok ngacungin jari tengahnya. Uruha kembali melemparinya dengan bantal sofa. "Ruk, tar gue mau bicara", ujar Uru sambil ngedipin sebelah matanya sedikit menggoda Ruki.
Reita refleks meluk Ruki, "MILIK GUE!!!! Jangan ganggu!!!", tegas Reita sambil melototin Uru.
"jiahahah bener kan, lu kayak bocah tau"
"bodo! Lu urus aja gurame lu tuh! Hus hus pegi"
"ini rumah gue kunyuk! Lu yang pegi sana!"
"EKHM!!!"
Ruki melirik Reita nista, matanya mengarah ke bawah ke arah tangan Reita yang dengan erat meluk tubuhnya mengisyaratkan untuk ngelepasin. "hheu~ pissu Ruk!"
"berani meluk gue lagi, gue gundulin lu"
Reita ngangkat tangannya buru buru lari ke dekat Kai, pundung ceritanya.
"Mau ngomong apaan Uru? Sekarang aja"
"err~ gimana ngomongnya ya?"
"alah ngehe, mau ngomong aja susah", Reita mencibir yang buru buru dilempar sendal ama Uru.
"AH! Uru, Ao ngajak kamu gak?", Kai akhirnya buka mulut ngikut nimbrung
"he? Nga-ngajak apaan?", wajah Uru tiba tiba merona *tampol!* menyalah artikan pertanyaan si kempyot Kai yang masih polos suci.
"katanya dia di rumah sendiri hari ini, tadi dia ngajak aku sama Reita sama Ruki buat nginep di rumahnya"
"........."
jtik! Reita menjentikan jarinya, "wohoo bener juga, gue lupa tuh. Lu pada mau nginep kagak?"
"pengen sih, tapi aku gak akan diizinin mama kayaknya"
"halah! Hari gini gak diizinin mama?", Reita slap kepala Kai, "Lu mau Ruk?"
"gak ah, Kita kan ada PR... gak kan bener kalau nginep kita ngumpul, gak kan bisa ngerjain"
"jah! Lu Paha?"
"ha? Dia kagak ngajak gue. Ngapain?"
"heeeeeee?! Masa bininya sendiri malah kagak diajak? Bukannya kesempatan tuh?", Reita shock berat, menyayangkan keadaan XD
"Kesempatan kesempatan apa hah?", Uru udah ngangkat sebelah lagi sandalnya siap siap buat ngelempar muka Reita.
"eh mau pulang hujan tuh, sayang banget", gumam Kai
"hujan ya? Sejak kapan? Wah gak bisa pulang niiih, udah sore ini", Ruki panik
"tenang aja, biar sopir gue yang anterin*ceileh*", ujar Uru
"woahahah lu baik juga paha"
"kecuali si noseband, biar dia pulang jalan kaki aja", Uruha melengos
"ANJRIT!!", reita gebrak meja
***
Ruki, Reita dan Kai udah kumpul di depan rumah Uru siap-siap mau nebeng mobil Uru, "thanks Uru, tar gue bayar ongkosnya deh hehe"
"hehe~ bayar pake senyum lu aja Ruk", Uruha niat goda Ruki malah dia yang malu malu nepuk nepuk punggung Ruki. Ruki hanya menatapnya datar, baginya tingkah Uru gak lucu sama sekali.
"najoz lu", Reita nyentrungin kepala Uru dari belakang
"lu apaan sih? Belum puas gulat ama gue?"
"Urus suami lo tuh! Kasian dia kedinginan di rumah sendiri xixixixi", Reita terkikik dengan kata katanya sendiri.
"........."
"kesempatan lho! KE-SEM-PA-TAN", Reita bisik bisik gaje
Uruha mengernyitkan dahinya, "lu-lu ngemeng ape sih pesek!!"
"alah, gue juga tau fufufu"
Uruha membatu.
"woi, buruan dong! Mau naik gak? Udah sore nih", Ruki misuh misuh udah PW ma Kai dalem mobil
"oke cin, capcus!", Reita siap siap naik mobil dengan pikiran bisa duduk di sebelah Ruki, namun Uru menarik jambulnya.
"gue kan udah bilang, lu jalan kaki aja pesek!"
"HAH? GILA", Reita buru buru naik mobil dan sesuai harapannya ia berhasil duduk di sebelah Ruki hasil nyingkirin Kai.
"brengsek! Turun lu! Apa maksud lu tadi haaah?", Uruha maksa tarik tarik kaki Reita. Entah kenapa si noseband satu itu selalu tau apa yang ada dipikirannya. Uru benar benar punya teman teman yang unik hmm...(-.-)
***
Uruha mondar mandir di kamarnya, sok gelisah pontang sana panting sini XD Sambil liatin hapenya berharap ada panggilan atau pesan yang masuk dari sang gurame. Namun setengah jam ia bolak balik malah sms dari si noseband yang ngebrudul dengan isi sms yang sama.
--KE-SEM-PA-TAN LHO!!--
--KE-SEM-PA-TAN LHO!!--
--KE-SEM-PA-TAN LHO!!--
--KE-SEM-PA-TAN LHO!!--
--KE-SEM-PA-TAN LHO!!--
--KE-SEM-PA-TAN LHO!!--
--KE-SEM-PA-TAN LHO!!--
--KE-SEM-PA-TAN LHO!!--
--KE-SEM-PA-TAN LHO!!--
"grrr~ gak ada kerjaan banget nih makhluk"
Uruha tampak berpikir sejenak, memang benar apa yang dikatakan si noseband itu, karena ia juga berpikiran hal yang sama. Namun setelah perlakuan Aoi yang meninggalkannya tadi, dan lagi tak ada ajakan untuk datang ke rumahnya seperti apa yang ditawarkannya pada Ruki dkk oleh Aoi padanya. Uruha jadi bimbang, mungkin Aoi tak menginginkannya untuk berada di dekatnya sekarang *cieeeh!*
Uruha mengambil jaket membuka pintu kamarnya dengan agak ragu, 'euh!', Uru mengacak acak rambutnya sendiri. --Tapi kalau tidak sekarang, kapan lagi kan?-- pikirannya terus menerus mengulang ulang kalimat yang sama karena terpengaruh kata kata di sms dari si noseband Reita, hmm~ berjuanglah Uru!! (-.-)
Di tempat lain, orang bernoseband yang terjebak macet ditengah hujan senyam senyum nista sendiri dengan kelakuannya, membuat 2 teman di sebelahnya mengernyitkan dahi.
'sinting'
***
Ckit! *walah*
Uruha memarkir mobilnya di depan rumah minimalis. Ia segera turun dari mobil lalu berlari menghindari hujan setelah mengunci pintu mobilnya.
Uruha diam sejenak sebelum akhirnya ia memberanikan diri menekan bel. Hanya satu kali tekanan saja, setelah itu Uruha menunggu respon orang rumah untuk menyambut kedatangannya sebagai tamu yang tak diundang, entah kenapa Uruha merasa berdebar debar. Beberapa lama ia menunggu, namun sang tuan rumah kagak nongol nongol juga.
'budeg apa ya?', Uruha ngebatin
Sekali lagi Uruha bermaksud untuk kembali menekan bel, namun tiba tiba pintu rumah minimalis itu seperti ada yang membuka dari dalam. Jantung Uru entah kenapa tiba tiba semakin berdebar saat seorang laki laki berbibir gurame muncul dari balik pintu walau dengan muka kusut seperti habis tidur.
"weh! PAHA?!"
"........"
Aoi buru-buru keluar dari rumah menuju gerbang dimana Uru menunggunya, gak perduli dengan keadaan penampilannya yang hanya memakai boxer dan kaos oblong XD berlari ditengah hujan. "heh? Ngapain lu ujan ujanan gitu?", tanya Aoi sambil membukakan gerbang rumahnya, "cepet masuk!", Aoi menarik tangan Uru untuk masuk ke rumahnya.
"kok lu gak bilang mau datang?!", tanya Aoi sambil berlari menuju teras rumahnya.
"gak boleh hah?"
"jah! Tumben aja, Setidaknya kalau lu bilang gue gak kan berpenampilan kayak gini"
Aoi dan Uruha udah nyampe di teras rumah. Uruha tak bisa mengalihkan pandangannya memperhatikan Aoi yang lagi nepuk nepuk rambut dan bajunya basah karena air hujan.
'emang kenapa kalau berpenampilan kayak gitu?', batin Uru, "eh pahanya keekspos'
"hee? Liat apa lu?", Aoi pura pura nutupin pahanya merasa diperhatiin Uru dibagian situ.
"HAH? KAGAK!! Apa apaan sih?"
"becanda^^", Aoi ngusap usap rambut Uru. Diperlakukan begitu tentu saja bikin Uru jadi salting. "ayo masuk! Baju lu basah tuh, biar ganti pake baju gue"
"i-iya... Ano~ gue-"
"hem hem hemmm~"
tiba tiba bulu kuduk Uruha merinding mendengar sebuah suara yang amat sangat dikenalnya, dan yang pasti suara yang sangat tidak Uru inginkan berada di sini sekarang.
"yuhuu~", Meev bergaya nyender(?) di ambang pintu dengan cuma pake boxer pink ama kaos daleman XDDD sambil ngemut permen mengedipi Uru, "hallo paha sekushi e, apel ke rumah pacar ni ye~ mentang mentang ortunya kagak ada wikikikik"
"BANCIII!!!!"
tobeCONTINUED
T_T gak ada?

No comments:

Post a Comment