Author : Ru'kira Matsu[menunggu] nori[rumput laut?]
rated : M XDa
genre : gajeromance/ B.L [yaoi]/ aneh
fandom(s) : the GazettE, Alicenine dkk
pairing(s) : Aoi x Uru x Meev [slight : Reituki, Tosa]
chapter : 4!!!! ==_==
WARNING : ABAL!!! ANEH!!! bahasa ancur!!! Rated M!!! XD *jaga jaga*
note : hmmm~ T_T
***
cklek.
Aoi memasuki ruangan kamarnya dengan handuk kecil di tangan, "nih", ia melemparkan handuk kecil itu ke arah Uru yang tengah lebih dulu berada di sana duduk di tepi tempat tidur Aoi, "beneran gak mau mandi?"
"gak", jawab Uru ketus sambil mengeringkan rambut basahnya dengan handuk.
Aoi membuka lemari pakaiannya lalu mencarikan pakaian yang kira kira pas untuk dipakai pemuda yang tampak kedinginan dengan baju basahnya habis kehujanan.
Uruha masih agak merengut karena mengetahui Aoi lebih suka mengajak si 'banci' *plak! XD* itu untuk menemaninya daripada dia yang berstatus 'kekasih' nya. Tadinya Uru berniat langsung pulang saat mengetahui Meev ternyata ada di sini,--bisa dibilang Uru kecewa dan cemburu mungkin--namun Aoi menahannya, selain karena Uruha baru tiba--masa udah balik lagi?--dan lagi di luar hujan semakin lebat, mana tega Aoi membiarkannya? Ternyata Aoi masih punya perasaan juga(-.-sadis)
Uru mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan kamar Aoi yang hanya berukuran kira kira seperempatnya dari kamar miliknya. Walaupun Aoi sudah sering keluar masuk kamar Uru, namun ini pengalaman pertama bagi Uru masuk kamar Aoi. Sejak dulu memang mereka lebih banyak menghabiskan waktu main di rumah Uruha yang super besar itu. "berantakan", gumam Uruha
Aoi menoleh, "ha? Sori deh. Kalo lu bilang mau datang, pasti gue beresin dulu tadi. Nih!", Aoi kembali melemparkan sesuatu ke arah Uruha, sebuah sweater. "coba pake dulu itu"
Uruha hanya terdiam sambil memandangi sweater Aoi di tangannya, membuat sang pemilik mengernyitkan dahinya, "ada apa? Mau aku gantikan pakaiannya?"
Uruha mendelikan matanya tajam, dan berhasil membuat Aoi berpikir kalau dia 'sekushi' walau untuk sejenak, karena tiba tiba saja sebuah bantal membentur wajahnya. "thanks! Gue bisa sendiri", ucap Uru sambil menanggalkan jaketnya
Aoi hanya menyunggingkan senyum tipis, "oke, gue ambilkan mocca", Aoi mulai beranjak membuka pintu meninggalkan kamarnya dan Uruha yang tengah berganti pakaian.
Uru mengganti pakaiannya dengan sweater milik Aoi, 'hangat'. Uruha dapat merasakan harum khas Aoi menempel di tubuhnya, seakan ia dipeluk tubuh berbau khas itu. Iya, Aoi memeluknya. Ah~ Uruha baru menyadarinya, semenjak mereka jadi sepasang 'kekasih' selalu Uru yang berinisiatif memeluknya lebih dulu, Sang gurame itu benar benar punya rasa gengsi yang tinggi.
"haaa~", Uru menghela nafas panjang, 'sebenarnya gue ke sini ngapain?T_T'
***
Uruha asik metik metik senar gitar tua yang tak sengaja ia temukan di bawah tempat tidur Aoi. cuma sekedar metik metik gak jelas aja, gak maenin lagu dia, itu hanya sebagai pelampiasan Uru yang bosen nunggu sang gurame kagak balik balik, "buatin moccanya di arab apa ya?", Uru ngedumel. Ia melihat jam tangannya Hampir setengah jam berlalu, sang gurame kagak nongol nongol juga.
Uruha meletakan gitar yang semula berada dalam lahunannya di atas tempat tidur, memutuskan untuk melihat sendiri apa yang sebenarnya dilakukan gurame dower itu di luar kamar sana.
Perlahan Uru membuka pintu kamar Aoi celingukan melihat keadaan sekitar. Ia mulai melangkahkan kakinya menuruni tangga menuju dapur yang terletak di ruang bawah. Melewati ruang tamu yang sepi, Uruha tak melihat ada orang di sana, tapi terdengar suara dua orang laki laki berisik dari tempat lain.
"buatin gue juga donk!"
"ogah! Buat aja sendiri sana"
"halah~ mentang mentang ada bini lu, sikap lu mau gitu aja ke gue hah?"
"berisik lu ah! Penampilan lu itu? Lu pake baju yang bener sana! Gak dingin apa?"
"ngh~ tadi kan gue mau tidur, lu juga kan tadi? Nyiah~ kekasih datang langsung rapi begini", Meev sok-sok'an ngerapihin kerah baju Aoi, Aoi langsung menepisnya.
"........"
"........"
Meev menyeringai, "hmm~ Aoi, lu sejak dulu gak berubah ya? Sensi banget ama gue"
Aoi membawa cangkir berisi mocca ditangannya, menatap Meev datar tak berekspresi, "sori", Aoi melangkahkan kakinya beranjak untuk meninggalkan Meev, namun tiba tiba langkahnya terhenti saat tiba tiba ada lengan yang mengapit lehernya dari belakang.
"ini kan yang sering lu lakuin ke gue dulu?"
Aoi sedikit kaget, apitan tangan Meev di lehernya benar benar kuat, "ohok.. Oi, lu gila apa?! Lepasin gue!!"
"hahaha.. Kita nostalgia dikit lha"
PRANG!!
Tangan Aoi tak sadar melepaskan cangkir berisi mocca di tangannya, ia meronta memaksa tangan meev untuk melepaskan apitannya, "GILA! BANCI! Akh!!"
"Ayolah Aoi~ lu sering gini'in gue dulu"
"Akh! Bre-"
"hah?"
BUGH!!!
Aoi menyikut keras bagian perut Meev, sampai lehernya terlepas dari apitan nista tangan temannya itu, "ugh! Lu serius ya? Sakit nih", protes Meev sambil memegangi perutnya.
"cih! gue jadi harus buat mocca yang baru nih", gerutu Aoi sambil memungut pecahan pecahan cangkir di lantai.
"huh! Kasar ya~", Meev melipat dua tangannya di depan dada sambil menyeringai memperhatikan Aoi yang berjongkok mungutin pecahan pecahan cangkir. "waktu itu juga, lu kasar banget! Masih ada lho bekas cakarannya di perut gue"
mendadak Aoi masang tampang horor, melototin Meev, "LU--"
"HAHAHAHAHAHAH~ takuuut, gak deh gak ngomong lagi wkwkwk"
Aoi mendengus, "brengsek!"
"hoho peace!^^v"
"sana pergi lu! Mati sekalian", Aoi menendang bokong Meev
"Waduuuuhh! Hati Gue terluka nih!"
"bodo amat!!"
"dingin banget, jadi pengen ngerape lagi gue"
"BANGSAAAAAAAT!!!!!"
"wkwkwkwkwkwk", Meev ngacir Aoi ngangkat wajan buat getok palanya.
"siapa ngerape siapa? Sialan!", gerutu Aoi kembali berjongkok nyelesein mungutin pecahan pecahan cangkir
***
Meev berlari ke arah ruang tamu menghindari serangan wajan dari Aoi, tiba tiba ia berhenti mendengar suara langkah seperti terburu buru naik tangga. Meev memiringkan kepalanya melihat tangga menuju ke ruang atas, Seperti sedang berpikir. Mendadak sudut sudut bibirnya melebar, Meev bersiul siul sambil perlahan menaiki tangga.
***
tok... tok... tok...
"gue masuuuuk!", Meev nyelonong, "hallo paha sekushi e!! weeeeh megang gitar? Emangnya bisa maen gitar?"
Uruha gak ngerespon, pura pura kencengin senar senar gitar, "wew~ gue dikacangin", Meev duduk di tepi tempat tidur di samping Uru. Uru sedikit beringsut menggeser tempat duduknya agak menjauhi Meev, Meev hanya menyeringai melihat ekspresi wajah Uru. "weeeeeh!!", Meev tiba tiba ngerebut gitar dilahunan Uru, "waaaah gitar ini? Masih bagus ternyata"
"Lu apaan?", Uru ngerebut lagi gitar Aoi dari Meev
"ahay~ gitar dari gue itu. Si Awo ngejaganya dengan baik selama gue gak ada, wah wah gak kerasa udah 6 taon lalu", Meev geleng geleng kepala.
"........"
"eh, coba lu maenin. Lagu apa kek"
"........"
"oi, serius bisa maen gitar? Haha~ mau gue ajarin gak?"
Uruha bergeming.
"jah, kacang!"
Uruha mendelikan matanya sekushi, "hari gini cowok gak bisa maen gitar? PARAH!!!"
"he? Woooh~ haha gitu dong!", Meev nepuk nepuk punggung Uru, "Eh, lu cowok ya?", *cengok*
"........"
"........"
Grep!
Uru menarik kerah kaos tipis yang dipake Meev kasar, "lu hati hati kalo ngebacot ya!", ancam Uru
"eeeee~ wah wah sabar bro sabar!! Cantik cantik kok ganas wkwkwk", Meev berwekwek-ria. Wajah Uru semakin memerah menahan kekesalan. Ia mengeratkan cengkraman tangannya di kerah kaos Meev, mendadak tangannya mendorong tubuh laki laki berpearcing itu terlentang di atas tempat tidur, "He~", Mata Meev membulat, "HEEEEEEEEEEEE?????"
tangan Uruha memaksa menyingkap kaos putih tipis yang dipake Meev, "tu-tunggu paha sekushi eeeeee!! Suami lu di bawah lho! WUAAAAAAA~ GUA MAU DIRAPEEEEE!!!"
Uruha terdiam setelah berhasil melihat apa yang ingin ia lihat, yang semenjak tadi mengganggu pikirannya, Meev menurunkan singkapan kaosnya yang membuat perutnya terekspos, "Wueeh~ gue berdosa", Meev memeluk dirinya sendiri
"........"
"sori kalo penampilan gue buat lu tergoda, tapi gue-"
"perut lu"
"Heeeeeeeeeee?! Perut gue? Perut gue emang ramping, tapi si Awo ju--hueeeek!!!"
Uruha menekan rahang Meev dengan maksud menghentikan bacotannya yang kayak rem blong, "di perut lu? Apa itu bekas cakaran si gurame?"
"......." *meev cengok*
"Sebenarnya gimana hubungan lu berdua dulu?"
"........"
"GUA TANYA!!!!", Uru esmosi. Meev hanya menyeringai tipis, "lu tadi mampir ke bawah kan? Nguping ya?"
Uru geram seperti diremehkan, ia semakin menekankan tangannya di rahang Meev, "apa yang lu berdua lakuin tanpa sepengetahuan gue?!"
'menarik', meev ngebatin. "hmm~ Hehe~ emang perlu ya ngomong ke lu?"
"Lu--", Uru mengepal tangannya kuat, "gue bener bener nyadar, kalo gue bener bener benci lu!"
"woah~ gue terkejut! Gue pikir lu udah nyadar dari dulu wkwkwkwk"
BUKH!
Uru memukulkan kepalan tangannya ke kasur tepat di samping kepala Meev, "GUE GAK MAIN MAIN!!! Lu tuh ganggu pemandangan!"
"hem hem lu lagi dibakar api cemburu paha sekushi e! Tenanglah cantik"
"GRRRRRR~"
"Santai^^"
Uru merasa semakin diremehkan dan dipecundangi *alah dipecundangi?* seorang banci, Uruha bersumpah akan mengutuk laki laki? di bawahnya ini seumur hidup, "lu benar benar brengsek", Uru mengarahkan kepalan tangannya ke wajah meev yang masang tampang innocent, membuat Uru semakin bernafsu mendaratkan pukulannya di wajah bejad itu. Namun dengan sigap tangan Meev menahan tangan Uru, "wah wah serius nih?", Ucap Meev sambil tersenyum, tangannya memelintir pelan tangan Uru yang di pegannya.
"AAAAAAAARGH!!!!"
Meev menangkap leher Uru, dan mendorong tubuhnya ke samping membuat posisi mereka berbalik, "hmm~ lu gak bisa dikasih tau sih, jangan salah. Gue udah berpengalaman dalam hal kayak gini jauh sebelum lu", Meev menyeringai.
"arkh~~ sialaaan", tangan Uru berusaha melepaskan cekikan tangan Meev di lehernya, "Argh!"
Meev merendahkan kepalanya ke wajah Uruha yang sedang berjuang mendapatkan haknya mengambil nafas, sekuat tenaga berusaha melepaskan cekikannya, "hmm~ lu beneran cowok? Kok cantik begini ya? Salah dilahirin apa? wkwkwk"
"BAN--hmph", Uruha belum sempat nyelesein kata katanya, keburu dibekep Meev
"Banci? Hehe~ gak boleh lho! Cuma suami lu yang boleh nyebut gue kayak gitu^^ "
"Hmmmmmmmmmpph"
"mau gue ajarin gak?^^"
"Hmmmmmmmpph"
"gimana ngadepin si Aoi di atas ranjang heuheu ^0^"
DEG!!!! <- jantung paha
kret.
"sor--"
"........" <-- Aoi membatu
'gurame!!!!', Uruha membelalakan matanya, menyadari posisinya lagi gak enak di pandang.
"woh Awo--", Miyavi tanpa dosa turun dari tubuh Uru, nyamperin Aoi yang membatu depan pintu, "eh, lu buatin mocca buat gue juga? Hehe anak pinter", Meev usap usap kepala Aoi sambil ngambil cangkir mocca yang disodorin Aoi dari tangan satunya.
"cih!", Aoi menepis tangan Meev lalu menjitaknya pelan. Aoi segera nyamperin Uru duduk di sampingnya sambil nyodorin secangkir mocca. Uruha hanya menatapnya curiga gak buru buru nerima mocca yang disodorin sang gurame, apa cuma segitu responnya setelah melihat kekasihnya digencet *XD* cowok lain?
"kenapa?", Aoi tampak mengernyitkan dahi
Uruha mengambil cangkir moccanya, sambil memalingkan wajah, "kagak!"
"BWAAAAHH cuih cuih", Meev heboh sendiri setelah menyeruput moccanya, "ASIN GILA!! AWO!! LU PAKE GARAM YA!?", protesnya.
Aoi terkekeh, "sori, salah masukin kali"
"alah, sengaja lu"
"hehe~", Aoi melirik Uruha di sampingnya yang entah kenapa kayak bengong mandangin cangkir moccanya, Aoi mendengus, "tenang aja, gue gak salah masukin gula kok kesitu"
"......."
"CUIH!! tetep aja asin", Meev menggerutu lagi
Aoi masang deathglarenya, "udah asin, kenapa diseruput lagi? Pergi lu ah!"
"emang sengaja lu ya!"
"iya iya, pergi sana!"
"cis, ya udahlah.. moga berhasil ya paha sekushi e! Ingat apa yang gue ajarin tadi kikikikik"
cklek.
"hah? Semoga berhasil apa? Ajarin apa?", Aoi menatap Uruha penuh curiga
"be- apa? Gue juga gak tau! Ngarang tu orang", Uruha menyeruput moccanya merasa gugup, "BWAAAAAAAHH HANAASH!!", Uruha muntahin lagi moccanya lalu ngipas-ngipasin mulutnya pake tangan.
"eeeh? Hati hati dong!", Aoi ngambil cangkir di tangan Uru, ikut ngipas-ngipasin mulut makhluk berpaha sekushi itu. Menyadari wajah mereka saling berhadapan, dekat. Kedua makhluk itu berhenti kipas mengipas mulut, dan akhirnya saling bertatapan gak jelas. "eee... Ada jerawat di jidat lo tuh", Aoi buka mulut
Uruha refleks nutup jidatnya pake tangan, "lu apaan sih hah? gak penting amat", Uruha mendengus lalu memalingkan wajah setelah merebut cangkir di tangan Aoi, niup-niupin mocca buat diseruput lagi.
"........"
"........"
"........"
"........"
~krik..
~krik..
~krik..
---25 menit kemudian---
"Arrrrrrrgh! Gua boseeeeeeennn!!", Uruha nyekik nyekik Aoi
"ohok.. Gue juga bosen"
"kenapa lu gak ngomong? Sunyi senyap kayak kecoak keinjek lu!"
"lhaaa lu sendiri kenapa mingkem?"
"EMANG HARUS SELALU GUE YANG BUKA PEMBICARAAN?!", uru naek darah
"argh~", Aoi garuk garuk tengkuknya.
"......."
"......."
"oke", Aoi mulai menarik nafas, "mau ngapain lu ke sini?"
CLEB!!!
Seperti ada panah tajam yang nusuk pantat Uru eh paha Uru (-.-hati!!!) diberi pertanyaan seperti itu, Uruha segera bangkit dari duduknya, "oke, gue balik!"
"hah?0.0"
"emang gue gak diundang sih ya", sindir Uruha
"eh? Tunggu! Bukan gitu maksud gue", Aoi narik sweaternya yang dipake Uruha, "ahk~gue gak tau mau ngomong apa", Aoi tampak frustasi menggaruk garuk kepalanya yang gak gatal.
"fiuh", Uruha menghela nafas berat. "yang bener aja dong, udah berapa lama kita hubungan?"
Aoi hanya menatap kekasihnya datar, "hmm~", Aoi berdiri, menyamai tinggi Uru hingga mereka berhadapan, "gue ke toilet ya", ucapnya lesu sambil melengos dari hadapan Uruha.
"ya-yang benar aja!", Uruha buru buru mendahului Aoi yang hendak pergi keluar, menutup pintu kamar dan menghalangi sang gurame untuk melarikan diri.
"eh? Gue mau ke toilet nih 0.0"
"Udahlah! Lu risih karena ada gue?"
"........", Aoi memasang tampang khas andalannya, wajah datar. "kalo lu ngomong kayak gitu, gue jadi bener bener risih"
"ck!", Uruha menarik wajah Aoi mendekatkan ke wajahnya, sampai bibir mereka saling bertemu, membuat Aoi sedikit membelalakan matanya agak terkejut dengan tindakan tiba tiba dari kekasihnya itu.
Uruha melingkarkan ke dua tangannya di leher Aoi, mencoba menikmati kelembutan bibir dower sang guramenya itu. Memiringkan kepalanya berharap mendapatkan kenikmatan lebih, namun seakan tak ada respon sama sekali dari lawannya membuat Uruha agak kecewa, entah karena Aoi terlalu syok atau apa?0.0
Uruha melepaskan kecupannya, memandang Aoi dengan penuh tanda tanya atas perlakuan gurame itu terhadapnya, "ada apa?"
"ah, nggak", Aoi lagi lagi menggaruk garuk tengkuknya kelihatan gugup, "rasanya udah lama kita gak---"
"iya, lalu?"
"hah?0.0"
Bruk!
Uruha menarik Aoi, membawanya bersandar ke dinding, "eee~", tanpa memberi kesempatan Aoi bicara, Uruha kembali mengecupnya kali ini lebih dalam dan dalam. Uruha berusaha membangkitkan minat si Mr.gengsi itu dengan berlaku sedikit nakal, menggerak-gerakan lidahnya memaksa Aoi untuk membuka mulut dan membiarkan lidahnya bermain main disana.
"hmmmp~", Aoi tampak mulai menerima perlakuan Uruha dan ikut menemani lidah Uru yang bermain main di dalam mulutnya. Uruha agak tersentak menerima serangan balik Aoi diluar perkiraannya. Selama mereka menjadi sepasang kekasih sejauh ini, tak pernah Aoi mengecupnya sampai seperti ini.
Uruha sedikit menyeringai dalam serbuan ciuman Aoi karena tujuannya telah berhasil. Uruha membiarkan tangannya menggerayangi setiap inci leher jenjang Aoi, perlahan lahan turun ke daerah dada mencari kancing atau resleting yang bisa ia buka, karena merasa baju Aoi sangat mengganggunya. Namun kecewa Uru tak menemukannya karena Aoi pake t-shirt gitu, kagak ada kancing maupun resleting *kesalahan Author!* Uru gak putus asa, tangannya merangkak semakin ke bawah, perlahan menaikan t-shirt Aoi sampai tangan Uru dapat bersentuhan langsung dengan kulit perut sang gurame.
Aoi menghentikan aktifitas lidahnya, merasa ada sesuatu yang dingin menggerayangi perutnya sampai ke dada. Aoi bermaksud melepaskan ciumannya namun satu tangan Uru tak mengizinkan hal demikian, ia menekan tengkuk Aoi untuk kembali menciumnya lebih dalam dan memberinya kenikmatan lagi sampai membuatnya seakan hanyut.
Uruha semakin menaikan singkapan baju Aoi, membuat perut dan dada kekasihnya terekspos lebih banyak? XD
Uruha memeluk pinggang Aoi, menarik tubuhnya untuk lebih mendekat padanya. Aoi seperti memperoleh kesempatan untuk melepaskan ciumannya saat tangan Uru menjauh dari lehernya, "akh~ Uru--"
Uruha mentulikan telinganya berusaha tak mendengarkan apapun, menempelkan bibirnya di leher Aoi, menghisap tonjolan di sekitar sana membuat Aoi menggigit bibir bawahnya, "Uru--"
"gue gak denger!", ucap Uru sambil terus mengecup leher Aoi
"lu kena-nghhh...aaaaakh"
Uruha tak merespon atas pertanyaan Aoi yang belum diselesaikannya karena tindakan Uruha yang mewajibkan untuk mengerang nikmat(?)0.0
punggung telanjang Aoi yang berkeringat bersentuhan erat dengan permukaan dinding yang dingin, membuatnya sedikit bergidik. Apalagi cuaca dingin, di luar hujan lebat. Tapi dua pemuda itu malah berkeringat hebat wkwkwk
Uru kembali membiarkan tangannya bekerja, menggerayangi tubuh Aoi sampai akhirnya ia sampai di daerah itu(?), perlahan Uruha menurunkan resleting celana Aoi membuat pemiliknya membelalakan mata dan sontak mendorong tubuh Uruha menjauhkan darinya.
BRUK.
"Argh!"
"........", Aoi segera menutupi tubuhnya kembali dengan menurunkan kaosnya yang dinaikan Uru. Dan kembali menaikan resleting celananya yang juga diturunkan Uru.
"SAKIT GURAME!!!", protes Uru sambil usap usap bokongnya
"kenapa tiba-tiba?"
"apaan?"
"lu gak biasanya kayak gitu!"
"kenapa?! Lu keberatan?"
"gue cuma kaget"
"kaget? Bukankah wajar saja? Kita ini pacaran bukan?"
"iya Tapi--"
"mereka semua melakukannya, kenapa kita nggak?", Uruha berdiri
"Uruha! Gue gak--"
"cukuplah! lu gak menginginkan gue!!"
"Apa?! Kenapa lu selalu kayak gitu sih?!"
"emang gue kayak gini, lu tau gue sejak lama kan? Kenapa? Gak suka? Berubah pikiran?"
"HENTIKAN PEMBICARAAN KAYAK GINI"
"........"
"URUHA?! Apa penting hal kayak gitu?"
"menurut gue iya, menolak berarti gak ada harapan!"
"TAKASHIMA KOUYOU!!! Dengar ya... Siapa yang ngajarin lu kayak gini?"
"lu pikir gue bocah ingusan? Udahlah gue udah tau isi hati Shiroyama Yuu!"
"jangan bercanda!"
"Entah kenapa gue merasa lebih nyaman kayak dulu, waktu sebelum gue bilang suka sama lu. Jadi gue gak akan berharap lebih"
"hei~~ gak usah ngomong gak enak gitu lah"
Uruha melepaskan sweater yang dipakainya, melemparkannya ke arah Aoi. "lu acuhin gue! Lu ninggalin gue! Nolak gue! Gue cukup merasa gak dianggap, jadi udahlah", Uruha memakai baju dan jaketnya yang basah
"apa maksudnya 'udahlah'?"
"Gue nyerah. Manusia itu punya sifat bosan kan? Yah, masih untung itu. Gue gak tau, mungkin aja sejak awal lu emang gak suka gue! Pernah nolak sih, apa karena kasihan aja?", kecerewetan Uru kambuh gak memberikan kesempatan Aoi buat ngomong, "Mungkin si banci itu lebih menarik minat lu daripada gue, selamat bersenang-senang", Uruha berjalan melewati Aoi untuk keluar kamar
Grep
Aoi menggenggam erat lengan Uru menghentikan langkahnya, "gue baru sadar, lu gak pernah percaya gue sama sekali"
"kepercayaan itu datangnya dari tindakan, apa sikap lu pantes gue percaya?"
Aoi menarik lengan Uru kasar menyeretnya ke tempat tidur.
BRUK
"kalau kepercayaan lu bisa muncul karena hal kayak gini, ayo lakukan!"
tangan Uruha mencengkram sprei tempat tidur kuat, wajahnya tampak menahan amarah yang siap meledak kapan saja. "sialan!", Uruha berdiri dengan guling ditangannya, dan saat itu juga sang guling melayang nabok wajah Aoi. "wah wah, pikiran lu dangkal ya Aoi"
Aoi mengepal tangannya kuat, "GUE GAK NGERTI LU TUH MAUNYA APA SIH HAH???!!"
"........", Uruha spontan menampar Aoi meluapkan kekesalannya, "sampai jumpa besok Aoi-sama... sebagai teman"
Uruha beranjak dari tempatnya berdiri menuju keluar. Di luar pintu Uru nemu Meev lagi asik nguping, Uruha gak memperdulikannya ia segera menuju lantai bawah untuk menuju pintu keluar. Meev hanya mengernyitkan dahinya, merasa ada aneh... Dengan dua pasang sejoli itu...
"brengsek, pengen gue tarik bibir gurame dowernya itu! Eugh~", Uruha misuh misuh sambil jalan keluar rumah
tobeCONTINUED
gaje bener yak
rated : M XDa
genre : gajeromance/ B.L [yaoi]/ aneh
fandom(s) : the GazettE, Alicenine dkk
pairing(s) : Aoi x Uru x Meev [slight : Reituki, Tosa]
chapter : 4!!!! ==_==
WARNING : ABAL!!! ANEH!!! bahasa ancur!!! Rated M!!! XD *jaga jaga*
note : hmmm~ T_T
***
cklek.
Aoi memasuki ruangan kamarnya dengan handuk kecil di tangan, "nih", ia melemparkan handuk kecil itu ke arah Uru yang tengah lebih dulu berada di sana duduk di tepi tempat tidur Aoi, "beneran gak mau mandi?"
"gak", jawab Uru ketus sambil mengeringkan rambut basahnya dengan handuk.
Aoi membuka lemari pakaiannya lalu mencarikan pakaian yang kira kira pas untuk dipakai pemuda yang tampak kedinginan dengan baju basahnya habis kehujanan.
Uruha masih agak merengut karena mengetahui Aoi lebih suka mengajak si 'banci' *plak! XD* itu untuk menemaninya daripada dia yang berstatus 'kekasih' nya. Tadinya Uru berniat langsung pulang saat mengetahui Meev ternyata ada di sini,--bisa dibilang Uru kecewa dan cemburu mungkin--namun Aoi menahannya, selain karena Uruha baru tiba--masa udah balik lagi?--dan lagi di luar hujan semakin lebat, mana tega Aoi membiarkannya? Ternyata Aoi masih punya perasaan juga(-.-sadis)
Uru mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan kamar Aoi yang hanya berukuran kira kira seperempatnya dari kamar miliknya. Walaupun Aoi sudah sering keluar masuk kamar Uru, namun ini pengalaman pertama bagi Uru masuk kamar Aoi. Sejak dulu memang mereka lebih banyak menghabiskan waktu main di rumah Uruha yang super besar itu. "berantakan", gumam Uruha
Aoi menoleh, "ha? Sori deh. Kalo lu bilang mau datang, pasti gue beresin dulu tadi. Nih!", Aoi kembali melemparkan sesuatu ke arah Uruha, sebuah sweater. "coba pake dulu itu"
Uruha hanya terdiam sambil memandangi sweater Aoi di tangannya, membuat sang pemilik mengernyitkan dahinya, "ada apa? Mau aku gantikan pakaiannya?"
Uruha mendelikan matanya tajam, dan berhasil membuat Aoi berpikir kalau dia 'sekushi' walau untuk sejenak, karena tiba tiba saja sebuah bantal membentur wajahnya. "thanks! Gue bisa sendiri", ucap Uru sambil menanggalkan jaketnya
Aoi hanya menyunggingkan senyum tipis, "oke, gue ambilkan mocca", Aoi mulai beranjak membuka pintu meninggalkan kamarnya dan Uruha yang tengah berganti pakaian.
Uru mengganti pakaiannya dengan sweater milik Aoi, 'hangat'. Uruha dapat merasakan harum khas Aoi menempel di tubuhnya, seakan ia dipeluk tubuh berbau khas itu. Iya, Aoi memeluknya. Ah~ Uruha baru menyadarinya, semenjak mereka jadi sepasang 'kekasih' selalu Uru yang berinisiatif memeluknya lebih dulu, Sang gurame itu benar benar punya rasa gengsi yang tinggi.
"haaa~", Uru menghela nafas panjang, 'sebenarnya gue ke sini ngapain?T_T'
***
Uruha asik metik metik senar gitar tua yang tak sengaja ia temukan di bawah tempat tidur Aoi. cuma sekedar metik metik gak jelas aja, gak maenin lagu dia, itu hanya sebagai pelampiasan Uru yang bosen nunggu sang gurame kagak balik balik, "buatin moccanya di arab apa ya?", Uru ngedumel. Ia melihat jam tangannya Hampir setengah jam berlalu, sang gurame kagak nongol nongol juga.
Uruha meletakan gitar yang semula berada dalam lahunannya di atas tempat tidur, memutuskan untuk melihat sendiri apa yang sebenarnya dilakukan gurame dower itu di luar kamar sana.
Perlahan Uru membuka pintu kamar Aoi celingukan melihat keadaan sekitar. Ia mulai melangkahkan kakinya menuruni tangga menuju dapur yang terletak di ruang bawah. Melewati ruang tamu yang sepi, Uruha tak melihat ada orang di sana, tapi terdengar suara dua orang laki laki berisik dari tempat lain.
"buatin gue juga donk!"
"ogah! Buat aja sendiri sana"
"halah~ mentang mentang ada bini lu, sikap lu mau gitu aja ke gue hah?"
"berisik lu ah! Penampilan lu itu? Lu pake baju yang bener sana! Gak dingin apa?"
"ngh~ tadi kan gue mau tidur, lu juga kan tadi? Nyiah~ kekasih datang langsung rapi begini", Meev sok-sok'an ngerapihin kerah baju Aoi, Aoi langsung menepisnya.
"........"
"........"
Meev menyeringai, "hmm~ Aoi, lu sejak dulu gak berubah ya? Sensi banget ama gue"
Aoi membawa cangkir berisi mocca ditangannya, menatap Meev datar tak berekspresi, "sori", Aoi melangkahkan kakinya beranjak untuk meninggalkan Meev, namun tiba tiba langkahnya terhenti saat tiba tiba ada lengan yang mengapit lehernya dari belakang.
"ini kan yang sering lu lakuin ke gue dulu?"
Aoi sedikit kaget, apitan tangan Meev di lehernya benar benar kuat, "ohok.. Oi, lu gila apa?! Lepasin gue!!"
"hahaha.. Kita nostalgia dikit lha"
PRANG!!
Tangan Aoi tak sadar melepaskan cangkir berisi mocca di tangannya, ia meronta memaksa tangan meev untuk melepaskan apitannya, "GILA! BANCI! Akh!!"
"Ayolah Aoi~ lu sering gini'in gue dulu"
"Akh! Bre-"
"hah?"
BUGH!!!
Aoi menyikut keras bagian perut Meev, sampai lehernya terlepas dari apitan nista tangan temannya itu, "ugh! Lu serius ya? Sakit nih", protes Meev sambil memegangi perutnya.
"cih! gue jadi harus buat mocca yang baru nih", gerutu Aoi sambil memungut pecahan pecahan cangkir di lantai.
"huh! Kasar ya~", Meev melipat dua tangannya di depan dada sambil menyeringai memperhatikan Aoi yang berjongkok mungutin pecahan pecahan cangkir. "waktu itu juga, lu kasar banget! Masih ada lho bekas cakarannya di perut gue"
mendadak Aoi masang tampang horor, melototin Meev, "LU--"
"HAHAHAHAHAHAH~ takuuut, gak deh gak ngomong lagi wkwkwk"
Aoi mendengus, "brengsek!"
"hoho peace!^^v"
"sana pergi lu! Mati sekalian", Aoi menendang bokong Meev
"Waduuuuhh! Hati Gue terluka nih!"
"bodo amat!!"
"dingin banget, jadi pengen ngerape lagi gue"
"BANGSAAAAAAAT!!!!!"
"wkwkwkwkwkwk", Meev ngacir Aoi ngangkat wajan buat getok palanya.
"siapa ngerape siapa? Sialan!", gerutu Aoi kembali berjongkok nyelesein mungutin pecahan pecahan cangkir
***
Meev berlari ke arah ruang tamu menghindari serangan wajan dari Aoi, tiba tiba ia berhenti mendengar suara langkah seperti terburu buru naik tangga. Meev memiringkan kepalanya melihat tangga menuju ke ruang atas, Seperti sedang berpikir. Mendadak sudut sudut bibirnya melebar, Meev bersiul siul sambil perlahan menaiki tangga.
***
tok... tok... tok...
"gue masuuuuk!", Meev nyelonong, "hallo paha sekushi e!! weeeeh megang gitar? Emangnya bisa maen gitar?"
Uruha gak ngerespon, pura pura kencengin senar senar gitar, "wew~ gue dikacangin", Meev duduk di tepi tempat tidur di samping Uru. Uru sedikit beringsut menggeser tempat duduknya agak menjauhi Meev, Meev hanya menyeringai melihat ekspresi wajah Uru. "weeeeeh!!", Meev tiba tiba ngerebut gitar dilahunan Uru, "waaaah gitar ini? Masih bagus ternyata"
"Lu apaan?", Uru ngerebut lagi gitar Aoi dari Meev
"ahay~ gitar dari gue itu. Si Awo ngejaganya dengan baik selama gue gak ada, wah wah gak kerasa udah 6 taon lalu", Meev geleng geleng kepala.
"........"
"eh, coba lu maenin. Lagu apa kek"
"........"
"oi, serius bisa maen gitar? Haha~ mau gue ajarin gak?"
Uruha bergeming.
"jah, kacang!"
Uruha mendelikan matanya sekushi, "hari gini cowok gak bisa maen gitar? PARAH!!!"
"he? Woooh~ haha gitu dong!", Meev nepuk nepuk punggung Uru, "Eh, lu cowok ya?", *cengok*
"........"
"........"
Grep!
Uru menarik kerah kaos tipis yang dipake Meev kasar, "lu hati hati kalo ngebacot ya!", ancam Uru
"eeeee~ wah wah sabar bro sabar!! Cantik cantik kok ganas wkwkwk", Meev berwekwek-ria. Wajah Uru semakin memerah menahan kekesalan. Ia mengeratkan cengkraman tangannya di kerah kaos Meev, mendadak tangannya mendorong tubuh laki laki berpearcing itu terlentang di atas tempat tidur, "He~", Mata Meev membulat, "HEEEEEEEEEEEE?????"
tangan Uruha memaksa menyingkap kaos putih tipis yang dipake Meev, "tu-tunggu paha sekushi eeeeee!! Suami lu di bawah lho! WUAAAAAAA~ GUA MAU DIRAPEEEEE!!!"
Uruha terdiam setelah berhasil melihat apa yang ingin ia lihat, yang semenjak tadi mengganggu pikirannya, Meev menurunkan singkapan kaosnya yang membuat perutnya terekspos, "Wueeh~ gue berdosa", Meev memeluk dirinya sendiri
"........"
"sori kalo penampilan gue buat lu tergoda, tapi gue-"
"perut lu"
"Heeeeeeeeeee?! Perut gue? Perut gue emang ramping, tapi si Awo ju--hueeeek!!!"
Uruha menekan rahang Meev dengan maksud menghentikan bacotannya yang kayak rem blong, "di perut lu? Apa itu bekas cakaran si gurame?"
"......." *meev cengok*
"Sebenarnya gimana hubungan lu berdua dulu?"
"........"
"GUA TANYA!!!!", Uru esmosi. Meev hanya menyeringai tipis, "lu tadi mampir ke bawah kan? Nguping ya?"
Uru geram seperti diremehkan, ia semakin menekankan tangannya di rahang Meev, "apa yang lu berdua lakuin tanpa sepengetahuan gue?!"
'menarik', meev ngebatin. "hmm~ Hehe~ emang perlu ya ngomong ke lu?"
"Lu--", Uru mengepal tangannya kuat, "gue bener bener nyadar, kalo gue bener bener benci lu!"
"woah~ gue terkejut! Gue pikir lu udah nyadar dari dulu wkwkwkwk"
BUKH!
Uru memukulkan kepalan tangannya ke kasur tepat di samping kepala Meev, "GUE GAK MAIN MAIN!!! Lu tuh ganggu pemandangan!"
"hem hem lu lagi dibakar api cemburu paha sekushi e! Tenanglah cantik"
"GRRRRRR~"
"Santai^^"
Uru merasa semakin diremehkan dan dipecundangi *alah dipecundangi?* seorang banci, Uruha bersumpah akan mengutuk laki laki? di bawahnya ini seumur hidup, "lu benar benar brengsek", Uru mengarahkan kepalan tangannya ke wajah meev yang masang tampang innocent, membuat Uru semakin bernafsu mendaratkan pukulannya di wajah bejad itu. Namun dengan sigap tangan Meev menahan tangan Uru, "wah wah serius nih?", Ucap Meev sambil tersenyum, tangannya memelintir pelan tangan Uru yang di pegannya.
"AAAAAAAARGH!!!!"
Meev menangkap leher Uru, dan mendorong tubuhnya ke samping membuat posisi mereka berbalik, "hmm~ lu gak bisa dikasih tau sih, jangan salah. Gue udah berpengalaman dalam hal kayak gini jauh sebelum lu", Meev menyeringai.
"arkh~~ sialaaan", tangan Uru berusaha melepaskan cekikan tangan Meev di lehernya, "Argh!"
Meev merendahkan kepalanya ke wajah Uruha yang sedang berjuang mendapatkan haknya mengambil nafas, sekuat tenaga berusaha melepaskan cekikannya, "hmm~ lu beneran cowok? Kok cantik begini ya? Salah dilahirin apa? wkwkwk"
"BAN--hmph", Uruha belum sempat nyelesein kata katanya, keburu dibekep Meev
"Banci? Hehe~ gak boleh lho! Cuma suami lu yang boleh nyebut gue kayak gitu^^ "
"Hmmmmmmmmmpph"
"mau gue ajarin gak?^^"
"Hmmmmmmmpph"
"gimana ngadepin si Aoi di atas ranjang heuheu ^0^"
DEG!!!! <- jantung paha
kret.
"sor--"
"........" <-- Aoi membatu
'gurame!!!!', Uruha membelalakan matanya, menyadari posisinya lagi gak enak di pandang.
"woh Awo--", Miyavi tanpa dosa turun dari tubuh Uru, nyamperin Aoi yang membatu depan pintu, "eh, lu buatin mocca buat gue juga? Hehe anak pinter", Meev usap usap kepala Aoi sambil ngambil cangkir mocca yang disodorin Aoi dari tangan satunya.
"cih!", Aoi menepis tangan Meev lalu menjitaknya pelan. Aoi segera nyamperin Uru duduk di sampingnya sambil nyodorin secangkir mocca. Uruha hanya menatapnya curiga gak buru buru nerima mocca yang disodorin sang gurame, apa cuma segitu responnya setelah melihat kekasihnya digencet *XD* cowok lain?
"kenapa?", Aoi tampak mengernyitkan dahi
Uruha mengambil cangkir moccanya, sambil memalingkan wajah, "kagak!"
"BWAAAAHH cuih cuih", Meev heboh sendiri setelah menyeruput moccanya, "ASIN GILA!! AWO!! LU PAKE GARAM YA!?", protesnya.
Aoi terkekeh, "sori, salah masukin kali"
"alah, sengaja lu"
"hehe~", Aoi melirik Uruha di sampingnya yang entah kenapa kayak bengong mandangin cangkir moccanya, Aoi mendengus, "tenang aja, gue gak salah masukin gula kok kesitu"
"......."
"CUIH!! tetep aja asin", Meev menggerutu lagi
Aoi masang deathglarenya, "udah asin, kenapa diseruput lagi? Pergi lu ah!"
"emang sengaja lu ya!"
"iya iya, pergi sana!"
"cis, ya udahlah.. moga berhasil ya paha sekushi e! Ingat apa yang gue ajarin tadi kikikikik"
cklek.
"hah? Semoga berhasil apa? Ajarin apa?", Aoi menatap Uruha penuh curiga
"be- apa? Gue juga gak tau! Ngarang tu orang", Uruha menyeruput moccanya merasa gugup, "BWAAAAAAAHH HANAASH!!", Uruha muntahin lagi moccanya lalu ngipas-ngipasin mulutnya pake tangan.
"eeeh? Hati hati dong!", Aoi ngambil cangkir di tangan Uru, ikut ngipas-ngipasin mulut makhluk berpaha sekushi itu. Menyadari wajah mereka saling berhadapan, dekat. Kedua makhluk itu berhenti kipas mengipas mulut, dan akhirnya saling bertatapan gak jelas. "eee... Ada jerawat di jidat lo tuh", Aoi buka mulut
Uruha refleks nutup jidatnya pake tangan, "lu apaan sih hah? gak penting amat", Uruha mendengus lalu memalingkan wajah setelah merebut cangkir di tangan Aoi, niup-niupin mocca buat diseruput lagi.
"........"
"........"
"........"
"........"
~krik..
~krik..
~krik..
---25 menit kemudian---
"Arrrrrrrgh! Gua boseeeeeeennn!!", Uruha nyekik nyekik Aoi
"ohok.. Gue juga bosen"
"kenapa lu gak ngomong? Sunyi senyap kayak kecoak keinjek lu!"
"lhaaa lu sendiri kenapa mingkem?"
"EMANG HARUS SELALU GUE YANG BUKA PEMBICARAAN?!", uru naek darah
"argh~", Aoi garuk garuk tengkuknya.
"......."
"......."
"oke", Aoi mulai menarik nafas, "mau ngapain lu ke sini?"
CLEB!!!
Seperti ada panah tajam yang nusuk pantat Uru eh paha Uru (-.-hati!!!) diberi pertanyaan seperti itu, Uruha segera bangkit dari duduknya, "oke, gue balik!"
"hah?0.0"
"emang gue gak diundang sih ya", sindir Uruha
"eh? Tunggu! Bukan gitu maksud gue", Aoi narik sweaternya yang dipake Uruha, "ahk~gue gak tau mau ngomong apa", Aoi tampak frustasi menggaruk garuk kepalanya yang gak gatal.
"fiuh", Uruha menghela nafas berat. "yang bener aja dong, udah berapa lama kita hubungan?"
Aoi hanya menatap kekasihnya datar, "hmm~", Aoi berdiri, menyamai tinggi Uru hingga mereka berhadapan, "gue ke toilet ya", ucapnya lesu sambil melengos dari hadapan Uruha.
"ya-yang benar aja!", Uruha buru buru mendahului Aoi yang hendak pergi keluar, menutup pintu kamar dan menghalangi sang gurame untuk melarikan diri.
"eh? Gue mau ke toilet nih 0.0"
"Udahlah! Lu risih karena ada gue?"
"........", Aoi memasang tampang khas andalannya, wajah datar. "kalo lu ngomong kayak gitu, gue jadi bener bener risih"
"ck!", Uruha menarik wajah Aoi mendekatkan ke wajahnya, sampai bibir mereka saling bertemu, membuat Aoi sedikit membelalakan matanya agak terkejut dengan tindakan tiba tiba dari kekasihnya itu.
Uruha melingkarkan ke dua tangannya di leher Aoi, mencoba menikmati kelembutan bibir dower sang guramenya itu. Memiringkan kepalanya berharap mendapatkan kenikmatan lebih, namun seakan tak ada respon sama sekali dari lawannya membuat Uruha agak kecewa, entah karena Aoi terlalu syok atau apa?0.0
Uruha melepaskan kecupannya, memandang Aoi dengan penuh tanda tanya atas perlakuan gurame itu terhadapnya, "ada apa?"
"ah, nggak", Aoi lagi lagi menggaruk garuk tengkuknya kelihatan gugup, "rasanya udah lama kita gak---"
"iya, lalu?"
"hah?0.0"
Bruk!
Uruha menarik Aoi, membawanya bersandar ke dinding, "eee~", tanpa memberi kesempatan Aoi bicara, Uruha kembali mengecupnya kali ini lebih dalam dan dalam. Uruha berusaha membangkitkan minat si Mr.gengsi itu dengan berlaku sedikit nakal, menggerak-gerakan lidahnya memaksa Aoi untuk membuka mulut dan membiarkan lidahnya bermain main disana.
"hmmmp~", Aoi tampak mulai menerima perlakuan Uruha dan ikut menemani lidah Uru yang bermain main di dalam mulutnya. Uruha agak tersentak menerima serangan balik Aoi diluar perkiraannya. Selama mereka menjadi sepasang kekasih sejauh ini, tak pernah Aoi mengecupnya sampai seperti ini.
Uruha sedikit menyeringai dalam serbuan ciuman Aoi karena tujuannya telah berhasil. Uruha membiarkan tangannya menggerayangi setiap inci leher jenjang Aoi, perlahan lahan turun ke daerah dada mencari kancing atau resleting yang bisa ia buka, karena merasa baju Aoi sangat mengganggunya. Namun kecewa Uru tak menemukannya karena Aoi pake t-shirt gitu, kagak ada kancing maupun resleting *kesalahan Author!* Uru gak putus asa, tangannya merangkak semakin ke bawah, perlahan menaikan t-shirt Aoi sampai tangan Uru dapat bersentuhan langsung dengan kulit perut sang gurame.
Aoi menghentikan aktifitas lidahnya, merasa ada sesuatu yang dingin menggerayangi perutnya sampai ke dada. Aoi bermaksud melepaskan ciumannya namun satu tangan Uru tak mengizinkan hal demikian, ia menekan tengkuk Aoi untuk kembali menciumnya lebih dalam dan memberinya kenikmatan lagi sampai membuatnya seakan hanyut.
Uruha semakin menaikan singkapan baju Aoi, membuat perut dan dada kekasihnya terekspos lebih banyak? XD
Uruha memeluk pinggang Aoi, menarik tubuhnya untuk lebih mendekat padanya. Aoi seperti memperoleh kesempatan untuk melepaskan ciumannya saat tangan Uru menjauh dari lehernya, "akh~ Uru--"
Uruha mentulikan telinganya berusaha tak mendengarkan apapun, menempelkan bibirnya di leher Aoi, menghisap tonjolan di sekitar sana membuat Aoi menggigit bibir bawahnya, "Uru--"
"gue gak denger!", ucap Uru sambil terus mengecup leher Aoi
"lu kena-nghhh...aaaaakh"
Uruha tak merespon atas pertanyaan Aoi yang belum diselesaikannya karena tindakan Uruha yang mewajibkan untuk mengerang nikmat(?)0.0
punggung telanjang Aoi yang berkeringat bersentuhan erat dengan permukaan dinding yang dingin, membuatnya sedikit bergidik. Apalagi cuaca dingin, di luar hujan lebat. Tapi dua pemuda itu malah berkeringat hebat wkwkwk
Uru kembali membiarkan tangannya bekerja, menggerayangi tubuh Aoi sampai akhirnya ia sampai di daerah itu(?), perlahan Uruha menurunkan resleting celana Aoi membuat pemiliknya membelalakan mata dan sontak mendorong tubuh Uruha menjauhkan darinya.
BRUK.
"Argh!"
"........", Aoi segera menutupi tubuhnya kembali dengan menurunkan kaosnya yang dinaikan Uru. Dan kembali menaikan resleting celananya yang juga diturunkan Uru.
"SAKIT GURAME!!!", protes Uru sambil usap usap bokongnya
"kenapa tiba-tiba?"
"apaan?"
"lu gak biasanya kayak gitu!"
"kenapa?! Lu keberatan?"
"gue cuma kaget"
"kaget? Bukankah wajar saja? Kita ini pacaran bukan?"
"iya Tapi--"
"mereka semua melakukannya, kenapa kita nggak?", Uruha berdiri
"Uruha! Gue gak--"
"cukuplah! lu gak menginginkan gue!!"
"Apa?! Kenapa lu selalu kayak gitu sih?!"
"emang gue kayak gini, lu tau gue sejak lama kan? Kenapa? Gak suka? Berubah pikiran?"
"HENTIKAN PEMBICARAAN KAYAK GINI"
"........"
"URUHA?! Apa penting hal kayak gitu?"
"menurut gue iya, menolak berarti gak ada harapan!"
"TAKASHIMA KOUYOU!!! Dengar ya... Siapa yang ngajarin lu kayak gini?"
"lu pikir gue bocah ingusan? Udahlah gue udah tau isi hati Shiroyama Yuu!"
"jangan bercanda!"
"Entah kenapa gue merasa lebih nyaman kayak dulu, waktu sebelum gue bilang suka sama lu. Jadi gue gak akan berharap lebih"
"hei~~ gak usah ngomong gak enak gitu lah"
Uruha melepaskan sweater yang dipakainya, melemparkannya ke arah Aoi. "lu acuhin gue! Lu ninggalin gue! Nolak gue! Gue cukup merasa gak dianggap, jadi udahlah", Uruha memakai baju dan jaketnya yang basah
"apa maksudnya 'udahlah'?"
"Gue nyerah. Manusia itu punya sifat bosan kan? Yah, masih untung itu. Gue gak tau, mungkin aja sejak awal lu emang gak suka gue! Pernah nolak sih, apa karena kasihan aja?", kecerewetan Uru kambuh gak memberikan kesempatan Aoi buat ngomong, "Mungkin si banci itu lebih menarik minat lu daripada gue, selamat bersenang-senang", Uruha berjalan melewati Aoi untuk keluar kamar
Grep
Aoi menggenggam erat lengan Uru menghentikan langkahnya, "gue baru sadar, lu gak pernah percaya gue sama sekali"
"kepercayaan itu datangnya dari tindakan, apa sikap lu pantes gue percaya?"
Aoi menarik lengan Uru kasar menyeretnya ke tempat tidur.
BRUK
"kalau kepercayaan lu bisa muncul karena hal kayak gini, ayo lakukan!"
tangan Uruha mencengkram sprei tempat tidur kuat, wajahnya tampak menahan amarah yang siap meledak kapan saja. "sialan!", Uruha berdiri dengan guling ditangannya, dan saat itu juga sang guling melayang nabok wajah Aoi. "wah wah, pikiran lu dangkal ya Aoi"
Aoi mengepal tangannya kuat, "GUE GAK NGERTI LU TUH MAUNYA APA SIH HAH???!!"
"........", Uruha spontan menampar Aoi meluapkan kekesalannya, "sampai jumpa besok Aoi-sama... sebagai teman"
Uruha beranjak dari tempatnya berdiri menuju keluar. Di luar pintu Uru nemu Meev lagi asik nguping, Uruha gak memperdulikannya ia segera menuju lantai bawah untuk menuju pintu keluar. Meev hanya mengernyitkan dahinya, merasa ada aneh... Dengan dua pasang sejoli itu...
"brengsek, pengen gue tarik bibir gurame dowernya itu! Eugh~", Uruha misuh misuh sambil jalan keluar rumah
tobeCONTINUED
gaje bener yak
No comments:
Post a Comment