Author : Rukira milikLedaSanIbuki Matsunori XDDD
Rated : T
genre : romance/ school/ B.L dkk
fandom : DELUHI... *yang laen cadangan*
pairing(s) : Aggy x Leda *mukyaaaa!!!*
chapter : 6
warning : rated T!!!! Tidak bahaya XD"@@@ <- sekarang""### <- Flash back"
Summary : Forbidden Fruit is Sweetest... perasaanku padamu adalah sebuah dosa, namun terasa begitu manis
Note : @.@a *bingung*
Seorang pemuda berambut sembrono berjalan santai menyusuri koridor sekolah. Tak tampak semangat seorang pelajar pada dirinya yang menyambut pagi hari dengan senyuman untuk mendapatkan ilmu dari mereka para guru. Pandangannya menerawang seakan pikirannya kabur entah kemana, ia tak memperdulikan pandangan mata dan ekspresi wajah orang orang yang lalu lalang di sekitar menatapnya. Dengan tatapan dan wajah yang menyeramkan seperti biasanya, Aggy memulai harinya kembali ke sekolah setelah melewati masa skorsnya selama seminggu.
Terlihat dengan jelas bagi siapapun yang mempunyai mata dan sudi memperhatikannya bahwa masih ada bekas bekas luka memar di wajah sang pemuda akibat peristiwa 'itu', membuatnya tampak lebih terlihat seperti preman yang menyelundup ke sekolah memakai seragam dengan bekas luka luka di wajah garangnya itu... membuat kebanyakan orang di sekitarnya mengernyitkan dahi bahkan tampak menghindarinya.
Langkah Aggy terhenti di ambang pintu sebuah kelas, matanya lagi-lagi mengabaikan banyak sorot mata yang tertuju ke arahnya, ia hanya ingin mencari... walau tau sudah pasti tak akan menemukannya di sana tapi Aggy hanya berharap bisa menemukan 'sosoknya' duduk di bangku di dalam kelas sana. Dan helaan nafas menjadi jawaban atas rasa penasaran dan ketidakpuasan apabila Aggy tidak memeriksanya dulu secara langsung. Ia segera mengambil langkah menjauhi ruangan yang menjadi kelasnya itu menuju tempat yang menurutnya lebih baik daripada tempat yang hanya bisa membuatnya stress mendengarkan ocehan ocehan para guru.
Ya.. Tempat Favorit Aggy...
Satu satunya tempat yang membuat Aggy merasa masih ada kenyamanan di sekolahnya ini, tempat yang membuatnya damai melupakan semua penat dan masalah yang membaninya. Dan yang terpenting adalah... Tempat dimana Aggy bisa tersenyum walau dalam kesamaran, tempat dimana 'dia' akan menjemput Aggy, dimana 'dia' akan berceloteh sana sini khusus untuk Aggy, tempat dimana Aggy seperti merasa memilikinya. Dan karena 'dia' lah Aggy masih bertahan selama ini untuk mendatangi tempat yang menurut Aggy amat sangat membosankan. Karena 'dia' lah Aggy selalu mendapatkan semangat untuk melangkahkan kakinya ke tempat ini. Hanya karena dia....
Dan sekarang Aggy tak menemukannya dimanapun di sekolah ini. Lalu untuk apa ia ke tempat ini? Karena yang menjadi tujuan Aggy selama ini adalah 'dia', tak ada alasan lagi bagi Aggy untuk tetap bersekolah seandainya memang 'sosok' itu tak kan pernah ia temukan lagi di sini.
Langit biru yang cerah, dihiasi awan awan putih menggantung di sana.. seperti biasanya. Tapi tak biasa jika Aggy tidak melihat'nya', Aggy tak kan mampu sehari saja absen melihat senyumnya, mendengar suaranya... dan mata bening yang menggetarkannya itu adalah candu, Aggy terlalu mengagumi sosok pemudanya itu.
Aggy mencoba memejamkan matanya menghirup udara pagi, sambil membayangkan sosok itu dalam kepalanya.. Dan hati Aggy tergetar.
"bertemu..."
"ingin......", gumam Aggy dalam pejaman matanya.
'benar-benar ingin bertemu'
"Aggy san?"
DDEGG!!
Aggy segera membuka mata dan membalik tubuhnya mendengar suara yang seperti sudah tak asing lagi ditelinganya, suara yang ia rindukan untuk berada di dekatnya. dan panggilan itu? Benarkah?
"Aggy sa-"
GREP!
"........!!!!"
"..........."
"..........."
Dan Aggy tak bisa lagi menahannya, menahan keinginan untuk memeluknya selama ini... Aggy benar benar merindukannya, dan dia telah bertahan selama ini tanpa melihat sosoknya, karena itu tubuh Aggy seperti tanpa kendali menarik tubuh ramping di hadapannya ke dalam pelukannya. Harum tubuhnya menyesak ke rongga hidung Aggy dan menenangkannya, Aggy merindukannya... Aggy semakin mengeratkan pelukannya di tubuh yang tampak rapuh di matanya itu erat... eraaaatt............
"eh?", Aggy segera melepaskankan pelukannya dengan agak canggung, "aa- aku-", Aggy gugup agak menundukan kepalanya menyembunyikan wajah yang mungkin saja tersurat rona merah. Tentu saja, bahkan untuk menatap matanya saja selama ini membuat Aggy lemas, bagaimana ia sampai berani memeluknya?
"........."
"go-gomen aku hanya-", Aggy memberanikan diri mengangkat wajahnya Untuk menatap langsung mata sang lawan bicara.
"........."
"........."
"eh?", Aggy refleks agak mundur ke belakang.
"a-ano... Ahaha lama tak jumpa ya haha"
"........."
"........."
#
"San?"
"hadir"
"ehm~", Kiyoharu memain mainkan balpoin di tangannya, sembari memutar mutar bola matanya mengawasi puluhan murid di hadapannya. "Sujk?"
-hening-
"Sujk? Dia tidak masuk?"
"ano~ tadi dia ada sensei, ah tasnya juga ada!", jawab salah seorang murid yang duduk bersampingan dengan anak bernama Sujk tadi.
"anak baik mencoba untuk bolos pelajaranku?", sensei bersuara menggoda itu memicingkan matanya mendapati ada keganjilan.
"hm~ selanjutnya Suwarno?!"
-hening-
"dimana anak itu? Bukankah masa skorsnya sudah berakhir?", desis Kiyoharu menggumam pada dirinya sendiri
"sei, tadi saya melihatnya menengok kemari", ujar Kanon sambil mengangkat tangannya, "tapi pergi lagi", tambahnya
Kiyoharu menghela nafas, 'anak itu!', gerutunya dalam hati. Di saat seperti ini biasanya ia akan menyuruh anak kepercayaannya untuk menyeret Aggy memaksanya ikut mata pelajarannya, tapi sepertinya kali ini ia tidak bisa melakukan itu. "Wakeshima, bisa tolong cari Aggy? Dia pasti ada di sekitar sekolah ini"
"eh, saya?", Kanon berdiri dari bangkunya dengan agak ragu.
"ya... tolong ya", Ucap Kiyoharu tersenyum lembut pada anak gadis yang masih tampak kebingungan itu.
"ah, baiklah"
#
"sudah bel, kau gak masuk?", tanya Aggy sinis melirik anak yang duduk bersila di sampingnya, sambil menengadah menatap langit. "pelajaran si Kiyo kan?"
"hm? Iya, biarlah aku terlanjur telat hehe sekali kali bolos aku pikir gak apa-apa", pemuda itu tersenyum renyah.
Aggy bergeming di tempatnya duduk. Matanya tak henti mengawasi makhluk (lumayan manis) yang duduk tepat di sampingnya. Dan helaan nafas ketiga bagi Aggy untuk pagi ini baru saja ia hembuskan mengingat kesalahan apa yang baru saja tadi ia lakukan terhadap anak itu. Aggy menundukan wajahnya lemah, kecewa sekaligus bersyukur.
"ah ternyata di sini sangat menyenangkan, rasanya nyaman. pantas Aggy san suka sekali tempat ini. Apa aku boleh menjadikan tempat ini tempat favoritku?"
Aggy refleks mengangkat wajahnya, "TIDAK!!!"
"He?!"
"TIDAK BOLEH!!", tegas Aggy dengan tatapan tajam dan lagi lagi membuat pemuda itu menciut, beringsut menggeser posisi duduknya agak menjauh seperti ketakutan. Bagi Aggy tempat ini adalah tempat miliknya bersama 'pemuda itu', dan ia tak ingin membagi tempat favoritnya ini dengan siapapun. Egoiskah? Ya, Aggy memang egois, bahkan amat sangat egois jika itu apapun yang berhubungan dengan'nya'.
"go-gomen"
"........"
Aggy memalingkan wajahnya agak merasa bersalah melihat anak itu menarik diri. Mungkin jawaban spontan yang agak membentak tadi terdengar cukup kasar untuk ukuran anak polos itu. Yah... Tapi bukanlah seorang Aggy kalau ia harus menarik kata katanya kembali. Karena itu Aggy lebih memilih untuk diam mengalihkan pandangannya. Kalau memang anak itu tidak suka, dia bisa pergi. Dibenci pun tak apa, kadang itu lebih baik bagi Aggy. Ia sudah kebal dengan kata kata kebencian dari orang orang disekitarnya. Hanya ada satu kata kebencian Yang Aggy takutkan keluar dari mulut seseorang. Ya.. Bahkan mungkin Aggy bisa mati kalau 'ia' benar benar mengatakan itu. Berlebihankah? Mungkin... Seberlebihan perasaan Aggy terhadap'nya'. Hal seekstrim apapun bisa terjadi pada Aggy jika itu menyangkut 'dirinya'.
haha lu-lupakan saja aku hanya bercanda"
"hm~", Aggy tetap memalingkan wajahnya 180 derajat dari anak itu acuh tak acuh.
"umm~ ah ya, Leda juga sering datang ke sini kan?"
".........."
"Leda...", Sujk agak menundukan wajahnya, "Aku benar benar tidak percaya waktu mendengar dia akan dikeluarkan. Dia orang yang baik, tidak mungkin dia berkelahi sampai membuat kakak kakak kelas itu babak belur, aku rasa....... Eh?", Sujk baru menyadari kalau mulutnya bicara melebihi kapasitasnya. Ia tak sadar kalau ia sedang berhadapan dengan orang yang juga terlibat dalam peristiwa itu.
Aggy masih bergeming, dan kata kata Sujk kembali mengingatkannya pada kejadian hari itu. Di mana ia seakan melihat sisi lain dari 'sosoknya', rasa sakit melilit pun kembali menyapa hati Aggy saat ia ingat dimana ia tak bisa melindungi orang yang paling penting baginya.
Pecundang?
"ee maksudku-"
"pergi!"
".........", Sujk membeku. Dari nada bicara Aggy yang walaupun hanya mengucapkan 1 kata saja, tapi Sujk dapat menyadari kalau ia tampaknya mulai emosi. Sujk sadar pasti kata katanya telah menyinggung Aggy.
"Aggy san go-"
"jangan panggil aku seperti itu!!!"
bagaimana bisa ia memeluk orang -yang bahkan ia lupa siapa namanya- itu, hanya karena cara dia memanggil dirinya sama dengan 'orang itu'. Mungkin karena akhir-akhir ini pikiran Aggy selalu dipenuhi 'dirinya', ah TIDAK!!! Tapi akhir-akhir ini pikiran Aggy dipenuhi 'dirinya' lebih daripada biasanya, hingga satu kemiripan saja membuat Aggy buta menyimpulkan bahwa itu adalah 'dia'.
Dan pada akhirnya Aggy harus kembali menerima kenyataan, bahwa mungkin saja dia tidak akan lagi bisa melihat ketua kelasnya itu di tempat ini.
"aku.... Tidak tau cara Leda mengajakmu bicara itu seperti apa.... yang jelas, aku tidak bisa seperti dia kan?"
Aggy tetap pada posisinya tak membuat gerakan atau perubahan apapun pada keadaannya yang semula tadi, hanya saja pikirannya sekarang mulai menerka nerka apa maksud dari perkataan anak laki laki di sampingnya itu.
"aku kaget sekali waktu tadi tiba tiba saja kau memelukku... Aku pikir mungkin sekarang kau mau menerimaku sebagai teman?"
"sudah ku katakan, aku tidak sengaja!"
"mungkinkah kau salah orang? Aku pikir kau salah mengira aku adalah 'dia'?"
Aggy sontak mengalihkan pandangannya ke arah Sujk, "ck! Lalu kenapa dengan itu?", tatapan Aggy menunjukan keseriusan.
Sujk sedikit menelan ludahnya paksa, "haha aku hanya merasa hubungan kalian sangat lucu", Sujk agak memaksakan komentarnya.
"lucu?", Aggy mengernyitkan dahinya.
"ano... maksudku eh, menarik!"
"hm?"
"iya... Menarik", Sujk mengulangi kata katanya, "membuat iri", gumamnya dengan suara pelan hampir tak terdengar, mendadak pandangan mata Sujk seperti kosong menerawang. Aggy kembali meliriknya sedikit, anak itu tampak kesepian... Entah kenapa perasaan Aggy tiba tiba saja melembut melihat sorot mata pemuda itu. Seakan mengingatkannya pada sorot mata 'seseorang' yang amat berarti baginya. Aggy secepat mungkin mengalihkan pandangannya ke arah lain, 'beda'.
"seseorang tempat berbagi"
gumaman Sujk membuat Aggy tersadar dari lamunannya, "apa?"
"heh? haha bukan apa-apa", Sujk mengepak ngepakan tangannya membela diri.
Aggy mendengus, jelas jelas tadi dia mendengar samar anak itu bicara pelan. "cepat masuk kelas! Aku gak mau disalahkan karena anak baik sepertimu bolos"
"eh? Tidak. Aku memang ingin melakukan ini sudah sejak lama. Jadi bukan salah-"
"aku tidak perduli. Kau pikir pandangan orang akan sesuai kenyataan?"
"........."
Sujk menundukan kepalanya tampak berpikir sejenak, beberapa saat kemudian ia mengangguk lemah, "baiklah, kalau begitu... aku masuk kelas", Sujk bangkit berdiri kemudian membungkukan badannya ke arah Aggy yang masih dudukan di lantai atap itu, bola matanya bergerak ke atas sesuai dengan gerakan Sujk saat ia mengangkat tubuhnya habis membungkuk. "sumimasen"
"hm~"
Sujk membelakangi Aggy mengambil langkahnya yang pertama untuk meninggalkan tempat itu dengan agak ragu, tapi hari ini Sujk bicara dengan Aggy lebih lama dari biasanya, dan seperti perkiraannya selama ini tentang pemuda berperangai antik itu, bahwa dia memang mempunyai sisi baik, dan Sujk dapat benar benar merasakannya sekarang, kelembutan Aggy yang samar. kemudian Sujk memilih untuk berlari setelahnya hingga menimbulkan bunyi ckitan sepatu menghentak lantai. Aggy meluruskan sebelah kakinya sambil menyangga berat tubuhnya dengan kedua tangan menekan lantai agak ke belakang. Sambil menengadah menatap langit biru cerah di atas kepalanya, Aggy merasakan ada keganjilan dalam hatinya. Anak -yang bahkan ia lupa namanya- itu benar benar mengingatkan Aggy pada'nya', cara dia bicara, menyapa dan yang paling penting perasaan Aggy sendiri saat melihat sorot mata anak itu. Tapi tidak! Aggy tau, ini berbeda dengan apa yang ia rasakan terhadap ketua kelasnya. Dia bukan orang itu, orang yang selama ini telah berhasil memenangkan hati Aggy, dan mengisi kekosongan hatinya.
"fiuh~ Leda"
"AGGY KUN!!!"
"hm?", Aggy melirik arah suara dengan santainya. 'pengganggu... lagi?'
"akhirnya~~", Kanon mencoba mengatur nafas, "Kiyoharu sensei menyuruhku menyeretmu ke kelas!", ujar Kanon tiba tiba. membuat Aggy mengerutkan dahinya.
'Lagi lagi dia menyuruh orang untuk memaksaku ikut pelajarannya', batin Aggy. Ya, mungkin karena dia juga perasaan Aggy itu tumbuh dan semakin tumbuh seiring dengan seringnya mereka bertemu di atap itu. Hm~ apakah memang itu suatu kebetulan karena dia seorang ketua kelas, jadi Kiyoharu percaya padanya untuk selalu mencarikan Aggy? Mungkin. Tapi Aggy tidak pernah menganggapnya seperti itu, tidak ada yang kebetulan di dunia ini, Tuhan memang sudah menggariskannya seperti itu dan Aggy mempercayainya. 'hanya dia'
#
Kiyoharu meletakan buku buku di atas meja kerjanya lalu mendudukan diri di atas kursi. Sebenarnya ia bisa saja langsung pulang hari ini, karena tidak ada lagi jadwal mengajar untuknya. Tapi Kiyoharu lebih memilih untuk tinggal di sekolah sampai jam pelajaran terakhir nanti. Sambil menumpang satu kakinya di atas kaki yang lain dan melipat ke dua lengannya di depan dada Kiyoharu mulai melirikkan matanya nakal ke arah seorang guru perempuan berparas manis yang sedang berkutat dengan pekerjaannya. "ekhm!"
Guru yang dipanggil Yuki sensei itu tersadar sebuah 'dehem'an(?) itu ditunjukan padanya. Ia menghentikan pekerjaannya sejenak untuk sekedar melirik Kiyoharu.
"yang semangat Yuki sensei", ujar Kiyoharu mengepal tangannya sambil tersenyum.
Yuki sensei tersenyum manis sambil menganggukan kepalanya pelan. Lalu ia kembali melanjutkan pekerjaannya memeriksa hasil pekerjaan murid muridnya yang sempat tertunda sejenak. Kiyoharu tersenyum memperhatikan wanita yang jauh lebih muda darinya itu karena telah berhasil menggoreskan seberkas rona pink di kedua pipinya. Kiyoharu memang suka sekali menggodanya, dan keberhasilannya kali ini pun cukup membuatnya puas dan cukup terhibur.
"Kiyo!"
"hmmmmmmm~?"
"kau tidak sadar muridmu ini memperhatikan kelakuan jelekmu itu dari tadi? Sebenarnya untuk apa kau memanggilku kemari?"
"he? Sabarlah kau!", Kiyoharu menggeplak kepala Aggy dengan bukunya, "aku juga perlu refreshing! Kau tau?"
"aku tidak perduli. Cepatlah! Jangan buang waktu berhargaku", Aggy mendengus.
"hm~ baiklah. Tentang Leda-"
mendengar nama 'pemudanya' itu ekspresi Aggy mendadak berubah serius. Ia memfokuskan mata dan pendengarannya, "kenapa?"
"haha perubahan yang aneh! Ada apa denganmu sebenarnya anak muda?", Kiyoharu kembali menggeplakan bukunya ke kepala Aggy. Perubahan ekspresi wajah Aggy ketika ia menyebut nama Leda sangat lucu bagi Kiyoharu. Aggy kembali mendengus. "fiuh~ yaah", Kiyoharu menghembuskan nafas dari mulutnya mencoba untuk bicara serius, "aku dan para guru sudah mengadakan rapat, dan hasilnya adalah... Dia memang harus dikeluarkan"
"........."
"dikeluarkan!"
"........."
"kau dengar? Aku bilang di-ke-lu-ar-kan!"
BBRRAAKK!!!!!!!!!!!
to@be@continued
Rated : T
genre : romance/ school/ B.L dkk
fandom : DELUHI... *yang laen cadangan*
pairing(s) : Aggy x Leda *mukyaaaa!!!*
chapter : 6
warning : rated T!!!! Tidak bahaya XD"@@@ <- sekarang""### <- Flash back"
Summary : Forbidden Fruit is Sweetest... perasaanku padamu adalah sebuah dosa, namun terasa begitu manis
Note : @.@a *bingung*
Seorang pemuda berambut sembrono berjalan santai menyusuri koridor sekolah. Tak tampak semangat seorang pelajar pada dirinya yang menyambut pagi hari dengan senyuman untuk mendapatkan ilmu dari mereka para guru. Pandangannya menerawang seakan pikirannya kabur entah kemana, ia tak memperdulikan pandangan mata dan ekspresi wajah orang orang yang lalu lalang di sekitar menatapnya. Dengan tatapan dan wajah yang menyeramkan seperti biasanya, Aggy memulai harinya kembali ke sekolah setelah melewati masa skorsnya selama seminggu.
Terlihat dengan jelas bagi siapapun yang mempunyai mata dan sudi memperhatikannya bahwa masih ada bekas bekas luka memar di wajah sang pemuda akibat peristiwa 'itu', membuatnya tampak lebih terlihat seperti preman yang menyelundup ke sekolah memakai seragam dengan bekas luka luka di wajah garangnya itu... membuat kebanyakan orang di sekitarnya mengernyitkan dahi bahkan tampak menghindarinya.
Langkah Aggy terhenti di ambang pintu sebuah kelas, matanya lagi-lagi mengabaikan banyak sorot mata yang tertuju ke arahnya, ia hanya ingin mencari... walau tau sudah pasti tak akan menemukannya di sana tapi Aggy hanya berharap bisa menemukan 'sosoknya' duduk di bangku di dalam kelas sana. Dan helaan nafas menjadi jawaban atas rasa penasaran dan ketidakpuasan apabila Aggy tidak memeriksanya dulu secara langsung. Ia segera mengambil langkah menjauhi ruangan yang menjadi kelasnya itu menuju tempat yang menurutnya lebih baik daripada tempat yang hanya bisa membuatnya stress mendengarkan ocehan ocehan para guru.
Ya.. Tempat Favorit Aggy...
Satu satunya tempat yang membuat Aggy merasa masih ada kenyamanan di sekolahnya ini, tempat yang membuatnya damai melupakan semua penat dan masalah yang membaninya. Dan yang terpenting adalah... Tempat dimana Aggy bisa tersenyum walau dalam kesamaran, tempat dimana 'dia' akan menjemput Aggy, dimana 'dia' akan berceloteh sana sini khusus untuk Aggy, tempat dimana Aggy seperti merasa memilikinya. Dan karena 'dia' lah Aggy masih bertahan selama ini untuk mendatangi tempat yang menurut Aggy amat sangat membosankan. Karena 'dia' lah Aggy selalu mendapatkan semangat untuk melangkahkan kakinya ke tempat ini. Hanya karena dia....
Dan sekarang Aggy tak menemukannya dimanapun di sekolah ini. Lalu untuk apa ia ke tempat ini? Karena yang menjadi tujuan Aggy selama ini adalah 'dia', tak ada alasan lagi bagi Aggy untuk tetap bersekolah seandainya memang 'sosok' itu tak kan pernah ia temukan lagi di sini.
Langit biru yang cerah, dihiasi awan awan putih menggantung di sana.. seperti biasanya. Tapi tak biasa jika Aggy tidak melihat'nya', Aggy tak kan mampu sehari saja absen melihat senyumnya, mendengar suaranya... dan mata bening yang menggetarkannya itu adalah candu, Aggy terlalu mengagumi sosok pemudanya itu.
Aggy mencoba memejamkan matanya menghirup udara pagi, sambil membayangkan sosok itu dalam kepalanya.. Dan hati Aggy tergetar.
"bertemu..."
"ingin......", gumam Aggy dalam pejaman matanya.
'benar-benar ingin bertemu'
"Aggy san?"
DDEGG!!
Aggy segera membuka mata dan membalik tubuhnya mendengar suara yang seperti sudah tak asing lagi ditelinganya, suara yang ia rindukan untuk berada di dekatnya. dan panggilan itu? Benarkah?
"Aggy sa-"
GREP!
"........!!!!"
"..........."
"..........."
Dan Aggy tak bisa lagi menahannya, menahan keinginan untuk memeluknya selama ini... Aggy benar benar merindukannya, dan dia telah bertahan selama ini tanpa melihat sosoknya, karena itu tubuh Aggy seperti tanpa kendali menarik tubuh ramping di hadapannya ke dalam pelukannya. Harum tubuhnya menyesak ke rongga hidung Aggy dan menenangkannya, Aggy merindukannya... Aggy semakin mengeratkan pelukannya di tubuh yang tampak rapuh di matanya itu erat... eraaaatt............
"eh?", Aggy segera melepaskankan pelukannya dengan agak canggung, "aa- aku-", Aggy gugup agak menundukan kepalanya menyembunyikan wajah yang mungkin saja tersurat rona merah. Tentu saja, bahkan untuk menatap matanya saja selama ini membuat Aggy lemas, bagaimana ia sampai berani memeluknya?
"........."
"go-gomen aku hanya-", Aggy memberanikan diri mengangkat wajahnya Untuk menatap langsung mata sang lawan bicara.
"........."
"........."
"eh?", Aggy refleks agak mundur ke belakang.
"a-ano... Ahaha lama tak jumpa ya haha"
"........."
"........."
#
"San?"
"hadir"
"ehm~", Kiyoharu memain mainkan balpoin di tangannya, sembari memutar mutar bola matanya mengawasi puluhan murid di hadapannya. "Sujk?"
-hening-
"Sujk? Dia tidak masuk?"
"ano~ tadi dia ada sensei, ah tasnya juga ada!", jawab salah seorang murid yang duduk bersampingan dengan anak bernama Sujk tadi.
"anak baik mencoba untuk bolos pelajaranku?", sensei bersuara menggoda itu memicingkan matanya mendapati ada keganjilan.
"hm~ selanjutnya Suwarno?!"
-hening-
"dimana anak itu? Bukankah masa skorsnya sudah berakhir?", desis Kiyoharu menggumam pada dirinya sendiri
"sei, tadi saya melihatnya menengok kemari", ujar Kanon sambil mengangkat tangannya, "tapi pergi lagi", tambahnya
Kiyoharu menghela nafas, 'anak itu!', gerutunya dalam hati. Di saat seperti ini biasanya ia akan menyuruh anak kepercayaannya untuk menyeret Aggy memaksanya ikut mata pelajarannya, tapi sepertinya kali ini ia tidak bisa melakukan itu. "Wakeshima, bisa tolong cari Aggy? Dia pasti ada di sekitar sekolah ini"
"eh, saya?", Kanon berdiri dari bangkunya dengan agak ragu.
"ya... tolong ya", Ucap Kiyoharu tersenyum lembut pada anak gadis yang masih tampak kebingungan itu.
"ah, baiklah"
#
"sudah bel, kau gak masuk?", tanya Aggy sinis melirik anak yang duduk bersila di sampingnya, sambil menengadah menatap langit. "pelajaran si Kiyo kan?"
"hm? Iya, biarlah aku terlanjur telat hehe sekali kali bolos aku pikir gak apa-apa", pemuda itu tersenyum renyah.
Aggy bergeming di tempatnya duduk. Matanya tak henti mengawasi makhluk (lumayan manis) yang duduk tepat di sampingnya. Dan helaan nafas ketiga bagi Aggy untuk pagi ini baru saja ia hembuskan mengingat kesalahan apa yang baru saja tadi ia lakukan terhadap anak itu. Aggy menundukan wajahnya lemah, kecewa sekaligus bersyukur.
"ah ternyata di sini sangat menyenangkan, rasanya nyaman. pantas Aggy san suka sekali tempat ini. Apa aku boleh menjadikan tempat ini tempat favoritku?"
Aggy refleks mengangkat wajahnya, "TIDAK!!!"
"He?!"
"TIDAK BOLEH!!", tegas Aggy dengan tatapan tajam dan lagi lagi membuat pemuda itu menciut, beringsut menggeser posisi duduknya agak menjauh seperti ketakutan. Bagi Aggy tempat ini adalah tempat miliknya bersama 'pemuda itu', dan ia tak ingin membagi tempat favoritnya ini dengan siapapun. Egoiskah? Ya, Aggy memang egois, bahkan amat sangat egois jika itu apapun yang berhubungan dengan'nya'.
"go-gomen"
"........"
Aggy memalingkan wajahnya agak merasa bersalah melihat anak itu menarik diri. Mungkin jawaban spontan yang agak membentak tadi terdengar cukup kasar untuk ukuran anak polos itu. Yah... Tapi bukanlah seorang Aggy kalau ia harus menarik kata katanya kembali. Karena itu Aggy lebih memilih untuk diam mengalihkan pandangannya. Kalau memang anak itu tidak suka, dia bisa pergi. Dibenci pun tak apa, kadang itu lebih baik bagi Aggy. Ia sudah kebal dengan kata kata kebencian dari orang orang disekitarnya. Hanya ada satu kata kebencian Yang Aggy takutkan keluar dari mulut seseorang. Ya.. Bahkan mungkin Aggy bisa mati kalau 'ia' benar benar mengatakan itu. Berlebihankah? Mungkin... Seberlebihan perasaan Aggy terhadap'nya'. Hal seekstrim apapun bisa terjadi pada Aggy jika itu menyangkut 'dirinya'.
haha lu-lupakan saja aku hanya bercanda"
"hm~", Aggy tetap memalingkan wajahnya 180 derajat dari anak itu acuh tak acuh.
"umm~ ah ya, Leda juga sering datang ke sini kan?"
".........."
"Leda...", Sujk agak menundukan wajahnya, "Aku benar benar tidak percaya waktu mendengar dia akan dikeluarkan. Dia orang yang baik, tidak mungkin dia berkelahi sampai membuat kakak kakak kelas itu babak belur, aku rasa....... Eh?", Sujk baru menyadari kalau mulutnya bicara melebihi kapasitasnya. Ia tak sadar kalau ia sedang berhadapan dengan orang yang juga terlibat dalam peristiwa itu.
Aggy masih bergeming, dan kata kata Sujk kembali mengingatkannya pada kejadian hari itu. Di mana ia seakan melihat sisi lain dari 'sosoknya', rasa sakit melilit pun kembali menyapa hati Aggy saat ia ingat dimana ia tak bisa melindungi orang yang paling penting baginya.
Pecundang?
"ee maksudku-"
"pergi!"
".........", Sujk membeku. Dari nada bicara Aggy yang walaupun hanya mengucapkan 1 kata saja, tapi Sujk dapat menyadari kalau ia tampaknya mulai emosi. Sujk sadar pasti kata katanya telah menyinggung Aggy.
"Aggy san go-"
"jangan panggil aku seperti itu!!!"
bagaimana bisa ia memeluk orang -yang bahkan ia lupa siapa namanya- itu, hanya karena cara dia memanggil dirinya sama dengan 'orang itu'. Mungkin karena akhir-akhir ini pikiran Aggy selalu dipenuhi 'dirinya', ah TIDAK!!! Tapi akhir-akhir ini pikiran Aggy dipenuhi 'dirinya' lebih daripada biasanya, hingga satu kemiripan saja membuat Aggy buta menyimpulkan bahwa itu adalah 'dia'.
Dan pada akhirnya Aggy harus kembali menerima kenyataan, bahwa mungkin saja dia tidak akan lagi bisa melihat ketua kelasnya itu di tempat ini.
"aku.... Tidak tau cara Leda mengajakmu bicara itu seperti apa.... yang jelas, aku tidak bisa seperti dia kan?"
Aggy tetap pada posisinya tak membuat gerakan atau perubahan apapun pada keadaannya yang semula tadi, hanya saja pikirannya sekarang mulai menerka nerka apa maksud dari perkataan anak laki laki di sampingnya itu.
"aku kaget sekali waktu tadi tiba tiba saja kau memelukku... Aku pikir mungkin sekarang kau mau menerimaku sebagai teman?"
"sudah ku katakan, aku tidak sengaja!"
"mungkinkah kau salah orang? Aku pikir kau salah mengira aku adalah 'dia'?"
Aggy sontak mengalihkan pandangannya ke arah Sujk, "ck! Lalu kenapa dengan itu?", tatapan Aggy menunjukan keseriusan.
Sujk sedikit menelan ludahnya paksa, "haha aku hanya merasa hubungan kalian sangat lucu", Sujk agak memaksakan komentarnya.
"lucu?", Aggy mengernyitkan dahinya.
"ano... maksudku eh, menarik!"
"hm?"
"iya... Menarik", Sujk mengulangi kata katanya, "membuat iri", gumamnya dengan suara pelan hampir tak terdengar, mendadak pandangan mata Sujk seperti kosong menerawang. Aggy kembali meliriknya sedikit, anak itu tampak kesepian... Entah kenapa perasaan Aggy tiba tiba saja melembut melihat sorot mata pemuda itu. Seakan mengingatkannya pada sorot mata 'seseorang' yang amat berarti baginya. Aggy secepat mungkin mengalihkan pandangannya ke arah lain, 'beda'.
"seseorang tempat berbagi"
gumaman Sujk membuat Aggy tersadar dari lamunannya, "apa?"
"heh? haha bukan apa-apa", Sujk mengepak ngepakan tangannya membela diri.
Aggy mendengus, jelas jelas tadi dia mendengar samar anak itu bicara pelan. "cepat masuk kelas! Aku gak mau disalahkan karena anak baik sepertimu bolos"
"eh? Tidak. Aku memang ingin melakukan ini sudah sejak lama. Jadi bukan salah-"
"aku tidak perduli. Kau pikir pandangan orang akan sesuai kenyataan?"
"........."
Sujk menundukan kepalanya tampak berpikir sejenak, beberapa saat kemudian ia mengangguk lemah, "baiklah, kalau begitu... aku masuk kelas", Sujk bangkit berdiri kemudian membungkukan badannya ke arah Aggy yang masih dudukan di lantai atap itu, bola matanya bergerak ke atas sesuai dengan gerakan Sujk saat ia mengangkat tubuhnya habis membungkuk. "sumimasen"
"hm~"
Sujk membelakangi Aggy mengambil langkahnya yang pertama untuk meninggalkan tempat itu dengan agak ragu, tapi hari ini Sujk bicara dengan Aggy lebih lama dari biasanya, dan seperti perkiraannya selama ini tentang pemuda berperangai antik itu, bahwa dia memang mempunyai sisi baik, dan Sujk dapat benar benar merasakannya sekarang, kelembutan Aggy yang samar. kemudian Sujk memilih untuk berlari setelahnya hingga menimbulkan bunyi ckitan sepatu menghentak lantai. Aggy meluruskan sebelah kakinya sambil menyangga berat tubuhnya dengan kedua tangan menekan lantai agak ke belakang. Sambil menengadah menatap langit biru cerah di atas kepalanya, Aggy merasakan ada keganjilan dalam hatinya. Anak -yang bahkan ia lupa namanya- itu benar benar mengingatkan Aggy pada'nya', cara dia bicara, menyapa dan yang paling penting perasaan Aggy sendiri saat melihat sorot mata anak itu. Tapi tidak! Aggy tau, ini berbeda dengan apa yang ia rasakan terhadap ketua kelasnya. Dia bukan orang itu, orang yang selama ini telah berhasil memenangkan hati Aggy, dan mengisi kekosongan hatinya.
"fiuh~ Leda"
"AGGY KUN!!!"
"hm?", Aggy melirik arah suara dengan santainya. 'pengganggu... lagi?'
"akhirnya~~", Kanon mencoba mengatur nafas, "Kiyoharu sensei menyuruhku menyeretmu ke kelas!", ujar Kanon tiba tiba. membuat Aggy mengerutkan dahinya.
'Lagi lagi dia menyuruh orang untuk memaksaku ikut pelajarannya', batin Aggy. Ya, mungkin karena dia juga perasaan Aggy itu tumbuh dan semakin tumbuh seiring dengan seringnya mereka bertemu di atap itu. Hm~ apakah memang itu suatu kebetulan karena dia seorang ketua kelas, jadi Kiyoharu percaya padanya untuk selalu mencarikan Aggy? Mungkin. Tapi Aggy tidak pernah menganggapnya seperti itu, tidak ada yang kebetulan di dunia ini, Tuhan memang sudah menggariskannya seperti itu dan Aggy mempercayainya. 'hanya dia'
#
Kiyoharu meletakan buku buku di atas meja kerjanya lalu mendudukan diri di atas kursi. Sebenarnya ia bisa saja langsung pulang hari ini, karena tidak ada lagi jadwal mengajar untuknya. Tapi Kiyoharu lebih memilih untuk tinggal di sekolah sampai jam pelajaran terakhir nanti. Sambil menumpang satu kakinya di atas kaki yang lain dan melipat ke dua lengannya di depan dada Kiyoharu mulai melirikkan matanya nakal ke arah seorang guru perempuan berparas manis yang sedang berkutat dengan pekerjaannya. "ekhm!"
Guru yang dipanggil Yuki sensei itu tersadar sebuah 'dehem'an(?) itu ditunjukan padanya. Ia menghentikan pekerjaannya sejenak untuk sekedar melirik Kiyoharu.
"yang semangat Yuki sensei", ujar Kiyoharu mengepal tangannya sambil tersenyum.
Yuki sensei tersenyum manis sambil menganggukan kepalanya pelan. Lalu ia kembali melanjutkan pekerjaannya memeriksa hasil pekerjaan murid muridnya yang sempat tertunda sejenak. Kiyoharu tersenyum memperhatikan wanita yang jauh lebih muda darinya itu karena telah berhasil menggoreskan seberkas rona pink di kedua pipinya. Kiyoharu memang suka sekali menggodanya, dan keberhasilannya kali ini pun cukup membuatnya puas dan cukup terhibur.
"Kiyo!"
"hmmmmmmm~?"
"kau tidak sadar muridmu ini memperhatikan kelakuan jelekmu itu dari tadi? Sebenarnya untuk apa kau memanggilku kemari?"
"he? Sabarlah kau!", Kiyoharu menggeplak kepala Aggy dengan bukunya, "aku juga perlu refreshing! Kau tau?"
"aku tidak perduli. Cepatlah! Jangan buang waktu berhargaku", Aggy mendengus.
"hm~ baiklah. Tentang Leda-"
mendengar nama 'pemudanya' itu ekspresi Aggy mendadak berubah serius. Ia memfokuskan mata dan pendengarannya, "kenapa?"
"haha perubahan yang aneh! Ada apa denganmu sebenarnya anak muda?", Kiyoharu kembali menggeplakan bukunya ke kepala Aggy. Perubahan ekspresi wajah Aggy ketika ia menyebut nama Leda sangat lucu bagi Kiyoharu. Aggy kembali mendengus. "fiuh~ yaah", Kiyoharu menghembuskan nafas dari mulutnya mencoba untuk bicara serius, "aku dan para guru sudah mengadakan rapat, dan hasilnya adalah... Dia memang harus dikeluarkan"
"........."
"dikeluarkan!"
"........."
"kau dengar? Aku bilang di-ke-lu-ar-kan!"
BBRRAAKK!!!!!!!!!!!
to@be@continued
t.b.c?? Emm lnjtn'a mn?? Jd pnsaran..
ReplyDeletewkwkwkwkwk... lagi kena tabestry syndrome neee wkwkwkwk
ReplyDelete