Search + histats

Monday, 20 September 2010

Forbidden Fruit 3

Author : Ruk~Ruki~Rukiiraa^^



rated : T



genre : Romance/ school/ BL dkk



fandom(s) : Deluhi...*yang lain numpang nongol doank*



pairing(s) : AggyXLeda.. *gyaa~*



chapter : 3



Warning : bayangin Aggynya yang lagi di Revolver Blast!!!

"### -> flashback"

"@@@ -> sekarang"



summary : forbidden fruit is sweetest... Perasaanku padamu adalah sebuah dosa, namun terasa begitu manis



Note : ^^a





@@@



"jaa.."



tak sepatah kata pun keluar dari mulut Aggy untuk menjawab kata perpisahan dari Leda. Ia melangkahkan kakinya berlawanan dengan arah menuju kelas tanpa menghiraukan kata-kata ketua kelasnya.



Leda menggaruk-garuk belakang kepalanya yang tak gatal agak merengut. Padahal ia sudah tau sikap Aggy yang sok dingin itu, namun Leda pikir sekarang mereka sudah lebih dekat. Jadi setidaknya kalau hanya ucapan perpisahan...



"sudahlah", gumam Leda pelan.



Suara-suara sepatu yang menghentak lantai semakin cepat dan menjauh ditelinga Aggy. Laki-laki berambut agak sembrono itu menghentikan langkahnya lalu menoleh. Matanya memandang lembut anak laki-laki yang tengah berlari memunggunginya.



Jaa...



@@@



..Grek..



Mata Leda menerawang ke setiap sudut ruangan kelasnya. Tak ada suara canda tawa atau cekcokan dari sana seperti saat Leda meninggalkannya tadi.



Sepi.



Mata Leda hanya menangkap sesosok gadis manis tengah duduk di bangkunya di sana. Senyumnya mengembang saat bayangan Leda terpantul di kedua matanya.



"Leda kun? Lama sekali...", ujarnya sambil melangkah menghampiri Leda. "mana si Aggy itu?"



"Ee.. Dia sudah pulang. Mana yang lainnya?", Leda balik bertanya sambil berjalan ke bangku mengambil tasnya yang tergeletak di sana.



"mereka sudah pulang juga. Piketnya juga udah selesai"



Leda menghampiri sekertaris manisnya itu lalu merapatkan kedua telapak tangannya di depan wajah Kanon sambil menundukan kepalanya, "Gomen neeee Wakeshima san, aku lupa waktu"



Kanon terdiam beberapa saat, "hai, tidak apa-apa Leda kun", Kanon tersenyum



Leda mengangkat wajahnya, "kenapa tidak pulang duluan saja?"



Kanon menggeleng-gelengkan kepalanya, "Aku ingin pulang bareng Leda Kun", katanya tersenyum manja.



"oh... Aha..ha.. I-iya", Leda mendadak salah tingkah. Tentu saja, laki-laki mana yang tidak salting kalau dikatai seperti itu oleh gadis manis seperti kanon. (-> Aggy)



"hhe Leda kun lucuu..."



"ah, hha.. benarkah?", Leda menutupi wajahnya dengan sebelah tangan. wajahnya agak terasa panas saat ini. Kanon hanya terkekeh melihat kelakuan ketua kelasnya itu.



Lalu mereka keluar dari kelas bersamaan. Sepanjang koridor sekolah mereka berjalan berdampingan, tak jarang senyuman Kanon mengembang dan kadang tertawa kecil dengan candaan-candaan ketua kelas yang berjalan di sampingnya.



"Leda kun.."



"hm?"



"boleh aku tanya sesuatu?"



"ya"



"apa ada sesuatu yang membuatmu tertarik pada diri Aggy? Aku lihat kau begitu perduli padanya"



Leda menatap Kanon beberapa saat, kemudian ia tertawa kecil, "hha benarkah?"



"bukan hanya aku, tapi mungkin yang lain juga berpikir begitu"



Leda menghentikan langkahnya, "entahlah, aku hanya merasa kalau orang seperti Aggy itu memerlukan perhatian yang lebih. Kalau ada dua atau tiga orang Aggy di kelas, aku akan melakukan hal yang sama pada mereka", terang Leda sambil tersenyum



"apa kau tak merasa takut padanya? anak-anak yang lain bahkan menjaga jarak dengannya"



"Hha kau tidak tau Wakeshima san, wajahnya yang seram itu terlihat amat sangat polos saat sedang tertidur. Dan kadang sikapnya seperti anak kecil di mataku. Wakeshima san pasti akan mengerti kalau sudah mengenalnya, Aggy tidak seburuk itu"



"aku mengenalnya, dan seperti yang aku lihat itulah Aggy yang ku kenal-", Kanon menggantung kata-katanya. Ia menghela nafas mencoba menenangkan dirinya sendiri yang entah kenapa tiba-tiba merasa sedikit kesal. "Leda kun, apa ada orang yang kau sukai?", Kanon mengalihkan pembicaraan. Sejak awal memang itulah yang ingin ia katakan, namun rasanya tak enak kalau harus tiba-tiba bertanya seperti itu.



"he?", Leda tampak memutar otak beberapa saat, "ekhm... Ada", ucapnya sambil menempelkan kepalan tangan ke mulutnya bergaya orang batuk.



"benarkah? Siapa?", Kanon tampak antusias dengan pertanyaannya. Leda yang melihatnya hanya tersenyum kecil.



"Wakeshima san"



Kanon speechless membatu di tempatnya. Darah-darahnya terasa berdesir naik ke kepala dan berkumpul di wajahnya. "LEDA KUUUUUN!!! JANGAN BEGITU!! Aku serius"



Leda tertawa, namun ia juga merasa sedikit bersalah karena telah membuat wajah gadis manis itu semerah tomat sekarang.



Kanon memukulkan pelan tas sekolahnya pada tubuh Leda. "dasar!"



"hha maaf"



Kanon mengembungkan dua pipinya agak kesal dengan wajah masih seperti tomat. Lalu ia menarik lengan ketua kelas yang tengah asik menertawakannya untuk kembali melanjutkan perjalanan pulang mereka. Walau agak kesal karena ia tau Leda hanya berusaha menggodanya, namun ia senang, hati gadis itu sebenarnya tengah berbunga-bunga sekarang.



"woe.. Wakeshima..."



Langkah Kanon dan Leda mendadak terhenti karena tiba-tiba ada dua sosok makhluk asing di hadapan mereka tengah berdiri menghalangi.



"Satoshi senpai?"



"lama tak jumpa ya manis", kata orang bernama Satoshi itu sambil mengangkat dagu Kanon dengan jari telunjuknya. Pandangan matanya kini mengarah pada anak laki-laki yang berdiri di samping Kanon, "siapa kau?", tanyanya sinis



"aku-"



"dia ketua kelas di kelasku!", Kanon memotong kata-kata Leda sambil menghalangi tubuh ketua kelasnya dari pandangan Satoshi.



"haha.. Ada apa denganmu wakeshima? Kau takut aku akan menghajarnya karena dia bersamamu?"



"tolong jangan ganggu aku lagi senpai!"



Satoshi menyeringai lalu menarik paksa pinggang gadis yang selalu ia incar sejak dulu itu untuk mendekat ke tubuhnya.



"Apa yang-"



Greb.



Satoshi memandang geram Leda yang telah menarik tubuh Kanon darinya. Ia benar-benar tak terima dengan apa yang dilakukan Leda, dan merasa amat sangat diremehkan.



"brengsek! Kau main api denganku heh?"



"wakeshima bilang jangan ganggu dia!"



Kanon terbelalak. Tak seharusnya Leda mengatakan hal yang seakan memancing amarah kakak kelasnya itu. Kanon sudah mengenal betul Satoshi sejak ia kelas satu. Kakak kelasnya yang tak segan-segan melayangkan kepalan tangannya pada siapa saja yang berani mengganggu kesenangannya.



"hha.. Anak kecil ini menantang kita Shuu", Satoshi menoleh ke sampingnya dimana temannya yang bernama Shuu berdiri menyeringai memandang remeh Leda.



"aku tidak menantang, aku hanya-"



"HENTIKAN SENPAI!!!", teriak Kanon. Ia benar-benar takut terjadi apa-apa pada ketua kelasnya gara-gara dia. "aku mohon!"



buakh


bukh



"Leda kun!", Kanon cepat-cepat menghampiri Leda yang sudah tersungkur di lantai sambil memegangi perut dengan luka memar di pipinya.



"jangan main-main kau! Tampang aja kaya cewek.. Haha"



"banci wakakak"



Leda mengepal sebelah tangannya emosi. Ingin ia menghajar dua orang kakak kelas yang memandang remeh di hadapannya itu. Namun ia mencoba berpikir dan kembali berpikir. Menuruti hawa nafsunya berarti ia telah gagal selama ini, dan hanya akan mengulangi hal yang sama.



"SENPAI.. LEDA KUN TAK ADA HUBUNGANNYA!! JANGAN GANGGU DIA!!"



Satoshi dan temannya Shuu menyeringai, "oke manis, asal kau menuruti keinginanku, aku tak akan mengganggu anak itu", Satoshi berjongkok menghadap Kanon.



"IYA! PUAS?"



"hha coba seperti itu dari dulu", Satoshi berdiri, "tunggu tanggal mainnya oke! Honey wahaha"



Lalu Satoshi dan seorang temannya itu pergi dengan entengnya seakan tak merasa bersalah sedikitpun telah memukul orang bernama Leda.



Kanon cepat-cepat merogoh tasnya mengambil sapu tangan lalu menempelkannya di sudut bibir Leda yang berdarah. "gomen, gara-gara aku", ucap Kanon menundukkan kepalanya.



"hei haha.. Tidak apa-apa..", ujar Leda sambil tanpa sadar mengusap-usap kepala Kanon lembut. "eh! Maaf", Leda tersadar lalu ia segera menarik tangannya dari kepala Kanon yang ia rasa tak sopan.



Kanon hanya terkekeh, ia sama sekali tak keberatan dengan apa yang dilakukan Leda terhadapnya, justru ia senang. "bisa berdiri Leda kun?"



"ya"



Leda mencoba bangkit dari duduknya untuk berdiri. Tangannya memegangi perutnya yang tadi kena tinjuan orang bernama shuu. Masih agak sakit untuk diberdirikan sehingga Leda hampir terjatuh lagi saat mencoba berdiri, namun tubuhnya ditahan Kanon. "ah, arigatou wakeshima san"



Kanon langsung memeluk tubuh Leda erat-erat. Ia sungguh merasa sangat bersalah, "gomen.. gomen.. gomen.."



@@@



Prang



"argh"



Aggy memungut pecahan gelas kedua yang (tak sengaja) ia pecahkan hari ini sambil menggerutu. Entah kenapa tangannya benar-benar licin hari ini. Dan terasa ada sedikit perasaan menyesakkan dalam hati Aggy.



Drrt.. Drrt..



apa lagi itu?



Aggy melangkahkan kakinya dengan malas mengambil hapenya yang bergetar di atas tempat tidur. Yang Aggy lihat di layar hapenya adalah nomor yang sama seperti nomor yang tadi malam menghubunginya. Aggy malas untuk mengangkatnya namun ia lebih malas lagi kalau terus-terusan diganggu suara getaran hapenya sendiri karena nomor itu.



"halo, siapa nih?"



"apa seperti itu sikapmu pada ayahmu?"



Aggy terdiam, "hmm.. Oh, Gackt Sama"



"AGGY!!!", suara orang di telepon Aggy meninggi.



"apa?", tanggap Aggy dengan malas.



"KAU-", orang di telepon itu seperti sedang mengontrol emosinya, "fuh~ bagaimana keadaanmu?"



"buruk! Karena kau menelponku"



"anak kurang ajar! Mika sudah ketempatmu? Kau sudah menerima uangnya?"



"ya, aku terpaksa menerimanya"



"gunakan uang itu dengan baik! Kalau kau masih perlu, katakan saja!"



"tidak"



"dasar tidak tau diuntung"



"aku capek!"



Aggy memutuskan teleponnya, menonaktifkan kembali hapenya lalu melemparnya lagi ke atas tempat tidur. Aggy kembali melanjutkan pekerjaannya memungut pecahan gelas yang berserakan di lantai.



Ini pertama kalinya Gackt menanyakan kabar pada Aggy. Sebelumnya tak pernah Aggy dengar hal yang seperti itu. Mungkin benar yang dikatakan Mika bahwa ayahnya kini telah berubah. Jauh dalam hati Aggy, ia sedikit senang. Namun kesalahan yang telah laki-laki itu buat tak bisa terbayar hanya dengan itu.



@@@



"kerjakan saja soal-soal di buku paket!! Hari ini Yukie sensei tidak bisa masuk karena tidak enak badan"



Semua anak-anak di kelas tidak ada yang berkomentar. Mereka asik dengan aktifitas mereka masing-masing.



Duk.. Duk..



Leda memukul-mukul meja guru mencoba mendapatkan perhatian teman-teman sekelasnya, "YEEE!!", Leda menepuk-nepuk tangannya sendiri. Melihat Leda, Anak-anak di kelas saling bertanya satu sama lain. "Yukie sensei tak masuk, kita bebas!", Leda mengulangi pengumumannya



"YEEEEEEEEEEEEEE!!!!!!!!"



"HUUUUUU!!!!!"



"wik... wiw!!"



Leda tersenyum melihat kelakuan teman-teman sekelasnya. Ada yang naik ke meja, melempar buku ke atas bahkan ada yang joget-joget. Memang hal seperti ini jarang mereka dapatkan sebelumnya, karena kebanyakan sensei-senseinya rajin-rajin. Terutama Kiyoharu. Saat sakit sekalipun ia memaksakan untuk mengajar karena baginya dapat bertemu murid-muridnya adalah hal yang paling membahagiakan dalam hidupnya sampai membuat murid-muridnya akting-akting muntah.



Aggy tersenyum kecil memandangi ketua kelasnya di depan sana. Dari tadi memang hanya Aggy yang setia memperhatikan Leda. Namun ada hal yang mengganggu perasaan Aggy saat ini.



"ketua kelas! Pipimu kenapa?", tanya seorang anak perempuan dari bangkunya.



Ya, hal itulah yang mengganggu perasaan Aggy. Pipi ketua kelasnya agak bengkak dan memar. Sebenarnya Aggy ingin menanyakan hal itu sejak tadi pagi saat pertama kali melihat Leda hari ini. Namun lagi-lagi si gengsi menghalanginya.



"ah, ahaha ini... Kemarin terjatuh", jawab Leda agak ragu sambil memegangi pipinya.



"jatuh?"



"sudahlah, bukan apa-apa kok", Leda memperliatkan mimik wajah ceria menunjukkan kalau dia memang tidak apa-apa. Kanon berdiri dari bangkunya, lalu menghampiri Leda di depan kelas.



"Leda kun, aku papah ya?", tawar Kanon sambil menggandeng tangan Leda. Otomatis semua anak-anak kelas 2D (Kecuali satu orang) bersorak bersuit-suit membuat seisi kelas benar-benar berisik karena kemesraan(?) ketua kelas dan sekertarisnya itu.



"tidak apa-apa Wakeshima san, aku-", Mata Leda melirik laki-laki yang duduk di pojokan kelas sana. Entahlah apakah cuma perasaan Leda saja, tapi rasanya ada aura-aura gelap yang muncul di sana.



Leda melepaskan tangan Kanon dari lengannya, "arigatou, aku bisa sendiri", Ujar Leda. Ia tak mau Aggy ngamuk lagi gara-gara gadis itu dekat dengannya.



Anak-anak di kelas masih sibuk bersuit-suit saat Kanon Mengikuti ketua kelasnya duduk di bangku. Aggy merasa seakan wanita itu benar-benar sengaja membuat emosinya memuncak. Bokong Aggy benar-benar gatal ingin segera beranjak dari bangkunya. Gadis itu telah merusak kesenangan Aggy.



"Leda kun, masih sakit?"



"tidak, ini tidak apa-apa sungguh!", Leda ingin agar sekertarisnya itu segera menjauh dari dirinya, tapi ia tak ingin menyakiti gadis manis yang selalu mengkhawatirkannya itu. Karena Leda mengerti, Kanon hanya ingin membebaskan rasa bersalah dalam dirinya. Namun Leda tak ingin yang lainnya salah paham, terutama orang yang Leda anggap paling tidak menyukai kedekatan mereka yang saat ini masih Leda rasakan tatapan tajamnya pada mereka berdua. Aggy...



@@@



Bel istirahat telah berdering sedemikian nyaringnya. Waktunya murid-murid merilekskan jiwa dan raga mereka dari siksaan otak dan pikiran. Anak-anak kelas 2D juga telah lenyap dibawa arus kelaparan menyerbu kantin. Hanya tersisa tiga gelintir makhluk saja dalam kelas, seorang perempuan manis, anak laki-laki cakep dan seorang pengganggu (baca : Aggy).



"anu.. Aku keluar dulu ya Leda kun", Ucap Kanon sesaat setelah membuka pesan di hapenya.



"ah iya"



Kanon segera bergegas keluar kelas setengah berlari, namun wajahnya tidak menyiratkan semangat seperti langkah kakinya. Leda dapat merasakan hal itu dan ia mengkhawatirkannya. Leda berharap perkiraannya salah tentang siapa orang yang mengirim pesan ke hape gadis itu.



Tak seperti biasanya, Aggy masih duduk santai di bangkunya saat istirahat. Matanya menerawang ke luar jendela tapi bukan pemandangan nan indah di luar sana yang matanya tangkap, tapi pantulan bayangan di kaca jendela yang ia perhatikan, Anak laki-laki yang duduk agak bersebrangan dengannya.



Beberapa saat Aggy memandangi pantulan bayangannya yang lebih indah daripada lukisan monalisa itu. Tiba-tiba Aggy merasa makhluk bernilai seni tinggi itu menatap ke arahnya. Walau tak bertatapan secara langsung tapi Aggy dapat melihat mata itu lurus menatap dirinya, yang Aggy lihat di kaca jendela. Seketika itu juga Aggy merasa menjadi orang paling lemah di dunia.



"Aggy... Tidak keluar?"



"harus ya?", Aggy balik bertanya tanpa memalingkan wajahnya menatap sang lawan bicara menyembunyikan sisi lemahnya.



"hha bukan begitu, rasanya aneh. Tapi bagus kalau kau mau bertahan sampai pulang nanti"



"tidak akan", Aggy bangkit dari duduknya menarik tas lalu menggantungkan di sebelah bahunya. Padahal menyenangkan bisa ngobrol berdua di ruang kelas yang sepi bersamanya, tapi lagi-lagi Aggy harus melewatkan itu karena gengsinya.



"mau kemana?"



"ke tempat yang lebih baik dari ruangan ini"



"hha aku tau. Kau benar-benar benci kelas ternyata"



Aggy berjalan menuju pintu keluar dengan mempertahankan langkah khasnya yang bisa dibilang terkesan cara berjalan orang keren. Namun ia harus menghentikan itu saat matanya melihat Leda tengah berdiri di ambang pintu seperti menunggunya.



"aku akan ke ruang guru, kita barengan aja"



Aggy menatapnya datar beberapa saat namun hatinya sedang menari kesana kemari sebenarnya. Dengan langkah agak kaku Aggy menghampiri ketua kelasnya. Matanya kembali menatap Leda lebih tepatnya menatap bagian tubuh yang menarik perhatian Aggy sejak tadi. sudut bibir anak laki-laki itu yang agak memar.



Aggy tak sadar kalau tangan kanannya benar-benar terangkat menuruti kata hatinya yang memang sudah sejak tadi ingin menyentuhnya. Aggy tau memar di wajah anak laki-laki di hadapannya itu bukanlah luka karena jatuh tersandung atau terpleset di toilet, karena Aggy sudah berpengalaman soal luka-luka seperti itu. Yang menyesakkan hati Aggy adalah, siapa yang berani membuat cacat wajah yang tak pernah bosan Aggy lihat itu?



Leda hanya bengong saat tangan itu mengangkat wajahnya. Ibu jari tangan Aggy menyentuh sudut bibirnya yang membiru karena pukulan tangan senpai yang ia temui kemarin.Entah sengaja atau tidak tiba-tiba Aggy menekan sudut bibir Leda sampai ketua kelasnya itu mengaduh.



"cengeng"



"hei.. Kau menekan bagian yang sakit"



Aggy kembali menekankan telunjuknya di sudut bibir Leda membuat Leda protes. Aggy mengulangi dan mengulangi kejailannya itu sampai membuat ketua kelasnya merengut tampak kesal. Aggy hanya ingin memanjakannya, tapi tak buruk juga sedikit membuat dia kesal, Aggy menikmati saat mata Leda menatapnya bingung dengan apa yang ia lakukan.



"hentikan!"



"ok"



Leda mengernyitkan dahinya, "kau marah padaku? Sudah ku bilang aku dan Wakeshima tidak ada apa-apa"



perempuan itu lagi...

"ya"



"he? Kau percaya? Hha, aku pikir kau akan ngamuk lagi seperti waktu itu"



Aggy mendengus mengingat kejadian yang benar-benar ia sesali sampai sekarang. Makanya sejak tadi Aggy berusaha menahan diri melihat gadis itu berkeliaran di sekitar Leda, karena Aggy tak mau melukai-nya lagi untuk yang kedua kali. Sungguh-sungguh tak mau...



"Aggy, Wakeshima perlu seseorang untuk melindunginya. Dan aku tau kau pantas jadi orang itu", Leda menepuk-nepuk bahu Aggy.



cukup, bicara tentang perempuan itu...



"sepertinya Wakeshima.... ..."



cukup!



"dia juga...."



puk.



Aggy menepukkan tangannya pelan ke pipi Leda. Lalu ia pergi begitu saja meninggalkan Leda yang dibuat bingung karenanya.



@@@



"terima kasih Leda, kau sudah sering sekali membantuku, sudah sepantasnya kau dapat nilai plus plus hmm..."



"tidak apa-apa sei, aku ketua kelas berarti wakilmu juga"



"iya iya haha..., kalau semua anak laki-laki di kelas sebaik kau, aku tak akan pusing-pusing mengurusnya"



Leda tersenyum, "aku tak sebaik itu sei"



Kiyoharu menyilangkan kedua tangannya di depan dada, matanya menatap lurus pada mata anak laki-laki yang berdiri di hadapannya, Kiyo menghela nafas sedikit, "setiap orang punya masa lalunya masing-masing kan? Yang penting adalah sekarang, dan seperti yang aku dan yang lainnya lihat kau memang anak yang baik"



"tidak sei, aku masih belum-"



ctik.



Leda memegangi jidatnya yang baru saja disentil Kiyoharu. "sensei?"



Kiyoharu hanya membalas rasa heran murid kesayangannya setelah Aggy itu dengan senyuman maut khasnya sambil sedikit mengacak-acak rambut Leda. Ada rasa yang sama yang Kiyoharu rasakan pada Leda saat ia menyentuhnya, seperti saat ia menyentuh Aggy.



###



Malam yang dingin seperti biasanya, Kiyoharu mengeratkan mantel hitam yang dikenakannya untuk mencegah udara menyelusup menyapa bagian tubuhnya. Ia berjalan terus menuju tempat tinggalnya dimana ia menghabiskan waktunya setelah bekerja, tempatnya beristirahat dari lelahnya bekerja seharian, berceloteh kesana kemari mengurusi siswa siswi yang susah diatur.



Tiba-tiba dari kejauhan mata Kiyoharu menangkap sesosok anak kecil tengah berjongkok di depan pagar tempat ia tinggal. kiyo segera mempercepat langkahnya memburu.



"Aggy?"



anak kecil itu mengangkat wajahnya membiarkan Kiyoharu melihat dengan jelas rupanya, "Kiyo... "



Kiyoharu berjongkok, "apa yang kau lakukan di sini malam-malam? Ayahmu bisa marah kalau dia tau"



"biarkan saja, aku benci ayah!"



Kiyoharu menatap mata yang bening tanpa dosa itu beberapa saat. Ini bukan kali pertama anak laki-laki kecil itu melarikan diri ke rumah Kiyoharu, sama seperti yang sering ibunya lakukan dulu. Kiyoharu sudah terbiasa, bahkan sudah terlalu terbiasa.



"kau tidak boleh bicara begitu tentang ayahmu! kau tidak tau betapa ibumu menyayanginya"



anak laki-laki kecil itu mengembungkan kedua pipinya sambil menundukkan kepala.



"ayo pulang, aku akan mengantarkanmu", Kiyoharu berdiri sembari menarik paksa tangan anak berumur 7 tahun itu. Bukannya Kiyo tak senang atau merasa terganggu dengan kedatangannya, hanya saja Kiyoharu tahu betul sifat ayah sang anak yang tempramental.



"aduuuh"



Kiyoharu menghentikan langkahnya lalu menoleh ke arah anak kecil yang lengannya ia genggam dengan erat. "oh, aku terlalu kuat menggenggam lenganmu?"



"aku tak mau pulang, aku ingin di rumah Kiyo saja..", tukas Aggy kecil setengah berteriak. "aku heran kenapa ibuku bisa begitu menyayangi orang jahat seperti si Gakuto itu"



"JAGA BICARAMU! WALAU BAGAIMANAPUN DIA AYAHMU! Hormatilah dia!"



"maaf"



Kiyoharu benar-benar merasa tersayat melihat Aggy kecilnya tertunduk karena perkataannya. Mungkin Kiyoharu terlalu keras membentaknya tiba-tiba, dan Kiyo cukup menyesali itu. Dia hanyalah anak kecil yang mengucapkan kata-kata sesuai isi hatinya dan sesuai apa yang ia lihat dan rasakan. "aku yang minta maaf"



Kiyoharu melepaskan mantel yang sedari tadi dikenakannya ketika melihat tubuh kecil di hadapannya mulai gemetar. Lalu Kiyoharu menutupi tubuh mungil itu dengan mantel hitamnya. Kiyoharu tak tau, berapa lama anak itu menunggunya di luar sampai ia kedinginan begitu. Karena itu Kiyoharu memutuskan untuk membiarkannya masuk dulu ke rumahnya membiarkan anak itu menghangatkan tubuhnya terlebih dahulu sebelum ia antar pulang.



"sini ganti dulu pakaianmu, nanti masuk angin...", Kiyoharu sedikit menarik tangan Aggy kecil untuk mendekat padanya, lalu mulai melepaskan baju kaos yang Aggy kenakan satu persatu.



bertambah



Aggy kecil hanya mengembungkan kedua pipinya kedinginan, "Kiyo.. dingin.. Cepat pakaikan aku baju!", perintah Aggy pada Kiyoharu yang mendadak bengong setelah melepas bajunya.



"oh haha.. dasar kau, seharusnya kau sudah bisa pakai baju sendiri", Ujar Kiyoharu menjitak sedikit kepala Aggy.



"aku bisa, tapi kau saja yang mau memakaikan aku baju"



"hmm...", tanggap Kiyoharu sambil memakaikan baju baru pada Aggy. "nah sudah!" kata Kiyoharu tersenyum menepuk-nepuk punggung mungil Aggy.



"aduuh", Ringis Aggy



"eh?", Kiyoharu kaget. Ia lupa, benar-benar lupa. Bahwa ada yang baru lagi tergores di sana. "maaf, sakit?"



"tidak, aku kuat hehe", Aggy mengacungkan jempolnya ke wajah Kiyoharu.



Kiyoharu hanya menatap anak kecil di hadapannya dengan lembut, anak kecil yang selalu ia dorong untuk menjadi anak yang kuat, anak kecil yang selalu berpura-pura tegar padahal dia hanyalah anak kecil.



"Kiyo... malam ini sa-"



grep.



Kiyoharu tiba-tiba memeluk Aggy. Memang Kiyoharu selalu ingin melakukannya, seperti halnya ia ingin memeluk orang yang telah melahirkan anak itu. Kiyoharu ingin melindunginya lebih dari apapun juga... Erat, semakin erat, Kiyoharu memeluk tubuh mungil itu semakin erat meluapkan perasaannya, betapa ia menyayangi anak itu.



"aduuuuh Kiyooo... sakiiit"



"ahahaha.. kau bilang kau kuat he?"



"huh!"



###



"sei?"



"ya? ah sudahlah, kau boleh kembali ke kelas", Kiyoharu mendudukan diri di kursi kerjanya. Tangannya sedikit memijat mijat keningnya yang sudah mulai keriput(?) kebanyakan mikir.



Leda mengerutkan dahinya, "baiklah, aku permisi ya Sei"



"ah iya iya, terimakasih ya", ucap Kiyo tanpa mengangkat wajah masih memijat mijat keningnya.



"SENSEEIIII??"



"ada apa lagiii?", Kiyoharu mengangkat wajahnya memandang sedikit kesal pada Leda yang ternyata masih berdiri menghadapnya.



"bukan aku!"



"memang bukan kau, suaranya seperti anak perempuan"



"Kiyo Senseeiii"



"Oh Wakeshima, ada apa manis?", Tanya Kiyo pada siswi didiknya yang terlihat tergesa-gesa.



"ah itu..."



"pelan-pelan saja sayang"



"AGGY... AGGY BERKELAHI"



@@@



"..........."



"............"



"ada masalah apa diantara kalian?"



"aku juga tak mengerti sei, tiba-tiba dia datang dan memukulku", jawab Satoshi emosi dengan tangan memegangi kedua pipinya yang memar-memar.



"apa pembelaanmu Aggy?"



"cih!"



"minta maaf pada kakak kelasmu!"



Aggy memalingkan wajahnya mendengus.



"atau aku panggil ayahmu"



Aggy menarik tangan Satoshi, bersalaman dengannya lalu cepat-cepat melepaskannya. "apa-apaan itu?", tanya Satoshi geram, "sei, dia sudah membuat wajahku seperti ini? Masa hanya begitu saja, tanggung jawab dong!"



"Aggy tidak mungkin memukul orang tanpa alasan", Leda angkat bicara.



DEG!



Aggy kembali merasa tubuhnya melemah. Ia tak berani menatap wajah ketua kelasnya sekarang. (memang biasanya juga begitu)



"hei, kau jangan ikut campur bocah!", timpal Satoshi



"Walau bagaimanapun Aggy pasti punya alasan memukulmu", tambah Leda.



kau...Alasannya



"i, iya sei...", Kanon ikut angkat bicara.



"arggh! Aku boleh kembali ke kelas kan sei? Aku ini korban!"



"hmm... kembalilah ke kelas"



Satoshi menatap tajam Aggy di sampingnya setelah itu ia melempar tatapan mautnya ke arah Leda. Kemudian ia pergi dari hadapan mereka setelah mendapat ijin dari Kiyoharu.



"aku panggil ayahmu ya Aggy"



"Argh jangan dia!"



"kalau begitu jelaskan, kenapa kau memukul kakak kelasmu tiba-tiba?"



"dia menggangguku Sei, err~ anu... Aggy hanya berusaha menolongku dari Satoshi senpai", jelas Wakeshima.



"hm?", Kiyoharu mengangkat sebelah alisnya, "benarkah?"



"tidak!", tegas Aggy



Leda menepuk-nepuk punggung Aggy, "hm.. sudah kuduga, katakan saja Aggy, tak usah malu", ujarnya sambil tersenyum.



"ada apa ini?", tanya Kiyoharu heran.


"masa sensei gak ngerti sih haha.."



~to be continued~





T.T LEMPENG??????

No comments:

Post a Comment