Author : Ruk~Ruki~Rukiiraa
rated : M...~> Mature *shocked* T sih XD
genre : romance/ school/ BL X3
fandom(s) : Deluhi.. *sisanya numpang lewat doank*
pairing(s) : AggyXLeda *gyaa~*
warning : bayangin Aggynya yang lagi di Revolver blast!!!
Summary : forbidden fruit is sweetest.... perasaanku padamu adalah sebuah dosa. Namun terasa begitu manis
note : O.M.G sussssssaaaaaahhhh!!!
@@@
"kiyoharu sensei menyuruhmu untuk menghadapnya ke ruang guru! Aggy san"
"berisik ah!", tanggap laki-laki yang dipanggil Aggy itu dengan malas. Ia masih tiduran di lantai tanpa mengubah posisinya menatap birunya langit dan membiarkan tubuhnya diterpa terik matahari sekalian berjemur. "kenapa kau selalu menggangguku?"
"karena aku ketua kelas. Aku bertanggung jawab kalau ada teman sekelasku yang tak mengikuti pelajaran tanpa alasan", jawab laki-laki berambut kecoklatan menjelaskan.
Aggy mendengus. "sombongnya~"
Aggy tak bisa menahan senyuman tipis yang tersimpul di bibirnya. Ia senang, orang yang sejak tadi ia tunggu-tunggu akhirnya datang menjemputnya seperti biasa. Dia lah Alasan yang membuat Aggy harus membolos setiap hari.
"hebat juga, kau selalu bisa menemukanku"
"tentu saja. Setiap membolos kau pasti di tempat ini"
Karena dengan begitu dia akan mencari dan menemukan Aggy di tempat ini. Di atap sekolah.
@@@
"mau jadi apa kau? Selalu bolos pelajaranku", bacot Kiyoharu sensei sambil menggeplak kepala Aggy dengan bukunya. aggy sudah sering mendapatkan perlakuan seperti ini, membuatnya jadi kebal. aggy mengacuhkan setiap ceramah dan bacotan wali kelas sekaligus guru Matematikanya itu dan menganggapnya hanya angin ribut yang membuat telinganya rombeng kalau harus didengarkan. "aku bicara padamu! Tatap kesini"
guru itu kembali memukulkan bukunya ke mulut Aggy yang tengah mencibir. Setiap perlakuannya pada Aggy seakan tak punya perasaan, dia memang dikenal sebagai kira no sensei karena kesadisannya memperlakukan murid yang memang tak mau menurutinya. Tapi Aggy tau dia, Aggy tau Kiyoharu sensei lebih daripada murid-murid yang lainnya.
"dan rambutmu ini? Sudah kubilang berapa kali rapikan rambutmu! Kau mau jadi berandal heh?"
"argh, jangan kotori rambutku!", Aggy menyingkirkan tangan kiyoharu sensei yang dengan sengaja menjengut-jengut rambutnya. "dasar kau ini! Leda sebagai ketua kelas coba kau ajak dia ke jalan yang benar!!"
Aggy melirik anak yang lebih kecil darinya itu dengan ekor matanya. "tidak apa-apa sei, menurutku gaya rambutnya khas. Jadi mudah untuk membedakannya dengan yang lain hha", ujar Leda sambil tertawa garing. Akhirnya dia harus turut mendapatkan geplakan dari buku kiyoharu.
manis
Aggy memutar bola matanya ke arah lain. Menatapnya lama-lama hanya akan membuat tubuh Aggy tak berdaya. Apalagi saat mata kecoklatan itu bertemu dengan matanya, maka dapat dipastikan kesadaran Aggy akan menghilang.
Aggy berjalan disepanjang koridor sekolah mengikuti langkah makhluk berambut kecoklatan itu, setelah sebelumnya Kiyoharu mengizinkan mereka untuk kembali ke kelas. Tanpa sadar Aggy tak bisa mengalihkan pandangan matanya memperhatikan punggung mungil dihadapannya. Setiap gerak dan langkahnya, rambutnya yang sedikit tergoyang karena gerakan yang dia lakukan. tubuhnya yang ramping (atau kerempeng?), kulit tengkuknya yang putih. Aggy terbuai dengan pemandangan indah dihadapannya.
sial, aku ingin memeluknyaaaa
"he?", Leda menoleh seakan menyadari pikiran-pikiran bejad Aggy. "kau mengatakan sesuatu Aggy san?"
"tidak", jawab Aggy datar. Ia berhasil menutupi kekagetannya karena merasa Leda menyadari apa yang dilakukan matanya sedari tadi. "kau itu terlalu kolot. Sudah kubilang berapa kali panggil aku Aggy!"
Leda menatap mata Aggy beberapa saat. Kemudian dia tersenyum menyetujui perkataan Aggy sebelum melanjutkan langkahnya.
brengsek! Kau membuat tubuhku melemah!
Aggy menyukai ketua kelasnya. Aggy mengagumi sosoknya. Aggy menyayangi orang yang selalu membuatnya gelisah sekaligus nyaman itu, Aggy mencintainya. Tapi ia selalu disadarkan, kalau itu adalah suatu kesalahan.
@@@
..klek...
Aggy menutup pintu Apato yang sudah ditempatinya selama kurang lebih 1 tahun itu. Ia melempar tas sekolahnya ke sembarang tempat di kamarnya lalu ia menjatuhkan diri di atas tempat tidur berukuran queen size untuk sedikit menghilangkan rasa lelah. Matanya menerawang kosong ke langit-langit lalu memejamkan matanya perlahan. Seperti biasanya, Leda memenuhi pikiran Aggy. Saat matanya terbuka maupun terpejam, hanya wajah itu yang terbentuk di otaknya. Aggy hampir gila, tapi ia tak bisa berbuat apa-apa. Ia tak ingin senyuman itu menghilang saat ia harus memaksakan egonya.
ini salah, aku tau
###
"Aggy san"
Aggy mengangkat wajahnya untuk melihat wajah orang yang tengah berdiri di hadapannya. "ada apa?", tanya Aggy jutek
Orang itu berjongkok supaya wajah mereka bisa saling berhadapan, "kenapa duduk di sini? Kau tidak mau ikut pelajaran?", tanyanya dengan wajah ramah.
"siapa kau? Terserah aku mau ikut mau nggak kan! Bukan urusanmu!", jawab Aggy ketus. Tiba-tiba jari tangan orang itu menyentuh sudut bibir Aggy yang memar dan sedikit berdarah. Membuat mata Aggy membulat dan spontan menepisnya. "brengsek! Apa-apaan kau?", bentak Aggy geram
"kau berkelahi?"
"BUKAN URUSANMU!", Aggy bangkit dari duduknya dan menatap orang itu kesal. "siapa kau? Berani sekali menggangguku!, apa kau tidak tau siapa aku?"
"aku tau"
"ka- kau tidak takut denganku heh?"
Orang itu tersenyum lalu menunjuk dengan telunjuknya tepat di hidung Aggy, "kau yang tidak tau siapa aku! Aku tak akan jadi ketua kelas kalau harus takut denganmu!"
Aggy membelalakan matanya. Selama ini ia dikenal sebagai anak yang bermasalah dan badung sejak masuk ke sekolah. Berkelahi sudah jadi makanannya sehari-hari, dan ruang BP adalah tempat yang lebih sering ia kunjungi daripada kelas. semua orang takut padanya termasuk kakak kelas. Tak pernah ada yang berani mendekatinya apalagi cari masalah dengannya. Tapi orang yang baru ditemui Aggy sekarang... Berani sekali dia.
Sejak saat itu, orang yang dianggap misterius oleh Aggy itu selalu datang mencarinya ke atap dengan alasan disuruh oleh wali kelas. Awalnya Aggy selalu merasa dia sangat mengganggu kegiatan membolosnya. Namun diluar dugaan lama kelamaan ia jadi selalu menunggu orang itu datang mencarinya. Ia selalu menunggu nunggu saat orang itu memanggil namanya.
Sudah hampir satu bulan Aggy menjadi murid SMU. Namun dapat terhitung dengan jari berapa kali ia memasuki kelas. Ia pernah ingat sekali waktu saat hari pertama memasuki kelas, ada seorang guru yang memanggil ketua kelasnya untuk maju ke depan. Namun Aggy tak memperhatikan maupun memperdulikannya, karena baginya itu tak penting. Ia tak pernah tau kalau orang yang dia abaikan itu akan menjadi bagian terpenting dalam hatinya.
@@@
"Aggy"
"ngh.."
"dasar! Kau masih saja sulit untuk dibangunkan", ucap seorang wanita tersenyum sambil duduk di atas tempat tidur di samping Aggy. Tangannya mengusap usap rambut Aggy yang tengah tertidur dengan pulasnya. "bagaimana kabarmu Aggy? Lama tak bertemu kau semakin tumbuh besar", gumam wanita itu dengan tangannya masih mengelus rambut Aggy, ia tersenyum simpul, "mirip dengan ayahmu ya"
wanita itu menurunkan kepalanya mendekatkannya ke wajah Aggy. Memandang wajah tidur Aggy dan mengecup keningnya lembut.
Aggy tersadar dan perlahan membuka kedua kelopak matanya. matanya membulat sempurna melihat wajah wanita yang sudah tak asing dalam kehidupannya, wanita yang telah menggoreskan noda hitam di kertas putih kehidupan Aggy . "KAU! APA YANG KAU LAKUKAN DISINI?", Tanya Aggy dengan nada tinggi sambil bangkit dari tidurnya.
Wanita itu tersenyum lembut tak menggubris pertanyaan Aggy, "kau sudah bangun?", tanyanya ramah. "maaf tadi pintunya tidak dikunci, aku sudah menekan bel tapi tak ada jawaban", terangnya masih dengan wajah ramah.
Aggy memandang tajam wanita yang lebih tua 10 tahun darinya itu. Cantik memang. Bertambahnya usia tak membuat kecantikan wanita itu pudar. "mau apa kau?"
"Aggy pulanglah, ayahmu ingin-"
BUK.
Aggy membanting keras bantal ke dinding. "jangan menggangguku! ....lagi", ia menenggelamkan wajahnya di antara kedua tangan yang dilipat diatas kedua dengkul kakinya. "aku muak!"
wanita itu memandang Aggy lekat-lekat. Iya tau betul beban yang di rasakan anak laki-laki di hadapan matanya. Ia mengerti Aggy. Anak laki-laki kecil yang selalu ingin ia lindungi. Ia peluk dan ia cium. "Ag-Aggy", wanita itu kembali membelai rambut Aggy lembut, "rambutmu sudah panjang ya? Kalau ayahmu lihat, dia pasti akan sangat marah"
Aggy menepis tangan putih itu tanpa mengangkat wajahnya. Tangan yang sudah tidak asing Aggy kecap kelembutannya, Aggy rasakan kehangatannya. Tangan yang selalu mengusap dengan lembut setiap memar di tubuhnya. Meraih tubuhnya setiap ia mendapatkan cambukan dari sang ayah. Aggy merindukannya tapi ia benci.
"Aggy"
"berisik!"
Wanita itu tersenyum lembut. Ia merindukan Aggy yang dingin itu. Tangannya meraih tubuh Aggy yang menelungkup dan memeluknya erat. Ia sangat menginginkan kehangatan itu. Kehangatan tubuh Aggy.
"apa yang kau lakukan?", Aggy mengangkat wajahnya spontan mendorong tubuh wanita itu untuk menjauh darinya. "pulanglah, percuma kau kesini untuk membujukku. Aku tak sudi harus pulang ke rumah itu"
"tapi Aggy, ayahmu tidak seperti dulu lagi, dia sudah-"
"sadar?", potong Aggy. "lalu bagaimana dengan perasaanku? Bagaimana dengan semua yang telah berubah ini karena keegoisannya? Apa dia bisa merubahnya kembali seperti semula?"
"maafkanlah dia"
"KAU TIDAK TAU APA-APA!!!"
Wanita itu menundukkan kepalanya. Ia tau, tentu saja ia tau. Ia adalah salah satu penyebab dari perubahan yang disebut Aggy. Ia yang membuat keluarga itu tercerai dan berantakan. Ada rasa penyesalan dalam dirinya namun semua sudah terlambat. Ia tak bisa mengembalikan semuanya.
Aggy bangkit dari tempat tidur lalu menuju dapur dimana ia selalu menyiapkan segala kebutuhan perutnya sendirian. Ia membuatkan segelas kopi susu lalu menyerahkannya pada wanita yang masih terduduk di tempat tidurnya. "setelah meminum itu. Pulanglah!"
Wanita itu kembali tersenyum namun kecut. Ia menyeruput kopi yang telah dibuatkan anaknya itu. Aggy melihat tangan wanita itu sedikit bergetar.
Lalu ia bangkit dari duduknya. Menyerahkan gelas kopi yang sudah dia seruput setengahnya pada Aggy lalu merapikan bajunya. "baiklah, aku pulang...", wanita itu menggantung kata-katanya, lalu tersenyum getir. "jaga dirimu baik-baik. Kami menunggu kepulanganmu Aggy"
Aggy hanya menatap wanita berambut panjang lurus itu datar tak menunjukkan ekspresi apapun. "ada apa?"
wanita itu mendongak, "ya?"
"ada hal lain yang ingin kau katakan?"
Lagi-lagi wanita itu tersenyum lalu menggeleng kepalanya pelan. Ia mengambil tasnya yang tergeletak di tempat tidur Aggy lalu berpamitan pulang setelah sebelumnya menyerahkan sejumlah uang untuk Aggy. Sebenarnya Aggy enggan menerima uang yang sudah pasti titipan ayahnya itu. Namun karena memang sekarang ia sedang kesulitan keuangan karena keberuntungan akhir-akhir ini tidak berpihak padanya. Sudah dua kali berturut-turut ia kalah balapan, padahal sebelumnya ia tak pernah kalah dan menghidupi dirinya dari hasil kemenangannya itu. Kalau soal biaya sekolah, iya tak pernah memikirkannya karena ayahnya yang mengurus. Kalau tidak begitu, ngapain juga dia harus sekolah. Toh sekolah bagi Aggy hanya membuang-buang waktu dan uang saja.
Namun akhir-akhir ini memang pandangannya sedikit berubah tentang bersekolah. Karena ada satu orang yang selalu membuat Aggy rindu sekolah. Bukan rindu belajar atau duduk dibangku mendengarkan celoteh guru. Tapi saat-saat orang itu tersenyum padanya, dan memanggil namanya 'Aggy san', itulah yang Aggy rindukan. Membuat degup jantung Aggy lebih kencang, wajahnya memanas dan kadang membuat Aggy tak berdaya. Dan itu adalah sebuah tantangan untuk Aggy.
..Blam..
pintu apato Aggy tertutup. Kini wanita itu telah lenyap dari ruangan. Aggy terduduk di atas tempat tidurnya dengan menundukan kepala. Sebelah telapak tangannya menutupi sebagian wajahnya. Aggy tau masih ada yang ingin dikatakan wanita itu, tapi apa?
Aggy menepis rasa penasarannya. Ia tak mau lagi perduli dengan urusan keluarga yang sudah berantakan itu. Ia ingin menikmati hidupnya sekarang. Tak mau terlibat lagi dalam keluarga yang sudah membuatnya seperti sekarang ini. Aggy hanya ingin menikmati perasaan manis yang selalu ia jaga selama ini. Perasaannya pada anak 'laki-laki' yang telah membuatnya merasa benar-benar hidup.
Leda
@@@
Grek
Aggy memicingkan matanya melihat seseorang tengah dengan berani duduk di bangku di sampingnya. Ini sungguh kejadian langka bagi Aggy. Yang ia yakini selama ini, teman-teman sekelasnya takut akan dirinya. Mungkin juga membenci dirinya. Aggy tak punya teman untuk membagi kesenangan maupun kesedihannya. Karena memang Aggy tak membutuhkan yang seperti itu.
"hai Aggy", sapa anak laki-laki itu ramah sambil mengangkat sebelah tangannya.
Aggy masih melihat ada rasa ragu dan takut pada diri orang itu saat menyapanya. Entah karena kalah taruhan atau apa hingga membuat anak itu memaksakan diri untuk mendekati Aggy. Aggy tau jelas dia adalah teman sekelasnya namun Aggy tak tau siapa namanya, selain Leda, Aggy tak tau nama-nama teman sekelasnya sendiri dan ia tak mau tau.
Aggy kembali memain-mainkan balpoin ditangannya tanpa menggubris sapaan orang di sebelahnya itu. Terlihat dengan jelas di wajahnya, orang itu kecewa dengan sikap Aggy yang terlalu dingin dan.. menakutkan. Sebenarnya ia sudah tau akan seperti ini, hanya saja ia berpikir tak ada salahnya kan mencoba. Ia menghela nafas berat lalu bermaksud untuk kembali ke bangkunya yang terletak di depan kelas. "ada perlu apa denganku?", tanya Aggy tiba-tiba tanpa mengalihkan pandangan matanya ke balpoin yang sedang ia mainkan ditangannya. Anak laki-laki yang lumayan(?) manis itu cukup terperanjat. Ia tak menduga Aggy mau bicara padanya.
"a-aku.. tidak, aku hanya-"
"bicara yang jelas!", tukas Aggy tanpa ekspresi.
Anak laki-laki itu menelan ludahnya paksa, "a-aku, sejak naik ke kelas 2 jarang sekali melihatmu masuk kelas"
Aggy melirik orang di sampingnya itu dengan ekor matanya. Keringat dingin mengucur di pelipis anak laki-laki itu saat melihat Aggy meliriknya. Menurutnya tatapan Aggy sangat menakutkan.
Aggy menyadari kegugupan yang dirasakan orang itu. Ingin rasanya Aggy tertawa terbahak-bahak namun hal itu tak pantas dilakukan seorang Aggy, "kau tidak perlu memaksakan diri! Kembalilah berbincang-bincang dengan teman-temanmu", saran Aggy
"apa? Ti-tidak! Aku tidak memaksakan diri.. sungguh!", orang itu memberi jeda sesaat untuk menghirup oksigen sebelum melanjutkan kata-katanya, "Leda saja bisa bicara denganmu. Karena itu aku juga..."
mendengar nama 'Leda' Aggy memalingkan wajahnya. Kali ini seluruh wajah Aggy dapat dilihat mata orang itu secara bebas. "maksudku, kau pasti orang baik. Tidak seperti yang dibicarakan orang-orang tak bertanggung jawab itu tentang dirimu. Seburuk apapun imagemu tak mungkin sampai memukul orang tanpa alasankan?, buktinya aku lihat Leda bisa akrab denganmu"
akrab? Benarkah?
"karena itu..."
"siapa namamu?"
"he? Eh, aku.. namaku sujk"
Aggy menyeringai tipis, "aku suka kau"
Mata Sujk membulat sempurna, kemudian ia terperanjat membuat kursi yang didudukinya sedikit tergeser dan menimbulkan bunyi 'grek'. "a-apa maksudmu berkata begitu?"
Aggy bangkit dari duduknya setelah menilik jam yang melingkar di tangannya. menarik tas gendong hitamnya yang tergeletak di atas meja lalu pergi tanpa menggubris pertanyaan orang bernama Sujk tadi. Ini saatnya bagi dia untuk mengunjungi tempat favoritnya sekalian menengok Leda yang keluar sejak bel istirahat tadi ke ruang guru.
Sujk masih terdiam di tempatnya berdiri. Pikirannya kesana kemari berusaha mencari kesimpulan maksud dari kata-kata Aggy tadi.
@@@
ah, si Kiyoharu itu selalu menahannya
Aggy memperhatikan ketua kelasnya dari luar jendela ruang guru. Leda tampak serius dengan pekerjaannya membantu Kiyoharu sensei memeriksa pekerjaan rumah murid-muridnya. Aggy menggerutu dalam hati, karena si kiyoharu itu, tampaknya hari ini Leda tak bisa menemaninya di atap sekolah. Aggy melangkahkan kakinya menyusuri koridor sekolah, menaiki anak tangga yang sekian banyaknya. Namun karena telah terbiasa, ia tak merasa pegal ataupun merasakan lelah pada kakinya.
Aggy menghirup udara yang bergerak bebas, membiarkannya memasuki rongga hidung, tenggorokan dan paru-parunya. Membuatnya merasakan kesegaran di sekujur tubuhnya yang di sapa angin semilir. Aggy sedikit meregangkan badannya, akhir-akhir ini kulit gelap sedang tren, jadi sekalian berjemur seperti biasa ia merebahkan tubuhnya di lantai dengan menjadikan kedua lengan sebagai bantalan. Hari ini langit terlihat lebih bersih tanpa awan-awan putih menggantung di sana. Matahari juga sangat terik membuat Aggy harus menutupi matanya dengan sebelah tangannya karena silau. Tanpa sadar Aggy mulai terbuai ke alam bawah sadarnya.
@@@
Leda menutup pintu ruang guru dengan perlahan. Lalu ia mulai melangkahkan kakinya menuju kelas dengan perasaan ragu?
Waktu istirahat 5 menit lagi selesai. Leda memutar arah langkahnya berlawanan arah dengan jalan menuju kelas. Ia menyusuri jalan dan menaiki anak-anak tangga yang sudah sering ia pijaki sebelumnya. Jangan tanyakan kenapa karena Leda sendiri juga bingung. Ia yakin Aggy pasti ke tempat itu. Dan walau tanpa disuruh Kiyoharu sensei Leda tiba-tiba ingin mencarinya seperti biasa yang ia lakukan. Apakah ini faktor kebiasaan? Hingga rasanya tak puas kalau Leda tak memijakan kakinya di lantai atap di mana ia selalu menemukan Aggy yang membolos.
Leda tersenyum. Ternyata apa yang ia yakini tepat. Buktinya di hadapan leda ada sesosok makhluk tengah dengan tenangnya terlentang di lantai dengan sebelah tangan dijadikan bantalan sedangkan tangan yang lainnya menutupi matanya yang memang sudah terpejam.
"ya ampun, bisa-bisanya tertidur pulas di tempat yang terkena terik matahari begini", gumam Leda, bicara pada dirinya sendiri. "Bangunkan tidak ya?", tanyanya lebih pada dirinya sendiri.
Leda berjongkok di samping Aggy yang tertidur dengan begitu pulasnya. Ia memperhatikan wajah tidur Aggy beberapa saat kemudian memajukan bibir bawahnya. "tidak jelek" gumamnya lagi, "tapi gak cakep juga", tambahnya lalu terkikik sendiri seperti orang kesambet tuyul. Lalu leda menepuk keningnya, "apa-apaan aku ini? Huh"
Leda kembali terdiam. Rasanya gak tega juga kalau harus membangunkan makhluk kebluk di hadapannya itu. Ia menghela nafas dan memutuskan untuk tak membangunkan Aggy yang sepertinya tengah menikmati mimpinya di bawah terik matahari.
Leda mengangkat tubuhnya hendak berdiri namun tiba-tiba ia merasakan tangannya berat seakan ditarik tiba-tiba. Otomatis Leda kembali berjongkok. Kepala Leda membungkuk karena ada tangan yang menekan belakang kepalanya, menghadap wajah yang masih bertahan dalam alam mimpi. Leda sedikit tersentak ia berusaha membetulkan posisi yang tak menguntungkannya itu namun tangan yang menekan kepalanya dari belakang begitu kuat.
apa-apaan iniiiiiii??
To@Be@Continued..
rated : M...~> Mature *shocked* T sih XD
genre : romance/ school/ BL X3
fandom(s) : Deluhi.. *sisanya numpang lewat doank*
pairing(s) : AggyXLeda *gyaa~*
warning : bayangin Aggynya yang lagi di Revolver blast!!!
Summary : forbidden fruit is sweetest.... perasaanku padamu adalah sebuah dosa. Namun terasa begitu manis
note : O.M.G sussssssaaaaaahhhh!!!
@@@
"kiyoharu sensei menyuruhmu untuk menghadapnya ke ruang guru! Aggy san"
"berisik ah!", tanggap laki-laki yang dipanggil Aggy itu dengan malas. Ia masih tiduran di lantai tanpa mengubah posisinya menatap birunya langit dan membiarkan tubuhnya diterpa terik matahari sekalian berjemur. "kenapa kau selalu menggangguku?"
"karena aku ketua kelas. Aku bertanggung jawab kalau ada teman sekelasku yang tak mengikuti pelajaran tanpa alasan", jawab laki-laki berambut kecoklatan menjelaskan.
Aggy mendengus. "sombongnya~"
Aggy tak bisa menahan senyuman tipis yang tersimpul di bibirnya. Ia senang, orang yang sejak tadi ia tunggu-tunggu akhirnya datang menjemputnya seperti biasa. Dia lah Alasan yang membuat Aggy harus membolos setiap hari.
"hebat juga, kau selalu bisa menemukanku"
"tentu saja. Setiap membolos kau pasti di tempat ini"
Karena dengan begitu dia akan mencari dan menemukan Aggy di tempat ini. Di atap sekolah.
@@@
"mau jadi apa kau? Selalu bolos pelajaranku", bacot Kiyoharu sensei sambil menggeplak kepala Aggy dengan bukunya. aggy sudah sering mendapatkan perlakuan seperti ini, membuatnya jadi kebal. aggy mengacuhkan setiap ceramah dan bacotan wali kelas sekaligus guru Matematikanya itu dan menganggapnya hanya angin ribut yang membuat telinganya rombeng kalau harus didengarkan. "aku bicara padamu! Tatap kesini"
guru itu kembali memukulkan bukunya ke mulut Aggy yang tengah mencibir. Setiap perlakuannya pada Aggy seakan tak punya perasaan, dia memang dikenal sebagai kira no sensei karena kesadisannya memperlakukan murid yang memang tak mau menurutinya. Tapi Aggy tau dia, Aggy tau Kiyoharu sensei lebih daripada murid-murid yang lainnya.
"dan rambutmu ini? Sudah kubilang berapa kali rapikan rambutmu! Kau mau jadi berandal heh?"
"argh, jangan kotori rambutku!", Aggy menyingkirkan tangan kiyoharu sensei yang dengan sengaja menjengut-jengut rambutnya. "dasar kau ini! Leda sebagai ketua kelas coba kau ajak dia ke jalan yang benar!!"
Aggy melirik anak yang lebih kecil darinya itu dengan ekor matanya. "tidak apa-apa sei, menurutku gaya rambutnya khas. Jadi mudah untuk membedakannya dengan yang lain hha", ujar Leda sambil tertawa garing. Akhirnya dia harus turut mendapatkan geplakan dari buku kiyoharu.
manis
Aggy memutar bola matanya ke arah lain. Menatapnya lama-lama hanya akan membuat tubuh Aggy tak berdaya. Apalagi saat mata kecoklatan itu bertemu dengan matanya, maka dapat dipastikan kesadaran Aggy akan menghilang.
Aggy berjalan disepanjang koridor sekolah mengikuti langkah makhluk berambut kecoklatan itu, setelah sebelumnya Kiyoharu mengizinkan mereka untuk kembali ke kelas. Tanpa sadar Aggy tak bisa mengalihkan pandangan matanya memperhatikan punggung mungil dihadapannya. Setiap gerak dan langkahnya, rambutnya yang sedikit tergoyang karena gerakan yang dia lakukan. tubuhnya yang ramping (atau kerempeng?), kulit tengkuknya yang putih. Aggy terbuai dengan pemandangan indah dihadapannya.
sial, aku ingin memeluknyaaaa
"he?", Leda menoleh seakan menyadari pikiran-pikiran bejad Aggy. "kau mengatakan sesuatu Aggy san?"
"tidak", jawab Aggy datar. Ia berhasil menutupi kekagetannya karena merasa Leda menyadari apa yang dilakukan matanya sedari tadi. "kau itu terlalu kolot. Sudah kubilang berapa kali panggil aku Aggy!"
Leda menatap mata Aggy beberapa saat. Kemudian dia tersenyum menyetujui perkataan Aggy sebelum melanjutkan langkahnya.
brengsek! Kau membuat tubuhku melemah!
Aggy menyukai ketua kelasnya. Aggy mengagumi sosoknya. Aggy menyayangi orang yang selalu membuatnya gelisah sekaligus nyaman itu, Aggy mencintainya. Tapi ia selalu disadarkan, kalau itu adalah suatu kesalahan.
@@@
..klek...
Aggy menutup pintu Apato yang sudah ditempatinya selama kurang lebih 1 tahun itu. Ia melempar tas sekolahnya ke sembarang tempat di kamarnya lalu ia menjatuhkan diri di atas tempat tidur berukuran queen size untuk sedikit menghilangkan rasa lelah. Matanya menerawang kosong ke langit-langit lalu memejamkan matanya perlahan. Seperti biasanya, Leda memenuhi pikiran Aggy. Saat matanya terbuka maupun terpejam, hanya wajah itu yang terbentuk di otaknya. Aggy hampir gila, tapi ia tak bisa berbuat apa-apa. Ia tak ingin senyuman itu menghilang saat ia harus memaksakan egonya.
ini salah, aku tau
###
"Aggy san"
Aggy mengangkat wajahnya untuk melihat wajah orang yang tengah berdiri di hadapannya. "ada apa?", tanya Aggy jutek
Orang itu berjongkok supaya wajah mereka bisa saling berhadapan, "kenapa duduk di sini? Kau tidak mau ikut pelajaran?", tanyanya dengan wajah ramah.
"siapa kau? Terserah aku mau ikut mau nggak kan! Bukan urusanmu!", jawab Aggy ketus. Tiba-tiba jari tangan orang itu menyentuh sudut bibir Aggy yang memar dan sedikit berdarah. Membuat mata Aggy membulat dan spontan menepisnya. "brengsek! Apa-apaan kau?", bentak Aggy geram
"kau berkelahi?"
"BUKAN URUSANMU!", Aggy bangkit dari duduknya dan menatap orang itu kesal. "siapa kau? Berani sekali menggangguku!, apa kau tidak tau siapa aku?"
"aku tau"
"ka- kau tidak takut denganku heh?"
Orang itu tersenyum lalu menunjuk dengan telunjuknya tepat di hidung Aggy, "kau yang tidak tau siapa aku! Aku tak akan jadi ketua kelas kalau harus takut denganmu!"
Aggy membelalakan matanya. Selama ini ia dikenal sebagai anak yang bermasalah dan badung sejak masuk ke sekolah. Berkelahi sudah jadi makanannya sehari-hari, dan ruang BP adalah tempat yang lebih sering ia kunjungi daripada kelas. semua orang takut padanya termasuk kakak kelas. Tak pernah ada yang berani mendekatinya apalagi cari masalah dengannya. Tapi orang yang baru ditemui Aggy sekarang... Berani sekali dia.
Sejak saat itu, orang yang dianggap misterius oleh Aggy itu selalu datang mencarinya ke atap dengan alasan disuruh oleh wali kelas. Awalnya Aggy selalu merasa dia sangat mengganggu kegiatan membolosnya. Namun diluar dugaan lama kelamaan ia jadi selalu menunggu orang itu datang mencarinya. Ia selalu menunggu nunggu saat orang itu memanggil namanya.
Sudah hampir satu bulan Aggy menjadi murid SMU. Namun dapat terhitung dengan jari berapa kali ia memasuki kelas. Ia pernah ingat sekali waktu saat hari pertama memasuki kelas, ada seorang guru yang memanggil ketua kelasnya untuk maju ke depan. Namun Aggy tak memperhatikan maupun memperdulikannya, karena baginya itu tak penting. Ia tak pernah tau kalau orang yang dia abaikan itu akan menjadi bagian terpenting dalam hatinya.
@@@
"Aggy"
"ngh.."
"dasar! Kau masih saja sulit untuk dibangunkan", ucap seorang wanita tersenyum sambil duduk di atas tempat tidur di samping Aggy. Tangannya mengusap usap rambut Aggy yang tengah tertidur dengan pulasnya. "bagaimana kabarmu Aggy? Lama tak bertemu kau semakin tumbuh besar", gumam wanita itu dengan tangannya masih mengelus rambut Aggy, ia tersenyum simpul, "mirip dengan ayahmu ya"
wanita itu menurunkan kepalanya mendekatkannya ke wajah Aggy. Memandang wajah tidur Aggy dan mengecup keningnya lembut.
Aggy tersadar dan perlahan membuka kedua kelopak matanya. matanya membulat sempurna melihat wajah wanita yang sudah tak asing dalam kehidupannya, wanita yang telah menggoreskan noda hitam di kertas putih kehidupan Aggy . "KAU! APA YANG KAU LAKUKAN DISINI?", Tanya Aggy dengan nada tinggi sambil bangkit dari tidurnya.
Wanita itu tersenyum lembut tak menggubris pertanyaan Aggy, "kau sudah bangun?", tanyanya ramah. "maaf tadi pintunya tidak dikunci, aku sudah menekan bel tapi tak ada jawaban", terangnya masih dengan wajah ramah.
Aggy memandang tajam wanita yang lebih tua 10 tahun darinya itu. Cantik memang. Bertambahnya usia tak membuat kecantikan wanita itu pudar. "mau apa kau?"
"Aggy pulanglah, ayahmu ingin-"
BUK.
Aggy membanting keras bantal ke dinding. "jangan menggangguku! ....lagi", ia menenggelamkan wajahnya di antara kedua tangan yang dilipat diatas kedua dengkul kakinya. "aku muak!"
wanita itu memandang Aggy lekat-lekat. Iya tau betul beban yang di rasakan anak laki-laki di hadapan matanya. Ia mengerti Aggy. Anak laki-laki kecil yang selalu ingin ia lindungi. Ia peluk dan ia cium. "Ag-Aggy", wanita itu kembali membelai rambut Aggy lembut, "rambutmu sudah panjang ya? Kalau ayahmu lihat, dia pasti akan sangat marah"
Aggy menepis tangan putih itu tanpa mengangkat wajahnya. Tangan yang sudah tidak asing Aggy kecap kelembutannya, Aggy rasakan kehangatannya. Tangan yang selalu mengusap dengan lembut setiap memar di tubuhnya. Meraih tubuhnya setiap ia mendapatkan cambukan dari sang ayah. Aggy merindukannya tapi ia benci.
"Aggy"
"berisik!"
Wanita itu tersenyum lembut. Ia merindukan Aggy yang dingin itu. Tangannya meraih tubuh Aggy yang menelungkup dan memeluknya erat. Ia sangat menginginkan kehangatan itu. Kehangatan tubuh Aggy.
"apa yang kau lakukan?", Aggy mengangkat wajahnya spontan mendorong tubuh wanita itu untuk menjauh darinya. "pulanglah, percuma kau kesini untuk membujukku. Aku tak sudi harus pulang ke rumah itu"
"tapi Aggy, ayahmu tidak seperti dulu lagi, dia sudah-"
"sadar?", potong Aggy. "lalu bagaimana dengan perasaanku? Bagaimana dengan semua yang telah berubah ini karena keegoisannya? Apa dia bisa merubahnya kembali seperti semula?"
"maafkanlah dia"
"KAU TIDAK TAU APA-APA!!!"
Wanita itu menundukkan kepalanya. Ia tau, tentu saja ia tau. Ia adalah salah satu penyebab dari perubahan yang disebut Aggy. Ia yang membuat keluarga itu tercerai dan berantakan. Ada rasa penyesalan dalam dirinya namun semua sudah terlambat. Ia tak bisa mengembalikan semuanya.
Aggy bangkit dari tempat tidur lalu menuju dapur dimana ia selalu menyiapkan segala kebutuhan perutnya sendirian. Ia membuatkan segelas kopi susu lalu menyerahkannya pada wanita yang masih terduduk di tempat tidurnya. "setelah meminum itu. Pulanglah!"
Wanita itu kembali tersenyum namun kecut. Ia menyeruput kopi yang telah dibuatkan anaknya itu. Aggy melihat tangan wanita itu sedikit bergetar.
Lalu ia bangkit dari duduknya. Menyerahkan gelas kopi yang sudah dia seruput setengahnya pada Aggy lalu merapikan bajunya. "baiklah, aku pulang...", wanita itu menggantung kata-katanya, lalu tersenyum getir. "jaga dirimu baik-baik. Kami menunggu kepulanganmu Aggy"
Aggy hanya menatap wanita berambut panjang lurus itu datar tak menunjukkan ekspresi apapun. "ada apa?"
wanita itu mendongak, "ya?"
"ada hal lain yang ingin kau katakan?"
Lagi-lagi wanita itu tersenyum lalu menggeleng kepalanya pelan. Ia mengambil tasnya yang tergeletak di tempat tidur Aggy lalu berpamitan pulang setelah sebelumnya menyerahkan sejumlah uang untuk Aggy. Sebenarnya Aggy enggan menerima uang yang sudah pasti titipan ayahnya itu. Namun karena memang sekarang ia sedang kesulitan keuangan karena keberuntungan akhir-akhir ini tidak berpihak padanya. Sudah dua kali berturut-turut ia kalah balapan, padahal sebelumnya ia tak pernah kalah dan menghidupi dirinya dari hasil kemenangannya itu. Kalau soal biaya sekolah, iya tak pernah memikirkannya karena ayahnya yang mengurus. Kalau tidak begitu, ngapain juga dia harus sekolah. Toh sekolah bagi Aggy hanya membuang-buang waktu dan uang saja.
Namun akhir-akhir ini memang pandangannya sedikit berubah tentang bersekolah. Karena ada satu orang yang selalu membuat Aggy rindu sekolah. Bukan rindu belajar atau duduk dibangku mendengarkan celoteh guru. Tapi saat-saat orang itu tersenyum padanya, dan memanggil namanya 'Aggy san', itulah yang Aggy rindukan. Membuat degup jantung Aggy lebih kencang, wajahnya memanas dan kadang membuat Aggy tak berdaya. Dan itu adalah sebuah tantangan untuk Aggy.
..Blam..
pintu apato Aggy tertutup. Kini wanita itu telah lenyap dari ruangan. Aggy terduduk di atas tempat tidurnya dengan menundukan kepala. Sebelah telapak tangannya menutupi sebagian wajahnya. Aggy tau masih ada yang ingin dikatakan wanita itu, tapi apa?
Aggy menepis rasa penasarannya. Ia tak mau lagi perduli dengan urusan keluarga yang sudah berantakan itu. Ia ingin menikmati hidupnya sekarang. Tak mau terlibat lagi dalam keluarga yang sudah membuatnya seperti sekarang ini. Aggy hanya ingin menikmati perasaan manis yang selalu ia jaga selama ini. Perasaannya pada anak 'laki-laki' yang telah membuatnya merasa benar-benar hidup.
Leda
@@@
Grek
Aggy memicingkan matanya melihat seseorang tengah dengan berani duduk di bangku di sampingnya. Ini sungguh kejadian langka bagi Aggy. Yang ia yakini selama ini, teman-teman sekelasnya takut akan dirinya. Mungkin juga membenci dirinya. Aggy tak punya teman untuk membagi kesenangan maupun kesedihannya. Karena memang Aggy tak membutuhkan yang seperti itu.
"hai Aggy", sapa anak laki-laki itu ramah sambil mengangkat sebelah tangannya.
Aggy masih melihat ada rasa ragu dan takut pada diri orang itu saat menyapanya. Entah karena kalah taruhan atau apa hingga membuat anak itu memaksakan diri untuk mendekati Aggy. Aggy tau jelas dia adalah teman sekelasnya namun Aggy tak tau siapa namanya, selain Leda, Aggy tak tau nama-nama teman sekelasnya sendiri dan ia tak mau tau.
Aggy kembali memain-mainkan balpoin ditangannya tanpa menggubris sapaan orang di sebelahnya itu. Terlihat dengan jelas di wajahnya, orang itu kecewa dengan sikap Aggy yang terlalu dingin dan.. menakutkan. Sebenarnya ia sudah tau akan seperti ini, hanya saja ia berpikir tak ada salahnya kan mencoba. Ia menghela nafas berat lalu bermaksud untuk kembali ke bangkunya yang terletak di depan kelas. "ada perlu apa denganku?", tanya Aggy tiba-tiba tanpa mengalihkan pandangan matanya ke balpoin yang sedang ia mainkan ditangannya. Anak laki-laki yang lumayan(?) manis itu cukup terperanjat. Ia tak menduga Aggy mau bicara padanya.
"a-aku.. tidak, aku hanya-"
"bicara yang jelas!", tukas Aggy tanpa ekspresi.
Anak laki-laki itu menelan ludahnya paksa, "a-aku, sejak naik ke kelas 2 jarang sekali melihatmu masuk kelas"
Aggy melirik orang di sampingnya itu dengan ekor matanya. Keringat dingin mengucur di pelipis anak laki-laki itu saat melihat Aggy meliriknya. Menurutnya tatapan Aggy sangat menakutkan.
Aggy menyadari kegugupan yang dirasakan orang itu. Ingin rasanya Aggy tertawa terbahak-bahak namun hal itu tak pantas dilakukan seorang Aggy, "kau tidak perlu memaksakan diri! Kembalilah berbincang-bincang dengan teman-temanmu", saran Aggy
"apa? Ti-tidak! Aku tidak memaksakan diri.. sungguh!", orang itu memberi jeda sesaat untuk menghirup oksigen sebelum melanjutkan kata-katanya, "Leda saja bisa bicara denganmu. Karena itu aku juga..."
mendengar nama 'Leda' Aggy memalingkan wajahnya. Kali ini seluruh wajah Aggy dapat dilihat mata orang itu secara bebas. "maksudku, kau pasti orang baik. Tidak seperti yang dibicarakan orang-orang tak bertanggung jawab itu tentang dirimu. Seburuk apapun imagemu tak mungkin sampai memukul orang tanpa alasankan?, buktinya aku lihat Leda bisa akrab denganmu"
akrab? Benarkah?
"karena itu..."
"siapa namamu?"
"he? Eh, aku.. namaku sujk"
Aggy menyeringai tipis, "aku suka kau"
Mata Sujk membulat sempurna, kemudian ia terperanjat membuat kursi yang didudukinya sedikit tergeser dan menimbulkan bunyi 'grek'. "a-apa maksudmu berkata begitu?"
Aggy bangkit dari duduknya setelah menilik jam yang melingkar di tangannya. menarik tas gendong hitamnya yang tergeletak di atas meja lalu pergi tanpa menggubris pertanyaan orang bernama Sujk tadi. Ini saatnya bagi dia untuk mengunjungi tempat favoritnya sekalian menengok Leda yang keluar sejak bel istirahat tadi ke ruang guru.
Sujk masih terdiam di tempatnya berdiri. Pikirannya kesana kemari berusaha mencari kesimpulan maksud dari kata-kata Aggy tadi.
@@@
ah, si Kiyoharu itu selalu menahannya
Aggy memperhatikan ketua kelasnya dari luar jendela ruang guru. Leda tampak serius dengan pekerjaannya membantu Kiyoharu sensei memeriksa pekerjaan rumah murid-muridnya. Aggy menggerutu dalam hati, karena si kiyoharu itu, tampaknya hari ini Leda tak bisa menemaninya di atap sekolah. Aggy melangkahkan kakinya menyusuri koridor sekolah, menaiki anak tangga yang sekian banyaknya. Namun karena telah terbiasa, ia tak merasa pegal ataupun merasakan lelah pada kakinya.
Aggy menghirup udara yang bergerak bebas, membiarkannya memasuki rongga hidung, tenggorokan dan paru-parunya. Membuatnya merasakan kesegaran di sekujur tubuhnya yang di sapa angin semilir. Aggy sedikit meregangkan badannya, akhir-akhir ini kulit gelap sedang tren, jadi sekalian berjemur seperti biasa ia merebahkan tubuhnya di lantai dengan menjadikan kedua lengan sebagai bantalan. Hari ini langit terlihat lebih bersih tanpa awan-awan putih menggantung di sana. Matahari juga sangat terik membuat Aggy harus menutupi matanya dengan sebelah tangannya karena silau. Tanpa sadar Aggy mulai terbuai ke alam bawah sadarnya.
@@@
Leda menutup pintu ruang guru dengan perlahan. Lalu ia mulai melangkahkan kakinya menuju kelas dengan perasaan ragu?
Waktu istirahat 5 menit lagi selesai. Leda memutar arah langkahnya berlawanan arah dengan jalan menuju kelas. Ia menyusuri jalan dan menaiki anak-anak tangga yang sudah sering ia pijaki sebelumnya. Jangan tanyakan kenapa karena Leda sendiri juga bingung. Ia yakin Aggy pasti ke tempat itu. Dan walau tanpa disuruh Kiyoharu sensei Leda tiba-tiba ingin mencarinya seperti biasa yang ia lakukan. Apakah ini faktor kebiasaan? Hingga rasanya tak puas kalau Leda tak memijakan kakinya di lantai atap di mana ia selalu menemukan Aggy yang membolos.
Leda tersenyum. Ternyata apa yang ia yakini tepat. Buktinya di hadapan leda ada sesosok makhluk tengah dengan tenangnya terlentang di lantai dengan sebelah tangan dijadikan bantalan sedangkan tangan yang lainnya menutupi matanya yang memang sudah terpejam.
"ya ampun, bisa-bisanya tertidur pulas di tempat yang terkena terik matahari begini", gumam Leda, bicara pada dirinya sendiri. "Bangunkan tidak ya?", tanyanya lebih pada dirinya sendiri.
Leda berjongkok di samping Aggy yang tertidur dengan begitu pulasnya. Ia memperhatikan wajah tidur Aggy beberapa saat kemudian memajukan bibir bawahnya. "tidak jelek" gumamnya lagi, "tapi gak cakep juga", tambahnya lalu terkikik sendiri seperti orang kesambet tuyul. Lalu leda menepuk keningnya, "apa-apaan aku ini? Huh"
Leda kembali terdiam. Rasanya gak tega juga kalau harus membangunkan makhluk kebluk di hadapannya itu. Ia menghela nafas dan memutuskan untuk tak membangunkan Aggy yang sepertinya tengah menikmati mimpinya di bawah terik matahari.
Leda mengangkat tubuhnya hendak berdiri namun tiba-tiba ia merasakan tangannya berat seakan ditarik tiba-tiba. Otomatis Leda kembali berjongkok. Kepala Leda membungkuk karena ada tangan yang menekan belakang kepalanya, menghadap wajah yang masih bertahan dalam alam mimpi. Leda sedikit tersentak ia berusaha membetulkan posisi yang tak menguntungkannya itu namun tangan yang menekan kepalanya dari belakang begitu kuat.
apa-apaan iniiiiiii??
To@Be@Continued..
No comments:
Post a Comment