Author : Ruk~Ruki~Rukiiraa^^
rated : T *bisa berubah kalau Author pengen*
genre : romance/ school/ BL dkk
fandom(s) : Deluhi...*yang lain numpang lewat doank*
pairing(s) : AggyXLeda *gyaa~*
chapter : 2
warning : bayangin Aggynya yang lagi di Revolver blast!!
"### -> flashback"
"@@@ -> sekarang" ^^)v
Summary :forbidden fruit is sweetest... Perasaanku padamu adalah sebuah dosa, namun terasa begitu manis
note : wawawawawawawawawawawa!!! *BUAKH*
@@@
Aggy membuka matanya perlahan. Hamparan langit jingga yang luas adalah pemandangan pertama yang tampak saat Aggy mengangkat tirai-tirai matanya. Begitu indah, kekuasaan Tuhan.
Aggy bangkit dari tidurnya. Tampaknya sekolah mulai sepi. Ia menyempatkan diri menilik benda kecil berdetik yang melingkar di pergelangan tangannya.
Jam 5 sore?
Waktu terasa begitu cepat berputar. Mungkin karena Aggy terlalu nyenyak tertidur. Ia bangkit berdiri lalu sedikit menggeliat untuk merilekskan anggota-anggota tubuhnya. Berjongkok mengambil tas gendong serba hitamnya yang tergeletak tak berdaya di lantai lalu mulai melangkahkan kakinya menuju tangga.
Tiba-tiba langkah Aggy terhenti. Terasa ada sesuatu yang sedikit mengganjal di pikirannya. Jari-jari tangan kanan Aggy menyentuh bagian bawah bibirnya perlahan.
apa ini? Rasanya tadi...
Aggy terdiam beberapa saat dengan pikiran-pikiran kotor berputar-putar di otaknya. Ia menyeringai menggeleng-gelengkan kepala menyangkal semua yang mengganjal dipikirannya.
sialan, aku mulai bermimpi aneh-aneh...
@@@
BRAK!
Semua mata anak-anak yang ada di kelas 2D tertuju ke bangku di pojokan kelas. Aggy berdiri dari bangkunya setelah membuat teman-temannya terperanjat kaget, dengan tiba-tiba menggebrak meja.
Kelas yang sedikit ribut mendadak hening. Tak ada satupun yang berani berkomentar maupun bertanya apa yang terjadi sekarang ini pada Aggy. Mereka tak mau ikut campur ataupun berurusan dengan teman sekelas mereka yang sedikit(?) bermasalah itu. Bisa-bisa akibatnya fatal. Setidaknya itu menurut anggapan mereka.
"Ag-Aggy... Ada apa?"
Aggy melempar tatapan dingin penuh hawa membunuhnya pada Sujk yang telah mengerahkan segenap jiwa raga untuk memberanikan diri angkat bertanya. Membuat keberanian Sujk yang telah ia pupuk selama ini menciut seketika. Sujk tak berani lagi melemparkan pertanyaan ke dua dan ke tiga. Ia lebih memilih merapatkan mulutnya sekarang.
Aggy menatap lekat-lekat dua makhluk yang juga tengah memandangnya dari depan kelas. Perasaan Aggy panas, gelisah dan kacau. Apalagi saat anak-anak sekelas menyoraki mereka dan bersuit-suit gak penting. Membuat Aggy benar-benar terusik. Rasanya ia ingin melempar dan menghancurkan semua barang-barang yang ada di kelasnya. Ia bisa, tapi Aggy masih memikirkan biaya yang harus ia tanggung nanti untuk mengganti rugi.
Kini mata Aggy hanya terfokus pada satu orang saja. Bukan dua orang lagi. Ia menatap lekat-lekat anak laki-laki berparas manis itu. Anak laki-laki yang selama beberapa hari ini seperti menghindarinya. Tak ada senyuman, sapaan, apalagi menjemput Aggy di atap sekolah seperti yang biasa ia lakukan. Aggy kecewa, ia tak tahan kalau sehari saja tak melihat senyuman anak laki-laki itu. Aggy selalu gelisah, apa ia telah berbuat kesalahan? Anak laki-laki itu hanya balas memandang Aggy dengan penuh rasa heran.
cukup! jangan memandangku seperti itu!
Aggy menarik tasnya kasar dari atas meja. Lalu ia melangkahkan kakinya beranjak menuju pintu keluar. Semua mata anak-anak di kelas setia mengikuti setiap gerak dan langkah Aggy. Mereka sedikit tersentak saat Aggy tiba-tiba menendang bangku yang ada di depan kelas dan menatap mereka dengan tatapan dingin satu persatu. Serentak anak-anak di kelas mengalihkan pandangan mereka ke arah lain.
"Aggy san, Kiyoharu sensei sebentar lagi datang. Kembalilah ke bangkumu!", ucap Leda menghalangi, terkesan memerintah Aggy namun secara halus.
Aggy tak menggubris kata-kata ketua kelas kesayangannya itu lalu melanjutkan langkahnya. Saat sedang dilanda amarah seperti sekarang ini, tak akan ada yang bisa menghentikan kehendak Aggy sekalipun orang itu adalah Leda.
"Aggy san!", Leda mencengkram lengan baju Aggy bermaksud menghentikan langkahnya.
"BERISIK!!"
DUK
"haaaaaaaaa??"
semua mata anak-anak di kelas terbelalak. Anak-anak perempuan menutup mulut mereka yang membulat mengantisipi tak ada lalat yang masuk. Selama ini mereka tak pernah melihat Aggy secara langsung memukul orang mereka hanya sering mendengar saja.
Mata Aggy membulat sempurna menatap sang ketua kelas tertunduk di hadapannya. Leda menutupi hidungnya yang berdarah?
a-apa yang....
"Leda kun!", teriak seorang perempuan cantik bangkit berdiri tepat dari bangku di samping bangku Leda. Ia menghampiri Leda dengan tergesa-gesa. "daijoubu ka?", lalu ia menempelkan sapu tangannya membersihkan darah dari hidung Leda.
"cih"
Aggy kembali menendang pintu kelas sebelum keluar. Membuat teman-teman sekelasnya kembali jantungan.
Kelas mendadak berisik dan ribut setelah Aggy lenyap. Mereka saling bertanya dan membicarakan Aggy. Apalagi soal tontonan mereka barusan di depan kelas antara anak badung dan ketua kelasnya.
Leda kembali ke bangkunya dengan seorang perempuan memapah, "apa-apaan dia itu? Kita harus melaporkannya ke wali kelas", gerutu perempuan yang memapah Leda. "Leda kun, tidak apa-apa? Sebaiknya ke UKS saja, aku antar ya?", tanyanya dengan wajah khawatir yang terkesan berlebihan. Namun itulah perasaannya.
"tidak apa, wakeshima san jangan anggap aku selemah itu hha", jawab Leda sambil mendudukan dirinya di bangku. Ia merubah mimik mukanya lebih ceria untuk meyakinkan perempuan itu kalau dia baik-baik saja.
Kanon wakeshima nama lengkapnya. Perempuan manis berambut panjang coklat terang dengan poni cantik menutupi keningnya. Dia adalah sekertaris di kelas 2D.
Akhir-akhir ini Leda memang dekat dengan sekertarisnya itu. Sampai membuat teman-teman sekelas menyimpulkan seenak udelnya kalau mereka sepasang kekasih. Leda sudah terbiasa dan tak menghiraukan setiap suit'an ataupun sindiran dari teman-teman sekelasnya saat ia harus berada dekat dengan sekertaris cantiknya itu. Lagipula hubungan mereka memang hanya sebatas antara ketua kelas dan sekertaris, (kalau bisa lebih dari itu ya Leda bersyukurT.T). Apalagi akhir-akhir ini mereka selalu disibukan mendiskusikan perlombaan antar kelas yang diadakan sekolah untuk festival.
"ah iya ya, aku terlalu berlebihan. Bagi laki-laki ini hal yang kecil ya"
Leda tersenyum, "hmm.. Tidak apa-apa, aku berterimakasih Wakeshima san sudah mengkhawatirkanku", Leda kembali menyimpulkan senyuman di wajahnya membuat sekertaris yang duduk di sampingnya menundukan kepala menutupi rona merah yang menghiasi kedua pipinya.
"suit... suit..."
@@@
Aggy terduduk lesu bersandar di samping tempat tidurnya. Lagi-lagi malam ini keberuntungan enggan menghinggapi hingga menambah catatan kekalahan di list nge-treknya. Hanya luka-luka di tangan dan kaki yang ia dapatkan dari hasil treknya kali ini.
ini hukuman untukku...
Aggy tak bisa berhenti memikirkan kejadian tadi siang saat perasaannya benar-benar kacau dan justru melukai seseorang yang harusnya ia lindungi. Bahkan selama ini Aggy tak pernah berani menyentuh kesucian kulit putih itu, walau hasratnya kadang terasa menggerogoti untuk menjamahnya, tapi Aggy tau diri, ia kotor. sekalinya ia menyentuh, Aggy malah melukainya. Saat dia tertunduk ingin Aggy memeluknya dan meminta maaf. Namun hal seperti itu tak mudah untuk dilakukan Aggy.
Aggy tak bisa menahan rasa kesalnya saat ia melihat perempuan itu duduk di sampingnya, begitu dekat. Setiap senyuman yang tersimpul di wajah mereka hanya membuat Aggy sesak. Aggy tak tahan kalau harus setiap hari berada dalam ruang kelas yang mempertontonkan penyiksaan batinnya seperti itu. Karena itu, ia panas dan tak bisa lagi menahan emosinya.
Tapi bukan berarti Aggy pantas melukai orang yang telah membuatnya kacau itu. Aggy mengutuk tangannya sendiri. Dan ia telah mendapatkan hukumannya sekarang. Darah yang keluar dari luka-luka itu adalah balasan atas perbuatan yang telah dilakukan tangannya. Walau Aggy merasa itu belumlah cukup.
Drrt... Drrt...
Aggy merogoh saku celananya setelah dia rasa ada sesuatu yang bergetar di sana. Aggy menyempatkan diri untuk menengok layar hapenya memeriksa nomor yang telah membuat hapenya bergetar.
Tak dikenal.
Aggy tak mengenal nomor telepon yang tertera di layar hapenya (ataukah lupa?). Lalu ia melemparkan telepon selular yang dirasa telah mengganggunya ke atas tempat tidur.
Bunyi yang ditimbulkan getaran handphone itu tak kunjung berhenti. Sekalipun berhenti selalu dan selalu bergetar kembali. Aggy mematikan handphonenya lalu merebahkan diri di atas tempat tidur. Mengosongkan pikiran yang selalu dipenuhi beban dan sebentuk wajah yang tak bisa ia hilangkan dari pikirannya. Rasa sakit di tubuhnya tak Aggy rasakan, hal kecil seperti ini bukanlah merupakan sesuatu yang pantas Aggy ringisi dan keluhkan. Sudah terlalu sering tubuhnya di sapa rasa-rasa sakit yang bermacam perihnya. Membuat saraf-saraf rangsangan nyerinya seakan tak berfungsi. Mungkin sudah terlalu kebal.
@@@
"minta maaf!"
Aggy menatap dingin pada wali kelasnya yang sedari tadi memaksanya meminta maaf pada Leda di depan kelas. Tentang apa lagi kalau bukan tentang kemarin.
"sudahlah sei, aku tidak apa-apa. Lagipula sepertinya Aggy san tidak sengaja menyikutku waktu itu. Dia hanya berusaha menepis tanganku tapi kena ke hidungku", terang Leda menjelaskan kejadian kemarin.
bodoh!
"tetap saja dia harus minta maaf!"
benar...
Kiyoharu menggeplakan bukunya ke bagian belakang kepala Aggy, "jangan bengong saja kau, ayo minta maaf!"
Aggy mendengus. Ia tau harus minta maaf tapi bukan di depan teman-teman sekelasnya seperti sekarang ini. Semua mata menatapnya dengan penuh harap. Walau mereka tau seorang Aggy yang itu mana mungkin mau mengucapkan kata maaf seenteng itu dari mulutnya.
"sungguh aku tidak..."
"MAAF!"
Aggy beranjak keluar kelas dengan sedikit langkahnya tertatih setelah mengucapkan kata-kata yang menyimpang dari kamusnya. Ia tak menghiraukan panggilan-panggilan dari wali kelasnya yang menyuruhnya untuk berhenti dan melarangnya keluar kelas karena jam pelajaran belum selesai.
Semua anak-anak di kelas shock dan kembali ribut membincangkan satu kata maaf dari Aggy. Mereka tak mengira akan mendengar kata-kata terlarang bagi Aggy itu secara cuma-cuma.
@@@
Bel pulang telah berbunyi, semua anak-anak kelas 2D berbondong-bondong keluar kelas kecuali anak-anak yang mendapatkan tugas piket hari ini, karena di halangi Kanon. Walau sebagian ada yang terpaksa dan ngedumel dalam hati tapi apa boleh buat, daripada mendapatkan omelan-omelan perempuan cantik nan cerewet itu.
"hei, kami selalu dipaksa untuk piket. Lalu bagaiamana dengan si Aggy itu? Dia belum pernah piket satu kalipun", protes seorang anak laki-laki berambut pirang. Yang kebetulan tak sempat kabur dari cegatan Kanon.
"iya, Aki benar! Bagaiamana itu?", Mao ikut mendukung protes Temannya. Semua anak-anak yang mendapatkan tugas piket hari ini jadi saling mengeluh dan protes.
"kalian! Dia kan jarang di kelas sampai jam pelajaran terakhir. Kalian tau sendirikan? Sekarang juga dia gak ada kan? Mau menyuruhnya bagaimana?", Kanon menegaskan membela kehormatannya sebagai sekertaris.
"ya sudah, suruh dia piket pagi hari saja! Berani tidak?", anak bernama Aki nyerocos tanpa disadari sekertaris kelasnya tengah memelototinya.
Leda hanya mendengarkan protes teman-temannya sambil duduk di bangku guru. Bibirnya menyunggingkan senyum tipis melihat mereka cekcok seperti anak kecil saja. Apalagi disaat seperti ini, ia bisa melihat sisi lain dari sekertarisnya yang berwajah manis itu, sangat cerewet dan galak. Leda terkekeh lalu ia melihat daftar piket siapa-siapa saja yang piket hari ini.
Aggy.
Leda menghela nafasnya, ternyata memang Aggy piket hari ini.
"sepertinya aku tau dimana Aggy sekarang", kata-kata Leda membuat anak-anak yang sedang cekcok dengan kanon berhenti. "Wakeshima san tolong pantau dulu kelas ini. Aku akan segera kembali"
"he? Tapi apa tidak apa-apa?", tanya Kanon khawatir.
Leda menganggukan kepalanya lalu keluar dari kelas. Ia yakin Kalau saja Aggy belum pulang sudah pasti ia di tempat itu.
Leda memegangi hidungnya yang masih terasa sakit sambil menaiki satu persatu anak-anak tangga menuju atap sekolah. Langkahnya melambat. Ada rasa ragu dalam dirinya, jujur saja Leda masih merasa canggung bahkan mungkin sedikit takut untuk berhadapan dengan Aggy sejak waktu itu. Makanya dia sedikit menghindar, bukan benci tapi canggung. Walaupun Leda kurang yakin orang yang bersangkutan menyadari perbuatan tidak senonohnya.
Mata Leda menangkap sesosok makhluk yang ia cari tengah terduduk di lantai dengan kedua tangan sedikit ke belakang menyangga berat badannya sambil mengangkat wajah melihat langit.
Leda telah sampai di atap namun enggan untuk mendekati Aggy. Ia melihat wajah Aggy memancarkan sedikit cahaya, mungkin karena panas dan cahaya matahari menerpa wajah dan tubuhnya.
Aggy menoleh lsedikit mengedip-ngedipkan kelopak matanya dengan ritme cepat. Lalu ia menggosok-gosokan punggung tangan ke kedua matanya. Leda mengerti, mungkin ia terlalu lama menatap langit yang cerah dan sinar matahari. hingga matanya terasa gelap saat melihat ke sekitarnya.
Leda mendekat ke samping Aggy yang terduduk di lantai lalu ia berjongkok. "Aggy san, kau piket hari ini"
Aggy mengernyitkan dahinya, "piket? Tak ada kata piket dalam kamusku", ujar Aggy santai lalu mengarahkan pandangnya ke sekitar. Tak sanggup memandang mata makhluk manis itu lebih dari satu detik. Sebenarnya Aggy sedikit kaget sekaligus senang karena ketua kelas yang selama ini agak menghindarinya ternyata masih mau datang ke tempat ini menemuinya.
Leda ikut mendudukan dirinya di samping Aggy sambil bersila menghadap teman sekelasnya yang susah diatur itu. Leda sedikit memiringkan wajahnya mencoba mendapat perhatian Aggy agar ia mau menatapnya.
"ada apa?", tanya Aggy ketus karena merasa dirinya diperhatikan.
"kau berkelahi lagi Aggy san?", Leda balik bertanya karena melihat ada luka-luka dan memar di tangan Aggy.
"bukan urusanmu!"
"urusanku!"
"bukan!"
"iya!"
Aggy mengangkat sebelah alisnya. "apa hubungannya denganmu?"
"karena aku ketua kelasmu"
Aggy mendengus. Inilah yang ia sukai dari seorang Leda. Percakapan yang ringan namun membuat Aggy senangnya bukan main, karena beberapa hari kebelakang ia tak mendapatkan pecakapan manis seperti ini. Seandainya ia tak punya malu dan mengabaikan gengsinya yang segede gunung fuji. Ia akan berjingkrak seperti anak kecil mengangkat sebelah tangannya lalu mengangkat ketua kelasnya itu tinggi-tinggi. Tapi ia sadar hal seperti itu tak sepantasnya ia lakukan.
"mau ke UKS?", tawar Leda
"cis, aku tak selembek dirimu! Kena sikut saja meringis"
Aggy menggerutu dalam hati, dan mengutuk lidahnya yang selalu mengucapkan kata-kata yang tak sesuai dengan isi hatinya.
"hha... Jadi kau benar-benar sengaja menyikutku heh?"
baka! aku akan memenggal kepalaku sendiri kalau melakukan itu
"kenapa kau menyukai kekerasan? Sebenarnya apa alasanmu untuk berkelahi?", tanya Leda santai seperti tak ada beban dalam dirinya saat menanyakan itu.
"tak ada!", jawab Aggy singkat.
"apa menyenangkan membuat semua orang takut padamu?"
Aggy terdiam beberapa saat, "itu keren"
"hahaha..."
Aggy hanya melirik Leda dengan ekor matanya saat tiba-tiba tawa ketua kelasnya itu terpecah.
"kau lucu juga Aggy san,hha"
apanya yang lucu?
"kau bisa mengajariku berkelahi?"
"he?"
"hha.. Aku hanya bercanda"
Aggy kembali mendengus. Namun hatinya benar-benar bahagia sekarang ini. Ia berterima kasih pada Tuhan karena diberi kesempatan untuk melewati hari ini. "aku sudah menduganya, orang sepertimu pasti tak pernah mengecap bagaimana nikmatnya memukul orang"
"apa maksudmu orang sepertiku? aku hanya selalu memikirkan akibat sebelum bertindak", Leda ngeles sedikit nyengir.
gila...Aaargh!
Aggy membuang muka, memalingkan wajahnya dari Leda dengan tangan memegangi dadanya. Jantungnya benar-benar berpacu seperti pacuan kuda. Sedikit cengiran darinya saja sudah membuat Aggy goyah. Aggy benar-benar dalam keadaan bahaya kalau ketua kelasnya itu sering-sering memperlihatkan cengiran yang menggoda keteguhannya itu.
"ah aku keenakan!", Leda bicara pada dirinya sendiri setelah melihat jam ditangannya, kemudian ia bangkit berdiri.
keenakan?... Bersamaku, keenakan?
"Aggy san..."
"Aggy!"
Leda mengernyitkan dahinya, "baiklah, Aggy.. Karena sepertinya kau sedang terluka. Aku mengijinkanmu untuk tidak piket hari ini tapi tidak minggu depan!"
Aggy diam tak menghiraukan peringatan ketua kelasnya itu. Ia sedikit kesal karena kebersamaannya bersama makhluk hidup kesayangannya itu begitu singkat.
"oh ya, aku tau kejelekanmu sekarang!"
"hah?", Aggy sedikit mengangkat wajahnya untuk melihat wajah Leda yang kini tengah berdiri, "semua orang juga tau kejelekanku"
"tidak! Kebejadan Ini, hanya aku yang tau. Mungkin....", Leda tampak sedikit berpikir.
"kebejadan apa maksudmu?"
"kau benar-benar tidak ingat?", Leda tak menggubris pertanyaan Aggy malah balik bertanya dengan mimik wajah senang.
"apa-apaan kau itu?", Aggy sedikit bingung dengan pernyataan ketua kelasnya. Leda menghela nafas lega karena sepertinya ia tidak perlu lagi mengkhawatirkan hal yang sedikit mengganggu pikirannya akhir-akhir ini. aggy hanya memperhatikannya tanpa berkomentar.
"aku kembali ke kelas", ucap Leda sesaat sebelum meninggalkan Aggy.
jangan...
Leda menghentikan langkahnya lalu menoleh, "kau bilang sesuatu?"
"tidak"
Leda tampak bingung, ia sedikit mengaruk-garuk belakang kepalanya. Lalu kembali meneruskan langkahnya untuk menuruni tangga dengan agak ragu.
Aggy menatap punggung ketua kelasnya semakin menjauh dan menghilang menuruni tangga. Aggy selalu dikagetkan karena sepertinya anak laki-laki itu seakan mengetahui dan dapat mendengar isi hatinya.
Leda
Aggy menerawang ke langit luas. Setiap hatinya menyebut nama itu maka dapat dipastikan jantungnya berdetak tak beraturan. Terasa ada perasaan menyesakan dan wajahnya serasa terbakar.
"Leda... Leda.. Leda.. Leda.. Leda.. Leda.. Leda..", Aggy menggumamkan nama kesayangannya sambil memejamkan mata. Membiarkannya meresap ke setiap rongga hatinya. Hati Aggy begitu meninggikan anak laki-laki itu. Ia terlalu menyayanginya. Tapi Aggy tak bisa menghentikan perasaan sekaligus dosa yang terlanjur membawanya mengecap manisnya hidup. "Leda.. leda.. leda.."
"ya?"
Aggy membuka matanya. Ia terperanjat kaget Leda tiba-tiba kembali berdiri di hadapannya.
"ke-.... a-apa yang kau lakukan disini?", Tanya Aggy sedikit gugup sambil bangkit berdiri.
"ada apa dengan namaku?", tanya Leda cengok.
@@@
"ya, dia masuk sekolah hari ini"
"aku menelponnya tadi malam, tapi anak itu malah menon aktifkan handphonenya"
"kau tenang saja, aku akan selalu menjaga dan memantaunya"
"yah, aku berterimakasih padamu kiyoharu. Untung kau guru di sekolahnya. Laporkan saja padaku kalau anak itu berbuat macam-macam"
"ya"
Kiyoharu menutup telepon selularnya lalu memasukannya ke saku celana. Ia membereskan barang-barang yang berantakan di atas meja kerjanya sebelum pulang.
"Kiyo sensei, duluan ya!", ucap seorang wanita cantik berambut hitam lurus yang juga seorang guru.
Kiyoharu menganggukkan kepalanya sembari tersenyum. "hati-hati ada yang menggodamu di jalan yukie sensei", ujarnya setengah menggoda guru perempuan yang lebih muda darinya itu.
Guru yang dipanggil Yukie itu hanya menganggukan kepalanya tersenyum. Kelihatannya guru perempuan itu memang sedikit menaruh hati pada Kiyoharu dan Kiyoharu menyadari hal itu, makanya ia suka sekali menggodanya. Tapi tak ada rasa sedikitpun dalam diri Kiyoharu untuk menjadikannya wanita yang spesial. Ia hanya senang saat guru itu tersipu malu karena godaannya.
Di Usianya yang beberapa bulan lagi mencapai kepala empat. Kiyoharu masih memilih untuk sendiri. Tak ada keinginan untuk mempersunting seorang wanita dan membentuk keluarga yang bahagia. Karena wanita yang ingin ia jadikan sebagai teman hidupnya selama ini telah tiada.
###
Kiyoharu beranjak dari kamarnya menuju pintu rumah yang sudah ia tempati selama tiga tahun. Dengan ragu ia mulai membuka kunci pintunya. Siapa orang yang dengan berani mengganggu tidur nyenyaknya malam ini? Apalagi diluar hujan badai. Orang yang normal, saat seperti ini pastilah memilih memeluk guling di tempat tidur dengan selimut membuntel(?) daripada mengganggu tidur orang dan membuatnya ngedumel dalam hati.
"Ayumi?", Kiyoharu tertegun melihat sesosok wanita dengan basah kuyup berdiri di luar pintu. "masuklah!", Kiyoharu mempersilahkan wanita yang pernah jadi bagian dalam hatinya itu masuk. Dengan segera ia mengambil handuk lalu menyerahkannya pada wanita yang dipanggil Ayumi tadi.
Kiyoharu melihat matanya sembab. Wanita itu menangis. "ada apa? Apa yang terjadi?"
"aku melihatnya Kiyo"
"hah?", Kiyoharu mengangkat sebelah alisnya mencoba mencerna maksud sepenggal kata-kata dari wanita itu, sebenarnya Kiyoharu sudah dapat menebaknya karena ini bukan pertama kalinya wanita ini datang ke rumahnya sambil menangis. "melihat apa?"
Tubuh wanita itu bergetar, entah karena dingin setelah tubuhnya diguyur hujan ataukah karena menangis. Kiyoharu ingin memeluknya, ia sangat sangat ingin memeluk dan menenangkannya. Rasanya menyakitkan sekali karena ia tak bisa melakukan semua itu.
"aku sangat mencintainya Kiyo, sangat sangat mencintainya", Tangan wanita itu mencengkram kerah baju Kiyoharu erat. Wajahnya menyiratkan kalau dia begitu tersiksa saat ini. "aku mencintainya, begitu men... hiks.."
Kiyoharu hanya menatapnya, perkiraannya tentang masalah wanita di hadapannya itu benar. Walau tangannya terasa begitu gatal ingin sekali menyentuhnya, menghapus air mata yang mengalir dengan derasnya. Tapi ia tak bisa.
"tentang Gakuto lagi?"
Wanita itu menundukan kepalanya menenggelamkannya di dada Kiyoharu. Bahunya turun naik karena menangis tersedu-sedu. "a...hiks... Ap-apa yang harus aku lakukan hiks..."
Kiyoharu memberanikan diri mengusap rambut wanita yang basah kuyup di hadapannya. Ia tak bisa mengatakan apapun untuk menghiburnya, tak bisa mengatakan kalau dirinya akan selalu ada untuknya, tak bisa mengatakan untuk berpisahlah dengannya. Ia tau betul wanita ini begitu mencintai sahabatnya walaupun ia harus tersiksa. Mengatakan hal itu hanya akan membuat dia membenci dirinya.
Kiyoharu memegang kedua bahunya yang bergetar lalu sedikit menjauhkan wanita itu darinya. "tenangkan dirimu!, malam ini kau bisa menginap di sini kalau mau"
Wanita bernama Ayumi itu menggeleng pelan, "dia pasti akan marah kalau aku tak pulang"
Kiyoharu mengerti lalu ia menyuruh wanita itu untuk duduk di sofa. Memberinya secangkir teh hangat dan baju ganti karena khawatir kalau berlama-lama memakai bajunya yang basah kuyup dia akan sakit.
"Kiyo.. sampai kapan aku akan mampu bertahan?", gumam wanita itu.
Kiyoharu berjongkok berhadapan dengan wanita yang terduduk di sofanya. "sampai kau memutuskan ingin menyerah. alasanmu bertahan selama ini?"
"aku mencintainya"
Kiyoharu tersenyum kecut. "sekalipun dia menghianati dan menyakitimu?"
Wanita itu kembali mengucurkan air mata di pipinya lebih deras, "demi Aggy. Aku bertahan demi Aggy kecilku"
@@@
"sei"
Kiyoharu sedikit tersentak. "i-iya, eh a-ada apa Hyde sensei?", tanyanya sedikit tergagap.
"kau melamun Kiyo sensei?"
"hha, tidak. Aku hanya melamun saja"
"ooh kirain melamun"
"......"
Seketika itu juga tawa mereka terpecah. Lalu kembali bersikap tenang seperti biasa. "hei, bukankah itu muridmu yang bandel itu?", Ujar Hyde sensei sambil menunjuk keluar jendela ruang guru. Kiyoharu melihat dua murid kesayangannya di luar sana. "penampilannya saja seperti itu. Dasar anak jaman sekarang. Bisa-bisanya anak seperti itu masih dipertahankan sekolah di sini. Pasti pengaruh kekuasaan orang tuanya. Zaman sekarang memang begitu kan?"
Kiyoharu hanya menanggapi kata-kata teman sepekerjaannya dengan senyuman. Mereka semua tak tahu Aggy, makanya bicara seenaknya. Tapi Kiyoharu... Dia begitu mengenal anak itu. Anak yang terlahir dari rahim wanita pujaannya.
@@@
"sudahlah! Ini bukan apa-apa untukku!"
"tapi ini harus mendapatkan perawatan lho. Kalau tidak, bisa infeksi. Berterimakasihlah pada ketua kelasmu itu, karena membawamu kesini", Ujar Saga sang dokter sekolah yang cuantik sambil mengobati luka-luka di tangan Aggy. Leda duduk di kursi di belakang Saga sambil melihat Aggy diobati. Aggy jadi canggung dibuatnya. "kau sering bergadang ya?", tanyanya Saga tiba-tiba.
"kenapa memangnya?"
"matamu merah, tapi tubuhmu tak bau minuman atau obat-obatan. Itu tandanya kau kurang tidur. Dan lukamu ini... Seperti luka jatuh dari kendaraan. Kau nge-trek malam-malam ya?"
Aggy menepis tangan Saga yang tengah mengobati luka-lukanya. "BUKAN URUSANMU!!
"ckckck... Ok, bukan urusanku! Aku juga tak memaksamu untuk menajawabnya. Santai saja~ rileks.. Rileks.."
Aggy mendengus. Sensei di hadapannya ini benar-benar sok tahu. Walau apa yang dikatakannya memang benar tapi tetap saja menyebalkan.
"gawat!", Ujar Saga tiba-tiba berdiri.
"ada apa sei?", tanya Leda heran. Aggy hanya menatap sensei cantik itu dengan sinis.
"kebelet hhe... Ditinggal dulu ya. Darurat! Kalian tunggu saja disini!" Lalu Saga ngibrit keluar ruangan dengan tergesa-gesa. Leda dan Aggy sweatdrop.
Kini tinggal mereka berdua yang berada di ruangan UKS itu. Aggy sedikit canggung tak tau harus membicarakan apa dengan Leda. Padahal selama ini ia sudah sering berduaan dengan ketua kelasnya itu di atap sekolah. Mungkin karena kali ini keadaannya sedikit berbeda ya? Atap sekolah adalah tempat terbuka sedangkan UKS ini? Ruangan yang sempit dan tertutup. Membuat Aggy gugup.
"aku kembali ke kelas", Leda berdiri dari duduknya.
ah, sial...
"tadi aku meninggalkan anak-anak yang lain dan Wakeshima di kelas untuk piket, sepertinya aku kelamaan pergi", Ujarnya kembali nyengir seakan sengaja menggoyahkan keteguhan Aggy.
Wakeshima...
"ada hubungan apa kau dengan gadis itu?", tak terasa lidah Aggy mengucapkan pertanyaan apa yang ada dalam hatinya.
"apa?"
"eu.. Maksudku...", Aggy gelagapan
"haha tidak ada apa-apa kok! Kami tak lebih dari ketua kelas dan sekertarisnya", jawab Leda enteng sambil menggaruk-garuk belakang kepalanya. "kenapa? Sepertinya kau cemburu setiap melihat kami dekat. Bahkan kemarin pun..."
a-apa? Dia...
keringat dingin mengucur di pelipis Aggy. "tapi kami sungguh tidak ada apa-apa kok!", Leda berusaha meyakinkan Aggy.
Aggy serasa melambung tinggi. Harus bahagiakah ia karena Leda bersikeras meyakinkannya kalau dia tidak ada apa-apa dengan gadis itu. Dan itu sudah cukup bagi Aggy untuk tidak mengkhawatirkannya lagi.
"kau menyukai Wakeshima?"
Dan saat itu juga Aggy merasa serasa terjatuh dari puncak Tokyo Tower. GUBRAK!
Aggy sadar ia terlalu berharap banyak. Saat seorang laki-laki merasa cemburu melihat dua makhluk hidup laki-laki dan perempuan begitu dekat. Orang normal pastilah menebak dengan yakin bahwa laki-laki itu menyukai anak perempuannya. Dan itu juga yang dilakukan Leda, bahkan mungkin semua orang juga akan beranggapan seperti itu. Jadi Aggy tak bisa menyebut ketua kelasnya itu lemot atau tak peka karena memang seperti itulah seharusnya. Namun dunia Aggy berbeda, ia telah memasuki dunianya yang tak normal dan Aggy selalu sadar akan hal itu.
"sejak kapan kau menyukainya?", tanya Leda polos
Aggy menatapnya dingin, "diam!"
Leda tersenyum. Ia menyadari pertanyaan yang ia ajukan adalah pertanyaan pribadi. Tak semua orang mau membagi masalah mereka dengan orang lain. Apalagi kalau orang itu adalah orang jauh seperti dirinya dan Aggy.
to@be@continued...
rated : T *bisa berubah kalau Author pengen*
genre : romance/ school/ BL dkk
fandom(s) : Deluhi...*yang lain numpang lewat doank*
pairing(s) : AggyXLeda *gyaa~*
chapter : 2
warning : bayangin Aggynya yang lagi di Revolver blast!!
"### -> flashback"
"@@@ -> sekarang" ^^)v
Summary :forbidden fruit is sweetest... Perasaanku padamu adalah sebuah dosa, namun terasa begitu manis
note : wawawawawawawawawawawa!!! *BUAKH*
@@@
Aggy membuka matanya perlahan. Hamparan langit jingga yang luas adalah pemandangan pertama yang tampak saat Aggy mengangkat tirai-tirai matanya. Begitu indah, kekuasaan Tuhan.
Aggy bangkit dari tidurnya. Tampaknya sekolah mulai sepi. Ia menyempatkan diri menilik benda kecil berdetik yang melingkar di pergelangan tangannya.
Jam 5 sore?
Waktu terasa begitu cepat berputar. Mungkin karena Aggy terlalu nyenyak tertidur. Ia bangkit berdiri lalu sedikit menggeliat untuk merilekskan anggota-anggota tubuhnya. Berjongkok mengambil tas gendong serba hitamnya yang tergeletak tak berdaya di lantai lalu mulai melangkahkan kakinya menuju tangga.
Tiba-tiba langkah Aggy terhenti. Terasa ada sesuatu yang sedikit mengganjal di pikirannya. Jari-jari tangan kanan Aggy menyentuh bagian bawah bibirnya perlahan.
apa ini? Rasanya tadi...
Aggy terdiam beberapa saat dengan pikiran-pikiran kotor berputar-putar di otaknya. Ia menyeringai menggeleng-gelengkan kepala menyangkal semua yang mengganjal dipikirannya.
sialan, aku mulai bermimpi aneh-aneh...
@@@
BRAK!
Semua mata anak-anak yang ada di kelas 2D tertuju ke bangku di pojokan kelas. Aggy berdiri dari bangkunya setelah membuat teman-temannya terperanjat kaget, dengan tiba-tiba menggebrak meja.
Kelas yang sedikit ribut mendadak hening. Tak ada satupun yang berani berkomentar maupun bertanya apa yang terjadi sekarang ini pada Aggy. Mereka tak mau ikut campur ataupun berurusan dengan teman sekelas mereka yang sedikit(?) bermasalah itu. Bisa-bisa akibatnya fatal. Setidaknya itu menurut anggapan mereka.
"Ag-Aggy... Ada apa?"
Aggy melempar tatapan dingin penuh hawa membunuhnya pada Sujk yang telah mengerahkan segenap jiwa raga untuk memberanikan diri angkat bertanya. Membuat keberanian Sujk yang telah ia pupuk selama ini menciut seketika. Sujk tak berani lagi melemparkan pertanyaan ke dua dan ke tiga. Ia lebih memilih merapatkan mulutnya sekarang.
Aggy menatap lekat-lekat dua makhluk yang juga tengah memandangnya dari depan kelas. Perasaan Aggy panas, gelisah dan kacau. Apalagi saat anak-anak sekelas menyoraki mereka dan bersuit-suit gak penting. Membuat Aggy benar-benar terusik. Rasanya ia ingin melempar dan menghancurkan semua barang-barang yang ada di kelasnya. Ia bisa, tapi Aggy masih memikirkan biaya yang harus ia tanggung nanti untuk mengganti rugi.
Kini mata Aggy hanya terfokus pada satu orang saja. Bukan dua orang lagi. Ia menatap lekat-lekat anak laki-laki berparas manis itu. Anak laki-laki yang selama beberapa hari ini seperti menghindarinya. Tak ada senyuman, sapaan, apalagi menjemput Aggy di atap sekolah seperti yang biasa ia lakukan. Aggy kecewa, ia tak tahan kalau sehari saja tak melihat senyuman anak laki-laki itu. Aggy selalu gelisah, apa ia telah berbuat kesalahan? Anak laki-laki itu hanya balas memandang Aggy dengan penuh rasa heran.
cukup! jangan memandangku seperti itu!
Aggy menarik tasnya kasar dari atas meja. Lalu ia melangkahkan kakinya beranjak menuju pintu keluar. Semua mata anak-anak di kelas setia mengikuti setiap gerak dan langkah Aggy. Mereka sedikit tersentak saat Aggy tiba-tiba menendang bangku yang ada di depan kelas dan menatap mereka dengan tatapan dingin satu persatu. Serentak anak-anak di kelas mengalihkan pandangan mereka ke arah lain.
"Aggy san, Kiyoharu sensei sebentar lagi datang. Kembalilah ke bangkumu!", ucap Leda menghalangi, terkesan memerintah Aggy namun secara halus.
Aggy tak menggubris kata-kata ketua kelas kesayangannya itu lalu melanjutkan langkahnya. Saat sedang dilanda amarah seperti sekarang ini, tak akan ada yang bisa menghentikan kehendak Aggy sekalipun orang itu adalah Leda.
"Aggy san!", Leda mencengkram lengan baju Aggy bermaksud menghentikan langkahnya.
"BERISIK!!"
DUK
"haaaaaaaaa??"
semua mata anak-anak di kelas terbelalak. Anak-anak perempuan menutup mulut mereka yang membulat mengantisipi tak ada lalat yang masuk. Selama ini mereka tak pernah melihat Aggy secara langsung memukul orang mereka hanya sering mendengar saja.
Mata Aggy membulat sempurna menatap sang ketua kelas tertunduk di hadapannya. Leda menutupi hidungnya yang berdarah?
a-apa yang....
"Leda kun!", teriak seorang perempuan cantik bangkit berdiri tepat dari bangku di samping bangku Leda. Ia menghampiri Leda dengan tergesa-gesa. "daijoubu ka?", lalu ia menempelkan sapu tangannya membersihkan darah dari hidung Leda.
"cih"
Aggy kembali menendang pintu kelas sebelum keluar. Membuat teman-teman sekelasnya kembali jantungan.
Kelas mendadak berisik dan ribut setelah Aggy lenyap. Mereka saling bertanya dan membicarakan Aggy. Apalagi soal tontonan mereka barusan di depan kelas antara anak badung dan ketua kelasnya.
Leda kembali ke bangkunya dengan seorang perempuan memapah, "apa-apaan dia itu? Kita harus melaporkannya ke wali kelas", gerutu perempuan yang memapah Leda. "Leda kun, tidak apa-apa? Sebaiknya ke UKS saja, aku antar ya?", tanyanya dengan wajah khawatir yang terkesan berlebihan. Namun itulah perasaannya.
"tidak apa, wakeshima san jangan anggap aku selemah itu hha", jawab Leda sambil mendudukan dirinya di bangku. Ia merubah mimik mukanya lebih ceria untuk meyakinkan perempuan itu kalau dia baik-baik saja.
Kanon wakeshima nama lengkapnya. Perempuan manis berambut panjang coklat terang dengan poni cantik menutupi keningnya. Dia adalah sekertaris di kelas 2D.
Akhir-akhir ini Leda memang dekat dengan sekertarisnya itu. Sampai membuat teman-teman sekelas menyimpulkan seenak udelnya kalau mereka sepasang kekasih. Leda sudah terbiasa dan tak menghiraukan setiap suit'an ataupun sindiran dari teman-teman sekelasnya saat ia harus berada dekat dengan sekertaris cantiknya itu. Lagipula hubungan mereka memang hanya sebatas antara ketua kelas dan sekertaris, (kalau bisa lebih dari itu ya Leda bersyukurT.T). Apalagi akhir-akhir ini mereka selalu disibukan mendiskusikan perlombaan antar kelas yang diadakan sekolah untuk festival.
"ah iya ya, aku terlalu berlebihan. Bagi laki-laki ini hal yang kecil ya"
Leda tersenyum, "hmm.. Tidak apa-apa, aku berterimakasih Wakeshima san sudah mengkhawatirkanku", Leda kembali menyimpulkan senyuman di wajahnya membuat sekertaris yang duduk di sampingnya menundukan kepala menutupi rona merah yang menghiasi kedua pipinya.
"suit... suit..."
@@@
Aggy terduduk lesu bersandar di samping tempat tidurnya. Lagi-lagi malam ini keberuntungan enggan menghinggapi hingga menambah catatan kekalahan di list nge-treknya. Hanya luka-luka di tangan dan kaki yang ia dapatkan dari hasil treknya kali ini.
ini hukuman untukku...
Aggy tak bisa berhenti memikirkan kejadian tadi siang saat perasaannya benar-benar kacau dan justru melukai seseorang yang harusnya ia lindungi. Bahkan selama ini Aggy tak pernah berani menyentuh kesucian kulit putih itu, walau hasratnya kadang terasa menggerogoti untuk menjamahnya, tapi Aggy tau diri, ia kotor. sekalinya ia menyentuh, Aggy malah melukainya. Saat dia tertunduk ingin Aggy memeluknya dan meminta maaf. Namun hal seperti itu tak mudah untuk dilakukan Aggy.
Aggy tak bisa menahan rasa kesalnya saat ia melihat perempuan itu duduk di sampingnya, begitu dekat. Setiap senyuman yang tersimpul di wajah mereka hanya membuat Aggy sesak. Aggy tak tahan kalau harus setiap hari berada dalam ruang kelas yang mempertontonkan penyiksaan batinnya seperti itu. Karena itu, ia panas dan tak bisa lagi menahan emosinya.
Tapi bukan berarti Aggy pantas melukai orang yang telah membuatnya kacau itu. Aggy mengutuk tangannya sendiri. Dan ia telah mendapatkan hukumannya sekarang. Darah yang keluar dari luka-luka itu adalah balasan atas perbuatan yang telah dilakukan tangannya. Walau Aggy merasa itu belumlah cukup.
Drrt... Drrt...
Aggy merogoh saku celananya setelah dia rasa ada sesuatu yang bergetar di sana. Aggy menyempatkan diri untuk menengok layar hapenya memeriksa nomor yang telah membuat hapenya bergetar.
Tak dikenal.
Aggy tak mengenal nomor telepon yang tertera di layar hapenya (ataukah lupa?). Lalu ia melemparkan telepon selular yang dirasa telah mengganggunya ke atas tempat tidur.
Bunyi yang ditimbulkan getaran handphone itu tak kunjung berhenti. Sekalipun berhenti selalu dan selalu bergetar kembali. Aggy mematikan handphonenya lalu merebahkan diri di atas tempat tidur. Mengosongkan pikiran yang selalu dipenuhi beban dan sebentuk wajah yang tak bisa ia hilangkan dari pikirannya. Rasa sakit di tubuhnya tak Aggy rasakan, hal kecil seperti ini bukanlah merupakan sesuatu yang pantas Aggy ringisi dan keluhkan. Sudah terlalu sering tubuhnya di sapa rasa-rasa sakit yang bermacam perihnya. Membuat saraf-saraf rangsangan nyerinya seakan tak berfungsi. Mungkin sudah terlalu kebal.
@@@
"minta maaf!"
Aggy menatap dingin pada wali kelasnya yang sedari tadi memaksanya meminta maaf pada Leda di depan kelas. Tentang apa lagi kalau bukan tentang kemarin.
"sudahlah sei, aku tidak apa-apa. Lagipula sepertinya Aggy san tidak sengaja menyikutku waktu itu. Dia hanya berusaha menepis tanganku tapi kena ke hidungku", terang Leda menjelaskan kejadian kemarin.
bodoh!
"tetap saja dia harus minta maaf!"
benar...
Kiyoharu menggeplakan bukunya ke bagian belakang kepala Aggy, "jangan bengong saja kau, ayo minta maaf!"
Aggy mendengus. Ia tau harus minta maaf tapi bukan di depan teman-teman sekelasnya seperti sekarang ini. Semua mata menatapnya dengan penuh harap. Walau mereka tau seorang Aggy yang itu mana mungkin mau mengucapkan kata maaf seenteng itu dari mulutnya.
"sungguh aku tidak..."
"MAAF!"
Aggy beranjak keluar kelas dengan sedikit langkahnya tertatih setelah mengucapkan kata-kata yang menyimpang dari kamusnya. Ia tak menghiraukan panggilan-panggilan dari wali kelasnya yang menyuruhnya untuk berhenti dan melarangnya keluar kelas karena jam pelajaran belum selesai.
Semua anak-anak di kelas shock dan kembali ribut membincangkan satu kata maaf dari Aggy. Mereka tak mengira akan mendengar kata-kata terlarang bagi Aggy itu secara cuma-cuma.
@@@
Bel pulang telah berbunyi, semua anak-anak kelas 2D berbondong-bondong keluar kelas kecuali anak-anak yang mendapatkan tugas piket hari ini, karena di halangi Kanon. Walau sebagian ada yang terpaksa dan ngedumel dalam hati tapi apa boleh buat, daripada mendapatkan omelan-omelan perempuan cantik nan cerewet itu.
"hei, kami selalu dipaksa untuk piket. Lalu bagaiamana dengan si Aggy itu? Dia belum pernah piket satu kalipun", protes seorang anak laki-laki berambut pirang. Yang kebetulan tak sempat kabur dari cegatan Kanon.
"iya, Aki benar! Bagaiamana itu?", Mao ikut mendukung protes Temannya. Semua anak-anak yang mendapatkan tugas piket hari ini jadi saling mengeluh dan protes.
"kalian! Dia kan jarang di kelas sampai jam pelajaran terakhir. Kalian tau sendirikan? Sekarang juga dia gak ada kan? Mau menyuruhnya bagaimana?", Kanon menegaskan membela kehormatannya sebagai sekertaris.
"ya sudah, suruh dia piket pagi hari saja! Berani tidak?", anak bernama Aki nyerocos tanpa disadari sekertaris kelasnya tengah memelototinya.
Leda hanya mendengarkan protes teman-temannya sambil duduk di bangku guru. Bibirnya menyunggingkan senyum tipis melihat mereka cekcok seperti anak kecil saja. Apalagi disaat seperti ini, ia bisa melihat sisi lain dari sekertarisnya yang berwajah manis itu, sangat cerewet dan galak. Leda terkekeh lalu ia melihat daftar piket siapa-siapa saja yang piket hari ini.
Aggy.
Leda menghela nafasnya, ternyata memang Aggy piket hari ini.
"sepertinya aku tau dimana Aggy sekarang", kata-kata Leda membuat anak-anak yang sedang cekcok dengan kanon berhenti. "Wakeshima san tolong pantau dulu kelas ini. Aku akan segera kembali"
"he? Tapi apa tidak apa-apa?", tanya Kanon khawatir.
Leda menganggukan kepalanya lalu keluar dari kelas. Ia yakin Kalau saja Aggy belum pulang sudah pasti ia di tempat itu.
Leda memegangi hidungnya yang masih terasa sakit sambil menaiki satu persatu anak-anak tangga menuju atap sekolah. Langkahnya melambat. Ada rasa ragu dalam dirinya, jujur saja Leda masih merasa canggung bahkan mungkin sedikit takut untuk berhadapan dengan Aggy sejak waktu itu. Makanya dia sedikit menghindar, bukan benci tapi canggung. Walaupun Leda kurang yakin orang yang bersangkutan menyadari perbuatan tidak senonohnya.
Mata Leda menangkap sesosok makhluk yang ia cari tengah terduduk di lantai dengan kedua tangan sedikit ke belakang menyangga berat badannya sambil mengangkat wajah melihat langit.
Leda telah sampai di atap namun enggan untuk mendekati Aggy. Ia melihat wajah Aggy memancarkan sedikit cahaya, mungkin karena panas dan cahaya matahari menerpa wajah dan tubuhnya.
Aggy menoleh lsedikit mengedip-ngedipkan kelopak matanya dengan ritme cepat. Lalu ia menggosok-gosokan punggung tangan ke kedua matanya. Leda mengerti, mungkin ia terlalu lama menatap langit yang cerah dan sinar matahari. hingga matanya terasa gelap saat melihat ke sekitarnya.
Leda mendekat ke samping Aggy yang terduduk di lantai lalu ia berjongkok. "Aggy san, kau piket hari ini"
Aggy mengernyitkan dahinya, "piket? Tak ada kata piket dalam kamusku", ujar Aggy santai lalu mengarahkan pandangnya ke sekitar. Tak sanggup memandang mata makhluk manis itu lebih dari satu detik. Sebenarnya Aggy sedikit kaget sekaligus senang karena ketua kelas yang selama ini agak menghindarinya ternyata masih mau datang ke tempat ini menemuinya.
Leda ikut mendudukan dirinya di samping Aggy sambil bersila menghadap teman sekelasnya yang susah diatur itu. Leda sedikit memiringkan wajahnya mencoba mendapat perhatian Aggy agar ia mau menatapnya.
"ada apa?", tanya Aggy ketus karena merasa dirinya diperhatikan.
"kau berkelahi lagi Aggy san?", Leda balik bertanya karena melihat ada luka-luka dan memar di tangan Aggy.
"bukan urusanmu!"
"urusanku!"
"bukan!"
"iya!"
Aggy mengangkat sebelah alisnya. "apa hubungannya denganmu?"
"karena aku ketua kelasmu"
Aggy mendengus. Inilah yang ia sukai dari seorang Leda. Percakapan yang ringan namun membuat Aggy senangnya bukan main, karena beberapa hari kebelakang ia tak mendapatkan pecakapan manis seperti ini. Seandainya ia tak punya malu dan mengabaikan gengsinya yang segede gunung fuji. Ia akan berjingkrak seperti anak kecil mengangkat sebelah tangannya lalu mengangkat ketua kelasnya itu tinggi-tinggi. Tapi ia sadar hal seperti itu tak sepantasnya ia lakukan.
"mau ke UKS?", tawar Leda
"cis, aku tak selembek dirimu! Kena sikut saja meringis"
Aggy menggerutu dalam hati, dan mengutuk lidahnya yang selalu mengucapkan kata-kata yang tak sesuai dengan isi hatinya.
"hha... Jadi kau benar-benar sengaja menyikutku heh?"
baka! aku akan memenggal kepalaku sendiri kalau melakukan itu
"kenapa kau menyukai kekerasan? Sebenarnya apa alasanmu untuk berkelahi?", tanya Leda santai seperti tak ada beban dalam dirinya saat menanyakan itu.
"tak ada!", jawab Aggy singkat.
"apa menyenangkan membuat semua orang takut padamu?"
Aggy terdiam beberapa saat, "itu keren"
"hahaha..."
Aggy hanya melirik Leda dengan ekor matanya saat tiba-tiba tawa ketua kelasnya itu terpecah.
"kau lucu juga Aggy san,hha"
apanya yang lucu?
"kau bisa mengajariku berkelahi?"
"he?"
"hha.. Aku hanya bercanda"
Aggy kembali mendengus. Namun hatinya benar-benar bahagia sekarang ini. Ia berterima kasih pada Tuhan karena diberi kesempatan untuk melewati hari ini. "aku sudah menduganya, orang sepertimu pasti tak pernah mengecap bagaimana nikmatnya memukul orang"
"apa maksudmu orang sepertiku? aku hanya selalu memikirkan akibat sebelum bertindak", Leda ngeles sedikit nyengir.
gila...Aaargh!
Aggy membuang muka, memalingkan wajahnya dari Leda dengan tangan memegangi dadanya. Jantungnya benar-benar berpacu seperti pacuan kuda. Sedikit cengiran darinya saja sudah membuat Aggy goyah. Aggy benar-benar dalam keadaan bahaya kalau ketua kelasnya itu sering-sering memperlihatkan cengiran yang menggoda keteguhannya itu.
"ah aku keenakan!", Leda bicara pada dirinya sendiri setelah melihat jam ditangannya, kemudian ia bangkit berdiri.
keenakan?... Bersamaku, keenakan?
"Aggy san..."
"Aggy!"
Leda mengernyitkan dahinya, "baiklah, Aggy.. Karena sepertinya kau sedang terluka. Aku mengijinkanmu untuk tidak piket hari ini tapi tidak minggu depan!"
Aggy diam tak menghiraukan peringatan ketua kelasnya itu. Ia sedikit kesal karena kebersamaannya bersama makhluk hidup kesayangannya itu begitu singkat.
"oh ya, aku tau kejelekanmu sekarang!"
"hah?", Aggy sedikit mengangkat wajahnya untuk melihat wajah Leda yang kini tengah berdiri, "semua orang juga tau kejelekanku"
"tidak! Kebejadan Ini, hanya aku yang tau. Mungkin....", Leda tampak sedikit berpikir.
"kebejadan apa maksudmu?"
"kau benar-benar tidak ingat?", Leda tak menggubris pertanyaan Aggy malah balik bertanya dengan mimik wajah senang.
"apa-apaan kau itu?", Aggy sedikit bingung dengan pernyataan ketua kelasnya. Leda menghela nafas lega karena sepertinya ia tidak perlu lagi mengkhawatirkan hal yang sedikit mengganggu pikirannya akhir-akhir ini. aggy hanya memperhatikannya tanpa berkomentar.
"aku kembali ke kelas", ucap Leda sesaat sebelum meninggalkan Aggy.
jangan...
Leda menghentikan langkahnya lalu menoleh, "kau bilang sesuatu?"
"tidak"
Leda tampak bingung, ia sedikit mengaruk-garuk belakang kepalanya. Lalu kembali meneruskan langkahnya untuk menuruni tangga dengan agak ragu.
Aggy menatap punggung ketua kelasnya semakin menjauh dan menghilang menuruni tangga. Aggy selalu dikagetkan karena sepertinya anak laki-laki itu seakan mengetahui dan dapat mendengar isi hatinya.
Leda
Aggy menerawang ke langit luas. Setiap hatinya menyebut nama itu maka dapat dipastikan jantungnya berdetak tak beraturan. Terasa ada perasaan menyesakan dan wajahnya serasa terbakar.
"Leda... Leda.. Leda.. Leda.. Leda.. Leda.. Leda..", Aggy menggumamkan nama kesayangannya sambil memejamkan mata. Membiarkannya meresap ke setiap rongga hatinya. Hati Aggy begitu meninggikan anak laki-laki itu. Ia terlalu menyayanginya. Tapi Aggy tak bisa menghentikan perasaan sekaligus dosa yang terlanjur membawanya mengecap manisnya hidup. "Leda.. leda.. leda.."
"ya?"
Aggy membuka matanya. Ia terperanjat kaget Leda tiba-tiba kembali berdiri di hadapannya.
"ke-.... a-apa yang kau lakukan disini?", Tanya Aggy sedikit gugup sambil bangkit berdiri.
"ada apa dengan namaku?", tanya Leda cengok.
@@@
"ya, dia masuk sekolah hari ini"
"aku menelponnya tadi malam, tapi anak itu malah menon aktifkan handphonenya"
"kau tenang saja, aku akan selalu menjaga dan memantaunya"
"yah, aku berterimakasih padamu kiyoharu. Untung kau guru di sekolahnya. Laporkan saja padaku kalau anak itu berbuat macam-macam"
"ya"
Kiyoharu menutup telepon selularnya lalu memasukannya ke saku celana. Ia membereskan barang-barang yang berantakan di atas meja kerjanya sebelum pulang.
"Kiyo sensei, duluan ya!", ucap seorang wanita cantik berambut hitam lurus yang juga seorang guru.
Kiyoharu menganggukkan kepalanya sembari tersenyum. "hati-hati ada yang menggodamu di jalan yukie sensei", ujarnya setengah menggoda guru perempuan yang lebih muda darinya itu.
Guru yang dipanggil Yukie itu hanya menganggukan kepalanya tersenyum. Kelihatannya guru perempuan itu memang sedikit menaruh hati pada Kiyoharu dan Kiyoharu menyadari hal itu, makanya ia suka sekali menggodanya. Tapi tak ada rasa sedikitpun dalam diri Kiyoharu untuk menjadikannya wanita yang spesial. Ia hanya senang saat guru itu tersipu malu karena godaannya.
Di Usianya yang beberapa bulan lagi mencapai kepala empat. Kiyoharu masih memilih untuk sendiri. Tak ada keinginan untuk mempersunting seorang wanita dan membentuk keluarga yang bahagia. Karena wanita yang ingin ia jadikan sebagai teman hidupnya selama ini telah tiada.
###
Kiyoharu beranjak dari kamarnya menuju pintu rumah yang sudah ia tempati selama tiga tahun. Dengan ragu ia mulai membuka kunci pintunya. Siapa orang yang dengan berani mengganggu tidur nyenyaknya malam ini? Apalagi diluar hujan badai. Orang yang normal, saat seperti ini pastilah memilih memeluk guling di tempat tidur dengan selimut membuntel(?) daripada mengganggu tidur orang dan membuatnya ngedumel dalam hati.
"Ayumi?", Kiyoharu tertegun melihat sesosok wanita dengan basah kuyup berdiri di luar pintu. "masuklah!", Kiyoharu mempersilahkan wanita yang pernah jadi bagian dalam hatinya itu masuk. Dengan segera ia mengambil handuk lalu menyerahkannya pada wanita yang dipanggil Ayumi tadi.
Kiyoharu melihat matanya sembab. Wanita itu menangis. "ada apa? Apa yang terjadi?"
"aku melihatnya Kiyo"
"hah?", Kiyoharu mengangkat sebelah alisnya mencoba mencerna maksud sepenggal kata-kata dari wanita itu, sebenarnya Kiyoharu sudah dapat menebaknya karena ini bukan pertama kalinya wanita ini datang ke rumahnya sambil menangis. "melihat apa?"
Tubuh wanita itu bergetar, entah karena dingin setelah tubuhnya diguyur hujan ataukah karena menangis. Kiyoharu ingin memeluknya, ia sangat sangat ingin memeluk dan menenangkannya. Rasanya menyakitkan sekali karena ia tak bisa melakukan semua itu.
"aku sangat mencintainya Kiyo, sangat sangat mencintainya", Tangan wanita itu mencengkram kerah baju Kiyoharu erat. Wajahnya menyiratkan kalau dia begitu tersiksa saat ini. "aku mencintainya, begitu men... hiks.."
Kiyoharu hanya menatapnya, perkiraannya tentang masalah wanita di hadapannya itu benar. Walau tangannya terasa begitu gatal ingin sekali menyentuhnya, menghapus air mata yang mengalir dengan derasnya. Tapi ia tak bisa.
"tentang Gakuto lagi?"
Wanita itu menundukan kepalanya menenggelamkannya di dada Kiyoharu. Bahunya turun naik karena menangis tersedu-sedu. "a...hiks... Ap-apa yang harus aku lakukan hiks..."
Kiyoharu memberanikan diri mengusap rambut wanita yang basah kuyup di hadapannya. Ia tak bisa mengatakan apapun untuk menghiburnya, tak bisa mengatakan kalau dirinya akan selalu ada untuknya, tak bisa mengatakan untuk berpisahlah dengannya. Ia tau betul wanita ini begitu mencintai sahabatnya walaupun ia harus tersiksa. Mengatakan hal itu hanya akan membuat dia membenci dirinya.
Kiyoharu memegang kedua bahunya yang bergetar lalu sedikit menjauhkan wanita itu darinya. "tenangkan dirimu!, malam ini kau bisa menginap di sini kalau mau"
Wanita bernama Ayumi itu menggeleng pelan, "dia pasti akan marah kalau aku tak pulang"
Kiyoharu mengerti lalu ia menyuruh wanita itu untuk duduk di sofa. Memberinya secangkir teh hangat dan baju ganti karena khawatir kalau berlama-lama memakai bajunya yang basah kuyup dia akan sakit.
"Kiyo.. sampai kapan aku akan mampu bertahan?", gumam wanita itu.
Kiyoharu berjongkok berhadapan dengan wanita yang terduduk di sofanya. "sampai kau memutuskan ingin menyerah. alasanmu bertahan selama ini?"
"aku mencintainya"
Kiyoharu tersenyum kecut. "sekalipun dia menghianati dan menyakitimu?"
Wanita itu kembali mengucurkan air mata di pipinya lebih deras, "demi Aggy. Aku bertahan demi Aggy kecilku"
@@@
"sei"
Kiyoharu sedikit tersentak. "i-iya, eh a-ada apa Hyde sensei?", tanyanya sedikit tergagap.
"kau melamun Kiyo sensei?"
"hha, tidak. Aku hanya melamun saja"
"ooh kirain melamun"
"......"
Seketika itu juga tawa mereka terpecah. Lalu kembali bersikap tenang seperti biasa. "hei, bukankah itu muridmu yang bandel itu?", Ujar Hyde sensei sambil menunjuk keluar jendela ruang guru. Kiyoharu melihat dua murid kesayangannya di luar sana. "penampilannya saja seperti itu. Dasar anak jaman sekarang. Bisa-bisanya anak seperti itu masih dipertahankan sekolah di sini. Pasti pengaruh kekuasaan orang tuanya. Zaman sekarang memang begitu kan?"
Kiyoharu hanya menanggapi kata-kata teman sepekerjaannya dengan senyuman. Mereka semua tak tahu Aggy, makanya bicara seenaknya. Tapi Kiyoharu... Dia begitu mengenal anak itu. Anak yang terlahir dari rahim wanita pujaannya.
@@@
"sudahlah! Ini bukan apa-apa untukku!"
"tapi ini harus mendapatkan perawatan lho. Kalau tidak, bisa infeksi. Berterimakasihlah pada ketua kelasmu itu, karena membawamu kesini", Ujar Saga sang dokter sekolah yang cuantik sambil mengobati luka-luka di tangan Aggy. Leda duduk di kursi di belakang Saga sambil melihat Aggy diobati. Aggy jadi canggung dibuatnya. "kau sering bergadang ya?", tanyanya Saga tiba-tiba.
"kenapa memangnya?"
"matamu merah, tapi tubuhmu tak bau minuman atau obat-obatan. Itu tandanya kau kurang tidur. Dan lukamu ini... Seperti luka jatuh dari kendaraan. Kau nge-trek malam-malam ya?"
Aggy menepis tangan Saga yang tengah mengobati luka-lukanya. "BUKAN URUSANMU!!
"ckckck... Ok, bukan urusanku! Aku juga tak memaksamu untuk menajawabnya. Santai saja~ rileks.. Rileks.."
Aggy mendengus. Sensei di hadapannya ini benar-benar sok tahu. Walau apa yang dikatakannya memang benar tapi tetap saja menyebalkan.
"gawat!", Ujar Saga tiba-tiba berdiri.
"ada apa sei?", tanya Leda heran. Aggy hanya menatap sensei cantik itu dengan sinis.
"kebelet hhe... Ditinggal dulu ya. Darurat! Kalian tunggu saja disini!" Lalu Saga ngibrit keluar ruangan dengan tergesa-gesa. Leda dan Aggy sweatdrop.
Kini tinggal mereka berdua yang berada di ruangan UKS itu. Aggy sedikit canggung tak tau harus membicarakan apa dengan Leda. Padahal selama ini ia sudah sering berduaan dengan ketua kelasnya itu di atap sekolah. Mungkin karena kali ini keadaannya sedikit berbeda ya? Atap sekolah adalah tempat terbuka sedangkan UKS ini? Ruangan yang sempit dan tertutup. Membuat Aggy gugup.
"aku kembali ke kelas", Leda berdiri dari duduknya.
ah, sial...
"tadi aku meninggalkan anak-anak yang lain dan Wakeshima di kelas untuk piket, sepertinya aku kelamaan pergi", Ujarnya kembali nyengir seakan sengaja menggoyahkan keteguhan Aggy.
Wakeshima...
"ada hubungan apa kau dengan gadis itu?", tak terasa lidah Aggy mengucapkan pertanyaan apa yang ada dalam hatinya.
"apa?"
"eu.. Maksudku...", Aggy gelagapan
"haha tidak ada apa-apa kok! Kami tak lebih dari ketua kelas dan sekertarisnya", jawab Leda enteng sambil menggaruk-garuk belakang kepalanya. "kenapa? Sepertinya kau cemburu setiap melihat kami dekat. Bahkan kemarin pun..."
a-apa? Dia...
keringat dingin mengucur di pelipis Aggy. "tapi kami sungguh tidak ada apa-apa kok!", Leda berusaha meyakinkan Aggy.
Aggy serasa melambung tinggi. Harus bahagiakah ia karena Leda bersikeras meyakinkannya kalau dia tidak ada apa-apa dengan gadis itu. Dan itu sudah cukup bagi Aggy untuk tidak mengkhawatirkannya lagi.
"kau menyukai Wakeshima?"
Dan saat itu juga Aggy merasa serasa terjatuh dari puncak Tokyo Tower. GUBRAK!
Aggy sadar ia terlalu berharap banyak. Saat seorang laki-laki merasa cemburu melihat dua makhluk hidup laki-laki dan perempuan begitu dekat. Orang normal pastilah menebak dengan yakin bahwa laki-laki itu menyukai anak perempuannya. Dan itu juga yang dilakukan Leda, bahkan mungkin semua orang juga akan beranggapan seperti itu. Jadi Aggy tak bisa menyebut ketua kelasnya itu lemot atau tak peka karena memang seperti itulah seharusnya. Namun dunia Aggy berbeda, ia telah memasuki dunianya yang tak normal dan Aggy selalu sadar akan hal itu.
"sejak kapan kau menyukainya?", tanya Leda polos
Aggy menatapnya dingin, "diam!"
Leda tersenyum. Ia menyadari pertanyaan yang ia ajukan adalah pertanyaan pribadi. Tak semua orang mau membagi masalah mereka dengan orang lain. Apalagi kalau orang itu adalah orang jauh seperti dirinya dan Aggy.
to@be@continued...
No comments:
Post a Comment