Author : Rukira Matsunori
Rated : T
Genre : AU/ gajeromance/ BL (MaleXMale)
Fandom(s) : the GazettE, alicenine,A(ACE), ViViD, ScReW,D=OUT, Versailles, dkk?
Pairing(s) : Uruha x Ruki? Ruki x Uruha?, Tora x Saga.
Chapter(s) : 28
Warning : DRAMA~ LEBE~ XD
Length : 17 Pages (4.815 words)
Note : selalu ditemani QUIET~
Chap 28 : ☆~Revealed~☆
Natural Sense ★~♪
☆ナチュラルセンス☆
Hampir semua siswi dan beberapa siswa BHS kembali dihebohkan(?)dengan sebuah foto yang dipasang di madding pagi ini. Beberapa orang siswi BHS yang kebetulan anggota UruKi FC, bermain di Tropical Land hari minggu kemarin dan tanpa sengaja mereka melihat Uruha dan Ruki tengah duduk di sebuah bangku dengan Uruha tertidur sambil bersandar di sebelah bahu Ruki. Melihat scene berbau yaoi begitu tentu saja bagaikan menemukan harta karun bagi para fujoshi itu dan tanpa menyia-nyiakan kesempatan yang ada, dengan sengaja mereka segera mengambil foto dua orang laki-laki yang bagi mereka adalah pasangan yang tengah melangsungkan secret date itu lalu mengirimkannya pada club madding. Tentu itu membuat semua fans Uruha heboh. Ada yang bersungut-sungut tidak terima dan ada juga yang berusaha ikhlas merelakan dan tidak sedikit juga yang senang (FansUruKi agak bertambah).
Saga menghentikan langkahnya tepat di depan madding sebelum ia memasuki kelasnya, sedikit penasaran sejak banyak sekali orang berkerumun disana pasti ada sesuatu yang menghebohkan. Dan Laki-laki berambut hazel itu hanya menatap foto yang menjadi perbincangan sekolah BHS pagi ini dengan datar.“Anak itu tidak mengatakan tentang hal seperti ini padaku,” gumamnya.
“Aku tidak terimaaaaa!!”
“Aoisama!! Lakukan sesuatu!!”
Saga melirik beberapa orang perempuan yang merengek-rengek tidak jauh di sampingnya, bersama seorang laki-laki yang diketahui sebagai pangeran sekolah BHS nomor 2 di tengah-tengah mereka.
“Apa kau akan tetap diam saja?! sementara anak itu merebut Uruhamu?!”
“Benar Aoisama! Karena kau selalu tampak cuek dan membiarkan anak itu berlaku semaunya! Dia jadi ngelunjak!”
“Apa kau benar-benar mencintai Uruha, Aoisama?!”
“Jangan kecewakan kami Aoisama!!”
“Lakukan sesuatu!!”
“BERISIK!!!” Bentak Aoi tiba-tiba, membuat fansnya yang recok(?)mendadak hening. Laki-laki berbibir gurame itu beranjak dari sana dengan tampang tidak mengenakan terlihat sangat jengkel, dia sudah muak dengan semua rengekan-rengekan omong kosong para yaoi-freak sekaligus fangirlsnya itu. Sementara beberapa cewek yang ditinggalkannya saling bertatapan shock, baru pertama kali melihat tampang Aoi-mereka sejengkel itu. Namun beberapa saat kemudian mereka saling menyeringai satu sama lain atas kesimpulan yang mereka dapatkan di otak mereka sendiri. “Aoisama cemburuuuu!!!!” seru mereka bersamaan.
Saga hanya mengernyitkan dahinya.
☆ナチュラルセンス☆ (◕‿◕✿)
“Yo!” Reita memukul punggung Uruha yang sudah mengambil posisinya duduk di salah satu kursi meja kantin bersama salah satu pengikut setianya.Uruha hanya mendeliknya saat laki-laki bernoseband teman baiknya itu ikut duduk, bergabung bersama mereka. “kalian sudah pesan sesuatu?” tanya Reita tak menggubris tatapan galak Uruha.
“Ya, Ko-ki sedang memesan sesuatu sekarang, Reita-sama.” Jawab salah seorang pengikut Uruha di sebelah Reita.
“Hn? Kalau begitu tolong pesankan untukku juga gih!” suruh Reita.
“Lakukan sendiri!”
Reita mengernyitkan dahinya atas perkataan tiba-tiba Uruha, “haha…kau ini kenapa Uruha? sinis sekali~~” sindir Reita.
Uruha sedikit menarik sudut bibirnya untuk tersenyum yang membuatnya tampak jelas sekali di mata Reita kalau ia tersenyum maksa. “Udara disekitarku selalu tak enak dihirup akhir-akhir ini,” ucapnya tanpa membuat gerakan sama sekali pada bibirnya.
“Hn? Kau benar, polusi kota Tokyo semakin meningkat saja haha….”Reita tertawa garing. Uruha hanya menatapnya datar. “Hei Uruha! ayo bermain billiard lagi malam ini! sepertinya sudah lumayan lama kita tidak melakukannya?”
“Aku tidak ada waktu.”
“Ha? ayolah~ jangan kekanak-kanakan!”
Uruha menaikan sebelah alisnya, “kekanak-kanakan?”
“Che! Jelas sekali kau kekanak-kanakan,” Reita menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi, “aku ingin bermain fair saja, tidak ada ketegangan…”
“Ha?” Sebelah alis Uruha semakin terangkat.
“Mood Uruha-sama sedang buruk saat ini Reita-sama! karena berita madding yang tidak bertanggung jawab,” jelas pengikut Uruha ikut nimbrung bermaksud mencairkan suasana, karena melihat adanya ketegangan diantara dua sahabat baik itu.
“Berita madding?” Reita menoleh pada pengikut Uruha yang duduk disampingnya, “Ah! Foto itu?!”
“Benar.” Pengikut Uruha mengangguk-anggukan kepalanya. “Semua fangirls itu memberitakan seenaknya kalau Uruha-sama dan Ruki tengah berkencan, itu pasti sangat mengganggu Uruha-sama saat ini.” Jelasnya lagi. Uruha hanya memalingkan wajahnya mendengus.
“Hoo…Haha… “ Reita memukul permukaan meja, “tapi jika memang karena itu, bukankah seharusnya kau senang?” goda Reita.
“Jaga mulutmu, Akira!” Uruha mendelik galak.
“Ee!! Tapi itu pasti saat kau pura-pura pingsan setelah keluar dari rumah hantu kan? bagus sekali ada murid yang kebetulan melihatnya hahahah….”
“Cis!” Uruha kembali mendengus kesal. Sebenarnya Uruha tidak terlalu mempermasalahkan gossip murahan para fangirls itu tentang dirinya kencan dengan Ruki tapi yang membuatnya sangat jengkel adalah kenyataan bahwa seluruh orang-orang di BHS sekarang memergokinya main di Tropical Land yang menurutnya adalah tempat bermain anak-anak, dan ya…ditambah lagi yang bersamanya adalah makhluk minis itu. Itu kenyataan tentang seorang Uruha yang sangat tidak elit dan tidak keren untuk diketahui khalayak.
Beberapa saat kemudian makanan dan minuman pesanan mereka datang dibawakan oleh Ko-ki, tapi pengikut Uruha itu harus kembali meninggalkan mejanya karena Reita kembali menyuruhnya untuk memesankan makanan untuknya juga.
“eh, Hei! Sakamoto!” seru Reita mengangkat tangannya mencoba mendapatkan perhatian adik kelasnya yang ia lihat baru memasuki kantin. Padahal Saga sengaja agak mengendap-endap menghindari bangku yang diduduki Reita karena ia tahu pasti akan ada sesuatu yang ditanyakannya mengingat ia hanya datang sendirian ke sana.
“Dia tidak masuk hari ini!”
“He?” Reita mengernyitkan dahinya. Padahal ia belum bertanya apa-apa. “Kenapa?”
“Tidak enak badan, mungkin kecapek-an di tempat kerjanya.”
“Ternyata dia bisa sakit juga?” Reita memegangi dagunya. “Apa parah?” tanyanya lagi kembali berpaling pada Saga.
“Entahlah, tapi wajahnya pucat seperti mayat hidup. Mungkin sebentar lagi dia mati.” Jawab Saga ngasal. “aku permisi…,” Saga ngeloyor dengan tampang malas meninggalkan kedua kakak kelasnya yang cengok.
“Separah itukah?” Reita memangku kedua tangannya, “hmm… sebaiknya aku melihat keadaannya sepulang sekolah nanti,” gumam Reita sambil melirik Uruha.
“…….”
☆ナチュラルセンス☆ (◕‿◕✿)
“Thanks…” Tora mengambil minuman kaleng yang disodorkan wakil ketua Osisnya.
“Hm, jadi bagaimana menurutmu?” tanya Shou meletakan minuman kalengnya di dasar jendela sambil ikut melihat keluar sekolah, melihat keadaan halaman belakang sekolah mereka.
“Benar, dilihat dari jauhpun tempat pembuangan sampah itu sudah tidak layak dan tidak sehat. Jadi sebaiknya perlu di buat yang baru.”
“Tidak perlu, hanya perlu diperbaiki saja.”
“Itu sudah terlalu lama, mungkin dibuat sejak sekolah ini berdiri, memperbaikinya pun sama saja dengan membuat yang baru. Bahkan kalau perlu dibuat satu lagi tempat pembuangan sampah atau membuat dengan ukuran yang lebih besar,” Komentar ketua Osis BHS itu sambil membuka minuman kalengnya.
“Sekolah tidak akan selalu setuju dengan ajuan yang kita buat, kita juga harus mempertimbangkan biaya yang harus sekolah keluarkan. Sudah berapa proposal dari para anggota yang kita ajukan dalam beberapa bulan ini? belum lagi masih ada festival sekolah yang tentu saja memerlukan biaya yang sangat besar.”
Tora tersenyum meneguk minuman kalengnya, “kau jangan khawatir Shou, ini tentang masalah kesehatan sekolah ini yang itu juga merupakan tanggung jawab Rookie-sensei, jadi dia tidak akan menolak menandatangani proposalnya selama alasan yang kita buat kuat.”
“Cih! Kau selalu over-confident Kaichou..”
“Haha… itulah yang membuatku jadi seorang Shinji Amano!”
“Dan saat sesuatu berjalan tidak sesuai keinginanmu, kau akan berusaha merubahnya tetap seperti yang kau inginkan,” Shou menghela nafas berat.
“Ah, karena itu percayakan saja padaku tentang masalah ini.”
“Daripada mempercayakan aku lebih ingin mengatakan ‘terserahlah’,”ucap Shou sambil meneguk minuman kalengnya dan Tora hanya tersenyum tipis akan perkataan wakilnya. Shou kembali meletakan minuman kalengnya di dasar jendela masih menatap ke luar. Beberapa saat ia melirik ketuanya yang tenggelam dalam pandangannya menatap langit yang tampak sangat cerah siang ini sambil meneguk-neguk kecil minuman kalengnya.“Kemarin Haruka-sensei menghubungiku,” ucap Shou tiba-tiba, membuat seluruh perhatian ketuanya kembali padanya.
“Oh,” tanggap Tora seadanya.
“Dia bilang dia sudah menghubungimu sebelumnya?”
“Ya.”
“Dia ingin bertemu denganmu tapi kau menolaknya?”
“Itu juga iya,” Tora kembali meneguk sedikit minumannya.
“Kenapa?” Shou mengernyitkan dahinya.
“Kenapa?” Tora melirik Shou dengan ekor matanya lalu meletakan kaleng minumannya di dasar jendela, “aku yakin jika kau diposisiku kau pun akan melakukan hal yang sama,” ucapnya sambil tersenyum tipis.
“Aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi diantara kalian, tapi dia bilang dia hanya ingin minta maaf.”
“Ah! Jadi dia ingin minta maaf? kalau begitu aku sudah tahu apa yang ingin dibicarakannya.”
“Tapi dia ingin mengatakannya secara langsung di hadapanmu! Aku tahu sebenarnya sampai saat ini kau masih menyukai Haruka-sensei! Cobalah temui dia sekali saja!”
“Oh~ tentang masalah tempat pembuangan sampah—“
“Kita sudah selesai membicarakan itu.” Shou menyela.
Tora kembali melirik wakilnya dengan ekor matanya, lalu kembali tersenyum kecil menyandarkan tubuhnya ke dinding. “Dia mengatakan kalau aku tidak lebih dari seorang anak kecil dengan cinta monyetnya, di matanya…. aku hanya anak kecil yang sedang belajar bermain-main dengan perasaannya. Dia menyepelekan semua perasaan dan usahaku untuk mendapatkannya. Dia selalu lebih mementingkan pandangan orang-orang daripada perasaanku, menjadikan perbedaan usia sebagai alasan yang menurutku hanyalah omong kosongnya saja!” Tora meraih minuman kalengnya, “dan setelah sekian lama dia menghubungiku? Mengatakan ingin bertemu? Meminta maaf? lalu apalagi? mengatakan menyesal telah membuangku sambil terisak? Dan aku akan bersimpati padanya? … yang benar saja.” Tora kembali meneguk minumannya.
“Belum tentu seperti itu kan?” Shou mengernyitkan dahinya.
“Lalu apa? kau memintaku menemuinya untuk apa Shou-kun?” Tora tersenyum memalingkan wajahnya ke arah wakilnya.
“Aku hanya merasa….aku tak ingin kau menyesal karena tidak menemuinya?”
Tora menggelengkan kepalanya tersenyum.
“Kau tidak benar-benar serius dengan anak laki-laki itu kan?”
Tora menggulir-gulirkan kaleng minuman kosong di tangannya, menilik-nilik setiap tulisan di permukaannya, “aku masih mencari tahu itu….”
Shou mengernyitkan dahinya.
“Tapi untuk saat ini……. dia berada di posisi puncak sebagai sesuatu yang paling menyita perhatian dan emosiku.”
☆ナチュラルセンス☆ (◕‿◕✿)
“Huatchihh!!”
Saga berjalan menuju kelasnya sambil menggesek-gesek hidungnya yang mendadak terasa gatal. Itu bukan musim untuk orang terkena flu.
“Oi !!”
Saga menoleh ke belakangnya dimana tiba-tiba terdengar seseorang seperti menegurnya. Dan tampang malasnya tidak berubah sama sekali saat ia melihat seorang pangeran nomor 1 BHS yang memanggilnya. “Ya?” tanyanya dengan nada hidup segan mati tak mau.
☆ナチュラルセンス☆ (◕‿◕✿)
Ruki membuka lemari es dan mengambil sebotol air mineral lalu segera meneguknya. Makhluk minis itu kembali ke ruang utama sambil membawa botol air mineral yang tinggal sisa setengahnya lalu meletakan botol itu diatas meja dan ia kembali meringkukan tubuhnya di atas sofa dengan dibuntel selimut. Tubuhnya terasa dingin tapi nafasnya benar-benar panas sejak semalam dengan sedikit rasa pusing di kepala, tapi sekarang ia sudah merasa cukup lebih baik.
Mungkin karena kemarin dia menghabiskan waktu di Tropical Land, menaiki beberapa wahana yang membuat tubuhnya harus menyerap angin lebih banyak ditambah lagi ia harus bekerja setelahnya dan pulang larut malam.
Sebenarnya Ruki bermaksud tetap masuk sekolah tadi, tapi Saga mengunci pintu apartemennya dan membuatnya tak bisa keluar. Ruki tidak terlalu kesal dengan kelakukan Saga tapi ia harap Saga bisa segera pulang sebelum waktu jam kerjanya.
Trek!
Ruki membuka matanya mendengar seperti suara kunci dan pintu yang dibuka. Makhluk minis itu segera melirik jam di dinding.
Masih jam sekolah. Tapi apakah Saga sudah pulang?
Ruki membangunkan tubuhnya lalu menyingkap selimut yang membuntel(?)nya ketika suara pintu kembali tertutup. Saat Ruki hendak turun dari sofa sesuatu tiba-tiba mengejutkannya, karena bukan sosok Saga yang ia lihat datang dari pintu depan ke ruang utama melainkan seorang laki-laki brunette yang bahkan tidak pernah ia mimpikan(?) akan mendatangi apartemen itu.
“Uruha?!” Seru Ruki.
“Hn?” Uruha menaikan sebelah alisnya.
“Ba-bagaimana kau bisa sampai di sini?!” Ruki agak cengok masih sedikit terkejut.
“Aku naik mobil diantar sopir, karena sedang malas menyetir.” Jawab Uruha santai.
“Aku tidak perduli dengan itu! tapi untuk apa kau kemari? Bagaimana kau bisa tahu tempat ini? dan kenapa kau bisa membuka kunci pintu apartemen ini? ditambah lagi, inikan masih jam sekolah?!” cerocos(?) Ruki.
Uruha menyisir poni-poni rambutnya ke belakang, “apa kau bodoh? Untuk tahu sesuatu ya kita bertanya! Aku menanyakan alamat apartemen ini dan temanmu itu tiba-tiba memberikan kunci. Aku tidak heran jika dia sangat mempercayaiku sampai memberikan kunci apartemennya padaku tanpa ada rasa curiga sama sekali, walau bagaimanapun dia tahu aku Yuuji Kouyou yang tentu tidak ada tampang-tampang pencuri sama sekali.”
“Untuk apa kau kemari?” Tanya Ruki datar, mengabaikan cingcong Uruha yang hanya sedikit saja nyambung dengan pertanyaan-pertanyaannya.
“Untuk apa?” Uruha menaikan sebelah alisnya, memperhatikan Ruki dari ujung kaki sampai ujung rambut, “apa-apaan ini? katanya kau sekarat! Tapi kulihat kau seperti manusia yang sanggup hidup 1000 tahun lagi.”
“Ha?”
“Cis! Brengsek!” Uruha bergumam mengutuk Saga.
“Maksudmu kau datang untuk melihat keadaanku?”
Uruha menatap datar makhluk minis yang tengah menunjuk wajahnya sendiri setengah cengok.
“Oii, Kau tidak mau mempersilahkanku duduk?!” Tanya Uruha menujuk sofa di hadapannya, mengabaikan pertanyaan Ruki.
“He? oh, duduk saja!” Ruki segera membereskan selimutnya.
“Nadamu gak enak didengar!!” protes Uruha.
“Silahkan duduuuk~!” Ruki tersenyum maksa.
Uruha sedikit mendengus lalu segera mendudukan dirinya di satu sofa sambil menumpangkan satu kaki seperti kebiasaannya, sedikit menilik-nilik seisi penjuru ruangan apartemen Saga yang menurutnya tidak terlalu buruk seperti yang pernah ia bayangkan sebelumnya.
“Ah! Ini pertama kalinya kau kemari, mau minum sesuatu?” Tawar Ruki setelah selesai melipat selimutnya.
“Whiter chocolate mocca dengan cream mentah. Jangan lupa tabur sirup caramel,” Jawab Uruha sambil menyandarkan punggungnya ke sandaran sofa sambil memangku kedua tangannya.
“Di rumah kau minum yang begitu? di sini Cuma ada air putih.”
“HA?! LALU KENAPA TANYA MAU MINUM APA??! KASIH AIR PUTIH SAJA!!” Uruha nepsong.
“Aku kan tanya untuk formalitas. Kalau kau marah-marah terus , nanti cepet tua!” cibir Ruki.
“Kapan? Aku? Siapa yang marah-marah??”
“Nada bicaramu itu, kan kamu marah.”
“Bukan marah!! Aku Cuma kelebihan gairah!”
Ruki hanya tersenyum tipis sambil beranjak dari sofa menuju dapur, membuat Uruha yang melihatnya mengernyitkan dahi.
Entah kenapa ada perasaan senang dalam diri Ruki mendapati Uruha berkunjung ke apartemen itu untuk melihat keadaannya. Meski Uruha tidak mengatakannya secara terang, tapi sepertinya Ruki semakin mengerti pribadi Uruha.
“Benar-benar hanya air putih?” Uruha menatap satu gelas di atas meja di hadapannya tanpa ekspresi.
“Aku kan sudah bilang.”
Uruha hanya mendengus pelan dan karena rasa haus dikerongkongannya, makhluk brunette itu meraih segelas air putih di atas meja tersebu tlalu segera meneguknya. Saat Uruha tengah meneguk air putih itu ia sempat melirik Ruki yang terlihat menatapnya tak berkedip.
“Lihat apa kau?” tanya Uruha.
Ruki seperti sedikit tersentak dengan pertanyaan Uruha, “He? tidak. kupikir kau sedang haus, itu saja.”
“Apa itu aneh?”
“Itu pikiran refleks yang melintas di kepalaku.”
Uruha manyun-manyunin bibirnya mencibiri jawaban Ruki, membuat makhluk minis yang ia cibiri mendadak merasa ingin nyipok bibir keriting itu,eh! nonjok!.
Uruha kemudian memenilik-nilik, memutar-mutar permukaan gelasnya lalu kembali mendelik Ruki, “kau tidak menjilati ujung gelas ini dulu kan?”
“Untuk apa aku melakukan hal seperti itu?!” Ruki merasa sedikit jengkel mendapatkan pertanyaan aneh begitu.
“Mungkin saja kau ingin berciuman secara tidak langsung denganku.” Jawab Uruha innocent sambil kembali meletakan gelas kosongnya di atas meja.
“HAH?!!!! Bagaimana bisa pikiran seperti itu ada di kepalamu?!!” Ruki benar-benar jengkel sekarang.
“Aku hanya bercanda.”
“KAU TIDAK PUNYA WAJAH UNTUK BERCANDA!!!” Ruki menunjuk wajah Uruha semakin jengkel.
“JANGAN TERIAK-TERIAK DI DEPANKU!!!!” Uruha balik nyemprot(?).
Ruki sedikit mengembungkan kedua pipinya, “tidak lucu tahu!” dengus Ruki pelan. Makhluk minis itu seperti diingatkan kembali dengan kelakuannya sekitar 24 jam yang lalu di Tropical Land dan mendadak ia merasa jadi sedikit canggung. “Aaa…Uruha—“
“Ha?!”
Ruki sedikit menggaruk tengkuknya agak ragu dengan kata-kata yang hendak ia ucapkan, “ee… soal apa yang kukatakan kemarin, aku ingin kau melupakannya! Anggap saja aku tidak pernah mengatakan apa-apa!!” ucap Ruki tegas agak tertunduk. Ia tidak mau kalau harus semakin canggung saat bertemu dengan Uruha. Ia tidak menyesal telah mengatakannya tapi ia tidak mau Uruha menganggapnya seakan meminta jawaban atau berharap sebuah hubungan terjalin(?) diantara mereka seperti kebanyakan tujuan orang-orang yang menyatakan perasaannya.
“Tidak usah kau minta juga aku sudah lupa. Kau pikir aku orang yang akan menganggap serius sesuatu seperti itu? Apalagi kau yang mengatakannya?” Uruha mendelik.
“Ee… hha benar juga. Baguslah kalau begitu.” Ruki tertawa maksa, sedikit lega juga.
“Kau tidak terlihat seperti orang sakit sama sekali,” dengus Uruha.
“He? Y-ya… sekarang aku sudah lebih baik. Aku sudah sembuh.”
Uruha melirik pintu kamar Saga, “kamarnya Cuma ada satu. Kalian tidur satu ranjang?”
“Siapa?”
“Ya kau dengan best friendmu itu!”
“Tidak, aku tidur di sofa, di sini,” Ruki memukul-mukul sofa yang didudukinya, “barusan juga kau lihat sendiri kan aku tiduran di sini?”
“Ha? Haha….” Uruha maksa tertawa dan itu menciptakan tampang yang aneh di wajahnya, “aku tidak heran kenapa kau mau saja disuruh tidur di sofa, walau bagaimanapun itu sesuai denganmu. Masih untung tidak disuruh tidur di Toilet.”
“Tidak usah kau bilang aku tahu ini sesuai denganku, Tuan!!” UcapRuki jengkel, dengan penekanan pada kata ‘tuan’nya.
“Ppfftt….” Uruha mengolok. Laki-laki brunette itu kembali menegakan tubuhnya dan bersandar pada sandaran sofa, menatap Ruki dengan pandangan meremehkan khasnya, “kalau kau mau memohon dan berlutut di kakiku, mungkin aku akan berubah pikiran dan mau saja kembali tinggal satu atap denganmu,” Uruha tersenyum meremehkan. “Dengan begitu kau bisa kembali tidur di ranjang yang empuk dan besar dengan ruangan luas dan mendapatkan pelayanan setiap harinya.”
Ruki mendengus, “tidak perlu, lagipula aku sudah mendapatkan izin dari Kamijo-jiichan untuk tinggal sendiri. Sebentar lagi juga aku akan pindah dari sini dan mencari apartemen untuk diriku sendiri. Tinggal seorang diri itu lebih bebas dan menyenangkan!”
Uruha menaikan sebelah alisnya, “kenapa nadamu seperti seakan aku memintamu kembali ke rumah?!”
“Tidak begitu.”
“Terserah kalau itu menyenangkan untukmu! Itu juga menyenangkan untukku tidak ada orang kampungan sepertimu bergelindingan di rumah! Hiduplah sebagaimana orang miskin seharusnya!” Mendadak Uruha naik darah tanpa alasan(?) membuat Ruki bingung.
Drrtt…
Ruki segera merogoh ponsel di sakunya yang ia rasa bergetar. Uruha hanya mendelik makhluk minis itu yang mendadak air mukanya terlihat lebih cerah setelah melihat si pemanggil ponselnya. “Halo, Reita-senpai?” dan Uruha mendengus.
“Eh? tidak! hanya masuk angin biasa, aku tidak apa-apa haha...”
Uruha menurunkan satu kakinya yang sebelumnya ia tumpangkan di satu kaki yang lain, mengetuk-ngetukan jari telunjuknya di lengan sofa sambil mendelik makhluk minis itu yang terlihat asik berbicara di telepon.
“Tidak apa-apa! sama sekali tidak apa-apa, terimakasih sudah mengkhawatirkanku.” Ruki tersenyum lembut.
DUK!
Tanpa sadar Uruha menendang pelan kaki meja di hadapan kakinya membuat perhatian Ruki kembali padanya. “Apa yang kau lakukan Ur—”
GRAK!!
Ruki terkejut saat Uruha tiba-tiba berdiri dari kursinya dan dengan gerak cepat seakan menerjangnya. “Awas kalau kau bilang padanya aku ada di sini!!” Ancam Uruha agak berbisik agar suaranya tak terdengar seseorang di line telepon sana sambil membekap mulut Ruki.
Ruki hanya menganggukan kepalanya tak mengerti.
‘Halo? Ruki? Kau baik-baik saja?’
Uruha segera melepaskan bekapannya, “ya? Ha-Hai…aku baik-baik saja, maaf hha…” Ruki tertawa garing sementara Uruha mendudukan dirinya di samping makhluk minis itu sedikit menghela nafas.
“Ah iya, baiklah. Terimakasih.”
Uruha melirik Ruki di sampingnya yang mulai menjauhkan ponsel dari telinga. Sepertinya acara telepon-teleponannya dengan Reita sudah selesai.
“Apa katanya?” Tanya Uruha sedikit penasaran.
“He? ah, Katanya saat ini sedang jam pelajaran kosong jadi dia bisa menghubungiku.” Ruki kembali memasukan ponselnya ke saku celana.
“Hanya itu?” Uruha mengernyitkan dahinya.
“Tidak, dia juga menanyakan keadaanku dan meminta maaf tidak bisa menjenguk karena setelah pulang sekolah nanti ada kegiatan club.”
Uruha mendengus.
“Dia juga mengatakan agar aku cepat sem— hah?! kenapa aku harus mengatakan semuanya padamu?!”
“Aku pulang!” Uruha berdiri dari sofa.
“Eh? sudah mau pulang?”
“Sialan, kenapa juga aku harus repot-repot bolos pelajaran?” dengus Uruha pelan, berbicara pada dirinya sendiri sambil berjalan menuju pintu keluar mengabaikan pertanyaan Ruki.
“Aa….Uru?!” Seru Ruki, namun makhluk jangkung itu tetap mengabaikannya dan berjalan meninggalkannya dengan dipenuhi pikiran-pikirannya sendiri, “URUHA!!!”
“APA?!!!” Uruha menoleh dengan nepsong karena nada suara panggilan Ruki.
“Itu….Aku tahu ponselku kau yang merusaknya, tapi walaub agaimanapun kau juga telah menggantinya jadi ….terimakasih.”
Uruha membatu.
“Maaf, aku juga telah salah mengira nomor ponselmu adalah milik Reita.”
Uruha semakin membatu, namun ia segera memaksakan dirinya beranjak dari sana.
“Dan… terimakasih sudah mengkhawatirkanku!” Ruki iseng, sengaja agak mengeraskan suaranya karena Uruha sudah berjalan ke pintu.
“NGACA!!!”
JBRUD!!
Ruki hanya meyeringai tipis mendengar teriakan Uruha sebelum ia menutup pintu apartemen itu dengan nepsong. Makhluk minis itu melirik jam didinding, masih ada sekitar dua jam lagi untuknya berangkat kerja, karena itu Ruki kembali menarik selimut yang telah dilipatnya dan kembali meringkukan tubuhnya untuk mendapatkan lebih banyak istirahat agar keadaannya benar-benar lebih baik saat ia bekerja nanti.
☆ナチュラルセンス☆ (◕‿◕✿)
Saga berjalan di area parkir mobil menuju dimana mobil sport hitam ketua Osisnya terparkir. Beberapa saat kemudian ia melihat seseorang berdiri sambil bersandar ke pintu mobilnya tengah asik memainkan ponsel, laki-laki itu kemudian mengangkat wajahnya dan melambaikan tangan sambil tersenyum tipis saat melihat Saga.
Beberapa menit setelah bel pulang berbunyi, Saga mendapatkan pesan singkat dari kakak kelasnya itu agar menemuinya di area parkir dengan akhiran kata ‘PENTING’ di ujungnya.
Saga melihat Shou tengah duduk santai di samping jok kemudi mobil Tora sambil memperhatikannya berjalan mendekati ketua Osis BHS itu. Entah kenapa keberadaan wakil ketua Osis itu di sana membuat perasaan Saga sedikit tidak nyaman. Kenapa Tora harus memanggilnya saat ada wakilnya di sana?
“Jadi….” Saga menyandarkan belakang tubuhnya ke sebuah pintu mobil di samping mobil Tora sambil memasukan kedua tangannya ke saku celana seragamnya menghadap ketua Osis BHS itu. “Apa sesuatu yang PENTING itu?”
Tora menarik tubuhnya yang bersandar ke mobil, meraih ujung rambut di sekitar telinga Saga, lalu mendekatkan wajahnya ke telinga adik kelasnya itu, “aku hanya ingin melihatmu,” bisiknya pelan.
Saga melihat Shou di dalam sana masih memperhatikannya, dan laki-laki berambut hazel itu segera mendorong dada kakak kelasnya merasa sedikit tidak nyaman.
“Haha… baiklah, aku hanya ingin memberikan ini.” Tora mengeluarkan sebuah amplop dari saku kemeja seragamnya.
“Apa itu?” Saga mengernyitkan dahi.
“Ruki bilang dia tidak bisa keluar sebelum dia membayar biaya sewa tinggal di tempatmu sebanyak gajinya sebulan. Aku tidak tahu berapa tepatnya gajinya sebulan tapi untuk gaji di sebuah café kupikir ini tidak akan kurang.” Tora menyodorkan amplop itu pada Saga.
“Dia memintamu membayarkannya?”
“Tidak, tapi walau bagaimanapun juga dia adalah keluargaku, kupikir lebih baik gaji pertama hasil kerja kerasnya ia gunakan untuk sesuatu yang lain yang lebih ia inginkan.”
“Hm? Anda keluarga yang baik sekali.” Sindir Saga.
“Dia sudah seperti adikku sendiri.”
“Adik?” Saga menaikan sebelah alisnya.
“Ya, karena itu aku juga tidak ingin dia lebih lama lagi tinggal di tempatmu, aku tahu orang seperti apa kau dan aku yakin kau sedikitnya mengambil keuntungan dengan tinggalnya Ruki di tempatmu.”
Saga menyunggingkan senyum sinisnya, “baiklah aku terima ini, kakak yang baik!” Laki-laki berambut hazel itu merebut amplop di tangan kakak kelasnya.
“Oh, Aku juga akan segera mencarikannya apartemen untuk ia tinggali, jadi jangan usir dia sebelum aku mendapatkannya.”
“Baguslah. Cepat temukan secepatnya dengan begitu aku bisa kembali bebas tinggal seorang diri seperti sebelumnya. Kau pikir menyenangkan menampung anak itu di rumahku?” gerutu Saga.
Tora tertawa kecil, “akan kutemukan secepatnya.”
“Cis!” Saga mendengus sambil menarik belakang tubuhnya yang bersandar pada pintu mobil di belakangnya hendak beranjak dari sana namun Tora segera menarik lengannya kembali menyandarkan tubuh adik kelasnya itu pada mobil di belakangnya.
“WOI….WOOII….Ayo berangkat!!!” Dari dalam mobil Shou menggedor-gedor kaca pintu di samping jok kemudi di belakang Tora, melihat Ketua Osis BHS itu mulai berlaku tidak senonoh, membuat sang ketua tidak bisa bertahan lama mengecup bibirnya adik kelasnya.
“Baiklah…baiklah …!” Tora memukul pelan pintu mobilnya sambil tertawa kecil, ““Hn?” Tora mengernyitkan dahi saat ia kembali melihat Saga, merasa adik kelasnya itu memberikan tatapan seakan meminta penjelasan kenapa Shou di dalam mobilnya, “ah! Kami ada urusan sekolah di luar untuk nanti kembali lagi kemari, akan lebih enak kalau berangkat dalam satu mobil.”
“aku tidak perduli!”
“Baiklah, aku duluan!” Tora masuk ke dalam mobil sport hitamnya dan tidak lama kemudian mobil itu berjalan meninggalkan area parkir dan Saga yang masih berdiri di tempatnya, menatap amplop berisi sejumlah uang di tangannya.
☆ナチュラルセンス☆ (◕‿◕✿)
Uruha terlihat sedikit lesu saat ia keluar dari kelas bersama kedua pengikut setianya setelah tiduran sebentar di dalam kelas. Pulang dari tempat Ruki tadi Uruha kembali ke sekolah karena masih ada satu jam pelajaran lagi yang bisa ia ikuti sebelum pulang. Meski Uruha bisa dengan seenaknya bolos tapi dia tetap merasa takut jika Kamijo menemukannya.
Buk!
“Heh? Sorry!” Uruha hanya menatap sekilas seseorang yang tak sengaja bertabrakan bahu dengannya di koridor. Orang itu hanya tersenyum tipis lalu kembali melanjutkan perjalanannya sambil menepuk-nepuk bahunya.
Uruha kembali menoleh sedikit mengernyitkan dahinya pada laki-laki itu saat jarak mereka sudah semakin jauh, entah Cuma perasaannya saja tapi ia merasa familiar dengan sesuatu pada orang itu.
“Uruha-sama? ada apa?” tanya salah seorang pengikutnya heran.
“Ha? Tidak ada.” Jawab sang brunette lalu ia kembali melanjutkan perjalanannya menuju ruang loker masih sedikit bingung dengan sesuatu apa yang seakan mengganjal di hatinya sampai saat ia tengah hendak membuka sepatu kelasnya di ruang loker tiba-tiba ponselnya bergetar dan kedua mata kecoklatan Uruha membulat setelah membuka isi pesan yang masuk ke ponselnya.
“Uruha-sama?”
“Kalian duluan, aku ada sedikit urusan.”
“He? ee…baiklah..”
Uruha membatalkan niatnya membuka sepatu kelasnya dan berlari kembali menaiki tangga menuju lantai paling atas menuju atap dimana seseorang misterius yang mengirim pesan ke ponselnya memintanya menemuinya di sana.
Nafas Uruha sedikit ngos-ngosan setelah berlari dari lantai satu dan sekarang ia tengah tiba di atap sesuai yang orang itu minta. Uruha melihat seseorang berdiri menunggunya di sana sambil tersenyum tipis menyandarkan tubuhnya ke pagar pinggiran atap sekolah yang tak Uruha duga benar-benar orang yang bertabrakan dengannya di koridor tadi. Meski samar tapi Uruha masih bisa mengingat aroma tubuh itu….
“Kau….”
“Aku….” Orang itu menarik tubuhnya dari bersandar ke pagar dan berjalan menghampiri Uruha.
“Kau yang mengirim pesan ini?” Uruha menunjukan layar ponselnya dimana di sana terpampang sebuah foto dirinya dalam keadaan mabuk malam itu.
“Ya, dan aku masih punya banyak foto-foto seperti itu di ponselku.” Laki-laki dengan bibir gurame itu menunjukan layar ponselnya pada Uruha dimana disana terdapat beberapa foto laki-laki brunette yang tengah mabuk di atas tempat tidur.
“BRENGSEK!!!” Uruha refleks meninju sebelah pipi laki-laki bernama Shiroyama Yuu itu. “APA MASALAHMU HAH?!!!” Uruha menggamit keras seragam laki-laki di hadapannya geram.
Aoi hanya menyunggingkan bibir guramenya tipis sambil memegangi sebelah pipinya yang baru saja kena tinjuan Uruha. “Lucu sekali, kau tanya apa masalahku?” Aoi memegang pergelangan tangan Uruha yang menggamit kerah seragamnya dengan kuat dan semakin kuat.
“Ergh!” Uruha sedikit cengir segera melepaskan tangannya dari kerah seragam Aoi yang ia rasa hampir remuk sementara satu tangan Aoi yang lain mencekik leher dan mendorong tubuhnya sampai membentur dinding di samping pintu atap, mengunci satu pergelangan tangan Uruha di samping kepalanya.
“Aku hanya ingin kau sadar dan mengakui bahwa kau tidak lebih baik dariku dalam hal apapun ….dan semua orang harus tahu itu.”
Uruha mengernyitkan dahinya setengah cengir menahan cekikan yang tidak terlalu kuat di lehernya namun itu tetap membuat ia tidak nyaman bernafas.
“Ayo katakanlah Yuuji Kouyou-sama…. Bahwa kau tidak ada apa-apanya dibandingkan denganku! Kau tidak pantas mendapatkan banyak perhatian melebihiku!” Aoi semakin melebarkan bibir guramenya merasakan tangan Uruha yang terbebas berusaha melepaskan cekikannya. “Seorang laki-laki yang menggeliatkan tubuhnya untuk sentuhan laki-laki lainnya tidak pantas berada di atasku!” Aoi setengah berbisik di telinga Uruha.
“B-BRENGSEK!!!” Amuk Uruha. Namun itu tidak membuat cekikan dan kuncian tangan Aoi terlepas. “Dengar! Aku tidak pernah merasa membuat masalah denganmu! Aku tidak mengerti dengan apa yang kau ocehkan! Jika kau ingin bersaing denganku, tunjukan kalau kau pantas menjadi sainganku! Tidak dengan cara rendah seperti yang kau lakukan!”
Aoi semakin menguatkan cekikannya membuat Uruha merapatkan sebelah matanya, “Orang yang tidak pernah menghargai usaha bahkan mengabaikan keberadaanku tidak pantas mengatakan kata-kata keren seperti itu! kau pikir kenapa aku melakukan semua ini hah? karena aku terlalu muak dengan keacuhanmu! Kau terlalu meremehkan seorang Shiroyama Yuu.”
“Ekkh—“ Uruha sedikit mengaduh merasakan cekikan di lehernya yang semakin kuat meski ia
berusaha melepaskannya.
“Tidak seperti kearogananmu yang memuakan itu! Kau hanya tuan muda manja yang bahkan tidak punya kekuatan hanya untuk bisa menyingkirkan tanganku dilehermu….”
“Ekh! Breng—kh..“
Tap….Tap… Tap…
Aoi melirik ke arah pintu di sampingnya mendengar ada banyak suara langkah yang tengah menaiki tangga dan bibirnya menyungging tipis, “baiklah kalau kau tidak mau mengatakannya sekarang~” Aoi kembali mengalihkan tatapannya pada Uruha di hadapannya yang terlihat masih kesusahan berusaha melepaskan cekikannya. “Pernah mendengar yang namanya AoiHa FC?”Aoi menaikan sebelah alisnya, sedikit melonggarkan cekikannya memberikan Uruha kesempatan untuk menjawab pertanyaannya.
“Cis!…Sampah!!” Dengus Uruha.
“Ah! Jangan berkata kasar begitu, nanti mereka sakit hati.” Aoi tersenyum sementara Uruha menatapnya galak.
“APA PERDULIKU HAH?!”
“itulah yang membuatmu tidak pantas disenangi para makhluk manis itu! aku heran kenapa mereka masih saja tergila-gila padamu sementara sikapmu seperti ini, sekali-kali buatlah mereka senang~” Aoi tersenyum jahil. “Mau kutunjukan bagaimana caranya?”
“Ck! Aku tidak but—hhmp!!“
“Aoisama—“
Dan beberapa fangirls yang semakin lama semakin bertambah muncul dari tangga itu mendadak langsung cengok melihat dua orang laki-laki yang semakin mereka perjelas penglihatan mereka membuat mereka semakin yakin kalau dua orang itu adalah pairing idola mereka.
“HYAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!!” Para fangirls itu langsung berteriak histeris saat mereka sadari scene yang ada di depan mata mereka saat itu adalah scene yang selama ini hanya ada dalam khayal dan impian mereka.
☆TBC☆ (◕‿◕✿)
Rated : T
Genre : AU/ gajeromance/ BL (MaleXMale)
Fandom(s) : the GazettE, alicenine,
Pairing(s) : Uruha x Ruki? Ruki x Uruha?, Tora x Saga.
Chapter(s) : 28
Warning : DRAMA~ LEBE~ XD
Length : 17 Pages (4.815 words)
Note : selalu ditemani QUIET~
Chap 28 : ☆~Revealed~☆
Natural Sense ★~♪
☆ナチュラルセンス☆
Hampir semua siswi dan beberapa siswa BHS kembali dihebohkan(?)dengan sebuah foto yang dipasang di madding pagi ini. Beberapa orang siswi BHS yang kebetulan anggota UruKi FC, bermain di Tropical Land hari minggu kemarin dan tanpa sengaja mereka melihat Uruha dan Ruki tengah duduk di sebuah bangku dengan Uruha tertidur sambil bersandar di sebelah bahu Ruki. Melihat scene berbau yaoi begitu tentu saja bagaikan menemukan harta karun bagi para fujoshi itu dan tanpa menyia-nyiakan kesempatan yang ada, dengan sengaja mereka segera mengambil foto dua orang laki-laki yang bagi mereka adalah pasangan yang tengah melangsungkan secret date itu lalu mengirimkannya pada club madding. Tentu itu membuat semua fans Uruha heboh. Ada yang bersungut-sungut tidak terima dan ada juga yang berusaha ikhlas merelakan dan tidak sedikit juga yang senang (FansUruKi agak bertambah).
Saga menghentikan langkahnya tepat di depan madding sebelum ia memasuki kelasnya, sedikit penasaran sejak banyak sekali orang berkerumun disana pasti ada sesuatu yang menghebohkan. Dan Laki-laki berambut hazel itu hanya menatap foto yang menjadi perbincangan sekolah BHS pagi ini dengan datar.“Anak itu tidak mengatakan tentang hal seperti ini padaku,” gumamnya.
“Aku tidak terimaaaaa!!”
“Aoisama!! Lakukan sesuatu!!”
Saga melirik beberapa orang perempuan yang merengek-rengek tidak jauh di sampingnya, bersama seorang laki-laki yang diketahui sebagai pangeran sekolah BHS nomor 2 di tengah-tengah mereka.
“Apa kau akan tetap diam saja?! sementara anak itu merebut Uruhamu?!”
“Benar Aoisama! Karena kau selalu tampak cuek dan membiarkan anak itu berlaku semaunya! Dia jadi ngelunjak!”
“Apa kau benar-benar mencintai Uruha, Aoisama?!”
“Jangan kecewakan kami Aoisama!!”
“Lakukan sesuatu!!”
“BERISIK!!!” Bentak Aoi tiba-tiba, membuat fansnya yang recok(?)mendadak hening. Laki-laki berbibir gurame itu beranjak dari sana dengan tampang tidak mengenakan terlihat sangat jengkel, dia sudah muak dengan semua rengekan-rengekan omong kosong para yaoi-freak sekaligus fangirlsnya itu. Sementara beberapa cewek yang ditinggalkannya saling bertatapan shock, baru pertama kali melihat tampang Aoi-mereka sejengkel itu. Namun beberapa saat kemudian mereka saling menyeringai satu sama lain atas kesimpulan yang mereka dapatkan di otak mereka sendiri. “Aoisama cemburuuuu!!!!” seru mereka bersamaan.
Saga hanya mengernyitkan dahinya.
☆ナチュラルセンス☆ (◕‿◕✿)
“Yo!” Reita memukul punggung Uruha yang sudah mengambil posisinya duduk di salah satu kursi meja kantin bersama salah satu pengikut setianya.Uruha hanya mendeliknya saat laki-laki bernoseband teman baiknya itu ikut duduk, bergabung bersama mereka. “kalian sudah pesan sesuatu?” tanya Reita tak menggubris tatapan galak Uruha.
“Ya, Ko-ki sedang memesan sesuatu sekarang, Reita-sama.” Jawab salah seorang pengikut Uruha di sebelah Reita.
“Hn? Kalau begitu tolong pesankan untukku juga gih!” suruh Reita.
“Lakukan sendiri!”
Reita mengernyitkan dahinya atas perkataan tiba-tiba Uruha, “haha…kau ini kenapa Uruha? sinis sekali~~” sindir Reita.
Uruha sedikit menarik sudut bibirnya untuk tersenyum yang membuatnya tampak jelas sekali di mata Reita kalau ia tersenyum maksa. “Udara disekitarku selalu tak enak dihirup akhir-akhir ini,” ucapnya tanpa membuat gerakan sama sekali pada bibirnya.
“Hn? Kau benar, polusi kota Tokyo semakin meningkat saja haha….”Reita tertawa garing. Uruha hanya menatapnya datar. “Hei Uruha! ayo bermain billiard lagi malam ini! sepertinya sudah lumayan lama kita tidak melakukannya?”
“Aku tidak ada waktu.”
“Ha? ayolah~ jangan kekanak-kanakan!”
Uruha menaikan sebelah alisnya, “kekanak-kanakan?”
“Che! Jelas sekali kau kekanak-kanakan,” Reita menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi, “aku ingin bermain fair saja, tidak ada ketegangan…”
“Ha?” Sebelah alis Uruha semakin terangkat.
“Mood Uruha-sama sedang buruk saat ini Reita-sama! karena berita madding yang tidak bertanggung jawab,” jelas pengikut Uruha ikut nimbrung bermaksud mencairkan suasana, karena melihat adanya ketegangan diantara dua sahabat baik itu.
“Berita madding?” Reita menoleh pada pengikut Uruha yang duduk disampingnya, “Ah! Foto itu?!”
“Benar.” Pengikut Uruha mengangguk-anggukan kepalanya. “Semua fangirls itu memberitakan seenaknya kalau Uruha-sama dan Ruki tengah berkencan, itu pasti sangat mengganggu Uruha-sama saat ini.” Jelasnya lagi. Uruha hanya memalingkan wajahnya mendengus.
“Hoo…Haha… “ Reita memukul permukaan meja, “tapi jika memang karena itu, bukankah seharusnya kau senang?” goda Reita.
“Jaga mulutmu, Akira!” Uruha mendelik galak.
“Ee!! Tapi itu pasti saat kau pura-pura pingsan setelah keluar dari rumah hantu kan? bagus sekali ada murid yang kebetulan melihatnya hahahah….”
“Cis!” Uruha kembali mendengus kesal. Sebenarnya Uruha tidak terlalu mempermasalahkan gossip murahan para fangirls itu tentang dirinya kencan dengan Ruki tapi yang membuatnya sangat jengkel adalah kenyataan bahwa seluruh orang-orang di BHS sekarang memergokinya main di Tropical Land yang menurutnya adalah tempat bermain anak-anak, dan ya…ditambah lagi yang bersamanya adalah makhluk minis itu. Itu kenyataan tentang seorang Uruha yang sangat tidak elit dan tidak keren untuk diketahui khalayak.
Beberapa saat kemudian makanan dan minuman pesanan mereka datang dibawakan oleh Ko-ki, tapi pengikut Uruha itu harus kembali meninggalkan mejanya karena Reita kembali menyuruhnya untuk memesankan makanan untuknya juga.
“eh, Hei! Sakamoto!” seru Reita mengangkat tangannya mencoba mendapatkan perhatian adik kelasnya yang ia lihat baru memasuki kantin. Padahal Saga sengaja agak mengendap-endap menghindari bangku yang diduduki Reita karena ia tahu pasti akan ada sesuatu yang ditanyakannya mengingat ia hanya datang sendirian ke sana.
“Dia tidak masuk hari ini!”
“He?” Reita mengernyitkan dahinya. Padahal ia belum bertanya apa-apa. “Kenapa?”
“Tidak enak badan, mungkin kecapek-an di tempat kerjanya.”
“Ternyata dia bisa sakit juga?” Reita memegangi dagunya. “Apa parah?” tanyanya lagi kembali berpaling pada Saga.
“Entahlah, tapi wajahnya pucat seperti mayat hidup. Mungkin sebentar lagi dia mati.” Jawab Saga ngasal. “aku permisi…,” Saga ngeloyor dengan tampang malas meninggalkan kedua kakak kelasnya yang cengok.
“Separah itukah?” Reita memangku kedua tangannya, “hmm… sebaiknya aku melihat keadaannya sepulang sekolah nanti,” gumam Reita sambil melirik Uruha.
“…….”
☆ナチュラルセンス☆ (◕‿◕✿)
“Thanks…” Tora mengambil minuman kaleng yang disodorkan wakil ketua Osisnya.
“Hm, jadi bagaimana menurutmu?” tanya Shou meletakan minuman kalengnya di dasar jendela sambil ikut melihat keluar sekolah, melihat keadaan halaman belakang sekolah mereka.
“Benar, dilihat dari jauhpun tempat pembuangan sampah itu sudah tidak layak dan tidak sehat. Jadi sebaiknya perlu di buat yang baru.”
“Tidak perlu, hanya perlu diperbaiki saja.”
“Itu sudah terlalu lama, mungkin dibuat sejak sekolah ini berdiri, memperbaikinya pun sama saja dengan membuat yang baru. Bahkan kalau perlu dibuat satu lagi tempat pembuangan sampah atau membuat dengan ukuran yang lebih besar,” Komentar ketua Osis BHS itu sambil membuka minuman kalengnya.
“Sekolah tidak akan selalu setuju dengan ajuan yang kita buat, kita juga harus mempertimbangkan biaya yang harus sekolah keluarkan. Sudah berapa proposal dari para anggota yang kita ajukan dalam beberapa bulan ini? belum lagi masih ada festival sekolah yang tentu saja memerlukan biaya yang sangat besar.”
Tora tersenyum meneguk minuman kalengnya, “kau jangan khawatir Shou, ini tentang masalah kesehatan sekolah ini yang itu juga merupakan tanggung jawab Rookie-sensei, jadi dia tidak akan menolak menandatangani proposalnya selama alasan yang kita buat kuat.”
“Cih! Kau selalu over-confident Kaichou..”
“Haha… itulah yang membuatku jadi seorang Shinji Amano!”
“Dan saat sesuatu berjalan tidak sesuai keinginanmu, kau akan berusaha merubahnya tetap seperti yang kau inginkan,” Shou menghela nafas berat.
“Ah, karena itu percayakan saja padaku tentang masalah ini.”
“Daripada mempercayakan aku lebih ingin mengatakan ‘terserahlah’,”ucap Shou sambil meneguk minuman kalengnya dan Tora hanya tersenyum tipis akan perkataan wakilnya. Shou kembali meletakan minuman kalengnya di dasar jendela masih menatap ke luar. Beberapa saat ia melirik ketuanya yang tenggelam dalam pandangannya menatap langit yang tampak sangat cerah siang ini sambil meneguk-neguk kecil minuman kalengnya.“Kemarin Haruka-sensei menghubungiku,” ucap Shou tiba-tiba, membuat seluruh perhatian ketuanya kembali padanya.
“Oh,” tanggap Tora seadanya.
“Dia bilang dia sudah menghubungimu sebelumnya?”
“Ya.”
“Dia ingin bertemu denganmu tapi kau menolaknya?”
“Itu juga iya,” Tora kembali meneguk sedikit minumannya.
“Kenapa?” Shou mengernyitkan dahinya.
“Kenapa?” Tora melirik Shou dengan ekor matanya lalu meletakan kaleng minumannya di dasar jendela, “aku yakin jika kau diposisiku kau pun akan melakukan hal yang sama,” ucapnya sambil tersenyum tipis.
“Aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi diantara kalian, tapi dia bilang dia hanya ingin minta maaf.”
“Ah! Jadi dia ingin minta maaf? kalau begitu aku sudah tahu apa yang ingin dibicarakannya.”
“Tapi dia ingin mengatakannya secara langsung di hadapanmu! Aku tahu sebenarnya sampai saat ini kau masih menyukai Haruka-sensei! Cobalah temui dia sekali saja!”
“Oh~ tentang masalah tempat pembuangan sampah—“
“Kita sudah selesai membicarakan itu.” Shou menyela.
Tora kembali melirik wakilnya dengan ekor matanya, lalu kembali tersenyum kecil menyandarkan tubuhnya ke dinding. “Dia mengatakan kalau aku tidak lebih dari seorang anak kecil dengan cinta monyetnya, di matanya…. aku hanya anak kecil yang sedang belajar bermain-main dengan perasaannya. Dia menyepelekan semua perasaan dan usahaku untuk mendapatkannya. Dia selalu lebih mementingkan pandangan orang-orang daripada perasaanku, menjadikan perbedaan usia sebagai alasan yang menurutku hanyalah omong kosongnya saja!” Tora meraih minuman kalengnya, “dan setelah sekian lama dia menghubungiku? Mengatakan ingin bertemu? Meminta maaf? lalu apalagi? mengatakan menyesal telah membuangku sambil terisak? Dan aku akan bersimpati padanya? … yang benar saja.” Tora kembali meneguk minumannya.
“Belum tentu seperti itu kan?” Shou mengernyitkan dahinya.
“Lalu apa? kau memintaku menemuinya untuk apa Shou-kun?” Tora tersenyum memalingkan wajahnya ke arah wakilnya.
“Aku hanya merasa….aku tak ingin kau menyesal karena tidak menemuinya?”
Tora menggelengkan kepalanya tersenyum.
“Kau tidak benar-benar serius dengan anak laki-laki itu kan?”
Tora menggulir-gulirkan kaleng minuman kosong di tangannya, menilik-nilik setiap tulisan di permukaannya, “aku masih mencari tahu itu….”
Shou mengernyitkan dahinya.
“Tapi untuk saat ini……. dia berada di posisi puncak sebagai sesuatu yang paling menyita perhatian dan emosiku.”
☆ナチュラルセンス☆ (◕‿◕✿)
“Huatchihh!!”
Saga berjalan menuju kelasnya sambil menggesek-gesek hidungnya yang mendadak terasa gatal. Itu bukan musim untuk orang terkena flu.
“Oi !!”
Saga menoleh ke belakangnya dimana tiba-tiba terdengar seseorang seperti menegurnya. Dan tampang malasnya tidak berubah sama sekali saat ia melihat seorang pangeran nomor 1 BHS yang memanggilnya. “Ya?” tanyanya dengan nada hidup segan mati tak mau.
☆ナチュラルセンス☆ (◕‿◕✿)
Ruki membuka lemari es dan mengambil sebotol air mineral lalu segera meneguknya. Makhluk minis itu kembali ke ruang utama sambil membawa botol air mineral yang tinggal sisa setengahnya lalu meletakan botol itu diatas meja dan ia kembali meringkukan tubuhnya di atas sofa dengan dibuntel selimut. Tubuhnya terasa dingin tapi nafasnya benar-benar panas sejak semalam dengan sedikit rasa pusing di kepala, tapi sekarang ia sudah merasa cukup lebih baik.
Mungkin karena kemarin dia menghabiskan waktu di Tropical Land, menaiki beberapa wahana yang membuat tubuhnya harus menyerap angin lebih banyak ditambah lagi ia harus bekerja setelahnya dan pulang larut malam.
Sebenarnya Ruki bermaksud tetap masuk sekolah tadi, tapi Saga mengunci pintu apartemennya dan membuatnya tak bisa keluar. Ruki tidak terlalu kesal dengan kelakukan Saga tapi ia harap Saga bisa segera pulang sebelum waktu jam kerjanya.
Trek!
Ruki membuka matanya mendengar seperti suara kunci dan pintu yang dibuka. Makhluk minis itu segera melirik jam di dinding.
Masih jam sekolah. Tapi apakah Saga sudah pulang?
Ruki membangunkan tubuhnya lalu menyingkap selimut yang membuntel(?)nya ketika suara pintu kembali tertutup. Saat Ruki hendak turun dari sofa sesuatu tiba-tiba mengejutkannya, karena bukan sosok Saga yang ia lihat datang dari pintu depan ke ruang utama melainkan seorang laki-laki brunette yang bahkan tidak pernah ia mimpikan(?) akan mendatangi apartemen itu.
“Uruha?!” Seru Ruki.
“Hn?” Uruha menaikan sebelah alisnya.
“Ba-bagaimana kau bisa sampai di sini?!” Ruki agak cengok masih sedikit terkejut.
“Aku naik mobil diantar sopir, karena sedang malas menyetir.” Jawab Uruha santai.
“Aku tidak perduli dengan itu! tapi untuk apa kau kemari? Bagaimana kau bisa tahu tempat ini? dan kenapa kau bisa membuka kunci pintu apartemen ini? ditambah lagi, inikan masih jam sekolah?!” cerocos(?) Ruki.
Uruha menyisir poni-poni rambutnya ke belakang, “apa kau bodoh? Untuk tahu sesuatu ya kita bertanya! Aku menanyakan alamat apartemen ini dan temanmu itu tiba-tiba memberikan kunci. Aku tidak heran jika dia sangat mempercayaiku sampai memberikan kunci apartemennya padaku tanpa ada rasa curiga sama sekali, walau bagaimanapun dia tahu aku Yuuji Kouyou yang tentu tidak ada tampang-tampang pencuri sama sekali.”
“Untuk apa kau kemari?” Tanya Ruki datar, mengabaikan cingcong Uruha yang hanya sedikit saja nyambung dengan pertanyaan-pertanyaannya.
“Untuk apa?” Uruha menaikan sebelah alisnya, memperhatikan Ruki dari ujung kaki sampai ujung rambut, “apa-apaan ini? katanya kau sekarat! Tapi kulihat kau seperti manusia yang sanggup hidup 1000 tahun lagi.”
“Ha?”
“Cis! Brengsek!” Uruha bergumam mengutuk Saga.
“Maksudmu kau datang untuk melihat keadaanku?”
Uruha menatap datar makhluk minis yang tengah menunjuk wajahnya sendiri setengah cengok.
“Oii, Kau tidak mau mempersilahkanku duduk?!” Tanya Uruha menujuk sofa di hadapannya, mengabaikan pertanyaan Ruki.
“He? oh, duduk saja!” Ruki segera membereskan selimutnya.
“Nadamu gak enak didengar!!” protes Uruha.
“Silahkan duduuuk~!” Ruki tersenyum maksa.
Uruha sedikit mendengus lalu segera mendudukan dirinya di satu sofa sambil menumpangkan satu kaki seperti kebiasaannya, sedikit menilik-nilik seisi penjuru ruangan apartemen Saga yang menurutnya tidak terlalu buruk seperti yang pernah ia bayangkan sebelumnya.
“Ah! Ini pertama kalinya kau kemari, mau minum sesuatu?” Tawar Ruki setelah selesai melipat selimutnya.
“Whiter chocolate mocca dengan cream mentah. Jangan lupa tabur sirup caramel,” Jawab Uruha sambil menyandarkan punggungnya ke sandaran sofa sambil memangku kedua tangannya.
“Di rumah kau minum yang begitu? di sini Cuma ada air putih.”
“HA?! LALU KENAPA TANYA MAU MINUM APA??! KASIH AIR PUTIH SAJA!!” Uruha nepsong.
“Aku kan tanya untuk formalitas. Kalau kau marah-marah terus , nanti cepet tua!” cibir Ruki.
“Kapan? Aku? Siapa yang marah-marah??”
“Nada bicaramu itu, kan kamu marah.”
“Bukan marah!! Aku Cuma kelebihan gairah!”
Ruki hanya tersenyum tipis sambil beranjak dari sofa menuju dapur, membuat Uruha yang melihatnya mengernyitkan dahi.
Entah kenapa ada perasaan senang dalam diri Ruki mendapati Uruha berkunjung ke apartemen itu untuk melihat keadaannya. Meski Uruha tidak mengatakannya secara terang, tapi sepertinya Ruki semakin mengerti pribadi Uruha.
“Benar-benar hanya air putih?” Uruha menatap satu gelas di atas meja di hadapannya tanpa ekspresi.
“Aku kan sudah bilang.”
Uruha hanya mendengus pelan dan karena rasa haus dikerongkongannya, makhluk brunette itu meraih segelas air putih di atas meja tersebu tlalu segera meneguknya. Saat Uruha tengah meneguk air putih itu ia sempat melirik Ruki yang terlihat menatapnya tak berkedip.
“Lihat apa kau?” tanya Uruha.
Ruki seperti sedikit tersentak dengan pertanyaan Uruha, “He? tidak. kupikir kau sedang haus, itu saja.”
“Apa itu aneh?”
“Itu pikiran refleks yang melintas di kepalaku.”
Uruha manyun-manyunin bibirnya mencibiri jawaban Ruki, membuat makhluk minis yang ia cibiri mendadak merasa ingin nyipok bibir keriting itu,eh! nonjok!.
Uruha kemudian memenilik-nilik, memutar-mutar permukaan gelasnya lalu kembali mendelik Ruki, “kau tidak menjilati ujung gelas ini dulu kan?”
“Untuk apa aku melakukan hal seperti itu?!” Ruki merasa sedikit jengkel mendapatkan pertanyaan aneh begitu.
“Mungkin saja kau ingin berciuman secara tidak langsung denganku.” Jawab Uruha innocent sambil kembali meletakan gelas kosongnya di atas meja.
“HAH?!!!! Bagaimana bisa pikiran seperti itu ada di kepalamu?!!” Ruki benar-benar jengkel sekarang.
“Aku hanya bercanda.”
“KAU TIDAK PUNYA WAJAH UNTUK BERCANDA!!!” Ruki menunjuk wajah Uruha semakin jengkel.
“JANGAN TERIAK-TERIAK DI DEPANKU!!!!” Uruha balik nyemprot(?).
Ruki sedikit mengembungkan kedua pipinya, “tidak lucu tahu!” dengus Ruki pelan. Makhluk minis itu seperti diingatkan kembali dengan kelakuannya sekitar 24 jam yang lalu di Tropical Land dan mendadak ia merasa jadi sedikit canggung. “Aaa…Uruha—“
“Ha?!”
Ruki sedikit menggaruk tengkuknya agak ragu dengan kata-kata yang hendak ia ucapkan, “ee… soal apa yang kukatakan kemarin, aku ingin kau melupakannya! Anggap saja aku tidak pernah mengatakan apa-apa!!” ucap Ruki tegas agak tertunduk. Ia tidak mau kalau harus semakin canggung saat bertemu dengan Uruha. Ia tidak menyesal telah mengatakannya tapi ia tidak mau Uruha menganggapnya seakan meminta jawaban atau berharap sebuah hubungan terjalin(?) diantara mereka seperti kebanyakan tujuan orang-orang yang menyatakan perasaannya.
“Tidak usah kau minta juga aku sudah lupa. Kau pikir aku orang yang akan menganggap serius sesuatu seperti itu? Apalagi kau yang mengatakannya?” Uruha mendelik.
“Ee… hha benar juga. Baguslah kalau begitu.” Ruki tertawa maksa, sedikit lega juga.
“Kau tidak terlihat seperti orang sakit sama sekali,” dengus Uruha.
“He? Y-ya… sekarang aku sudah lebih baik. Aku sudah sembuh.”
Uruha melirik pintu kamar Saga, “kamarnya Cuma ada satu. Kalian tidur satu ranjang?”
“Siapa?”
“Ya kau dengan best friendmu itu!”
“Tidak, aku tidur di sofa, di sini,” Ruki memukul-mukul sofa yang didudukinya, “barusan juga kau lihat sendiri kan aku tiduran di sini?”
“Ha? Haha….” Uruha maksa tertawa dan itu menciptakan tampang yang aneh di wajahnya, “aku tidak heran kenapa kau mau saja disuruh tidur di sofa, walau bagaimanapun itu sesuai denganmu. Masih untung tidak disuruh tidur di Toilet.”
“Tidak usah kau bilang aku tahu ini sesuai denganku, Tuan!!” UcapRuki jengkel, dengan penekanan pada kata ‘tuan’nya.
“Ppfftt….” Uruha mengolok. Laki-laki brunette itu kembali menegakan tubuhnya dan bersandar pada sandaran sofa, menatap Ruki dengan pandangan meremehkan khasnya, “kalau kau mau memohon dan berlutut di kakiku, mungkin aku akan berubah pikiran dan mau saja kembali tinggal satu atap denganmu,” Uruha tersenyum meremehkan. “Dengan begitu kau bisa kembali tidur di ranjang yang empuk dan besar dengan ruangan luas dan mendapatkan pelayanan setiap harinya.”
Ruki mendengus, “tidak perlu, lagipula aku sudah mendapatkan izin dari Kamijo-jiichan untuk tinggal sendiri. Sebentar lagi juga aku akan pindah dari sini dan mencari apartemen untuk diriku sendiri. Tinggal seorang diri itu lebih bebas dan menyenangkan!”
Uruha menaikan sebelah alisnya, “kenapa nadamu seperti seakan aku memintamu kembali ke rumah?!”
“Tidak begitu.”
“Terserah kalau itu menyenangkan untukmu! Itu juga menyenangkan untukku tidak ada orang kampungan sepertimu bergelindingan di rumah! Hiduplah sebagaimana orang miskin seharusnya!” Mendadak Uruha naik darah tanpa alasan(?) membuat Ruki bingung.
Drrtt…
Ruki segera merogoh ponsel di sakunya yang ia rasa bergetar. Uruha hanya mendelik makhluk minis itu yang mendadak air mukanya terlihat lebih cerah setelah melihat si pemanggil ponselnya. “Halo, Reita-senpai?” dan Uruha mendengus.
“Eh? tidak! hanya masuk angin biasa, aku tidak apa-apa haha...”
Uruha menurunkan satu kakinya yang sebelumnya ia tumpangkan di satu kaki yang lain, mengetuk-ngetukan jari telunjuknya di lengan sofa sambil mendelik makhluk minis itu yang terlihat asik berbicara di telepon.
“Tidak apa-apa! sama sekali tidak apa-apa, terimakasih sudah mengkhawatirkanku.” Ruki tersenyum lembut.
DUK!
Tanpa sadar Uruha menendang pelan kaki meja di hadapan kakinya membuat perhatian Ruki kembali padanya. “Apa yang kau lakukan Ur—”
GRAK!!
Ruki terkejut saat Uruha tiba-tiba berdiri dari kursinya dan dengan gerak cepat seakan menerjangnya. “Awas kalau kau bilang padanya aku ada di sini!!” Ancam Uruha agak berbisik agar suaranya tak terdengar seseorang di line telepon sana sambil membekap mulut Ruki.
Ruki hanya menganggukan kepalanya tak mengerti.
‘Halo? Ruki? Kau baik-baik saja?’
Uruha segera melepaskan bekapannya, “ya? Ha-Hai…aku baik-baik saja, maaf hha…” Ruki tertawa garing sementara Uruha mendudukan dirinya di samping makhluk minis itu sedikit menghela nafas.
“Ah iya, baiklah. Terimakasih.”
Uruha melirik Ruki di sampingnya yang mulai menjauhkan ponsel dari telinga. Sepertinya acara telepon-teleponannya dengan Reita sudah selesai.
“Apa katanya?” Tanya Uruha sedikit penasaran.
“He? ah, Katanya saat ini sedang jam pelajaran kosong jadi dia bisa menghubungiku.” Ruki kembali memasukan ponselnya ke saku celana.
“Hanya itu?” Uruha mengernyitkan dahinya.
“Tidak, dia juga menanyakan keadaanku dan meminta maaf tidak bisa menjenguk karena setelah pulang sekolah nanti ada kegiatan club.”
Uruha mendengus.
“Dia juga mengatakan agar aku cepat sem— hah?! kenapa aku harus mengatakan semuanya padamu?!”
“Aku pulang!” Uruha berdiri dari sofa.
“Eh? sudah mau pulang?”
“Sialan, kenapa juga aku harus repot-repot bolos pelajaran?” dengus Uruha pelan, berbicara pada dirinya sendiri sambil berjalan menuju pintu keluar mengabaikan pertanyaan Ruki.
“Aa….Uru?!” Seru Ruki, namun makhluk jangkung itu tetap mengabaikannya dan berjalan meninggalkannya dengan dipenuhi pikiran-pikirannya sendiri, “URUHA!!!”
“APA?!!!” Uruha menoleh dengan nepsong karena nada suara panggilan Ruki.
“Itu….Aku tahu ponselku kau yang merusaknya, tapi walaub agaimanapun kau juga telah menggantinya jadi ….terimakasih.”
Uruha membatu.
“Maaf, aku juga telah salah mengira nomor ponselmu adalah milik Reita.”
Uruha semakin membatu, namun ia segera memaksakan dirinya beranjak dari sana.
“Dan… terimakasih sudah mengkhawatirkanku!” Ruki iseng, sengaja agak mengeraskan suaranya karena Uruha sudah berjalan ke pintu.
“NGACA!!!”
JBRUD!!
Ruki hanya meyeringai tipis mendengar teriakan Uruha sebelum ia menutup pintu apartemen itu dengan nepsong. Makhluk minis itu melirik jam didinding, masih ada sekitar dua jam lagi untuknya berangkat kerja, karena itu Ruki kembali menarik selimut yang telah dilipatnya dan kembali meringkukan tubuhnya untuk mendapatkan lebih banyak istirahat agar keadaannya benar-benar lebih baik saat ia bekerja nanti.
☆ナチュラルセンス☆ (◕‿◕✿)
Saga berjalan di area parkir mobil menuju dimana mobil sport hitam ketua Osisnya terparkir. Beberapa saat kemudian ia melihat seseorang berdiri sambil bersandar ke pintu mobilnya tengah asik memainkan ponsel, laki-laki itu kemudian mengangkat wajahnya dan melambaikan tangan sambil tersenyum tipis saat melihat Saga.
Beberapa menit setelah bel pulang berbunyi, Saga mendapatkan pesan singkat dari kakak kelasnya itu agar menemuinya di area parkir dengan akhiran kata ‘PENTING’ di ujungnya.
Saga melihat Shou tengah duduk santai di samping jok kemudi mobil Tora sambil memperhatikannya berjalan mendekati ketua Osis BHS itu. Entah kenapa keberadaan wakil ketua Osis itu di sana membuat perasaan Saga sedikit tidak nyaman. Kenapa Tora harus memanggilnya saat ada wakilnya di sana?
“Jadi….” Saga menyandarkan belakang tubuhnya ke sebuah pintu mobil di samping mobil Tora sambil memasukan kedua tangannya ke saku celana seragamnya menghadap ketua Osis BHS itu. “Apa sesuatu yang PENTING itu?”
Tora menarik tubuhnya yang bersandar ke mobil, meraih ujung rambut di sekitar telinga Saga, lalu mendekatkan wajahnya ke telinga adik kelasnya itu, “aku hanya ingin melihatmu,” bisiknya pelan.
Saga melihat Shou di dalam sana masih memperhatikannya, dan laki-laki berambut hazel itu segera mendorong dada kakak kelasnya merasa sedikit tidak nyaman.
“Haha… baiklah, aku hanya ingin memberikan ini.” Tora mengeluarkan sebuah amplop dari saku kemeja seragamnya.
“Apa itu?” Saga mengernyitkan dahi.
“Ruki bilang dia tidak bisa keluar sebelum dia membayar biaya sewa tinggal di tempatmu sebanyak gajinya sebulan. Aku tidak tahu berapa tepatnya gajinya sebulan tapi untuk gaji di sebuah café kupikir ini tidak akan kurang.” Tora menyodorkan amplop itu pada Saga.
“Dia memintamu membayarkannya?”
“Tidak, tapi walau bagaimanapun juga dia adalah keluargaku, kupikir lebih baik gaji pertama hasil kerja kerasnya ia gunakan untuk sesuatu yang lain yang lebih ia inginkan.”
“Hm? Anda keluarga yang baik sekali.” Sindir Saga.
“Dia sudah seperti adikku sendiri.”
“Adik?” Saga menaikan sebelah alisnya.
“Ya, karena itu aku juga tidak ingin dia lebih lama lagi tinggal di tempatmu, aku tahu orang seperti apa kau dan aku yakin kau sedikitnya mengambil keuntungan dengan tinggalnya Ruki di tempatmu.”
Saga menyunggingkan senyum sinisnya, “baiklah aku terima ini, kakak yang baik!” Laki-laki berambut hazel itu merebut amplop di tangan kakak kelasnya.
“Oh, Aku juga akan segera mencarikannya apartemen untuk ia tinggali, jadi jangan usir dia sebelum aku mendapatkannya.”
“Baguslah. Cepat temukan secepatnya dengan begitu aku bisa kembali bebas tinggal seorang diri seperti sebelumnya. Kau pikir menyenangkan menampung anak itu di rumahku?” gerutu Saga.
Tora tertawa kecil, “akan kutemukan secepatnya.”
“Cis!” Saga mendengus sambil menarik belakang tubuhnya yang bersandar pada pintu mobil di belakangnya hendak beranjak dari sana namun Tora segera menarik lengannya kembali menyandarkan tubuh adik kelasnya itu pada mobil di belakangnya.
“WOI….WOOII….Ayo berangkat!!!” Dari dalam mobil Shou menggedor-gedor kaca pintu di samping jok kemudi di belakang Tora, melihat Ketua Osis BHS itu mulai berlaku tidak senonoh, membuat sang ketua tidak bisa bertahan lama mengecup bibirnya adik kelasnya.
“Baiklah…baiklah …!” Tora memukul pelan pintu mobilnya sambil tertawa kecil, ““Hn?” Tora mengernyitkan dahi saat ia kembali melihat Saga, merasa adik kelasnya itu memberikan tatapan seakan meminta penjelasan kenapa Shou di dalam mobilnya, “ah! Kami ada urusan sekolah di luar untuk nanti kembali lagi kemari, akan lebih enak kalau berangkat dalam satu mobil.”
“aku tidak perduli!”
“Baiklah, aku duluan!” Tora masuk ke dalam mobil sport hitamnya dan tidak lama kemudian mobil itu berjalan meninggalkan area parkir dan Saga yang masih berdiri di tempatnya, menatap amplop berisi sejumlah uang di tangannya.
☆ナチュラルセンス☆ (◕‿◕✿)
Uruha terlihat sedikit lesu saat ia keluar dari kelas bersama kedua pengikut setianya setelah tiduran sebentar di dalam kelas. Pulang dari tempat Ruki tadi Uruha kembali ke sekolah karena masih ada satu jam pelajaran lagi yang bisa ia ikuti sebelum pulang. Meski Uruha bisa dengan seenaknya bolos tapi dia tetap merasa takut jika Kamijo menemukannya.
Buk!
“Heh? Sorry!” Uruha hanya menatap sekilas seseorang yang tak sengaja bertabrakan bahu dengannya di koridor. Orang itu hanya tersenyum tipis lalu kembali melanjutkan perjalanannya sambil menepuk-nepuk bahunya.
Uruha kembali menoleh sedikit mengernyitkan dahinya pada laki-laki itu saat jarak mereka sudah semakin jauh, entah Cuma perasaannya saja tapi ia merasa familiar dengan sesuatu pada orang itu.
“Uruha-sama? ada apa?” tanya salah seorang pengikutnya heran.
“Ha? Tidak ada.” Jawab sang brunette lalu ia kembali melanjutkan perjalanannya menuju ruang loker masih sedikit bingung dengan sesuatu apa yang seakan mengganjal di hatinya sampai saat ia tengah hendak membuka sepatu kelasnya di ruang loker tiba-tiba ponselnya bergetar dan kedua mata kecoklatan Uruha membulat setelah membuka isi pesan yang masuk ke ponselnya.
“Uruha-sama?”
“Kalian duluan, aku ada sedikit urusan.”
“He? ee…baiklah..”
Uruha membatalkan niatnya membuka sepatu kelasnya dan berlari kembali menaiki tangga menuju lantai paling atas menuju atap dimana seseorang misterius yang mengirim pesan ke ponselnya memintanya menemuinya di sana.
Nafas Uruha sedikit ngos-ngosan setelah berlari dari lantai satu dan sekarang ia tengah tiba di atap sesuai yang orang itu minta. Uruha melihat seseorang berdiri menunggunya di sana sambil tersenyum tipis menyandarkan tubuhnya ke pagar pinggiran atap sekolah yang tak Uruha duga benar-benar orang yang bertabrakan dengannya di koridor tadi. Meski samar tapi Uruha masih bisa mengingat aroma tubuh itu….
“Kau….”
“Aku….” Orang itu menarik tubuhnya dari bersandar ke pagar dan berjalan menghampiri Uruha.
“Kau yang mengirim pesan ini?” Uruha menunjukan layar ponselnya dimana di sana terpampang sebuah foto dirinya dalam keadaan mabuk malam itu.
“Ya, dan aku masih punya banyak foto-foto seperti itu di ponselku.” Laki-laki dengan bibir gurame itu menunjukan layar ponselnya pada Uruha dimana disana terdapat beberapa foto laki-laki brunette yang tengah mabuk di atas tempat tidur.
“BRENGSEK!!!” Uruha refleks meninju sebelah pipi laki-laki bernama Shiroyama Yuu itu. “APA MASALAHMU HAH?!!!” Uruha menggamit keras seragam laki-laki di hadapannya geram.
Aoi hanya menyunggingkan bibir guramenya tipis sambil memegangi sebelah pipinya yang baru saja kena tinjuan Uruha. “Lucu sekali, kau tanya apa masalahku?” Aoi memegang pergelangan tangan Uruha yang menggamit kerah seragamnya dengan kuat dan semakin kuat.
“Ergh!” Uruha sedikit cengir segera melepaskan tangannya dari kerah seragam Aoi yang ia rasa hampir remuk sementara satu tangan Aoi yang lain mencekik leher dan mendorong tubuhnya sampai membentur dinding di samping pintu atap, mengunci satu pergelangan tangan Uruha di samping kepalanya.
“Aku hanya ingin kau sadar dan mengakui bahwa kau tidak lebih baik dariku dalam hal apapun ….dan semua orang harus tahu itu.”
Uruha mengernyitkan dahinya setengah cengir menahan cekikan yang tidak terlalu kuat di lehernya namun itu tetap membuat ia tidak nyaman bernafas.
“Ayo katakanlah Yuuji Kouyou-sama…. Bahwa kau tidak ada apa-apanya dibandingkan denganku! Kau tidak pantas mendapatkan banyak perhatian melebihiku!” Aoi semakin melebarkan bibir guramenya merasakan tangan Uruha yang terbebas berusaha melepaskan cekikannya. “Seorang laki-laki yang menggeliatkan tubuhnya untuk sentuhan laki-laki lainnya tidak pantas berada di atasku!” Aoi setengah berbisik di telinga Uruha.
“B-BRENGSEK!!!” Amuk Uruha. Namun itu tidak membuat cekikan dan kuncian tangan Aoi terlepas. “Dengar! Aku tidak pernah merasa membuat masalah denganmu! Aku tidak mengerti dengan apa yang kau ocehkan! Jika kau ingin bersaing denganku, tunjukan kalau kau pantas menjadi sainganku! Tidak dengan cara rendah seperti yang kau lakukan!”
Aoi semakin menguatkan cekikannya membuat Uruha merapatkan sebelah matanya, “Orang yang tidak pernah menghargai usaha bahkan mengabaikan keberadaanku tidak pantas mengatakan kata-kata keren seperti itu! kau pikir kenapa aku melakukan semua ini hah? karena aku terlalu muak dengan keacuhanmu! Kau terlalu meremehkan seorang Shiroyama Yuu.”
“Ekkh—“ Uruha sedikit mengaduh merasakan cekikan di lehernya yang semakin kuat meski ia
berusaha melepaskannya.
“Tidak seperti kearogananmu yang memuakan itu! Kau hanya tuan muda manja yang bahkan tidak punya kekuatan hanya untuk bisa menyingkirkan tanganku dilehermu….”
“Ekh! Breng—kh..“
Tap….Tap… Tap…
Aoi melirik ke arah pintu di sampingnya mendengar ada banyak suara langkah yang tengah menaiki tangga dan bibirnya menyungging tipis, “baiklah kalau kau tidak mau mengatakannya sekarang~” Aoi kembali mengalihkan tatapannya pada Uruha di hadapannya yang terlihat masih kesusahan berusaha melepaskan cekikannya. “Pernah mendengar yang namanya AoiHa FC?”Aoi menaikan sebelah alisnya, sedikit melonggarkan cekikannya memberikan Uruha kesempatan untuk menjawab pertanyaannya.
“Cis!…Sampah!!” Dengus Uruha.
“Ah! Jangan berkata kasar begitu, nanti mereka sakit hati.” Aoi tersenyum sementara Uruha menatapnya galak.
“APA PERDULIKU HAH?!”
“itulah yang membuatmu tidak pantas disenangi para makhluk manis itu! aku heran kenapa mereka masih saja tergila-gila padamu sementara sikapmu seperti ini, sekali-kali buatlah mereka senang~” Aoi tersenyum jahil. “Mau kutunjukan bagaimana caranya?”
“Ck! Aku tidak but—hhmp!!“
“Aoisama—“
Dan beberapa fangirls yang semakin lama semakin bertambah muncul dari tangga itu mendadak langsung cengok melihat dua orang laki-laki yang semakin mereka perjelas penglihatan mereka membuat mereka semakin yakin kalau dua orang itu adalah pairing idola mereka.
“HYAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!!” Para fangirls itu langsung berteriak histeris saat mereka sadari scene yang ada di depan mata mereka saat itu adalah scene yang selama ini hanya ada dalam khayal dan impian mereka.
☆TBC☆ (◕‿◕✿)
masih ditunggu kelanjutannya ya kakak
ReplyDelete:D