Author : Rukira Matsunori
Rated : T
Genre : AU/ gajeromance/ BL (MaleXMale)
Fandom(s) : the GazettE, alicenine, A(ACE), ViViD, ScReW,
D=OUT, Versailles, dkk?
Pairing(s) : Uruha x Ruki? Ruki x Uruha?, Tora x Saga.
Chapter(s) : 27
Warning : DRAMA~ LEBE~ XD
Length : 12 Pages (3.296
words)
Note : lama tak jumpa~~ XD *ditendang*
Chap 27 : ☆~Recognize~☆
Natural Sense ★~♪
☆ナチュラルセンス☆
Reita tersenyum kembali meneguk minuman kalengnya, matanya lurus
menatap ke depan, “Dia sangat menyukaimu Sharon-san, bahkan Uruha tidak pernah
melirik satu perempuan pun setelah kau pergi, itu karena dia tidak bisa
menggantikanmu dengan yang lain.”
“oh,” Sharon kembali tersenyum menatap es krim di tangannya yang
akan segera meleleh, “aku merasa bersalah dengan itu, padahal sebelumnya
kupikir dia tidak akan menanggapi kata-kata isengku itu…. Walau bagaimanapun
kami bukan sepasang kekasih. Dulu dia selalu mengatakan dia tidak ingin
menjalin hubungan yang serius dengan seorang perempuan bukan? Karena itu
kupikir aku pun termasuk dari salah satu perempuan yang ia maksudkan.” Sharon
tersenyum samar.
“Dia hanya takut kau hanya menyukai wajahnya haha…”
Sharon tersenyum menjilat eskrim-nya, “ya, kami bukan sepasang
kekasih tapi sebenarnya kata-kataku itu bukan iseng, aku memang tidak rela
kalau ia harus jatuh cinta dengan perempuan lain, sekalipun aku sendiri jatuh
cinta pada laki-laki lain di sana tapi aku tetap tidak rela jika Uruha
melakukannya. Dia tidak boleh melirik perempuan lain…Aku hanya akan rela
jika seorang laki-laki yang merebut Uruha dariku hahaha.”
Reita mendengus, “fujoshi itu menakutkan ya?”
“aku hanya merasa sayang Uruha harus jatuh ke pelukan seorang
perempuan, dia sebenarnya orang yang membutuhkan dukungan dan perlindungan
seseorang yang lebih tegar darinya dan kupikir tidak ada seorang wanita yang
bisa mengerti keadaannya itu selain aku? haha… Karena itu aku katakan padamu dahulu,
kalau aku menyerahkan Uruha padamu agar menjaganya, karena aku tahu kau
satu-satunya yang paling mengerti Uruha, kau satu-satunya yang pantas…” Sharon
menatap laki-laki bernoseband di sampingnya dengan lembut, “kenapa kau tidak
mengatakan perasaanmu padanya Reichan? Sampai kapan kau akan menyembunyikannya
dari Uruha? kau malah bersusah payah menyatukan Uruha dan Ruki, padahal kau
yang lebih dulu menyukai Uruha jauh sebelum Ruki datang bukan?”
Bibir Reita mengembang tipis, “ini bukan masalah siapa yang lebih
dulu menyukai Sharon-san,” laki-laki bernoseband itu menoleh pada wanita yang
lebih tua darinya sedikit tersenyum, “aku lebih dulu menyukainya, tapi bahkan aku
tidak pernah sekalipun diberi kesempatan mengecup bibir keritingnya itu haha,”
canda Reita garing. Lalu laki-laki bernoseband itu sedikit menekuk wajahnya,
“tapi Ruki mendapatkannya,” tambahnya dengan guratan senyum tipis. “Lebih dulu
menyukai bukan berarti dia yang pantas mendapatkan balasan perasaan dan bukan
berarti juga Uruha harus memilihku karena aku lebih dulu menyukainya. Itu tergantung
siapa yang dipilihnya dan yang aku lihat Uruha memilih Ruki dan Ruki pun
memiliki perasaan yang sama dengannya jadi mereka pantas bersama. Aku tahu
lukanya, aku tahu masa lalunya dan aku hanya ingin melihatnya bahagia,” Reita
sedikit menggelengkan kepalanya, “terdengar munafik tapi perasaan ingin
dipercaya dan tidak ingin kehilangan kepercayaannya sebagai seorang sahabat itu
lebih besar daripada perasaan ingin memilikinya sebagai sesuatu yang lain.
nafsu seperti itu hanya sesaat tapi persahabatan itu bisa terjalin bahkan
mungkin sampai mati. Aku ingin berada di sampingnya sebagai orang yang berarti
baginya, sebagai sahabatnya,” Reita sedikit menundukan wajahnya tersenyum
hambar lalu kembali meneguk minuman kalengnya.
“kau benar-benar orang yang baik Reichan~”
Reita menoleh pada wanita itu tersenyum iseng, “katakan kau jatuh cinta
padaku!”
“iya, kalau saja tidak ada seseorang yang menungguku di Canada,”
Sharon sedikit cengir.
“cis!” Reita mendengus.
“tapi Reichan… aku sering melihat kau mempunyai tatapan yang sangat
lembut ketika menatap Ruki, itu seperti tatapan yang sering kutemukan dulu
ketika aku menyadari kau menyukai Uruha. karena itu kupikir kau jangan-jangan
juga menyukai Ruki?” Sharon kembali melumat es krim di tangannya.
“mungkin….” Reita memutar-mutar kaleng minuman ditangannya, “sejak
awal aku melihatnya sebagai anak anjing yang lucu, boneka yang bisa kumainkan
seenaknya,” Reita tersenyum dengan kata-katanya sendiri, “tapi semakin aku
sering melihat anjing kecil itu tertawa, tersenyum, malu-malu, gugup bahkan ia
menangis di hadapanku. Kupikir seandainya dia bukan orang yang Uruha pilih,
mungkin aku akan berusaha memiliki anjing itu untuk diriku sendiri haha…” Reita
menoleh pada Sharon, “bercanda. kau tahu kan?….aku akan selalu meninggikan
siapapun orang yang Uruha sayangi, karena bagiku kalian adalah kebahagiaannya,”
Reita kembali tersenyum.
“tapi aku sudah menarik diri untuk membahagiakan Uruha.”
“aku tahu, karena itu Ruki adalah kebahagiaan Uruha sekarang. kau
setuju denganku?”
Sharon tertawa kecil, “selama yang mengatakannya adalah kau
Reichan. Kau yang paling tahu Uruha dan aku tahu nalurimu tentang apapun yang
berhubungan dengan Uruha tidak akan salah. Saat kau mengatakan ada seorang anak laki-laki manis yang sepertinya
akan merebut Uruha dariku itu membuatku penasaran, aku ingin tahu seperti apa
anak yang kau akui bisa merebut hati Uruha. Dan sejak pertama kali aku
melihatnya, dia sudah membuatku menyukainya.”
“Dia sudah mendapatkan dukungan penuh dariku, karena itu aku ingin
kau menilainya dari sudut pandangmu Sharon-san haha…”
“Sudah kukatakan pilihanmu tidak akan salah. Aku melihatnya seperti
anak laki-laki lugu penurut yang imut tapi aku tahu dia sebenarnya lebih kuat
dari Uruha.”
Reita mengacungkan jempolnya membuat Sharon tertawa. “dan dia anak
yang manis, aku suka sekali menggodanya.”
“Kau bahkan berhasil membuatnya menangis, kau tahu? dia sangat imut
saat menangis di hadapanku haha...”
“Eh? apa aku keterlaluan padanya?”
Reita menggelengkan kepalanya, “justru itu yang membuatnya mengakui
perasaannya sendiri.”
Sharon menyentuh ujung kepala Reita, lalu mengusap-usap rambutnya,
“sebaik apapun kau, aku tahu kau sering sekali terluka.”
“haha….justru karena aku baik— ah? tapi kau sampai menghabiskan
malammu dengan Uruha, tunanganmu pasti akan kecewa padamu.”
“kenapa dengan bermalam bersama? Selama kami tidak melakukan apapun
kupikir itu tidak apa-apa.”
“eh?”
☆
☆
☆
☆
☆
Reita sedikit tersenyum mengingat pembicaraannya dengan Sharon
sesaat sebelum Ruki menelponnya karena Uruha pingsan di Tropical Land tadi.
Mengingat pembicaraan terakhir mereka. Mengejutkan mereka tidak melakukan
apa-apa setelah semalaman bersama. Dan seharusnya Reita segera memberitahukan
itu pada Ruki, tapi ia menahan keinginannya.
Dan laki-laki bernoseband itu memutuskan untuk segera memarkir
mobilnya setelah mengantarkan Ruki tadi karena baru saja ia mendapatkan sebaris
pesan dari teman baiknya untuk menemuinya lagi di tempat biasa mereka bertemu.
Setahunya Uruha mengantarkan Sharon ke hotelnya, dan Reita pikir mereka akan
berlama-lama menghabiskan waktu bersama karena sebentar lagi Sharon kembali ke
negaranya? namun sepertinya tidak begitu.
☆ナチュラルセンス☆ (◕‿◕✿)
“Ruki? Kau baru pulang? Tadaima~” sambut seorang laki-laki yang
tidak pernah Ruki sangka akan berada di apartemen Saga saat itu.
“oh, iya sankyuu…” Ruki kembali melirik pintu masuk dan baru ia
sadari ada sepatu asing di sana. Saat datang tadi ia terburu-buru dan tidak
menyadarinya, hanya fokus membuka sneakernya dan segera meletakannya di rak.
Makhluk minis itu kembali mengalihkan pandangannya pada ketua Osis
BHS itu yang entah kenapa sudah terduduk di lantai sambil bersandar ke
pinggiran sofa sejak ia datang tadi, Ruki juga menemukan sekitar dua kancing
kemejanya terbuka, apa ia kegerahan? Ruki mengernyitkan dahinya, lalu apa itu
suara sesuatu yang terjatuh dan seperti benda besar membentur meja tadi?
“Ano… maaf, aku cukup terkejut melihatmu di sini hha.”
Tora tersenyum, “aku bermaksud mengunjungimu tapi katanya kau
sedang keluar. apa dengan teman sekolah?”
“iya, aku diajak Reita. Eh? mengunjungiku?”
“ya.”
Ruki melirik laki-laki berambut hazel yang bersila di atas sofa sambil
memeluk bantal, dan dengan innocentnya memainkan netbooknya tanpa sedikitpun
menunjukan ekspresi menyambut kepulangannya. Merasa sepasang mata menatapnya
dengan curiga, Saga mengalihkan fokusnya dari layar netbook dan melirik Ruki.
“Apa?” tanyanya sambil mengernyitkan dahi. “Oh ya, cepat sekali kau pulang?
Kupikir kau akan betah sampai malam di Tropical Land.” Sindir Saga.
“ah iya, itu……HA??!! aku harus kerja!!” tiba-tiba Ruki kembali
teringat alasan kenapa dia harus terburu-buru pulang. “Ah, maaf Tora-senpai,
aku sedang terburu-buru sekarang. aku tinggal tidak apa-apa?”
“oh ya, silahkan.”
“ah! Sebaiknya kau duduk di atas sofa! Kalau begitu aku permisi
dulu, maaf,” Ruki sedikit membungkukan tubuhnya lalu segera mengambil
pakaiannya dan melesat ke kamar mandi.
Saga sedikit menahan kekehan menutupi mulutnya dengan punggung
tangan. “Itu benar, sebaiknya kau duduk di atas sofa Kaichou-sama! kalau
seperti itu orang akan melihatmu seperti kau seorang babu yang sedang melayani
aku majikannya. Itu tidak baik untuk reputasi seorang yang sangat terhormat
seperti anda.” Saga menyingkirkan bantal yang dipeluknya.
“Ck!” Tora menyeringai tipis, “kalau ada tulang tubuhku yang patah,
aku akan meminta biaya pemulihannya.”
“kau tenang saja, tidak akan ada tulang yang patah hanya karena
terjatuh dari sofa.” Ucap Saga sambil menaikan resleting dan mengancingkan
celana cargo-nya.
“Terjatuh?” Tora mengernyitkan dahinya, lalu segera menarik satu
pergelangan tangan adik kelasnya, “tangan ini yang mendorongnya bukan?”
“Berterimakasihlah pada tanganku, karena mereka punya refleks yang
bagus. kalau tidak, maka imejmu di mata anak yang terlihat selalu menghormatimu
itu akan turun derajat lebih rendah daripada seorang babu.”
Tora kembali menyunggingkan senyuman tipisnya, “baiklah,
terimakasih.” Ketua Osis BHS itu mengecup telapak tangan dalam genggamannya
dengan iseng, membuat sang pemilik telapak tangan sontak segera menariknya
mendadak jadi salah tingkah, sementara Tora hanya tersenyum tipis menyadarinya.
Tora berdiri mengambil jaketnya, melirik Saga yang mulai kembali
berkutat dengan netbooknya lagi. Ketua Osis BHS itu kembali mendudukan tubuhnya
di samping adik kelasnya, mengecup bahu laki-laki yang lebih muda darinya itu.
“Terimakasih, sudah memberikan sedikit kepercayaan diri untuk macanmu.”
Saga melebarkan kedua matanya, refleks menoleh pada seseorang yang
baru saja berbisik di telinganya. “Kau mengotak-atik netbook-ku!!!!”
“Aku hanya tak sengaja melihatnya.”
“Kau membukanya?!!”
“Sedikit.”
Saga kembali memukul wajah yang tersenyum iseng di sampingnya
dengan bantal sofa untuk kedua kalinya hari ini dan Tora hanya terkekeh sambil
menangkap satu pergelangan tangan adik kelasnya itu, “seharusnya aku yang
marah, kau seenaknya mengambil gambarku dan mengoleksinya untuk dirimu sendiri.
Bersyukurlah aku tidak berpikir kau mungkin memantrai fotoku setiap hari.” Ucap
Tora iseng.
“Ya, aku mengutukmu!”
“Dengan cinta,” Tora tersenyum iseng.
Saga mendengus jengkel, “lepaskan!” perintahnya sambil
menggerak-gerakan pergelangan tangannya yang digenggam Tora.
“Bisakah kau memintanya dengan lebih manis? Tanpa harus menggunakan
nada memerintah seperti itu?”
Saga mendelik tidak suka dengan perkataan kakak kelasnya, “ajarkan
aku bagaimana yang kau sebut dengan ‘lebih manis’ itu,” tantang Saga.
Tora tersenyum tipis menarik pergelangan tangan dalam genggamannya
membuat tubuh sang pemilik tertarik semakin mendekat ke tubuhnya, “tolong
lepaskan tanganku… senpai?” bisik Tora dengan nada lemah.
“Ck!” Saga mendorong pelan kepala kakak kelasnya menjauhkannya dari
telinganya, “jangan harap kau akan mendengar kata-kata seperti itu dari
mulutku.”
“Hn?” senyum iseng Tora semakin melebar, “aku bisa membuatmu
meminta tolong dengan nada seperti itu….”
“Percaya diri seka—“
“…seandainya Ruki tidak cepat datang.”
Saga mematung.
Beberapa saat kemudian Ruki telah keluar dari kamar mandi sambil
mengelap rambutnya yang basah tanpa berbasa-basi pada dua orang yang duduk di
sofa sambil saling diam, Ruki terburu-buru membuka-buka tasnya.
“Tora senpai. Aku tinggal lagi ya, maaf.”
“Oh! Mau kuantar?” tawar Tora.
“He? tidak usah!”
“Tidak apa,” Tora berdiri dari sofa lalu mengenakan jaketnya, “mungkin
dengan mobilku akan lebih cepat sampai dari pada naik kereta. Sekalian saja,
aku juga akan ke daerah Shibuya….”
“Oh, kau mau ke Shibuya? ee…ya baiklah kalau begitu,” Ruki sedikit
menggaruk belakang kepalanya. “Maaf merepotkan,” Ruki membungkukan tubuhnya.
“haha… jangan selalu sungkan begitu denganku Ruki ! aku jadi merasa
tidak pernah akrab denganmu.”
“Benar! kau tidak perlu sehormat itu padanya! Dia bukan orang
seberwibawa seperti yang kau pikirkan!” celetuk Saga sambil kembali memainkan
netbooknya.
“Ha?”
Tora hanya tersenyum tipis memasukan tangannya ke saku jaket,
“Baiklah, ayo berangkat?” ajak Tora sambil berjalan menuju pintu.
“Oh iya, eh! Saga, aku berangkat!” Ruki buru-buru menyusul ketua
Osis BHS itu yang sudah lebih dulu menuju pintu keluar, dan Saga hanya menjawab
pamitan Ruki dengan sebuah ‘hn’-an. Suara pintu tertutup didengar Saga setelah kedua
orang itu selesai memakai sepatunya.
Saga menarik kedua tangannya dari keyboard dan beranjak turun dari
sofa, menengok kedua orang itu yang sudah benar-benar lenyap dari tempatnya.
Saga menghela nafas sambil beranjak ke kamarnya dan menjatuhkan tubuhnya di
atas tempat tidur. Ia menerawang sejenak ke langit-langit kamarnya sampai
akhirnya ia kembali membangunkan tubuhnya dan menuju sebuah cermin. Saga
menilik-nilik setiap inci lehernya, dan ia bersyukur daerah itu safe! kakak
kelasnya itu tidak meninggalkan bekas apapun di sana.
Saga menatap wajahnya di cermin dengan tatapan datar saat ia perlahan
mengangkat ujung t-shirtnya sampai perut dan dadanya yang sudah tidak putih
bersih lagi terpampang di cermin. Saga kembali segera menutup bagian tubuhnya
itu, entah kenapa bahkan ia sendiri malu melihatnya.
“Mandi!!” gumamnya tiba-tiba. Dia pikir dengan mandi bisa
menghilangkan bekas-bekas hickey itu ditubuhnya XD
☆ナチュラルセンス☆ (◕‿◕✿)
Tora menekan tombol elevator lantai paling bawah dimana parking
area apartemen itu berada sementara Ruki sibuk mengecek tasnya memastikan ia
tidak ketinggalan membawa seragam kerjanya.
“Sudah bertemu Kamijo-jiichan?” tanya Tora memecah keheningan.
“he? iya, aku sudah bertemu dengannya.”
“jadi….apa dia mengizinkanmu keluar dari rumah?” Tora menoleh pada
anak laki-laki di sampingnya.
“Iya, dia mengizinkanku tinggal sendiri tapi tetap saja dia tidak
mengizinkanku untuk bekerja, karena itu tolong rahasiakan soal pekerjaanku ini
ya hhe..” Ruki cengir kuda.
“jika itu permintaanmu Ruki,” Tora tersenyum tipis.
“Sebenarnya Kamijo-jiichan berniat mencarikan tempat tinggal
untukku dan dia juga akan mengirimiku uang setiap bulannya, tapi jika seperti
itu aku malah jadi semakin merepotkannya karena itu kukatakan biar aku mencari
apartemen untukku sendiri saja, karena dia pasti memilihkan apartemen yang
mewah sementara aku tidak berniat menggunakan semua uang yang akan dikirimnya.”
“haha… tentu saja dia tidak akan membiarkanmu tinggal di apartemen
yang sembarangan, padahal seharusnya kau terima saja kebaikannya Ruki, walau
bagaimanapun dia adalah kakekmu sekarang.”
“Aku tidak bisa.”
“Kau masih sungkan dengan Uruha?”
“tidak, itu….ah, dia juga mengatakan padaku tentang Uruha…”
Tora mengernyitkan dahinya, “tentang Uruha? maksudmu dia sudah memberitahumu
tentang Uruha—“
“Iya, Uruha juga bukan cucu kandungnya.”
“Hn,” Tora menganggukan kepalanya, “maaf, aku tidak memberitahumu
selama ini. aku merasa aku bukan orang yang berhak melakukan itu.”
“he? tidak apa-apa!! sama sekali tidak apa-apa hha…”
“Jadi? Kau lihat kan bagaimana Uruha? Seharusnya kau sudah tahu
sekarang bahwa kalian sama-sama cucu angkat, seharusnya kau tidak perlu merasa
tidak enak lagi dengan Uruha?”
Ruki menggelengkan kepalanya, “tidak, justru karena aku tahu dia
sama-sama bukan cucu kandung Kamijo-jiichan aku semakin mengerti ketakutannya.”
Ruki tersenyum tipis menekuk wajahnya. Tiba-tiba makhluk minis itu merasakan
sebuah tangan merangkul bahunya membuatnya menoleh dengan heran kearah
laki-laki yang jauh lebih tinggi darinya di sampingnya.
“Aku selalu menginginkan seorang adik perempuan, dulu aku selalu
menganggap Uruha adik perempuanku tapi tetap saja meski dia cantik dia tidak
lembut sama sekali dan sering sekali berlaku menyebalkan,” Tora tersenyum
menoleh ke arah Ruki, “tapi kupikir adik laki-laki pun tidak apa selama dia
punya sifat sepertimu.”
“He?”
“Tidak apa Uruha tidak mau menganggapmu keluarganya, bagiku kau
adalah adikku.”
“HEEEEEE??!!”
“benar kan? dalam hubungan keluarga pun, kau ini adikku kan? adik
yang jauuuh hha…”
“e…he…” Ruki menggaruk bawah pipinya. Kalau dipikir memang benar
karena Tora adalah cucu dari kakak Kamijo, tapi tetap saja Ruki tidak menyangka
orang yang selalu Ruki hormati seperti Tora menganggap dirinya seperti itu. Meski
Kamijo mengangkatnya sebagai cucunya tetap saja dia bukan cucu kandung dan Ruki
pikir tidak semua anggota keluarga Kamijo akan bisa menerimanya.
Beberapa saat kemudian pintu elevator terbuka secara otomatis saat Tora
dan Ruki telah sampai di lantai tujuan mereka, dan Tora segera melepaskan rangkulannya
di pundak Ruki saat mereka keluar memasuki parking area menuju mobil sport
hitam nya.
“Jadi, kau akan keluar dari apartemen Sakamoto dan mencari
apartemen sendiri?” tanya Tora sambil mematikan kunci mobilnya.
“Iya, setelah aku membayar apartemen Saga sebulan gajiku.”
“Mau aku bantu carikan?” Tanya Tora tersenyum sambil membuka pintu
mobilnya.
“He?! kalau kau yang mencari pasti akan sama saja dengan
Kamijo-jiichan!”
“Haha…tidak, akan kuusahakan sesuai keinginanmu,” Tora mulai duduk
di jok kemudinya dan menutup pintu di sampingnya.
“Tidak usah, aku tidak ingin merepotkanmu,” Ruki ikut duduk di jok
di samping Tora lalu menutup pintu mobilnya saat Tora tengah memasangkan
seatbelt ke tubuhnya.
“Sudah kubilang jangan sungkan denganku. Aku malah senang bisa
membantumu,” Tora tersenyum lebar sambil menyalakan mesin mobilnya.
Ruki melirik dengan curiga kakak kelas di sampingnya. Dia tahu Tora
orang yang baik tapi senyuman di wajahnya itu terlalu mencurigakan bagi makhluk
minis itu. Ruki pikir tentu saja kakak kelasnya itu akan senang kalau dia
minggat dari apartemen Saga karena dia sendiri merasa menjadi seperti
pangganggu menumpang di tempat tinggal Saga, kalau ia pergi dengan begitu Saga
kembali tinggal sendiri dan mungkin itu akan memberikan kebebasan
sebebas-bebasnya untuk ketua Osis BHS itu keluar masuk sana. Itu
ke-setengah-tsuudzon-an Ruki. Karena Ruki sendiri belum tahu secara nyata apa
yang terjadi diantara teman dan kakak kelasnya itu, ia hanya meyakini
terkaan-terkaan yang dibuat otaknya saja.
☆ナチュラルセンス☆ (◕‿◕✿)
Reita mendudukan dirinya di sebuah kursi berhadapan dengan seorang
teman laki-laki yang sudah lebih dulu menunggunya. “Ada apa?” tanyanya pada
laki-laki itu yang kini meneguk birnya.
“Ah! Aku tahu kau selalu tahu apa yang tidak ku ketahui,” Uruha
menunjuk Reita.
Laki-laki bernoseband temannya itu hanya mengernyitkan dahinya.
“Kau pasti tahu tentang wanita itu yang mengkhianatiku dan KAU DIAM
SAJA!!!” bentak Uruha tiba-tiba. Reita hanya menatapnya datar, ia melihat sudah
ada beberapa botol kosong di atas meja mereka.
“Kau mabuk?”
“Tidak, tidak! aku masih waras untuk mendengarkan pengakuanmu!”
Uruha kembali menuangkan birnya, “jadi….siapa laki-laki itu?”
Reita mengambil gelas di tangan Uruha dan meminum isinya, “aku
hanya ingin kau mendengarnya langsung dari mulutnya, bukan melalui pelantara
siapapun termasuk aku.”
“Ah! Siapa laki-laki itu? jangan katakan kalau dia jatuh cinta
denganmu…”
Reita mendengus, “Dia ditunangkan oleh keluarganya, awalnya dia
tidak menyukai laki-laki itu tapi semakin lama dia semakin mengenal
kepribadiannya, yang jelas dia laki-laki dengan tabiat yang berbeda denganmu
dan Sharon jatuh cinta padanya.”
“Ck!” Uruha memalingkan wajahnya, “brengsek!” dengus Uruha. “jadi
selama ini kau mentertawakanku diam-diam karena kau tahu dia mengkhianatiku!”
“Sharon tidak mengkhianatimu Uruha, kalian hanya teman bermesraan
dan bercinta , bukan sepasang kekasih.”
Uruha kembali memalingkan wajahnya ke arah Reita.
“Apa pernah sekali saja kau berusaha menghubunginya? Menanyakan
kabarnya? Atau mengatakan kau merindukannya?”
Uruha mengepal telapak tangannya kuat-kuat di atas meja, “tapi aku
selalu menunggunya! Bahkan aku tidak pernah menyentuh perempuan manapun setelah
kepergiannya!”
“tapi dia tidak tahu,” Reita tersenyum menyentuh gelas di atas
mejanya, “meski dia Sharon, dia seorang perempuan yang pasti butuh
diperhatikan. Jika ada seseorang yang lebih memperhatikannya disana tidak heran
jika dia jatuh cinta dengan orang itu.”
“Ck!” Uruha kembali merebut gelas kosong di tangan Reita dan
menuangkan birnya, “itu bukti bahwa kekhawatiranku sejak awal adalah benar!
semua wanita itu hanya menyukai wajahku!”
“Semua hanya akan menyukai wajahmu jika kau tidak punya sesuatu
yang lain untuk mereka nilai dan cintai.”
“Kau menceramahiku?” Uruha mendelik galak.
Reita menggelengkan kepalanya tersenyum, “ayolah Uruha! tidak semua
orang mengenalmu dengan baik sepertiku. Jangan selalu aku yang mengatakan pada
mereka kalau sebenarnya kau orang seperti
ini dan seperti itu. Kau bisa menjadikan ini sebuah pelajaran dan mulai
sekarang cobalah setidaknya tunjukan sisi manis atau perhatianmu pada seseorang
yang menurutmu pantas mendapatkan perlakuan seperti itu darimu!”
Uruha hanya mendengus jengkel sambil meneguk bir di gelasnya.
“Jika kau terus seperti ini, aku benar-benar akan menjadikan Ruki
milikku sendiri. Meski mungkin saat ini yang dia sukai adalah kau…” Reita
melirik Uruha dan laki-laki bernoseband itu melihat teman baiknya itu meletakan
gelas birnya sambil menatap sinis padanya.
“Ternyata kau tahu kalau anak itu menyukaiku?” Senyum sinis
tersungging di bibir kriting Uruha.
“Ck! kau bisa tersenyum bangga sekarang.” Reita balik membalas
senyuman sinis teman baiknya.
“Aah~ aku heran bukankah kau selalu berusaha mendapatkannya,
bersikap manis padanya tapi kenapa yang dia sukai malah aku?” Uruha menaikan
sebelah alisnya masih dengan senyuman sinisnya yang semakin melebar bangga.
“Mungkin karena wajahmu?” Reita ikut menaikan sebelah alisnya. “selama
aku terus berusaha mendapatkan hatinya suatu saat dia pasti akan kudapatkan
seperti halnya Sharon yang juga jatuh cinta dengan tunangannya di sana.” Sindir
Reita sinis terbawa suasana.
BRAK!
Uruha tiba-tiba menggebrak meja di depannya membuat semua
pengunjung mengalihkan perhatian mereka ke bangku dua orang sahabat baik itu.
“Lakukan sesukamu, Suzuki Akira!” Uruha memaksa tersenyum masih
mengepal tangannya di atas meja.
Reita tersenyum, “sesuai keinginamu, Yuuji Kouyou –sama~”
☆TBC☆ (◕‿◕✿)
Rukira_san >< hari2 berlalu dan dori selalu menantikan kelanjutan natural sense. Dori mengulang dan mengulang dan tak pernah bosaaaannnn >_< dori sngguh 2 menantikan lanjutanny :*
ReplyDelete