Author : Rukira Matsunori
Rated : T
Genre : AU/ gajeromance/ BL (MaleXMale)
Fandom(s) : the GazettE, alicenine, A(ACE), ViViD, ScReW,
D=OUT, Versailles, dkk?
Pairing(s) : Uruha x Ruki? Ruki x Uruha?, Tora x Saga.
Chapter(s) : 25
Warning : DRAMA~ LEBE~ XD
Length : 19 pages (5.303
words)
Note : gak baca ulang~
Chap 25 : ☆~Liberated~☆
Natural Sense ★~♪
☆ナチュラルセンス☆
“hei, duluan!”, salah seorang siswa kelas 2-3 yang telah selesai
dengan urusannya di loker, menepuk punggung Saga yang tengah asik memakai
sepatunya, berpamitan.
“oh”, Saga menganggukan kepalanya melihat orang itu sampai ia pergi
dan Saga kembali melanjutkan aktivitasnya memakai sepatu. Saga berdiri
menjinjing sepatu kelasnya dan memasukannya ke loker.
“tidak bersama Ruki?”
Saga refleks menoleh ke sampingnya mendengar suara seseorang yang
begitu-sangat-familiar-sekali di telinganya. Saga menatap beberapa saat orang
yang menyandarkan sebelah bahunya ke loker yang juga tengah menatapnya. “dia
bekerja, jadi dia sigap sekarang”, jawab Saga sambil mengunci pintu lokernya.
“hn….”
Saga kembali menoleh pada kakak kelasnya sambil mengernyitkan dahi
menyadari kakak kelasnya itu masih memperhatikannya dengan tatapan yang tidak
enak dilihat. “ada apa?”
“mana requestku?”, tanya Tora iseng.
“kau sinting?”
“apa salahnya meminta foto sebuah paha? Itu sama saja seperti aku
meminta foto sebuah wajah? Tangan? Kaki?”
Saga menatap kakak kelasnya itu datar kelewat jengkel. “terserah
kau sajalah”, ucapnya lalu melengos namun baru dua langkah kakinya berjalan,
lengannya ditarik seseorang di belakangnya dan berakhir kembali bersandar di
loker.
Tora menumpukan satu tangannya ke permukaan loker di samping wajah
Saga, “aku menyukai semua yang ada pada dirimu”, sedangkan satu tangannya yang
lain mulai asik memainkan ujung rambut Saga.
Saga sedikit menaikan sebelah alisnya tidak mengerti dengan
perkataan tiba-tiba kakak kelasnya.
“matamu”, Tora menyentuh mata adik kelasnya dengan ibu jarinya,
membuat Saga menutup satu matanya, “hidungmu”, Ketua Osis BHS itu mulai
menyentuh ujung hidung adik kelasnya dengan jari telunjuknya, “bibirmu”, Saga mulai
sedikit menggigit bibir bawahnya saat kakak kelasnya mengusap-usap bibirnya
dengan ibu jarinya. Tora tersenyum mendekatkan wajahnya membuat Saga menahan
nafas. “termasuk pahamu”, bisik Tora sedikit menggoda adik kelasnya yang kini
sudah melebarkan matanya dengan sempurna karena merasakan sesuatu
bergentayangan(?) di pahanya.
PAK!
Saga memukul tangan kakak kelasnya itu yang dengan iseng meremas pahanya,
lalu menginjak kaki laki-laki berambut raven itu tanpa ampun. “dasar tidak tahu
malu!”, Saga memaksa tersenyum sambil menggertakan giginya menginjak-injak kaki
di balik sepatu kakak kelasnya itu lalu beranjak dari sana dengan tampang wajah
yang sangat jengkel, namun tiba-tiba langkah Saga kembali berhenti.
“oh, Shou!”, seru Tora tersenyum melihat wakilnya itu sudah berdiri
tidak jauh dari tempatnya.
Saga mendengus melewati wakil ketua Osis BHS itu yang terlihat
membatu di tempatnya berdiri dengan langkah cepat. Sepertinya tidak sengaja dia
melihat Tora melecehkan adik kelasnya.
“kau menyusulku?”, tanya Tora santai sambil menghampiri wakilnya.
“ayo!”, Tora menepuk pundak Shou hendak pergi dari sana.
“tunggu! Tunggu! Tunggu! Tungguuu!!”
“hn?”, Tora kembali menoleh pada wakilnya yang sudah berbalik
posisi sambil menjulurkan tangan padanya seperti aba-aba ‘stop’.
“jelaskan padaku!”
“ya?”
“jelaskan apa maksud dari adegan yang kulihat barusan?! Ayo
Jelaskan!”, Shou mendadak tidak sabaran.
☆ナチュラルセンス☆ (◕‿◕✿)
“Selamat sore”, Ruki sedikit membungkukan tubuhnya pada pengunjung
baru cafenya. Dia seorang laki-laki kisaran usia 40 tahunan (lebih mungkin),
dengan seragam kantoran biasa. Laki-laki itu sedikit tersenyum tipis saat Ruki
menghampirinya. “pesanannya tuan?”
“oh ya”, laki-laki itu segera menyimpan sesuatu yang semanjak tadi
terlihat asik ia perhatikan di atas meja, lalu meraih buku menunya. Ruki
melihat itu sebuah foto kecil ukuran dompet dengan wajah seorang wanita cantik
di sana. tapi yang menarik perhatian Ruki adalah…..entah kenapa melihat foto
wanita itu mengingatkannya pada Uruha. mata sayunya, terutama bibir
keritingnya. Apa itu Cuma sebuah kebetulan?
“aa…ano”
Laki-laki itu mengalihkan perhatiannya sejenak dari buku menu dan
menoleh pada Ruki,”ya?”
“ah, wanita yang sangat cantik”, ucap Ruki sedikit canggung sambil
menunjuk foto yang ditaruh di atas meja laki-laki itu.
“oh, terimakasih”, Laki-laki itu kembali meraih foto kecil itu dan
menatapnya dengan senyuman tipis, “dia istriku”, tambahnya.
“ho”, Ruki mengangguk-anggukan kepalanya. “beruntung sekali anda
punya istri seperti beliau”, Ruki kembali memberikan komentarnya.
Laki-laki itu kembali tersenyum, namun tatapan matanya terlihat
begitu sedih. Itu yang Ruki rasakan. “benar, tapi dia merasa sial punya suami
sepertiku”
“eh?”
“dia pergi bersama laki-laki lain”, laki-laki itu tersenyum kecut,
“tapi mungkin itu karma untukku”
Ruki menelan ludahnya paksa merasa sedikit bersalah. “ano…maaf,
saya jadi membuat anda mengatakan hal seperti itu, maafkan atas kelancangan
saya!”
“tidak, tidak apa-apa”, Laki-laki itu kembali tersenyum.
☆ナチュラルセンス☆ (◕‿◕✿)
Ruki membersihkan salah satu meja bekas sepeninggalan(?) pengunjung
sambil membereskan piring-piring dan gelas di sana. Makhluk minis itu melihat
laki-laki tua yang sempat ia layani tadi berdiri dari kursinya seperti telah
selesai makan dan hendak pulang. Entah kenapa Ruki tidak bisa mengalihkan
perhatiannya dan terus melihat laki-laki itu sampai ia keluar pintu dan
berpapasan dengan seseorang di sana. Ruki mengernyitkan dahinya melihat Saga
masuk ke café tempatnya bekerja, untuk apa dia kesana? Lebih tepatnya, tumben.
dan Saga terlihat kembali menoleh ke belakang saat laki-laki itu berjalan
meninggalkannya.
“yo!”, Saga mengangkat tangannya saat melihat Ruki lalu segera
menghampiri makhluk minis itu.
“ada apa? tumben kau kemari?”, tanya Ruki sedikit heran.
“terserah aku kan?”, Saga duduk di kursi meja yang sedang Ruki
bersihkan lalu meraih buku menunya. “eh, laki-laki yang baru saja keluar, makan
di sini?”, tanya Saga tiba-tiba.
“siapa?”
“yang barusan. Dia berpapasan denganku di pintu”
“yang barusan. Dia berpapasan denganku di pintu”
“oh, ya. kenapa?”
“kupikir dia orang gila haha”, Saga sedikit men-slap permukaan meja
tertawa garing, “aku jadi merasa bersalah”, ucap laki-laki berambut hazel itu
lalu kembali focus pada buku menunya.
“kau pernah bertemu dengannya?”, tanya Ruki sedikit penasaran.
“ya, dia berteriak-teriak mengaku-ngaku sebagai ayah Uruha tapi
bahkan Uruha tidak menghiraukannya, dia malah seperti orang ketakutan
dikejar-kejar maling”, jawab Saga tanpa mengalihkan matanya melihat-lihat menu.
“ha??? kapan itu? kau tidak pernah cerita padaku!”
“beberapa hari yang lalu, lumayan lama lah”, jawab Saga tidak
terlalu perduli.
“dia benar-benar mengaku sebagai ayah Uruha?”, Ruki meremas
jari-jari tangannya mengingat foto istri laki-laki itu yang begitu mirip dengan
Uruha.
“sekedengaran telingaku begitu. tapi kau lihat sendiri kan? dia
seperti pegawai kantoran biasa, mana mungkin ayah Uruha seperti itu. lagipula
kenapa Uruha harus menghindar kalau benar dia ayahnya”
Ruki mendadak berlari ke arah pintu membuat Saga mengernyitkan
dahinya. Makhluk minis itu melihat keluar café mencoba mencari bapak-bapak itu
yang kemungkinan besar benar-benar ayah Uruha, namun ia tak menemukan sosok
itu, Ruki sedikit menggigit bibir bawahnya kecewa. Wanita dalam foto itu pasti
ibu Uruha, itulah kenapa Ruki merasa ia begitu mirip dengan Uruha.
☆ナチュラルセンス☆ (◕‿◕✿)
Shou menatap ketua-nya dengan pandangan horror, “kau……aku tidak
bisa percaya ini!”, wakil ketua Osis BHS itu memegangi kepalanya terlihat
frustasi. Mereka telah menyelesaikan kegiatan mereka di ruang Osis dan sekarang
semua anggota mereka telah pulang tapi Shou masih dipenuhi pikirannya dengan
kenyataan tentang ketuanya.
“ayolah Shou, kau tahu seleraku. Aku suka sesuatu apapun yang
cantik dan dia tidak keluar dari itu. dia cantik bukan?!”
“dia laki-laki !”, Shou menarik kerah seragam ketuanya dengan
tatapan datar.
“tapi dia cantik”
“argh!!”, Shou mengacak-acak rambutnya sendiri membuatnya
berantakan dan itu bukan kebiasaannya memberantakan rambutnya sendiri kalau
bukan Tora yang melakukanya. “kau mulai bosan dengan para tante-tantemu itu dan
beralih pada laki-laki?”
“entahlah, tapi tidak ada anak laki-laki yang membuatku tertarik
selain dia”, jawab Tora santai sambil menyandarkan punggungnya ke sandaran
kursi.
“tapi….tapi kenapa anak itu?! bukankah selama ini kau membencinya?!
Dia yang telah membuat Haruka-sensei dipecat dari sekolah ini, apa kau lupa?!”
Tora memutar bola matanya kea rah wakilnya, “kau salah Shou”, Shou
mengernyitkan dahinya atas perkataan ketuanya, “aku tidak pernah memberitahumu
karena ini akan terdengar memalukan untukku”, Tora menaruh kedua tangannya di
atas meja di hadapannya, memain-mainkan jarinya di sana, “tapi ciuman yang
ditangkap anak itu, adalah sebuah ciuman perpisahan dari wanita itu untukku”
Shou sedikit melebarkan matanya. Ia tidak pernah mendengar itu
sebelumnya.
“sejak awal dia hanya menganggapku anak kecil, dia hanya menganggap
perasaanku sebuah lelucon, itu memuakkan setiap kali aku mengingatnya”, Tora
sedikit menekuk wajahnya, tersenyum kecut. “moodku selalu berubah buruk setiap
mengingat wanita itu, jadi mari kita hentikan ini”, Tora merogoh ponselnya dan
Shou hanya menatap ketua Osis BHS itu dengan sedikit perasaan iba. “biarkan aku
memperbaiki moodku”, Tora tersenyum ke arah Shou dan wakilnya itu hanya
menaikan alisnya tidak mengerti dengan apa maksudnya dengan memperbaiki mood?
“Moshi-moshi~”
“Moshi-moshi~”
Shou semakin menaikan sebelah alisnya melihat senyum mencurigakan
tergurat di wajah ketuanya.
“malam ini malam minggu, waktunya sepasang kekasih keluar untuk
kencan haha”, Tora sedikit mengedipi Shou membuat laki-laki bermata candy-candy
itu merinding. Sepertinya dia tahu siapa yang sekarang sedang dihubungi
ketuanya. “eh? kalau begitu, besok?”
Shou segera berdiri dari kursinya dan mengambil tasnya yang
tergantung di hanger.
“tapi—“
Shou melirik Tora yang melepaskan ponselnya dari telinganya dan
sekarang sedang menatap layar ponselnya sendiri terlihat kecewa berat.
“kenapa?”, tanya wakil ketua Osis BHS itu sedikit penasaran.
“ck! dia tidak membantuku memperbaiki mood”
☆ナチュラルセンス☆ (◕‿◕✿)
Ruki melirik jam digital di ponselnya. Pukul 10:10 pm.
Makhluk minis itu menyandarkan punggungnya ke sandaran bangku di
kereta itu menatap ke langit-langit. Besok ia akan pergi ke Tropical Land, itu
membuatnya tidak sabar. Ruki tahu dia mungkin seperti anak kecil karena merasa
bahagia hanya karena diajak ke tempat bermain seperti itu. Uruha mengatakan
Tropical Land adalah tempat bermain untuk anak-anak tapi Ruki tidak perduli,
apakah anak-anak diperbolehkan menaiki wahana roller coaster? Tidak kan?
berarti itu bukan tempat bermain anak-anak.
Drrrrtt..
Ruki mengangkat ponsel di tangannya ke depan wajahnya. Ada pesan
masuk.
Hei !
Ruki menatap pesan itu selama beberapa lama. Itu pesan dari nomor
Uruha yang sempat ia kira nomor Reita. benar! tidak salah lagi, Uruha
mengiriminya pesan?
Ya?
Ruki menarik nafasnya saat pesan balasannya terkirim. Makhluk minis
itu sedikit mengacak-acak rambutnya sendiri merasa jengkel, kenapa dia jadi
deg-deg-an?
Dan Ruki berhenti mengacak-acak rambutnya saat ponselnya kembali
bergetar tanda satu pesan lagi masuk ke ponselnya. Ruki segera membukanya.
Ada yang ingin kutanyakan padamu.
Ruki segera kembali mengetik pesan balasan.
Apa?
Ruki kembali menarik nafasnya sampai beberapa menit kemudian satu
pesan lagi datang.
Sebenarnya bagaimana perasaanmu pada Uruha?
Ruki menatap datar layar ponselnya sendiri. jadi Reita belum
memberitahu Uruha kalau ia sudah memberitahunya soal kebenaran nomor itu? entah
kenapa rasanya Ruki ingin terkikik namun ia tidak melakukannya. Tapi apa maksud
dari pertanyaan Uruha itu? Ruki sedikit memajukan bibir bawahnya. Uruha ingin
mencoba mengintrogasinya dengan mengkambing hitamkan Reita?
Eh kenapa tiba-tiba?
Bukankah aku sering mengatakannya padamu, Reita senpai.
Aku membencinya.
Ruki tersenyum lebar saat pesannya berhasil terkirim tanpa hambatan
apapun. Dan tidak perlu waktu lama Uruha kembali membalas pesannya.
Dia juga benci padamu!
Ruki sedikit cengir membaca balasan Uruha. Apa laki-laki itu
benar-benar niat menyamar sebagai Reita? Kalau iya seharusnya dia merubah sedikit
gaya bahasa tulisannya. Sekalipun Reita tidak memberitahukan kebenarannya,
kalau tetap begitu bahasa tulisannya Ruki akan tetap meragukan kalau itu
benar-benar Reita.
Aku tahu. karena itu aku membencinya.
Ruki kembali menyandarkan punggungnya ke sandaran bangku kereta.
Hampir 5 menit berlalu tapi ponselnya tidak juga bergetar lagi karena sebuah
pesan, padahal sebelumnya cukup dengan satu menit saja balasan Uruha sudah
datang. Sepertinya Uruha sudah menyerah untuk mengintrogasinya. Ruki kembali
memasukan ponselnya ke dalam saku seragamnya lalu memejamkan mata mencoba untuk
mengistirahatkan dirinya sejenak, dan hanya sekitar 5 menit saja Ruki tertidur
keretanya sudah sampai di tempat tujuannya.
☆ナチュラルセンス☆ (◕‿◕✿)
Uruha berusaha memejamkan matanya, tapi tidak bisa.
Makhluk cantik itu terus berguling-guling di atas tempat tidurnya
sampai tiba-tiba ponselnya bordering dan Uruha segera menedang-nendang selimut
yang menutupi sebagian tubuhnya. Membangunkan tubuhnya mengambil satu ponselnya
yang berdering (ada 2 ponsel di sana). Sejenak Uruha memeriksa terlebih dahulu
siapa nomor yang memanggilnya, jika ia tanpa nama maka ia akan mengabaikannya,
karena paling hanya dari fans-fans gilanya.
Namun Uruha melihat nama ‘si bartender’ yang berkedip-kedip di layar
ponselnya, sang brunette itu pun segera mengangkat panggilannya karena
bartender itu pasti akan mengabarinya soal orang misterius yang telah
membawanya ke hotel saat mabuk malam itu.
“ya!”
‘moshi-moshi…’
Uruha sedikit menaikan sebelah alisnya mendengar nada bicara si
bartender itu terdengar begitu santai. “ada apa?”
‘jadi kau menyuruh bartender itu untuk memberimu kabar setiap aku
datang ke bar-nya? Rupanya kau penasaran denganku….Uruha?’
Kedua mata Uruha melebar dengan sempurna, “KAU!!!”, bentaknya
refleks.
‘ya, ini aku. orang yang membawamu ke hotel waktu itu’
Uruha meremas sprei yang membalut permukaan tempat tidurnya, “siapa
kau?”
Uruha mendengar orang itu sedikit tertawa kecil, ‘bukan
siapa-siapa. Sebaiknya kau tidak usah tahu siapa aku Uruha. dan berhenti
melakukan hal konyol seperti menyuruh bartender itu untuk menyelidikiku.
Sebaiknya kita lupakan saja malam itu’
“brengsek! Tung—“
‘dan jangan berpikir untuk datang kemari, percuma. Karena aku akan
segera pergi sekarang juga. Jadi jika ada hal yang ingin kau pastikan denganku,
tanyakan sekarang!’
“kau—“
‘atau ku tutup teleponnya?’
Uruha mendengus memukulkan satu tangannya ke permukaan tempat tidur
begitu jengkel. “katakan!”
‘ya?’
“Apa yang kau lakukan malam itu?”, Uruha sedikit ragu menanyakan,
itu terdengar benar-benar memalukan untuk dipertanyakan(?), sementara orang
yang ia tanyai adalah seorang laki-laki dan dan dia sendiri laki-laki. Rasanya
Uruha ingin mengubur dirinya sendiri sekarang juga.
‘oh~’
“apa maksudmu dengan ‘oh’??”
‘hei tenanglah Uruha’
“AKU TIDAK BIS—“, Uruha tidak menyelesaikan kalimatnya lalu menarik
nafas dalam-dalam mencoba lebih tenang, “baiklah, katakan!”
‘seharusnya kau berterimakasih padaku, aku sudah membawamu dari
bar, membantumu menyewakan hotel juga menidurkanmu di sana dan….’
“apa?”, Uruha mengernyitkan dahinya.
‘percayalah, aku tidak melakukan apa-apa. aku hanya melihat kau
begitu kepanasan karena itu aku membantumu melepas pakaianmu’
“be-benarkah?”, Uruha merasa sedikit lega mendengarnya.
‘ya, apa kau berharap aku melakukan sesuatu yang lain?’
“jaga bicaramu!”
‘hahaha….’
Uruha menyisir rambut-rambutnya dengan kelima jarinya, “baiklah
jika begitu—“
‘aku hanya sedikit menyentuhmu’
Uruha kembali melebarkan kedua matanya, “HAH?!”
‘ya, saat aku membantumu melepaskan pakaianmu karena kegerahan,
tentu tanganku sedikitnya menyentuhmu’
“cis! jangan membuat orang berpikir—“
‘dan tubuhnya bereaksi dengan itu. mungkin karena efek minuman?’
“……..”
‘aku tidak mau mengatakan ini, tapi waktu itu kau terlihat sangat
membutuhkannya, jadi aku sedikit memberikan apa yang kau butuhkan’
“b-BRENGSEK!!! ITU TIDAK MUNGKIN!!”, nada suara Uruha meninggi
dengan drastis.
‘aku serius! Dan kau menikmati semua perlakuanku, kau
memperlihatkannya melalui gerak tubuhmu’
Uruha menggigit bibir bawahnya begitu kuat, tangannya meremat sprei
di bawah tangannya. Amarahnya akan meledak dalam hitungan detik.
‘tapi aku yakin ada seseorang dalam pikiranmu waktu itu, yang
mungkin kau berpikir kalau setiap sentuhan dariku adalah miliknya’,
Uruha sedikit melonggarkan rematan tangannya di sprei, ‘aku tidak tahu siapa
yang kau pikirkan, tapi aku hanya mendengar kau mendesiskan err….maniak sesama
jenis atau apa? aku tidak terlalu mengingatnya’
Uruha refleks membungkam mulutnya, “b- BERISIK KAU!!”, Bentak Uruha
sekali lagi. Daripada disebut ngamuk, Uruha lebih terlihat mulai salah tingkah
sekarang.
‘tapi percayalah, aku bahkan tidak menyentuh resleting celanamu.
Aku hanya……ya kau tahu, hanya tubuh bagian atasmu saja yang ku jamahi… hahah’
“BRENGSEK!! TUNGGU KAU DISANA!!! AKU AKAN MENGHAJARMU SAMPAI KAU
TIDAK BISA LAGI MELIHAT DUNIA INI!!”
‘jaa…Uru-ha’
“WOI !!!”, Uruha melihat layar ponselnya, “WOOOIIII!!!”, Uruha
nepsong meneriaki layar ponselnya sendiri, namun orang itu sudah benar-benar
menutup sambungan teleponnya jadi dia beruntung tidak mendengar teriakan amukan
Uruha. Uruha segera melemparkan ponselnya sembarang ke atas meja lalu
menjatuhkan tubuhnya kembali ke atas tempat tidur, memukulkan sebelah kepalan
tangannya ke atas permukaan kasur dengan jengkel. Sang brunette menatap
langit-langit kamarnya, entah kenapa ia merasa seakan familiar dengan suara
tawa orang di telepon itu, bahkan nada suaranya? Atau hanya perasaannya saja?
“ck!!”
Walau bagaimanapun Uruha akan menemukan orang itu bagaimanapun
caranya. Uruha tidak akan membiarkan orang yang dengan seenaknya menyentuhnya
tanpa seizinnya itu berkeliaran dengan bebas sambil tersenyum, tidak akan!
“Arrgghh!!!”, Uruha menutupi wajahnya sendiri dengan kedua tangannya begitu
kesal.
“aku hanya mendengar kau mendesiskan err….maniak sesama jenis atau
apa?”
Uruha menurunkan sedikit kedua tangan yang menutupi wajahnya.
Benar. Kenapa Uruha begitu yakin kalau orang itu melakukan sesuatu
padanya meski bahkan ia tidak ingat apapun. Itu karena ia bermimpi. Tapi tidak
mungkin orang yang ada dalam mimpinya itu yang melakukannya. Uruha tahu itu
hanya mimpinya, dan meski ia benci mengakui itu tapi Uruha tidak bisa melupakan
mimpinya. Bagaimana dia menyentuhnya, mengecupnya, tapi itu hanya ada dalam
mimpinya, pada kenyataannya bukan dia yang melakukannya. Sekali lagi Uruha
BENCI mengakui ini tapi dia memang menikmatinya, bukan karena sentuhan orang
itu tapi karena orang itu yang ada dalam mimpinya.
☆ナチュラルセンス☆ (◕‿◕✿)
Trek.
Sang bartender segera mengambil ponselnya dari pemuda asing yang
tadi tiba-tiba merebut ponselnya saat ia mencoba menghubungi Uruha.
Pemuda itu menatap bartender di hadapannya dengan senyuman tipis.
“lain kali kalau aku melihatmu mencoba menghubunginya lagi saat aku datang
kemari, aku tidak akan sudi lagi datang kemari dan akan kusebarkan kalau bar
ini memiliki pelayanan yang buruk atau aku laporkan kau pada atasanmu agar kau
dipecat!”
“eeh! Ja-jangan! Tolong jangan lakukan itu! aku mohon!!”
“baiklah, kalau begitu biarkan aku merasa nyaman menghabiskan
waktuku di sini”
“h-hai, maaf”, bartender itu menganggukan kepalanya kuat.
Pemuda itu kembali tersenyum tipis lalu menepuk-nepuk dada sang
bartender dan ia segera beranjak dari sana.
☆ナチュラルセンス☆ (◕‿◕✿)
Mulut Ruki membulat, wajahnya terlihat sangat sumringah dan Reita
yang melihat itu hanya tersenyum sedangkan Uruha terlihat risih karena sikap
Ruki benar-benar norak. Wajar saja kan? Sudah 17 tahun dia hidup dan ia baru
bisa mendatangi Tropical Land yang sejak dulu hanya ada dalam mimpinya. Ruki pikir ia tidak akan bisa masuk ke tempat
itu dan hanya bisa melihatnya di televisi.
“Nee…Ruki-kun, kau terlihat sangat senang”, Ucap Sharon melihat
ekspresi Ruki.
“he? aa..i-iya, ini pertama kalinya aku datang kemari hhe…”, jawab
Ruki malu-malu.
“bukankah kau pernah ke sini sebelumnya?”, tanya Reita. Uruha
sedikit tersindir dan ia berpura-pura melihat-lihat ke sekeliling.“Uruha pernah
bilang dia mengantarkanmu ke mari sebelum menemuiku”, Reita menoleh pada Uruha,
“benarkan?”, tanya makhluk bernoseband itu pada teman baiknya yang bahkan tidak
menghiraukan pertanyaannya.
“oh, itu….itu tidak jadi hha uangku ketinggalan jadi aku tidak bisa
masuk”, Ruki menggaruk-garuk belakang kepalanya. Sejak Reita menjemputnya ke apartemen
Saga sebenarnya makhluk minis itu agak canggung bicara dengan Reita karena
kejadian di lorong toilet restoran itu. tapi Reita selalu mengajaknya bicara
dan dia terlihat santai-santai saja seakan tidak pernah terjadi apa-apa, jadi
Ruki merasa malu sendiri kalau hanya ia yang canggung sendiri. tapi makhluk
minis itu masih belum berani kalau mereka harus bertemu pandang.
“uuhh…”, Sharon mencubit pipi Ruki gemas, “kalau begitu sekarang
kau nikmati hari ini sepuasnya ne?”
“h-hai”, Ruki mengangguk dengan antusias.
“kalau begitu kau ingin naik wahana apa dulu?”, tanya Reita.
“oh, aku yang memutuskan?”, Ruki menunjuk dirinya sendiri sedikit
cengok.
“ya, karena hampir semua sudah kami naiki jadi kami tahu bagaimana
rasanya, jadi tergantung padamu ingin menaiki apa-apa saja?”, Reita tersenyum.
“oh hai”, Ruki kembali menganggukan kepalanya. “kalau begitu aku
ingin naik rollercoaster, sejak dulu aku selalu ingin mencobanya”, ucap Ruki
polos. Uruha menatapnya horror.
“heh! Sok jago sekali kau pertama kali datang langsung mau naik
rollercoaster!! Kalau kau pingsan memangnya siapa yang mau merawatmu hah?”,
mendadak Uruha nepsong.
“biar aku yang merawatnya”, ucap Reita merangkul bahu Ruki. Uruha
segera memelototi laki-laki bernoseband itu. “hei Ruki, Uruha selalu mengatakan
kalau tempat ini adalah tempat bermain anak-anak, tapi sejujurnya dia hanya
takut kalau diajak menaiki wahana-wahana di sini”, sindir Reita sambil melirik
Uruha meremehkan.
“Heh! Jaga bicaramu!! Sebaiknya kau pegangi saja kain di hidungmu
itu agar tidak terbang!”
“jangan sampai kau ngompol Uruha”
“brengsek kau!”
Sharon hanya terkikik lalu mendekati Ruki, membiarkan dua laki-laki
teman baik itu cek-cok semau mereka. “Nee Ruki-kun, ayo!”
“iya”, Ruki menganggukan kepalanya, sejenak mengernyitkan dahi
melihat Reita dan Uruha yang masih beradu mulut saling mengatai. “ano…memangnya
Uruha benar-benar takut naik rollercoaster?”, tanya Ruki sedikit penasaran pada
wanita bule yang berjalan di sampingnya.
“iya, setahuku begitu. Reita sering mengatakan itu dulu untuk
mengolok-oloknya”, jawab Sharon sedikit tersenyum.
Ruki mengernyitkan dahinya. Seorang Uruha yang sok keren sok jago
itu takut naik rollercoaster? Fakta yang menggelikan lagi yang Ruki dapatkan.
☆ナチュラルセンス☆ (◕‿◕✿)
Ruki dan Reita menatap Uruha datar setelah mereka turun dari
rollercoaster yang baru saja mereka naiki. Ruki akui itu cukup membuat
jantungnya berdebar dengan cepat dan dia berteriak sekencang-kencangnya untuk
melepaskan ketakutannya, tapi ditengah-tengah semua orang berteriak
‘Waaaaaaaa!!!’ Uruha malah berteriak ‘bedebaaaaaah!!’.
Ya cocok sekali dengan kebiasaannya sehari-hari yang dengan mudah
bisa mengatakan kata-kata kasar. Tapi setelah melakukan itu sekarang Uruha
terlihat pucat pasi dan kakinya sedikit gemetar. Sharon segera membawanya ke
sebuah bangku dan mereka memutuskan untuk duduk di sana sebentar.
Uruha bersandar pada sandaran bangku, di sebelahnya Sharon asik
mengusap-usap pipinya, mencoba segera menghilangkan ke-shock-an Uruha dengan
sentuhan(?)nya.
“baiklah, kalian mau minum sesuatu?”, tanya Reita tiba-tiba berdiri
dari duduknya di sebelah Ruki karena merasa sedikit haus.
“aku mau es krim Reichan!”, ucap Sharon bersemangat.
“oh baiklah, kau Ruki?”
“oh, i-iya aku juga es krim saja”
Reita menganggukan kepalanya, “Uruha?”
“males”
“ha?”
“aku tidak mau!!”, Uruha masih sedikit kesal dengan teman baiknya
itu karena menantangnya naik rollercoaster padahal dia seharusnya yang paling
tahu kalau Uruha parno dengan wahana itu.
“terserahlah”, gumam Reita lalu beranjak dari sana untuk membelikan
es krim dan minuman.
“ano, Reita senpai? Mau kuantar?”, Ruki ikut berdiri dari bangku.
“oh tidak usah, kau duduk saja Ruki”, ucap Reita tersenyum, “biar
aku sendiri saja”, Reita mengangkat tangannya lalu sedikit berlari.
Ruki sedikit memajukan bibir bawahnya. ia ingin ikut, karena setiap
keadaan dimana hanya ada dia dan UruhaSharon bersamanya itu selalu membuatnya
tidak tahu harus berbuat apa. Ruki kembali duduk di bangku panjang itu melirik
Uruha di sampingnya yang masih terlihat lemas, sementara Sharon disebrang Ruki
masih setia mengusap-usap pipi laki-laki jangkung itu dengan manja. Sharon
terlihat sangat memanjakan Uruha dan Ruki sedikit tersenyum hambar.
Tiba-tiba ponsel Sharon berdering dan wanita bule itu segera
mengambil ponselnya melihat siapa orang yang menghubunginya. Ruki melihat wajah
Sharon sedikit melembut lalu ia melirik Uruha dimana laki-laki itu tengah
menaikan satu alisnya seakan bertanya ‘siapa yang menghubungimu’
“sebentar!”, Sharon berdiri dari duduknya lalu sedikit berjalan
cepat menjauh dari posisi Uruha dan Sharon. Uruha hanya semakin mengerutkan
dahinya melihat wanita itu berjalan semakin jauh dan tubuhnya menghilang di
balik pilar besar dan lalu lalang orang-orang.
Uruha sedikit mendengus dan tanpa sengaja ia melirik makhluk yang
duduk di sampingnya, “apa?”
“he? tidak”, Ruki segera menarik kembali wajahnya, melihat ke
depan. Mendadak gugup tidak tahu apa yang harus mereka bicarakan kalau
tiba-tiba ditinggal berdua begitu. “penampilan aja sok keren ternyata mentalnya
memang cemen”, sindir Ruki.
“HEH!! Aku tidak butuh komentarmu bocah!!”, Uruha yang sebelumnya
duduk dengan lunglai mendadak terbangun dan menunjuk Ruki nepsong.
“aku saja yang baru partama kali naik biasa aja”
“DIAM KAU!!!”, Uruha kelewat jengkel, “itu….itu karena suaranya
terdengar seperti Guntur, kau dengar sendiri kan?”, dengus Uruha.
Ruki kembali melirik Uruha, “karena itu? bukan karena kau memang
takut dengan wahana-wahana seperti itu!?”
“berisik!”, Uruha mendelik makhluk minis itu. dan Ruki hanya
sedikit terkikik membuat Uruha semakin jengkel.
“aku senang”, gumam Ruki.
“apa?”, Uruha menaikan sebelah alisnya.
“karena aku masih bisa bicara denganmu seperti ini”, Ruki menatap
kedua kakinya yang berpijak di atas lantai tempat itu.
“apa maksudmu? tentu saja kita bisa”, Uruha memposisikan tangannya
ke belakang sandaran bangku itu, “kau saudaraku”
Ruki menoleh pada laki-laki di sampingnya, “he?”
“benar kan? kita punya kakek yang sama! berarti kita saudara”,
Uruha sedikit salah tingkah mengucapkannya.
“kau menerimaku sebagai saudaramu?”
“apa kau tidak mengerti dengan apa yang baru saja kukatakan!!
Sudah! Jangan tanya lagi!”, Uruha mendengus memalingkan wajahnya berlawanan
dengan Ruki berada.
Ruki sedikit tersenyum lalu memukul bahu laki-laki brunette itu,
“jadi aku boleh memanggilmu Uruha-niichan?”, tanya Ruki iseng.
“kubunuh kau!”
“ahahah…”
Uruha melirik makhluk minis di sampingnya, jarang-jarang dia
melihat makhluk itu tertawa lepas seperti sekarang ini, itu membuat Uruha
sedikit…….
Uruha kembali memalingkan wajahnya, menutupi kedua matanya dengan
sebelah tangan.
“Hei Uruha!”
Uruha membuka tangannya yang menutupi kedua matanya lalu menoleh
pada Ruki, tiba-tiba ia melihat makhluk minis itu sudah menyodorkan tangannya
seperti mengajak bersalaman.
“ayo bersalaman!”
“ha?”, Uruha mengernyitkan dahinya.
Ruki segera mengambil tangan Uruha dan memaksanya tangan mereka
bersalaman, “kita sudah akrab, jangan bertengkar lagi!”
“apa?! siapa yang akrab denganmu! Jangan salah paham!!”, Uruha
melepaskan tangan Ruki.
“kenapa kau itu plin-plin sekali sih?”
“siapa yang kau katai plin-plan ha? aku memang tidak berniat
berakrab-akrab ria denganmu!”
Ruki kembali merasa jengkel dan ia memutuskan untuk kembali mengacuhkan
orang itu. beberapa lama mereka saling terdiam menunggu Reita dan Sharon yang
juga belum kunjung kembali dari kepentingan mereka. saat Ruki meliarkan
pandangannya, Tiba-tiba Ruki melihat tulisan besar ‘Haunted House’ tidak jauh
dari tempatnya duduk.
“AH!!! Aku selalu ingin mencoba ke sana!”, seru Ruki tiba-tiba
sambil menunjuk tulisan besar itu. “wah antriannya longsong(?) tuh!!”, gumam
Ruki.
“pergi saja sendiri”, dengus Uruha.
Ruki kembali menoleh pada Uruha dengan senyuman mencurigakan,
“jangan-jangan kau juga takut ya dengan rumah hantu? Wah harus seberapa banyak
lagi fakta yang kudapat tentang kepengecutan sang Uruha”, sindir Ruki dengan
mata berkilat-kilat.
“KAU!! Jaga mulutmu itu!”
“kalau begitu mari kita lihat!”, Ruki segera menarik tangan Uruha
berlari menuju antrian kosong ke rumah hantu itu.
“woi !! lepasss!!!”
☆ナチュラルセンス☆ (◕‿◕✿)
Reita melihat Sharon duduk sendiri di bangku dimana tadi ia
meninggalkan yang lainnya juga di sana. “mana Uruha dan Ruki?”, tanya Reita
pada wanita bule itu sambil memberikan satu es krim di tangannya.
“tadi aku lihat mereka masuk ke Haunted House”, Sharon tersenyum,
“kita biarkan saja mereka nee Reichan”
Reita duduk di samping wanita itu dengan satu minuman dan satu es
krim di tangannya untuk Ruki. “hm…kau tidak ikut dengan mereka?”
Sharon menggelengkan kepalanya, “ada telepon dari…..”
“Oh, aku mengerti”, Reita menyela kalimat wanita itu, “jadi kapan
kau akan pulang?”
“sekitar 2 atau 3 hari lagi, aku tidak bisa terlalu lama di sini”,
jawab Sharon sambil melumat es krimnya.
“maaf, aku sudah merepotkanmu”
“apa maksudmu? aku memang merindukanmu, aku merindukan Uruha, aku
merindukan Tora dan Aoi, aku merindukan sekolah, kota ini dan Negara ini. aku
sangat mencintai Jepang”, ucap Sharon tersenyum tulus. Reita membalas senyuman
wanita yang lebih tua dua tahun darinya itu sambil meneguk minumannya. “dan aku
beruntung bisa bertemu dengan Ruki, seperti yang kau katakan, dia anak yang
manis”, tambah Sharon.
“benarkan? Aku tidak pernah bohong haha”, Reita tertawa garing.
Sharon menoleh pada mantan adik kelasnya itu, “nee…Reichan, kenapa
kau selalu melakukan ini? dulu kau merelakan Uruha untukku dan sekarang kau
merelakannya untuk Ruki? Padahal setelah aku pergi kupikir kau akan
memanfaatkan kesempatan itu untuk kau ambil agar Uruha tahu perasaanmu”
☆ナチュラルセンス☆ (◕‿◕✿)
“Wuaa!!”
Ruki menatap Uruha yang tiba-tiba memeluk kepalanya dengan tatapan
datar. “kau benar-benar penakut ya”, dengus Ruki.
“aku bukan takut! Aku Cuma kaget sesuatu bergerak di bawah kakiku
tahu!!”, Uruha segera melepaskan pelukannya lalu kembali berjalan mengikuti
Ruki dari belakang sambil celingukan di tempat gelap yang miskin penerangan
itu.
“kau tidak bisa ya? sedikit menjauh dariku?”
“hah?! memangnya siapa juga yang mau dekat-dekatmu!!”
“kalau begitu sana! sana!”, Ruki menyuruh Uruha untuk berjalan di
sampingnya agak jauh dan bukan mengikutinya dari belakang seperti yang sejak
tadi ia lakukan.
“ck!”, Uruha mulai berjalan agak menjauh dari makhluk minis itu
sedikit jengkel, namun baru tiga langkah ia berjalan tiba-tiba sesuatu terjatuh
dari atas dan menggantung tepat di depan wajah Uruha, wajah sang brunette itu
memucat melihat kepala berlumuran darah tersenyum tepat di depan wajahnya.
BRUK.
“he?”, Ruki melihat laki-laki jangkung itu tumbang di sampingnya,
“Uru-URUHA??!!!”
☆ナチュラルセンス☆ (◕‿◕✿)
Saga bersila di atas sofa seperti kebiasannya, dengan netbook, air
minum dan cemilan di atas meja. Maka ia bersiap melakukan aktivitas OnLine-nya.
Ia sudah mendapatkan foto Sharon dan fotonya yang sedang berciuman dengan
Uruha. Saga sedikit ragu untuk mengupload foto itu, walau bagaimana pun ia
merasa bersalah dengan Ruki. Ia tahu betul bagaimana perasaan makhluk minis itu
saat mengambil foto itu, ya….Saga pernah mengalaminya.
Tapi itu uang untuk Saga.
Dan Saga tidak perduli lagi bagaimana perasaan siapapun yang
terlibat dengan itu yang penting uang mengalir ke rekeningnya wkwk
Saga sedikit bersemangat saat mulai mengupload kedua foto dari Ruki
sampai tiba-tiba bel apaatonya berbunyi. Saga sedikit merasa terganggu dan
ekspresi wajahnya mulai tidak enak di pandang mata. Ia melihat jam di bawan layar
netbooknya, rasanya masih terlalu dini untuk Ruki pulang dari tempat yang
selalu ia impi-impikan itu. lagipula jika itu Ruki, dia tidak akan pake mencet
bell segala karena Saga tidak mengunci pintunya.
Laki-laki berambut hazel itu segera turun dari sofa dengan malas
menuju pintu saat bell-nya berbunyi untuk kedua kalinya.
Kret.
“Konnichiwa~”
Saga terkejut bukan main sampai refleks tangannya kembali menutup
pintu apaatonya namun orang di luar sana segera menahan pintunya agar tidak
tertutup kembali.
“apa seperti itu sambutanmu pada seorang tamu?”, orang itu
tersenyum tipis.
“mau apa kau kemari?!”
“Aku ingin tahu apa yang membuatmu sampai tidak punya waktu untuk
keluar bersamaku”
☆ナチュラルセンス☆ (◕‿◕✿)
Ruki menutup sambungan teleponnya dengan Reita setelah ia
mengatakan dimana kebradaanya sekarang. Kali ini makhluk minis itu benar-benar
berbicara dengan Reita di telepon, kakak kelas bernosebandnya itu memberinya
nomor aslinya ketika di atap beberapa hari yang lalu.
Ruki menatap datar Uruha yang bersandar di bangku panjang di depan
pintu keluar rumah hantu itu. dan payahnya dia tidak sadarkan diri sekarang.
bahkan ia tadi harus merepotkan seorang staff untuk membawanya keluar, itu
benar-benar memalukan. Kalau tahu Uruha sepayah ini Ruki tidak akan memaksanya.
“benar-benar cemen!!”, Ruki sedikit menyentil jidat Uruha membuat
kepala laki-laki itu tiba-tiba bergulir ke arahnya dan bersandar ke bahunya.
“oi ! Uruha!!”, Ruki menepuk-nepuk pipi laki-laki itu namun ia tidak bangun
juga. Ruki mendengus, setidaknya biarkan mereka dalam keadaan seperti itu
sampai Reita dan Sharon datang menjemput mereka. Ruki sedikit mengacak-acak
rambutnya, padahal dia berniat menaiki wahana sepuasnya tapi ke-cemen-an Uruha
sedikit menghambat hasratnya itu. baru juga naik rollercoaster dan rumah hantu.
Ruki kembali melirik Uruha yang tidak sadarkan diri di bahunya.
Makhluk minis itu bisa menghirup aroma rambut Uruha lagi, ia sedikit menyukai
itu. dan aroma tubuhnya….
Ruki sedikit menengadah sambil menutup kedua mata dengan sebelah
tangannya. Uruha begitu dekat dengannya sekarang, dan dia tidak sadarkan diri.
Dia bisa saja melakukan apa yang ia mau pada makhluk cantik itu, itu yang Ruki
pikirkan sebelum sekarang ia menutupi kedua matanya. Ia bahkan tidak mengerti
dari mana datangnya pikiran seperti itu.
Ruki menurunkan tangannya dari matanya dan kembali melirik Uruha,
melirik bibir keritingnya itu. Ruki sedikit tersenyum hambar mengingat ia
pernah dua kali tanpa sengaja mengecup bibir penuh itu, dan Ruki sedikit
menyentuhnya dengan ibu jarinya.
Itu milik Sharon.
Ruki segera melepaskan jarinya dari bibir Uruha namun ia tidak
berhenti menatap wajah damai itu di bahunya. Dadanya selalu terasa sakit setiap
mengingat laki-laki di sampingnya ini pernah semalaman menghabiskan waktunya
bersama Sharon dan dia melihat mereka berciuman begitu mesra di depan matanya.
Itu sedikit membuat perasaan Ruki terusik. Dan makhluk minis itu tahu dengan
jelas apa alasan dari itu semua sekarang, lebih tepatnya ia sudah mengakuinya.
“Suki”
Ruki sedikit berbisik pada Uruha yang bersandar di bahunya.
“Ruki wa Uruha ga…..Daisuki”, Ruki sedikit menggigit bibir bawahnya,
kembali mengangkat tangannya bergerak menyentuh pipi Uruha. “Daisuki”, Rasanya
perasaanya seakan terbebaskan, meski Orang itu tidak bisa mendengarnya tapi ini
pertama kalinya Ruki mengatakannya di depan orang itu langsung.”Daisuki Daisuki
Daisuki”, Dan dia ingin terus mengucapkannya, mengucapkannya dan mengucapkannya
agar semua perasaannya terbebaskan,“Dai…su—“, Refleks Ruki membungkam mulutnya
saat tiba-tiba melihat kedua mata itu terbuka tepat di depan wajahnya, dan
Uruha mengangkat kepalanya dari bahu Ruki dengan menggenggam satu pergelangan
tangan makhluk minis yang tadi menyentuh pipinya. “U-Uruha? hahah k-kau…kau
sudah sadar?”, tanya Ruki gelagapan.
“katakan!”,
Ruki menelan ludahnya paksa saat merasakan kedua mata kecoklatan
Uruha manatapnya dengan intens, sementara pergelangan tangannya masih digenggam
laki-laki cantik itu dengan kuat di samping wajahnya. Ruki khawatir Uruha mendengar apa yang
diucapkannya selama ia tidak sadar.
“coba katakan itu saat kedua mataku tengah terbuka!! Kau berani?”
Dan sepertinya kekhawatiran Ruki adalah benar.
☆TBC☆ (◕‿◕✿)
WOW just what I was searching for. Came here by searching for for refinancing mortgages
ReplyDeleteHere is my webpage laptops under 300