Search + histats

Wednesday, 20 March 2013

Natural Sense ★22


Author : Rukira Matsunori
Rated : T
Genre : AU/ gajeromance/ BL (MaleXMale)
Fandom(s) : the GazettE, alicenine, A(ACE), ViViD, ScReW, D=OUT, Versailles, dkk?
Pairing(s) : Uruha x Ruki? Ruki x Uruha?, Tora x Saga.
Chapter(s) : 22
Warning : DRAMA~ XD
Length :  16 pages (4.715 words)
Note : gak baca ulang, typo di sana sini XD


Chap 22 : ~Heed~

Natural Sense ~♪
ナチュラルセンス

“Hei, Ruki !”

Makhluk minis itu menghentikan langkahnya menuruni tangga dari ruang loker dan segera menoleh ke belakangnya, “Reita-senpai?”

“kau baru pulang?”

“ah ya, kau tidak bersama Sharon-san?”

Reita menganggukan kepalanya, “setelah istirahat tadi dia meminta izin agar Uruha pulang lebih awal, sepertinya mereka mau jalan-jalan? Dia sudah 2 tahun tidak kemari dan dia cukup merindukan suasana di Jepang tampaknya”

“hm”, Ruki mengangguk-anggukan kepalanya,

“ah aku lihat kemarin Uruha menyeretmu, apa dia menyuruhmu kembali ke rumah?”

“oh tidak, dia hanya menyuruhku untuk bicara dengan kakek soal aku keluar dari rumah”

“jadi kau tidak kembali ke rumah Uruha?”

Ruki menggelengkan kepalanya. “aku sudah mendapat izin dari Kakek Kamijo untuk tinggal sendiri, mulai hari ini aku akan berusaha mencari sebuah apartemen yang murah untuk kutinggali”, ucap Ruki bersemangat, Reita tidak berkata apa-apa, apapun yang sudah diputuskan makhluk minis itu dia berusaha menerimanya. Karena dia tahu adik kelasnya itu cukup kerasa kepala.“ah oh ya, ano… Reita senpai, gomen. Semalam  pesanku mengganggu waktu tidurmu”, Ruki sedikit menggaruk-garuk belakang kepalanya.

“ha?”

“aku benar-benar minta maaf”, Ruki sedikit membungkukan tubuhnya.

Reita terdiam sejenak, “oh, ooh ahahah tidak, sama sekali tidak haha…eh? aku lupa, isi pesanmu memangnya apa? sepertinya aku benar-benar ngantuk semalam, maaf hha”, Reita mengusap-usap tengkuknya.

Ruki lumayan merasa sedikit kesal juga mendengar pesannya yang ia rangkai sampai berpuluh-puluh menit dan sekian panjangnya sepertinya tidak benar-benar dibaca kakak kelas bernosebandnya itu, mungkin dia benar-benar dalam keadaan ngantuk jadi hanya sekilas membacanya dalam keadaan setengah tidur , masih untung dia membalasnya. “itu, aku berterimaksih atas ponsel yang Reita-senpai berikan, kalau sudah punya uang aku akan berusaha menggantinya”

“ho, eh! tidak usah! Tidak perlu!”

“tapi aku merasa tidak enak”

“itu untukmu Ruki, dan kalau kau punya banyak waktu sering-seringlah kirim pesan ke nomorku ya!”

“i-iya”

“oh, kau mau pulang bareng?”

“eh, tidak, tidak usah”

“baiklah kalau begitu aku duluan, jaa”

“jaa”

Ruki sedikit melambaikan tangannya ketika kakak kelas bernosebandnya itu sedikit berlari kea rah area parkir, tumben dia tidak memaksa.

ナチュラルセンス  (◕‿◕✿)

Tora sedikit menundukan kepalanya untuk sekedar menarik nafas dan menghembuskannya lalu ia kembali mengangkat wajahnya, “Jujur saja aku tidak menyukaimu karena itu tapi aku tidak pernah membencimu, aku tidak membencimu karena kau membuat wanita itu dikeluarkan dari sekolah ini, tapi aku memang cukup kesal waktu itu, seandainya kau mau langsung meminta maaf aku akan memaafkanmu saat itu juga tapi kau tidak melakukannya, aku menamparmu karena kau sangat menjengkelkan waktu itu”, ketua Osis BHS itu menyisir rambut-rambutnya dengan jari-jarinya, menyandarkan tubuhnya ke dinding di samping pintu kelas. “Jangan sangkut pautkan apapun yang kulakukan sekarang dengan apa yang kau lakukan dulu, kadang kau membuatku bingung. aku tidak suka kau menyebut-nyebut wanita itu lagi. Bahkan aku sudah melupakannya, itu bukan sepenuhnya salahmu, jika aku mau mempertahankannya aku bisa mengatakannya pada Kamijo-jiichan agar dia tidak dikeluarkan tapi aku memang tidak ingin melakukan itu. jadi hilangkan rasa bersalahmu itu”

Saga meremas jari-jari tangannya, “kau tidak membenciku?”

“tidak”

“tapi kau mengacuhkanku sejak saat itu, dan sekarang tiba-tiba bersikap seperti ini padaku”

Tora tersenyum tipis menarik ujung lengan kemeja Seragam adik kelas yang berdiri di hadapannya, “sudah kukatakan aku kesal denganmu, tapi kekesalan itu lebih pada…karena sikap aroganmu, aku selalu menunggu kau meminta maaf karena kesalahanmu dan kau bukan teman sekelasku, kau bukan tetanggaku, kau bukan saudaraku, aku pikir itu wajar-wajar saja jika kita tidak saling bercengkrama, aku pikir kau juga berpikiran seperti itu?”, Tora menengok wajah Saga yang mencoba menghindari tatapannya. “tapi kau mulai berteman dengan Ruki, dan kupikir itu bisa menjadi modus yang bagus”, Tora sedikit tertawa kecil dengan kata-katanya sendiri.

“apa maksudmu?”, Saga masih memasang tampang wajah jutek.

Tora memainkan ujung lengan kemeja seragam adik kelasnya dengan jari-jari tangannya, “aku tidak mengatakan aku menyukaimu, karena saat itu aku masih berpikir hanya agar kau meminta maaf atas kesalahanmu padaku. Aku tidak suka diremehkan dan saat aku ingin kau meminta maaf maka aku harus mendapatkan itu, jangan katakan aku keras kepala…aku hanya percaya diri kalau apa yang kuinginkan akan selalu kudapatkan”, Ketua Osis BHS itu menarik lengan adik kelasnya membuat laki-laki yang lebih muda darinya itu terpaksa maju satu langkah semakin mendekati orang itu yang menyandarkan tubuhnya ke dinding, “tapi untuk pertama kalinya aku juga merasa tidak cukup percaya diri….untuk mendapatkanmu”, bisik laki-laki raven itu tersenyum tepat di telinga adik kelasnya.

Saga segera menjauhkan dirinya dari laki-laki di hadapannya namun Tora tidak melepaskan genggaman tangannya di lengan adik kelasnya itu, “kau bercanda? Bukannya kau sudah tahu perasaanku? Karena itu kau mempermainkanku?”

“perasaanmu? Aku tidak tahu sampai tadi malam tiba-tiba kau datang menganggu waktu bersenang-senangku, dan aku tidak benar-benar yakin saat itu sampai kau baru saja mengatakannya”

Saga menggigit bibir bawahnya, “lepas!”, pintanya sambil berusaha melepaskan tangan kakak kelasnya dari lengannya namun genggaman tangan Tora malah semakin kuat dan kembali menariknya, mendekatkan tubuh ramping Saga ke hadapannya.

“kan? di saat seperti ini kau selalu berusaha melarikan diri”

Saga sengaja menjatuhkan tas yang dijinjing dengan satu tangannya yang terbebas dari genggaman tangan Tora, menepis tangan kakak kelasnya itu yang menyentuh lehernya. “kau mengejarku? Kau bilang ingin mendapatkanku? Apa tujuan dari itu semua? Untuk berakhir dengan menyenangkanmu di atas tempat tidur seperti para tante-tantemu itu? hah?”

Tora menatap bola mata kecoklatan dengan jarak tidak terlalu jauh dari mata miliknya itu dengan kuat, “ya, aku menginginkan itu. tapi itu bukan tujuan utamaku”

“ck!”, Saga mendengus, “kau pikir aku akan percaya sementara seorang maniak yang mengatakan itu. maaf saja tapi dibayar berapapun aku tidak akan pernah mau tidur denganmu!”

Tora tertawa kecil, “dibayar? Aah itu haha”, Tora sedikit memegangi keningnya, “sudah kubilang aku tidak cukup percaya diri, kupikir kau orang yang akan melakukan apapun demi uang, ku pikir kau akan senang dengan itu dan bersedia menemaniku, ya katakanlah aku ingin membeli perasaanmu karena aku tidak percaya diri kau akan menyukaiku tanpa itu. aku hanya ingin kau memberikan satu malammu untukku, bukan berarti aku ingin kau menemaniku di tempat tidur, ya aku bohong jika aku katakan aku tidak meninginkan hal itu tapi jika kau tidak mau maka cukup temani aku, aku hanya ingin lebih lama menghabiskan waktu denganmu, itu saja.”

Saga sedikit melebarkan kedua matanya, kakak kelasnya itu memang tidak mengatakan ‘berikan keperjakaanmu’ :v tapi mendengar kata ‘malam’ tentu saja membuat pikirannya otomatis menjurus ke sana, dia tidak berpikir banyak hal yang bisa dilakukan orang-orang ketika malam hari, dan Saga meresa sedikit tidak enak telah seenaknya menyimpulkan tapi kesimpulan Saga didukung dengan siapa orang yang mengatakan itu, ya setidaknya Saga tidak terlalu malu-malu sekali sudah salah sangka. Bahkan bisa saja kakak kelasnya itu bohong mengatakan kebenaran tentang tawarannya hari itu bukan? Dia mengatakan itu karena hari itu sudah terlewat dan supaya Saga merasa malu seperti sekarang, ya itu bisa saja.

Saga tersadar dari pikiran-pikirannya saat merasakan tangannya yang lain yang sebelumnya terbebas dari genggaman kakak kelasnya kembali diraih, “tapi…..bukankah tadi malam kau yang kecewa aku tidak melakukannya?”, bisik Tora sekali lagi menggoda adik kelasnya yang kini sudah kembali berusaha menjauhkan diri lagi darinya, tapi Tora tidak membiarkannya begitu saja, ia tetap memegangi kedua lengan adik kelasnya, tidak sedikitpun membiarkan Saga merenggangkan jarak tubuh mereka.

“dengar! itu hanya sebuah perumpamaan!”, Saga menatap tajam kedua bola mata hitam laki-laki yang lebih tinggi darinya itu, “sekalipun kau mengunci pintu itu aku akan tetap melarikan diri bagaimana pun caranya, tapi kau sengaja membukanya karena kau tahu aku akan melarikan diri dan membiarkanku pergi begitu saja. aku sedang berusaha meyakinkan sedikit kepercayaan diriku tapi apa yang kau lakukan itu cukup menunjukan betapa lemahnya perasaanmu. Kau tahu? berhasil melarikan diri dari usahamu mengurungku lebih memuaskan daripada berhasil melarikan diri karena sengaja dilepaskan”

“itu kesimpulanmu?”

“ya”

“bagaimana jika kau tidak bisa melarikan diri? Dan aku benar-benar melakukannya padamu. Apakah kau akan berterimakasih padaku? Kau akan senang? Aku rasa kau tetap akan menyalahkanku dan mengatakan ‘aku hanya menginginkan itu’ , ‘aku maniak’, ‘aku brengsek’, dan kurasa kau akan berpikir aku tidak sungguh-sungguh denganmu karena kau pikir hanya itu yang bisa kulakukan, benar? kau benar-benar membuatku bingung”, Tora melihat adik kelasnya merapatkan mulutnya dan mulai memalingkan wajahnya sedikit kesal karena kata-katanya, “Saga….aku tidak menakutimu, aku benar-benar ingin melakukannya jika kau mengizinkanku, aku hanya memberikan ruang agar kau bisa melarikan diri jika kau ingin melarikan diri, aku tidak ingin memaksa”, Tora sedikit menundukan wajahnya, “aku pernah melakukannya dan itu jadi sebuah penyesalan besar untukku”, Saga bergeming saat kening kakak kelasnya mendarat di sebelah pundaknya, “dan aku tidak suka kau menyinggung apapun lagi tentang wanita itu, itu hanya akan membuat mood-ku memburuk dan aku bisa saja mengatakan kata-kata diluar kehendakku”

Tora mengangkat kepalanya dari pundak Saga, kembali menatap kedua mata kecoklatan itu yang berusaha menghindari tatapannya namun tangan Tora segera meraih dagunya, membiarkan wajah itu menatap lurus padanya. “apakah kau masih bisa berlari sekarang?”

“tentu saja! meski aku katakan, ‘kejar aku sampai aku tidak mampu berlari lagi’ tapi sebenarnya aku tidak akan pernah tidak bisa berlari lagi”

“hm….kau menyuruhku mengejarmu selamanya?”

“benar. jadi…kau mau menyerah?”

Tora menggelangkan kepalanya pelan, “karena aku percaya diri sekarang. aku hanya perlu mengejarmu kan? kalau kau tidak akan pernah tidak bisa berlari lagi, aku hanya perlu mendahuluimu”, Saga sedikit melebarkan matanya saat kedua tangan kakak kelasnya menarik tubuhnya dan memeluknya, “aku akan menangkapmu seperti ini, dan tidak akan aku lepaskan. Kalau perlu akan ku ikat kedua kaki dan tanganmu agar kau tidak bisa lagi berlari dan menghindariku”

Saga bergeming beberapa saat, “le-lepas!”, laki-laki berambut hazel itu mulai berusaha mendorong tubuh kakak kelasnya yang begitu erat memeluknya. “Oi !! hentikan ini, bagaimana kalau ada orang yang masuk?”

“jangan khawatirkan hal seperti itu”

“ha?!”

“boleh aku tahu….sejak kapan kau punya perasaan itu padaku?”

“he? pe-perasaan apa maksudmu?”, Saga masih berusaha mendorong tubuh ketua Osis BHS itu menjauhkannya darinya.

“aku tidak akan melepaskanmu sampai kau mengatakannya…”

“ap—“

“dengan jujur!”

Saga mulai berhenti mendorong tubuh kakak kelasnya itu dan mengepal kedua tangannya di dada ketua Osis BHS itu yang masih setia dengan erat memeluknya, “sejak kau menamparku”

“he?”, Tora sedikit tertawa kecil melepaskan pelukannya, menatap wajah adik kelasnya dengan sedikit bingung, “kau menyukaiku karena aku menamparmu? Jadi kau ini masochist?”

“bukan begitu!! aku hanya…”, Saga mendelik kakak kelasnya kemudian sedikit memalingkan wajahnya tidak mau bertatapan langsung dengan mata tajam itu, “kupikir perasaanku tidak akan sesakit itu ketika mendapatkan tamparan dari seseorang, kecuali orang itu…”, Saga kembali melirik kakak kelasnya, “kecuali dia berbeda

Tora menaikan sebelah alisnya, “berbeda?”

“hurupnya miring!!”

“maksudmu special?”

“apa aku harus menjelaskannya?”

Tora kembali tertawa kecil mengacak-acak rambut hazel adik kelasnya, “maaf, ternyata sudah selama itu kau menyukaiku, jadi sedikit merasa bersalah”, Tora acting batuk yang disambut reaksi jengkel dari Saga.

Tidak berapa lama kemudian tiba-tiba ponsel Tora bergetar membuat kedua orang itu sejenak harus menghentikan pembicaraan mereka.

‘hei Kaichou? Dimana kau? katanya Cuma minta izin telat 15 menit! Kau kebiasaan ya akhir-akhir ini’

“oh haha maaf aku lupa waktu”, Tora sedikit melirik adik kelasnya, “bisa kau gantikan aku memimpin rapat?”, tanya Tora iseng membuat Saga mengernyitkan dahinya.

‘hei ! mana bisa! Kau yang memegang semua point penting bahasannya, kenapa mendadak begini?’

“haha baiklah-baiklah aku hanya bercanda Shou! Aku akan segera ke sana”

‘cepatlah!’

“ya”

Tora segera menutup sambungan teleponnya, menatap adik kelasnya. “aku ke ruang—“

“silahkan~ silahkan~”, Saga berjongkok mengambil tasnya yang tergeletak karena dengan sengaja ia jatuhkan tadi. Saat ia kembali mengangkat tubuhnya sebuah kecupan singkat menyambut keningnya.

“aku jemput jam 8”

“he?”, Saga mengernyitkan dahinya sambil menutupi keningnya dengan punggung tangan.

“Love Hotel”, ucap Tora sambil membuka pintu kelas.

“ap—KAU BERCANDA!!!”

“iya. tapi aku tidak bercanda menjemputmu jam 8”, ucap laki-laki raven itu sebelum akhirnya ia sedikit berlari keluar kelas karena wakil-nya tampak mulai kesal karena keterlambatannya.

“cis!”, Saga sedikit mendengus, agak menunduk menggendong tasnya di satu pundaknya dan berjalan hendak keluar kelas.

JDUK!

“aiiishh!!”, ringis laki-laki dengan rambut hazel itu sambil memegangi jidatnya yang baru tabrakan dengan pintu kelas. “bego!”, Saga menatap pintu kelasnya lalu menendangnya pelan sebelum akhirnya menggeser pintu kelas yang hanya terbuka setengahnya itu jadi sepenuhnya terbuka dan segera keluar kelas sedikit mengacak-acak rambut hazelnya.

ナチュラルセンス  (◕‿◕✿)

“hei, pengunjung baru tuh!”, seorang senior mencolek lengan Ruki yang sedang menyiapkan pesanan-pesanan pengunjung ke dalam sebuah nampan dan hendak mengantarkannya ke meja mereka.

“tapi ini—“

“sini biar itu aku yang lakukan!”

“oh, baiklah, meja nomor 13”

“aku tahu, pendek!”

Ruki mencibiri senior sablengnya itu dan sedikit menggerutu menghampiri meja pengunjung baru café –nya. Ruki tampak menghentikan langkahnya sejenak hanya untuk memastikan sebelum benar-benar menyapa pengunjung-pengunjung baru-nya, karena dia tampak mengenali ke-3 orang yang kini telah duduk di salah satu bangku café itu. tidak salah lagi….

“Konbanwa~”, Ruki sedikit menekuk wajahnya menyapa.

“hei Ruki”, Reita tampak sumringah mendapati makhluk minis itu yang melayani mereka.

“Reita-senpai”, Ruki tersenyum canggung. “kau datang haha”

“um…Sharon-san sangat ingin bertemu denganmu jadi aku sengaja membawanya ke sini”

“hello~ Ruki-kun”, Sharon tersenyum dengan tangannya setia menggandeng lengan Uruha yang duduk di sampingnya.

“ha-ko…konbanwa”, Ruki kembali menekuk wajahnya.

“aaaah kawaii~~ aku suka sikap canggungmu itu”, Sharon terlihat gregetan ingin mencubit pipi Ruki tapi dia melampiaskannya pada Uruha.

Reita tertawa dengan perkataan Sharon sementara Ruki hanya senyam-senyum maksa. Seperti sebelumya, dia benar-benar masih gugup harus berbicara langsung dengan seorang bule, apalagi cewek bule yang mengajaknya bicara sekarang BBB (Bukan Bule Biasa).

“ah Uruha, kau jarang ke tempat ini kan? sekarang kau tahu kan dimana dan bagaimana Ruki bekerja”, ucap Reita.

“memangnya siapa yan perduli”, dengus Uruha.

“nee Uruchan~ ternyata bukan hanya padaku kau bersikap dingin begitu”, Sharon mencubit lengan Uruha, “padahal kupikir itu sifat spesialmu untukku”

Uruha hanya memalingkan wajahnya.

“a-ano…pesanannya?”

“oh, ya”, Reita segera menarik buku menu di atas meja.

“hei Ruki-kun, apa kita bisa lebih lama mengobrol?”, tanya Sharon tiba-tiba membuat Reita kehilangan fokusnya memilih menu makanan.

“he? gomen tapi aku harus bekerja”, jawab Ruki masih agak gugup.

“tidak apa, aku akan meminta atasanmu untuk membebaskanmu mulai jam ini”, ucap Sharon tersenyum.

“eh? tidak! tidak! aku tidak bisa”, Ruki menggerak-gerakan tangannya menolak keras, tadi baru saja dia ditegur karena membolos.

“tidak apa-apa, Sharon hanya sementara di sini dan dia menyukaimu, tolong kabulkan keinginannya untuk lebih mengenalmu.”, Reita berdiri dari kursinya. “biar aku yang meminta izin”

“Reita-senpai?”

“duduklah!”, Reita membawa Ruki ke salah satu kursi dan menekan kedua bahunya agar makhluk minis itu duduk, lalu mengambil nota dan balpoin dari tangan Ruki. “aku ke belakang sebentar”, ucap Reita sebelum akhirnya dia melanggang meninggalkan meja itu menuju ke belakang. Baru kali ini perlakuan Reita membuat Ruki tidak senang.

Sharon tersenyum memandangi Ruki sambil menyangga dagunya dengan punggung tangan di atas meja, itu benar-benar membuat Ruki sangat canggung dan tidak tahu harus beringkah seperti apa dan mengatakan apa pada bule itu. Uruha mengerutkan dahinya melihat keringat dingin mulai renum di pelipis makhluk minis itu hanya karena di pandangi Sharon.

“nee Ruki-kun, kau pernah tinggal bersama Uruchan?”

“he? oh ha-hai”

“apa dia saudara yang baik?”, Sharon masih tersenyum.

Ruki melirik laki-laki di samping cewek bule itu yang telah lebih dulu mendeliknya, “ba-baik”, Uruha menaikan sebelah alisnya, “mungkin”, tambah Ruki.

“mungkin? Ahah berarti Uruchan jahat padamu nee?”

“sangat jahat sebenarnya, aku tidak tahan. makanya sekarang aku keluar dari rumah itu”, sindir Ruki. Uruha memolototinya.

Sharon kembali tertawa lalu segera meraih lengan Uruha, “mungkin kau belum mengenal Uruchan Ruki-kun”, Sharon berpaling menatap laki-laki cantik yang digandengnya, “sebenarnya dia sangat manis dari hatinya”

“hentikan!”, Uruha memalingkan wajahnya.

“kau lihat? Dia sedang malu. Uruchanku yang manis~”, Sharon mencubiti pipi Uruha.

“aku bilang hentikan!”

Ruki sedikit mengalihkan padangannya ke permukaan meja.

Reita, dan sekarang Sharon. Mereka mengatakan hal yang sama tentang Uruha, sepertinya mereka benar-benar mengenalnya. Mereka orang terdekatnya.

Meski sedikit tapi Ruki juga mulai mengenali apa yang manis darinya, dan mendengar seseorang mengatakan dia sebenarnya manis , rasanya Ruki ingin menjawab ‘aku tahu’. tapi dia tidak bisa mengatakannya, mungkin makhluk minis itu hanya mengenali sekian persen kemanisan Uruha dan itu tidak sebanding dengan mereka-mereka yang sudah mengenalnya sejak lama.

“nee Ruki-kun, selama kau mengenal Uruchan, apakah kau pernah mendengar dia menjalin hubungan dengan seorang perempuan? Atau bahkan melihatnya bersama seorang perempuan?”

“aa…”

“tentu saja!”, sela Uruha.

“aku bertanya pada Ruki”, Sharon melirik Uruha di sampingnya. “pernah?”, tanya Sharon sekali lagi sambil tersenyum pada makhluk minis yang kini tengah mendapatkan delikan galak Uruha.

“tidak”

Uruha mendengus.

“ahh~ kau benar-benar menjaga kata-katamu Uruchan”, Sharon kembali bergelayutan di lengan Uruha, “karena jika kau berani berselingkuh dariku aku tidak akan memaafkan perempuan itu! kau hanya milikku! Dan milikku seorang!!”

Ruki menelan ludahnya paksa.

“hentikan, kau membuatku risih!”, Uruha kembali mendengus.

“hei”, Reita menumpu’kan kedua tangannya ke atas meja.

“oh Reita senpai….”

“kau sudah mendapatkan izin, Ruki. kau dibebaskan sampai jam pulang bahkan kau bisa pulang lebih dulu sebelum jam itu kalau kau mau”, Reita menunjukan deretan gigi-gigi putihnya.

“eh?”

Reita melihat jam tangan di satu pergelangan tangannya, “ah maaf, sepertinya aku harus pulang duluan”

“nani? Kenapa Reichan?”, tanya Sharon sedikit tidak senang.

“baru saja ibuku memintaku menjemputnya di mall sebelum pukul 8”

“bohong kau”, sindir Uruha. “memangnya sopir keluargamu tidak ada?”

“serius! Akhir-akhir ini ibuku sedikit nempel denganku entah kenapa dia jadi manja haha”, Reita tertawa garing.

“baiklah, hati-hati ne Reichan..”, Sharon tersenyum.

“okay!”, Reita kemudian mengacak-acak rambut Ruki, “aku duluan, berakrab-akrablah kalian haha”

Ruki memandang sosok Reita yang berjalan keluar pintu café dan benar-benar menghilang dari sana. Ruki tidak mau ditinggalkan tapi dia tidak bisa mengatakan ‘jangan pergi Reita-senpai’, itu akan terdengar lancang sekali sok-sok melarangnya. Tapi Ruki benar-benar merasa tidak enak harus duduk satu meja dengan kedua orang di hadapannya sekarang, dia pikir Reita akan menemaninya juga mengobrol di sana, jika ada kakak kelas bernosebandnya itu entah kenapa Ruki akan merasa aman.

ナチュラルセンス  (◕‿◕✿)

Saga melihat-lihat komentar di websitenya. Hampir semua membicarakan Sharon Sharon dan Sharon. Banyak fans Uruha dari luar sekolah BHS bahkan dari luar kota(?) penasaran dengan wanita bule itu. semua fans Uruha mengenal nama Sharon, wanita itu disebut-sebut sebagai pemilik Uruha dan punya peran penting sampai Uruha digemari banyak fangirls, bahkan ada juga fans Uruha yang juga ikut mengidolakannya namun tidak semua fans Uruha tahu bagaimana dan seperti apa rupa-nya, mereka hanya tahu kalau wanita itu sangat cantik. Dan sekarang meributkan ingin melihat Sharon dalam keadaan sekarang.

Saga hanya bisa tersenyum karena sepertinya dia punya target lagi untuk postingan website-nya.

Beberapa saat kemudian sebuah pesan masuk ke inbox emailnya.

-CoolMan-
---------------
Hei~

Saga sedikit menaikan alisnya, sepertinya lumayan lama juga orang dengan nick CoolMan itu tidak mengiriminya pesan, biasanya dia sering sekali meminta foto-foto Uruha.

Ya? apa ada yang mau kau minta?

Saga menunggu balasan dari orang itu dengan sedikit tidak sabar, karena biasanya orang itu akan meminta beberapa foto Uruha untuk dirinya sendiri dan membayarnya dengan harga yang mahal. Tentu itu menguntungkan untuk Saga.

-CoolMan-
---------------
Aku ingin kau menemaniku malam ini

Saga mengernyitkan dahinya.

Hei, Apa maksudmu?
---------------------------------------

-CoolMan-
--------------
Cepatlah bersiap!! aku sedang di perjalanan menjemputmu!

Saga membatu mencerna apa maksud dari kata-kata orang yang bahkan ia tidak tahu siapa dia di dunia nyata selama ini.

KAU!!!

Saga nepsong.

kenapa mendadak hurup capital semua? Kau tidak pernah melakukan itu sebelumnya.
Cepatlah! aku hampir sampai, kenapa kau masih asik dengan websitemu?

Saga menganga tidak percaya kalau orang dengan nick CoolMan itu benar-benar orang itu. jadi selama ini ketua Osis BHS itu menjadi member di websitenya tanpa dia tahu? bahkan mereka sering saling kirim berkirim pesan di email, dan………dia sering sekali membayar mahal untuk foto-foto Uruha? bahkan dia pernah meminta foto paha Uruha? mendadak perasaan Saga tidak enak mengingat hal itu. pikiran ‘ketua Osis BHS itu mungkin sudah tidak normal sejak lama dan diam-diam dia mengidolakan Uruha’ tiba-tiba muncul dalam otaknya. Selain maniak tante-tente, jangan-jangan dia maniak sesama jenis?

“ha?”

ナチュラルセンス  (◕‿◕✿)

Pemuda itu meneguk minumannya sesekali sambil menggulir-gulirkan layar ponselnya, melihat setiap foto yang diambilnya beberapa malam yang lalu. “ck!”, dia sedikit mendengus meletakan ponselnya di atas meja dan kembali meneguk minumannya.

“sejak pertama melihatmu aku punya kesan yang buruk tentangmu”

“kenapa?”

“kau tipe orang yang tidak kusukai”

“memangnya aku tipe orang seperti apa?”

“cih! Kau menyebalkan tahu!”

“…….”

“aku benci padamu!”

“tapi aku tidak membencimu”

Pemuda itu sedikit tersenyum sinis mengenang pembicaraan kecil di masa kecilnya. Dia sedikit menundukan wajahnya melirik kearah dimana sang bartender seperti sedang mengawasinya semenjak tadi, namun pemuda itu berpura-pura tidak menyadarinya dan hanya sesekali mencuri pandang kearah bartender itu. sepertinya sang bartender mulai bebas melayani pelanggan dan ia terlihat mengeluarkan ponselnya menghubungi seseorang dengan kedua matanya masih focus mengawasi pemuda itu.

Sang pemuda tersenyum kecil merasakan perasaan tidak enak. Dia kembali tersenyum sinis meneguk habis minumannya dalam gelas dan tepat saat bartender itu selesai menghubungi seseorang dengan ponselnya, sang pemuda beranjak dari kursinya meninggalkan tempat itu. sang bartender ingin menghentikanya agar ia tetap berada di tempat itu setidaknya sampai orang yang dihubunginya datang, namun dia tidak punya alasan untuk melakukan itu. tidak mungkin dia mengatakan alasan yang sebenarnya.

ナチュラルセンス  (◕‿◕✿)

Tora membuka pintu mobilnya mempersilahkan Saga masuk untuk duduk menemaninya di sampingnya. Saga hanya menatap ketua Osis BHS itu sinis, “kenapa kau melakukan ini?”

“kenapa? Sudah kubilang aku ingin kau menemaniku”

“Love Hotel?”

“bukan”

Saga sedikit menghela nafas lega.

“masuklah”, Tora menarik lengan Saga untuk segera masuk ke dalam mobilnya.

“hei ! kenapa aku harus menemanimu? Dan apa ini? lepaskan!”, Saga menepis tangan Tora yang memegang pergelangan tangannya.

“apa kau akan tetap bersikap jual mahal bahkan ketika kita sudah menjadi sepasang kekasih?”

“ha?!”, Saga menatap ketua Osisnya tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar dari mulutnya, “kekasih? Kapan? Dimana? Bagaimana?”

“apa kau tipe orang kolot yang menganggap untuk menjadi sepasang kekasih harus melalui proses ‘aku mencintaimu maukah kau jadi pacarku?’ dan ‘baiklah aku menerimamu’ semacam itu?”

“heh? Aku hanya merasa kau belum benar-benar bisa mendahuluiku dan menangkapku”

“kau ini mahal sekali ya?”

“jangan samakan aku dengan para tante-tantemu itu!”

Tora tersenyum tipis, “jadi kau mau masuk atau tidak?”

Saga mengigit bibir bawahnya, “tidak?”

Tora mendorong tubuh adik kelasnya itu memaksa tubuhnya masuk ke dalam mobil sport hitamnya. “HEI !!! APA YANG KAU—“, dan kedua mata kecoklatan Saga melebar dengan sempurna saat tiba-tiba merasakan bibir seseorang menekan miliknya.

“aku akan melakukan lebih dari itu jika kau tetap memberontak”, Ucap Tora sembari menaikan kedua kaki Saga ke dalam mobilnya dan segera menutup pintunya.

Laki-laki berambut hazel itu mengepal kedua tangan di samping kiri dan kanan tubuhnya menatap sinis kakak kelasnya yang berjalan melewati depan mobilnya untuk masuk dari pintu lain. Dan Saga menundukan wajahnya sedikit kesal dengan dirinya sendiri, kalau mau ia bisa saja kembali membuka pintu mobil di sampingnya dan kabur. Ya kalau mau.

ナチュラルセンス  (◕‿◕✿)

JBRUD

Sharon melirik laki-laki cantik itu yang baru saja memasuki kembali mobilnya dengan wajah yang tampak kesal. Uruha memukulkan satu kepalan tangannya ke stir sedikit mendengus. Ia baru saja keluar dari bar dimana ia sempat mabuk dan tak sadarkan diri beberapa malam yang lalu. Bartender yang telah bertukar nomor ponsel dengannya mendadak menghubunginya dan mengatakan pemuda yang membawanya ke hotel malam itu datang lagi ke sana namun Uruha telat datang, laki-laki itu sudah lenyap dari sana dan Uruha sempat ngamuk pada sang bartender karena tidak mencegah laki-laki misterius itu untuk pergi. Itu satu kesempatan untuk Uruha mengetahui siapa orang yang telah membawanya malam itu, ada sesuatu yang ingin ia pastikan. Dan kesempatan itu entah kapan lagi datangnya.

“Hei Uruchan? Kau baik-baik saja?”, Sharon menyentuh lengan Uruha namun refleks laki-laki yang lebih muda dua tahun darinya itu menepis tangannya kasar. Sharon sedikit mengernyitkan dahinya. “hey, aku memang mengatakan kalau aku menyukai sifat dinginmu itu. tapi aku juga ingin kau sesekali memperlakukanku dengan manis….Uruha”

Uruha mengangkat wajahnya menoleh pada wanita di sampingnya. Wanita itu akan memanggilnya dengan sebutan ‘Uruha’ sesekali jika ia merasa benar-benar kesal. Dan perasaan Uruha mendadak tidak enak. “maaf”

ナチュラルセンス  (◕‿◕✿)

Ruki menggerak-gerakan kenop pintu apato Saga hendak membukanya namun pintu itu tidak juga kunjung terbuka, pintunya terkunci. “apa?”, Ruki mengernyitkan dahinya. Tidak biasanya Saga mengunci pintu kalau ia belum pulang. Apa Saga marah padanya karena ia akan pindah dari sana? tidak mungkin. “OI !! Saga !! Buka Pintu oi !!”, Ruki mengedor-gedor pintu apato Saga namun tak kunjung ada hasil dari apa yang dilakukannya. “apa keluar? ck! seharusnya dia menyimpan kuncinya!”, Ruki mencari tempat-tempat kira-kira Saga akan menyembunyikan kunci apatonya namun tidak ada tempat seperti itu yang memungkinkan selain satu pot bunga yang ada di sana namun di tempat itu pun nihil.

“ah kenapa aku tidak menghubungi saja? bego!!”, Ruki memukul-mukul kepalanya sendiri lalu segera mengeluarkan ponselnya, mencari nomor Saga. “APA?!! dia tidak menyimpan nomornya!!”, Ruki meneriaki ponselnya sendiri karena menemukan kontaknya tidak juga berubah, hanya ada satu nomor Reita di sana. dia lupa tadi pagi Saga memang bahkan tidak menyentuh ponselnya sama sekali karena pembicaraan teralihkan dan Ruki sendiri lupa tujuan awalnya meminta nomor ponsel Saga. “argh! Sial!!”, dengus Ruki frustasi mengacak-acak rambutnya. “kemana orang itu sebenarnya? tidak biasanya”, gerutu Ruki sedikit mencebil.

Makhluk minis itu menyandarkan tubuhnya ke dinding, berpikir sampai kapan ia akan tetap berada di luar malam-malam begini? Dia tidak tahu kapan Saga akan pulang. Ruki kembali melirik ponselnya, pukul 09:05 pm. Dia pulang lebih awal dari tempat kerjanya karena mendapatkan izin dari atasannya atas permintaan Reita, dia ikut pulang saat Uruha dan Sharon memutuskan untuk pulang.

Ruki memeluk tubuhnya sendiri karena udara dingin malam. mungkin Saga berpikir ia akan pulang seperti jam biasa karena itu ia mengunci pintunya, dengan begitu kemungkinan Saga akan pulang sekitar jam sepuluh dimana Ruki biasa pulang kerja. Ruki menghela nafas, mau tidak mau dia harus menunggu sampai jam itu, semoga saja perkiraannya benar.

20 menit berdiri membuat kaki Ruki sedikit pegal, makhluk minis itu kemudian memutuskan untuk berjongkok. Tiba-tiba ingatannya beberapa jam lalu sebelum ia sampai di tempat ini, dimana dia menjadi satu-satunya penonton kemesraan(?) laki-laki itu dan bule-nya kembali teringat. Ruki menumpu-kan dagu di lututnya sedikit memajukan bibirnya. Ruki memang melihat Uruha tidak benar-benar menunjukan kemesraan dengan wanita itu tapi Ruki bisa melihat rona merah sedikit tergores di wajah putih itu setiap kali Sharon menggodanya, memanjakannya seperti sebuah boneka kesayangannya. Entah kenapa itu tidak bisa Ruki hilangkan dari ingatannya.

Ruki kembali melihat layar ponselnya dimana nomor ponsel Reita terpampang satu-satunya di sana. tidak apa-apa kan? Reita sendiri yang mengatakan agar kalau ia punya waktu sering-sering mengiriminya pesan, dan Ruki pikir di jam segini pastilah dia belum tidur. Selain untuk menghilangkan rasa jenuh menunggu Saga pulang, ada sesuatu juga yang ingin Ruki tanyakan pada kakak kelas bernosebandnya itu, karena dia pasti tahu.

“tidak apa-apakan menghubunginya?”, Ruki bergumam.

Makhluk minis itu sedikit canggung juga, ini pertama kalinya dia berinisiatip menghubungi Reita dan makhluk minis itu menunggu dengan sabar setiap ‘tut tut’-an yang berbunyi di line teleponnya sampai akhirnya bunyi itu berhenti dan berganti dengan suara seseorang.

“hello?”

“ha—“, mendadak Ruki menutup mulutnya.

“hellooo?”

“……”

“who’s there?”

Ruki sontak memutuskan line teleponnya, memandangi layar ponselnya sedikit terkejut. Tidak salah lagi, logat orang asing itu…bahasa itu…pasti Sharon yang baru saja mengangkat panggilannya. Tapi nada bicaranya seperti seakan dia tidak tahu siapa yang menghubunginya (Ruki tidak mengerti apa yang Sharon katakan karena bahasa inggrisnya jeblok *kayak Author :v*) apa dia tidak membaca siapa nama orang yang mengubungi sebelum mengangkat telepon? Atau malah nomornya tidak diberi nama di ponsel Reita? Bukan! Bukan itu yang terpenting di sini.

Tapi kenapa? Kenapa Sharon yang mengangkat panggilannya ke ponsel Reita? Apa Reita sedang bersama Sharon sekarang? bukankah tadi dia pulang bersama Uruha? tapi apa yang mereka lakukan? Dan kenapa ponselnya bisa ada pada wanita itu? Ruki tidak mau berpikir kalau jangan-jangan Reita mempunyai hubungan ‘khusus’ yang tersembunyi dengan wanita bule itu? tapi bukankah Sharon hanya menyukai Uruha? dan Reita tahu itu? apa ada sesuatu yang terlewatkan dari pengetahuannya? tidak mungkin. Ruki menggeleng-geleng kepalanya kuat. Jangan sampai dia mengambil kesimpulan seenaknya.

TBC  (◕‿◕✿)

Abaikan subtitle-nya -_- *depresi*

No comments:

Post a Comment