Author : Rukira Matsunori
Rated : T
Genre : AU/ gajeromance/ BL (MaleXMale)
Fandom(s) : the GazettE, alicenine, A(ACE), ViViD, ScReW,
D=OUT, Versailles, dkk?
Pairing(s) : Uruha x Ruki? Ruki x Uruha?, Tora x Saga.
Chapter(s) : 22
Warning : DRAMA~ XD
Length : 16 pages (4.715 words)
Note : gak baca ulang, typo di sana sini XD
Chap 22 : ☆~Heed~☆
Natural Sense ★~♪
☆ナチュラルセンス☆
“Hei, Ruki !”
Makhluk minis itu menghentikan
langkahnya menuruni tangga dari ruang loker dan segera menoleh ke belakangnya,
“Reita-senpai?”
“kau baru pulang?”
“ah ya, kau tidak bersama
Sharon-san?”
Reita menganggukan kepalanya,
“setelah istirahat tadi dia meminta izin agar Uruha pulang lebih awal,
sepertinya mereka mau jalan-jalan? Dia sudah 2 tahun tidak kemari dan dia cukup
merindukan suasana di Jepang tampaknya”
“hm”, Ruki mengangguk-anggukan
kepalanya,
“ah aku lihat kemarin Uruha
menyeretmu, apa dia menyuruhmu kembali ke rumah?”
“oh tidak, dia hanya menyuruhku
untuk bicara dengan kakek soal aku keluar dari rumah”
“jadi kau tidak kembali ke rumah
Uruha?”
Ruki menggelengkan kepalanya. “aku
sudah mendapat izin dari Kakek Kamijo untuk tinggal sendiri, mulai hari ini aku
akan berusaha mencari sebuah apartemen yang murah untuk kutinggali”, ucap Ruki
bersemangat, Reita tidak berkata apa-apa, apapun yang sudah diputuskan makhluk
minis itu dia berusaha menerimanya. Karena dia tahu adik kelasnya itu cukup
kerasa kepala.“ah oh ya, ano… Reita senpai, gomen. Semalam pesanku mengganggu waktu tidurmu”, Ruki
sedikit menggaruk-garuk belakang kepalanya.
“ha?”
“aku benar-benar minta maaf”, Ruki
sedikit membungkukan tubuhnya.
Reita terdiam sejenak, “oh, ooh
ahahah tidak, sama sekali tidak haha…eh? aku lupa, isi pesanmu memangnya apa?
sepertinya aku benar-benar ngantuk semalam, maaf hha”, Reita mengusap-usap
tengkuknya.
Ruki lumayan merasa sedikit kesal
juga mendengar pesannya yang ia rangkai sampai berpuluh-puluh menit dan sekian
panjangnya sepertinya tidak benar-benar dibaca kakak kelas bernosebandnya itu,
mungkin dia benar-benar dalam keadaan ngantuk jadi hanya sekilas membacanya
dalam keadaan setengah tidur , masih untung dia membalasnya. “itu, aku
berterimaksih atas ponsel yang Reita-senpai berikan, kalau sudah punya uang aku
akan berusaha menggantinya”
“ho, eh! tidak usah! Tidak perlu!”
“tapi aku merasa tidak enak”
“itu untukmu Ruki, dan kalau kau
punya banyak waktu sering-seringlah kirim pesan ke nomorku ya!”
“i-iya”
“oh, kau mau pulang bareng?”
“eh, tidak, tidak usah”
“baiklah kalau begitu aku duluan,
jaa”
“jaa”
Ruki sedikit melambaikan tangannya
ketika kakak kelas bernosebandnya itu sedikit berlari kea rah area parkir,
tumben dia tidak memaksa.
☆ナチュラルセンス☆ (◕‿◕✿)
Tora sedikit menundukan kepalanya
untuk sekedar menarik nafas dan menghembuskannya lalu ia kembali mengangkat
wajahnya, “Jujur saja aku tidak menyukaimu karena itu tapi aku tidak pernah
membencimu, aku tidak membencimu karena kau membuat wanita itu dikeluarkan dari
sekolah ini, tapi aku memang cukup kesal waktu itu, seandainya kau mau langsung
meminta maaf aku akan memaafkanmu saat itu juga tapi kau tidak melakukannya,
aku menamparmu karena kau sangat menjengkelkan waktu itu”, ketua Osis BHS itu
menyisir rambut-rambutnya dengan jari-jarinya, menyandarkan tubuhnya ke dinding
di samping pintu kelas. “Jangan sangkut pautkan apapun yang kulakukan sekarang
dengan apa yang kau lakukan dulu, kadang kau membuatku bingung. aku tidak suka
kau menyebut-nyebut wanita itu lagi. Bahkan aku sudah melupakannya, itu bukan sepenuhnya
salahmu, jika aku mau mempertahankannya aku bisa mengatakannya pada
Kamijo-jiichan agar dia tidak dikeluarkan tapi aku memang tidak ingin melakukan
itu. jadi hilangkan rasa bersalahmu itu”
Saga meremas jari-jari tangannya,
“kau tidak membenciku?”
“tidak”
“tapi kau mengacuhkanku sejak saat
itu, dan sekarang tiba-tiba bersikap seperti ini padaku”
Tora tersenyum tipis menarik ujung
lengan kemeja Seragam adik kelas yang berdiri di hadapannya, “sudah kukatakan
aku kesal denganmu, tapi kekesalan itu lebih pada…karena sikap aroganmu, aku
selalu menunggu kau meminta maaf karena kesalahanmu dan kau bukan teman
sekelasku, kau bukan tetanggaku, kau bukan saudaraku, aku pikir itu wajar-wajar
saja jika kita tidak saling bercengkrama, aku pikir kau juga berpikiran seperti
itu?”, Tora menengok wajah Saga yang mencoba menghindari tatapannya. “tapi kau
mulai berteman dengan Ruki, dan kupikir itu bisa menjadi modus yang bagus”,
Tora sedikit tertawa kecil dengan kata-katanya sendiri.
“apa maksudmu?”, Saga masih memasang
tampang wajah jutek.
Tora memainkan ujung lengan kemeja
seragam adik kelasnya dengan jari-jari tangannya, “aku tidak mengatakan aku
menyukaimu, karena saat itu aku masih berpikir hanya agar kau meminta maaf atas
kesalahanmu padaku. Aku tidak suka diremehkan dan saat aku ingin kau meminta
maaf maka aku harus mendapatkan itu, jangan katakan aku keras kepala…aku hanya
percaya diri kalau apa yang kuinginkan akan selalu kudapatkan”, Ketua Osis BHS
itu menarik lengan adik kelasnya membuat laki-laki yang lebih muda darinya itu
terpaksa maju satu langkah semakin mendekati orang itu yang menyandarkan
tubuhnya ke dinding, “tapi untuk pertama kalinya aku juga merasa tidak cukup
percaya diri….untuk mendapatkanmu”, bisik laki-laki raven itu tersenyum tepat
di telinga adik kelasnya.
Saga segera menjauhkan dirinya dari
laki-laki di hadapannya namun Tora tidak melepaskan genggaman tangannya di
lengan adik kelasnya itu, “kau bercanda? Bukannya kau sudah tahu perasaanku?
Karena itu kau mempermainkanku?”
“perasaanmu? Aku tidak tahu sampai
tadi malam tiba-tiba kau datang menganggu waktu bersenang-senangku, dan aku
tidak benar-benar yakin saat itu sampai kau baru saja mengatakannya”
Saga menggigit bibir bawahnya,
“lepas!”, pintanya sambil berusaha melepaskan tangan kakak kelasnya dari
lengannya namun genggaman tangan Tora malah semakin kuat dan kembali
menariknya, mendekatkan tubuh ramping Saga ke hadapannya.
“kan? di saat seperti ini kau selalu
berusaha melarikan diri”
Saga sengaja menjatuhkan tas yang
dijinjing dengan satu tangannya yang terbebas dari genggaman tangan Tora,
menepis tangan kakak kelasnya itu yang menyentuh lehernya. “kau mengejarku? Kau
bilang ingin mendapatkanku? Apa tujuan dari itu semua? Untuk berakhir dengan menyenangkanmu
di atas tempat tidur seperti para tante-tantemu itu? hah?”
Tora menatap bola mata kecoklatan
dengan jarak tidak terlalu jauh dari mata miliknya itu dengan kuat, “ya, aku
menginginkan itu. tapi itu bukan tujuan utamaku”
“ck!”, Saga mendengus, “kau pikir
aku akan percaya sementara seorang maniak yang mengatakan itu. maaf saja tapi
dibayar berapapun aku tidak akan pernah mau tidur denganmu!”
Tora tertawa kecil, “dibayar? Aah
itu haha”, Tora sedikit memegangi keningnya, “sudah kubilang aku tidak cukup
percaya diri, kupikir kau orang yang akan melakukan apapun demi uang, ku pikir
kau akan senang dengan itu dan bersedia menemaniku, ya katakanlah aku ingin
membeli perasaanmu karena aku tidak percaya diri kau akan menyukaiku tanpa itu.
aku hanya ingin kau memberikan satu malammu untukku, bukan berarti aku ingin
kau menemaniku di tempat tidur, ya aku bohong jika aku katakan aku tidak
meninginkan hal itu tapi jika kau tidak mau maka cukup temani aku, aku hanya
ingin lebih lama menghabiskan waktu denganmu, itu saja.”
Saga sedikit melebarkan kedua
matanya, kakak kelasnya itu memang tidak mengatakan ‘berikan keperjakaanmu’ :v
tapi mendengar kata ‘malam’ tentu saja membuat pikirannya otomatis menjurus ke
sana, dia tidak berpikir banyak hal yang bisa dilakukan orang-orang ketika
malam hari, dan Saga meresa sedikit tidak enak telah seenaknya menyimpulkan
tapi kesimpulan Saga didukung dengan siapa orang yang mengatakan itu, ya
setidaknya Saga tidak terlalu malu-malu sekali sudah salah sangka. Bahkan bisa
saja kakak kelasnya itu bohong mengatakan kebenaran tentang tawarannya hari itu
bukan? Dia mengatakan itu karena hari itu sudah terlewat dan supaya Saga merasa
malu seperti sekarang, ya itu bisa saja.
Saga tersadar dari pikiran-pikirannya
saat merasakan tangannya yang lain yang sebelumnya terbebas dari genggaman
kakak kelasnya kembali diraih, “tapi…..bukankah tadi malam kau yang kecewa aku
tidak melakukannya?”, bisik Tora sekali lagi menggoda adik kelasnya yang kini
sudah kembali berusaha menjauhkan diri lagi darinya, tapi Tora tidak
membiarkannya begitu saja, ia tetap memegangi kedua lengan adik kelasnya, tidak
sedikitpun membiarkan Saga merenggangkan jarak tubuh mereka.
“dengar! itu hanya sebuah
perumpamaan!”, Saga menatap tajam kedua bola mata hitam laki-laki yang lebih
tinggi darinya itu, “sekalipun kau mengunci pintu itu aku akan tetap melarikan
diri bagaimana pun caranya, tapi kau sengaja membukanya karena kau tahu aku
akan melarikan diri dan membiarkanku pergi begitu saja. aku sedang berusaha
meyakinkan sedikit kepercayaan diriku tapi apa yang kau lakukan itu cukup
menunjukan betapa lemahnya perasaanmu. Kau tahu? berhasil melarikan diri dari
usahamu mengurungku lebih memuaskan daripada berhasil melarikan diri karena
sengaja dilepaskan”
“itu kesimpulanmu?”
“ya”
“bagaimana jika kau tidak bisa
melarikan diri? Dan aku benar-benar melakukannya padamu. Apakah kau akan
berterimakasih padaku? Kau akan senang? Aku rasa kau tetap akan menyalahkanku
dan mengatakan ‘aku hanya menginginkan itu’ , ‘aku maniak’, ‘aku brengsek’, dan
kurasa kau akan berpikir aku tidak sungguh-sungguh denganmu karena kau pikir
hanya itu yang bisa kulakukan, benar? kau benar-benar membuatku bingung”, Tora
melihat adik kelasnya merapatkan mulutnya dan mulai memalingkan wajahnya
sedikit kesal karena kata-katanya, “Saga….aku tidak menakutimu, aku benar-benar
ingin melakukannya jika kau mengizinkanku, aku hanya memberikan ruang agar kau
bisa melarikan diri jika kau ingin melarikan diri, aku tidak ingin memaksa”,
Tora sedikit menundukan wajahnya, “aku pernah melakukannya dan itu jadi sebuah
penyesalan besar untukku”, Saga bergeming saat kening kakak kelasnya mendarat
di sebelah pundaknya, “dan aku tidak suka kau menyinggung apapun lagi tentang
wanita itu, itu hanya akan membuat mood-ku memburuk dan aku bisa saja mengatakan
kata-kata diluar kehendakku”
Tora mengangkat kepalanya dari
pundak Saga, kembali menatap kedua mata kecoklatan itu yang berusaha
menghindari tatapannya namun tangan Tora segera meraih dagunya, membiarkan
wajah itu menatap lurus padanya. “apakah kau masih bisa berlari sekarang?”
“tentu saja! meski aku katakan,
‘kejar aku sampai aku tidak mampu berlari lagi’ tapi sebenarnya aku tidak akan
pernah tidak bisa berlari lagi”
“hm….kau menyuruhku mengejarmu
selamanya?”
“benar. jadi…kau mau menyerah?”
“benar. jadi…kau mau menyerah?”
Tora menggelangkan kepalanya pelan,
“karena aku percaya diri sekarang. aku hanya perlu mengejarmu kan? kalau kau
tidak akan pernah tidak bisa berlari lagi, aku hanya perlu mendahuluimu”, Saga
sedikit melebarkan matanya saat kedua tangan kakak kelasnya menarik tubuhnya
dan memeluknya, “aku akan menangkapmu seperti ini, dan tidak akan aku lepaskan.
Kalau perlu akan ku ikat kedua kaki dan tanganmu agar kau tidak bisa lagi
berlari dan menghindariku”
Saga bergeming beberapa saat, “le-lepas!”,
laki-laki berambut hazel itu mulai berusaha mendorong tubuh kakak kelasnya yang
begitu erat memeluknya. “Oi !! hentikan ini, bagaimana kalau ada orang yang
masuk?”
“jangan khawatirkan hal seperti itu”
“ha?!”
“boleh aku tahu….sejak kapan kau
punya perasaan itu padaku?”
“he? pe-perasaan apa maksudmu?”,
Saga masih berusaha mendorong tubuh ketua Osis BHS itu menjauhkannya darinya.
“aku tidak akan melepaskanmu sampai
kau mengatakannya…”
“ap—“
“dengan jujur!”
Saga mulai berhenti mendorong tubuh
kakak kelasnya itu dan mengepal kedua tangannya di dada ketua Osis BHS itu yang
masih setia dengan erat memeluknya, “sejak kau menamparku”
“he?”, Tora sedikit tertawa kecil
melepaskan pelukannya, menatap wajah adik kelasnya dengan sedikit bingung, “kau
menyukaiku karena aku menamparmu? Jadi kau ini masochist?”
“bukan begitu!! aku hanya…”, Saga
mendelik kakak kelasnya kemudian sedikit memalingkan wajahnya tidak mau
bertatapan langsung dengan mata tajam itu, “kupikir perasaanku tidak akan
sesakit itu ketika mendapatkan tamparan dari seseorang, kecuali orang itu…”,
Saga kembali melirik kakak kelasnya, “kecuali dia berbeda”
Tora menaikan sebelah alisnya, “berbeda?”
“hurupnya miring!!”
“maksudmu special?”
“apa aku harus menjelaskannya?”
Tora kembali tertawa kecil
mengacak-acak rambut hazel adik kelasnya, “maaf, ternyata sudah selama itu kau
menyukaiku, jadi sedikit merasa bersalah”, Tora acting batuk yang disambut
reaksi jengkel dari Saga.
Tidak berapa lama kemudian tiba-tiba
ponsel Tora bergetar membuat kedua orang itu sejenak harus menghentikan
pembicaraan mereka.
‘hei Kaichou? Dimana kau? katanya
Cuma minta izin telat 15 menit! Kau kebiasaan ya akhir-akhir ini’
“oh haha maaf aku lupa waktu”, Tora
sedikit melirik adik kelasnya, “bisa kau gantikan aku memimpin rapat?”, tanya
Tora iseng membuat Saga mengernyitkan dahinya.
‘hei ! mana bisa! Kau yang memegang
semua point penting bahasannya, kenapa mendadak begini?’
“haha baiklah-baiklah aku hanya
bercanda Shou! Aku akan segera ke sana”
‘cepatlah!’
“ya”
Tora segera menutup sambungan
teleponnya, menatap adik kelasnya. “aku ke ruang—“
“silahkan~ silahkan~”, Saga
berjongkok mengambil tasnya yang tergeletak karena dengan sengaja ia jatuhkan
tadi. Saat ia kembali mengangkat tubuhnya sebuah kecupan singkat menyambut
keningnya.
“aku jemput jam 8”
“he?”, Saga mengernyitkan dahinya
sambil menutupi keningnya dengan punggung tangan.
“Love Hotel”, ucap Tora sambil
membuka pintu kelas.
“ap—KAU BERCANDA!!!”
“iya. tapi aku tidak bercanda
menjemputmu jam 8”, ucap laki-laki raven itu sebelum akhirnya ia sedikit
berlari keluar kelas karena wakil-nya tampak mulai kesal karena
keterlambatannya.
“cis!”, Saga sedikit mendengus, agak
menunduk menggendong tasnya di satu pundaknya dan berjalan hendak keluar kelas.
JDUK!
“aiiishh!!”, ringis laki-laki dengan
rambut hazel itu sambil memegangi jidatnya yang baru tabrakan dengan pintu
kelas. “bego!”, Saga menatap pintu kelasnya lalu menendangnya pelan sebelum
akhirnya menggeser pintu kelas yang hanya terbuka setengahnya itu jadi
sepenuhnya terbuka dan segera keluar kelas sedikit mengacak-acak rambut
hazelnya.
☆ナチュラルセンス☆ (◕‿◕✿)
“hei, pengunjung baru tuh!”, seorang senior mencolek lengan Ruki yang sedang menyiapkan pesanan-pesanan pengunjung ke dalam sebuah nampan dan hendak mengantarkannya ke meja mereka.
“tapi ini—“
“sini biar itu aku yang lakukan!”
“oh, baiklah, meja nomor 13”
“aku tahu, pendek!”
Ruki mencibiri senior sablengnya itu
dan sedikit menggerutu menghampiri meja pengunjung baru café –nya. Ruki tampak
menghentikan langkahnya sejenak hanya untuk memastikan sebelum benar-benar
menyapa pengunjung-pengunjung baru-nya, karena dia tampak mengenali ke-3 orang
yang kini telah duduk di salah satu bangku café itu. tidak salah lagi….
“Konbanwa~”, Ruki sedikit menekuk
wajahnya menyapa.
“hei Ruki”, Reita tampak sumringah
mendapati makhluk minis itu yang melayani mereka.
“Reita-senpai”, Ruki tersenyum
canggung. “kau datang haha”
“um…Sharon-san sangat ingin bertemu
denganmu jadi aku sengaja membawanya ke sini”
“hello~ Ruki-kun”, Sharon tersenyum
dengan tangannya setia menggandeng lengan Uruha yang duduk di sampingnya.
“ha-ko…konbanwa”, Ruki kembali
menekuk wajahnya.
“aaaah kawaii~~ aku suka sikap
canggungmu itu”, Sharon terlihat gregetan ingin mencubit pipi Ruki tapi dia
melampiaskannya pada Uruha.
Reita tertawa dengan perkataan
Sharon sementara Ruki hanya senyam-senyum maksa. Seperti sebelumya, dia
benar-benar masih gugup harus berbicara langsung dengan seorang bule, apalagi cewek
bule yang mengajaknya bicara sekarang BBB (Bukan Bule Biasa).
“ah Uruha, kau jarang ke tempat ini
kan? sekarang kau tahu kan dimana dan bagaimana Ruki bekerja”, ucap Reita.
“memangnya siapa yan perduli”,
dengus Uruha.
“nee Uruchan~ ternyata bukan hanya
padaku kau bersikap dingin begitu”, Sharon mencubit lengan Uruha, “padahal
kupikir itu sifat spesialmu untukku”
Uruha hanya memalingkan wajahnya.
“a-ano…pesanannya?”
“oh, ya”, Reita segera menarik buku
menu di atas meja.
“hei Ruki-kun, apa kita bisa lebih
lama mengobrol?”, tanya Sharon tiba-tiba membuat Reita kehilangan fokusnya
memilih menu makanan.
“he? gomen tapi aku harus bekerja”,
jawab Ruki masih agak gugup.
“tidak apa, aku akan meminta
atasanmu untuk membebaskanmu mulai jam ini”, ucap Sharon tersenyum.
“eh? tidak! tidak! aku tidak bisa”,
Ruki menggerak-gerakan tangannya menolak keras, tadi baru saja dia ditegur
karena membolos.
“tidak apa-apa, Sharon hanya
sementara di sini dan dia menyukaimu, tolong kabulkan keinginannya untuk lebih
mengenalmu.”, Reita berdiri dari kursinya. “biar aku yang meminta izin”
“Reita-senpai?”
“duduklah!”, Reita membawa Ruki ke
salah satu kursi dan menekan kedua bahunya agar makhluk minis itu duduk, lalu
mengambil nota dan balpoin dari tangan Ruki. “aku ke belakang sebentar”, ucap
Reita sebelum akhirnya dia melanggang meninggalkan meja itu menuju ke belakang.
Baru kali ini perlakuan Reita membuat Ruki tidak senang.
Sharon tersenyum memandangi Ruki
sambil menyangga dagunya dengan punggung tangan di atas meja, itu benar-benar
membuat Ruki sangat canggung dan tidak tahu harus beringkah seperti apa dan
mengatakan apa pada bule itu. Uruha mengerutkan dahinya melihat keringat dingin
mulai renum di pelipis makhluk minis itu hanya karena di pandangi Sharon.
“nee Ruki-kun, kau pernah tinggal
bersama Uruchan?”
“he? oh ha-hai”
“apa dia saudara yang baik?”, Sharon
masih tersenyum.
Ruki melirik laki-laki di samping
cewek bule itu yang telah lebih dulu mendeliknya, “ba-baik”, Uruha menaikan sebelah
alisnya, “mungkin”, tambah Ruki.
“mungkin? Ahah berarti Uruchan jahat
padamu nee?”
“sangat jahat sebenarnya, aku tidak tahan. makanya sekarang aku keluar dari rumah itu”, sindir Ruki. Uruha memolototinya.
“sangat jahat sebenarnya, aku tidak tahan. makanya sekarang aku keluar dari rumah itu”, sindir Ruki. Uruha memolototinya.
Sharon kembali tertawa lalu segera meraih
lengan Uruha, “mungkin kau belum mengenal Uruchan Ruki-kun”, Sharon berpaling
menatap laki-laki cantik yang digandengnya, “sebenarnya dia sangat manis dari
hatinya”
“hentikan!”, Uruha memalingkan
wajahnya.
“kau lihat? Dia sedang malu.
Uruchanku yang manis~”, Sharon mencubiti pipi Uruha.
“aku bilang hentikan!”
Ruki sedikit mengalihkan padangannya
ke permukaan meja.
Reita, dan sekarang Sharon. Mereka
mengatakan hal yang sama tentang Uruha, sepertinya mereka benar-benar
mengenalnya. Mereka orang terdekatnya.
Meski sedikit tapi Ruki juga mulai
mengenali apa yang manis darinya, dan mendengar seseorang mengatakan dia
sebenarnya manis , rasanya Ruki ingin menjawab ‘aku tahu’. tapi dia tidak
bisa mengatakannya, mungkin makhluk minis itu hanya mengenali sekian persen
kemanisan Uruha dan itu tidak sebanding dengan mereka-mereka yang sudah
mengenalnya sejak lama.
“nee Ruki-kun, selama kau mengenal
Uruchan, apakah kau pernah mendengar dia menjalin hubungan dengan seorang
perempuan? Atau bahkan melihatnya bersama seorang perempuan?”
“aa…”
“tentu saja!”, sela Uruha.
“aku bertanya pada Ruki”, Sharon
melirik Uruha di sampingnya. “pernah?”, tanya Sharon sekali lagi sambil
tersenyum pada makhluk minis yang kini tengah mendapatkan delikan galak Uruha.
“tidak”
Uruha mendengus.
“ahh~ kau benar-benar menjaga
kata-katamu Uruchan”, Sharon kembali bergelayutan di lengan Uruha, “karena jika
kau berani berselingkuh dariku aku tidak akan memaafkan perempuan itu! kau
hanya milikku! Dan milikku seorang!!”
Ruki menelan ludahnya paksa.
“hentikan, kau membuatku risih!”,
Uruha kembali mendengus.
“hei”, Reita menumpu’kan kedua
tangannya ke atas meja.
“oh Reita senpai….”
“kau sudah mendapatkan izin, Ruki.
kau dibebaskan sampai jam pulang bahkan kau bisa pulang lebih dulu sebelum jam
itu kalau kau mau”, Reita menunjukan deretan gigi-gigi putihnya.
“eh?”
Reita melihat jam tangan di satu
pergelangan tangannya, “ah maaf, sepertinya aku harus pulang duluan”
“nani? Kenapa Reichan?”, tanya
Sharon sedikit tidak senang.
“baru saja ibuku memintaku
menjemputnya di mall sebelum pukul 8”
“bohong kau”, sindir Uruha.
“memangnya sopir keluargamu tidak ada?”
“serius! Akhir-akhir ini ibuku
sedikit nempel denganku entah kenapa dia jadi manja haha”, Reita tertawa
garing.
“baiklah, hati-hati ne Reichan..”,
Sharon tersenyum.
“okay!”, Reita kemudian
mengacak-acak rambut Ruki, “aku duluan, berakrab-akrablah kalian haha”
Ruki memandang sosok Reita yang
berjalan keluar pintu café dan benar-benar menghilang dari sana. Ruki tidak mau
ditinggalkan tapi dia tidak bisa mengatakan ‘jangan pergi Reita-senpai’, itu
akan terdengar lancang sekali sok-sok melarangnya. Tapi Ruki benar-benar merasa
tidak enak harus duduk satu meja dengan kedua orang di hadapannya sekarang, dia
pikir Reita akan menemaninya juga mengobrol di sana, jika ada kakak kelas
bernosebandnya itu entah kenapa Ruki akan merasa aman.
☆ナチュラルセンス☆ (◕‿◕✿)
Saga melihat-lihat komentar di
websitenya. Hampir semua membicarakan Sharon Sharon dan Sharon. Banyak fans
Uruha dari luar sekolah BHS bahkan dari luar kota(?) penasaran dengan wanita
bule itu. semua fans Uruha mengenal nama Sharon, wanita itu disebut-sebut
sebagai pemilik Uruha dan punya peran penting sampai Uruha digemari banyak
fangirls, bahkan ada juga fans Uruha yang juga ikut mengidolakannya namun tidak
semua fans Uruha tahu bagaimana dan seperti apa rupa-nya, mereka hanya tahu
kalau wanita itu sangat cantik. Dan sekarang meributkan ingin melihat Sharon
dalam keadaan sekarang.
Saga hanya bisa tersenyum karena
sepertinya dia punya target lagi untuk postingan website-nya.
Beberapa saat kemudian sebuah pesan
masuk ke inbox emailnya.
-CoolMan-
---------------
Hei~
Saga sedikit menaikan alisnya,
sepertinya lumayan lama juga orang dengan nick CoolMan itu tidak mengiriminya
pesan, biasanya dia sering sekali meminta foto-foto Uruha.
Ya? apa ada yang mau kau minta?
Saga menunggu balasan dari orang itu
dengan sedikit tidak sabar, karena biasanya orang itu akan meminta beberapa
foto Uruha untuk dirinya sendiri dan membayarnya dengan harga yang mahal. Tentu
itu menguntungkan untuk Saga.
-CoolMan-
---------------
Aku ingin kau menemaniku malam ini
Saga mengernyitkan dahinya.
Hei, Apa maksudmu?
---------------------------------------
-CoolMan-
--------------
Cepatlah bersiap!! aku sedang di perjalanan menjemputmu!
Saga membatu mencerna apa maksud dari kata-kata orang yang bahkan
ia tidak tahu siapa dia di dunia nyata selama ini.
KAU!!!
Saga nepsong.
kenapa mendadak hurup capital semua? Kau tidak pernah melakukan itu
sebelumnya.
Cepatlah! aku hampir sampai, kenapa kau masih asik dengan
websitemu?
Saga menganga tidak percaya kalau orang dengan nick CoolMan itu
benar-benar orang itu. jadi selama ini ketua Osis BHS itu menjadi member di
websitenya tanpa dia tahu? bahkan mereka sering saling kirim berkirim pesan di
email, dan………dia sering sekali membayar mahal untuk foto-foto Uruha? bahkan dia
pernah meminta foto paha Uruha? mendadak perasaan Saga tidak enak mengingat hal
itu. pikiran ‘ketua Osis BHS itu mungkin sudah tidak normal sejak lama dan
diam-diam dia mengidolakan Uruha’ tiba-tiba muncul dalam otaknya. Selain
maniak tante-tente, jangan-jangan dia maniak sesama jenis?
“ha?”
☆ナチュラルセンス☆ (◕‿◕✿)
Pemuda itu meneguk minumannya sesekali sambil menggulir-gulirkan
layar ponselnya, melihat setiap foto yang diambilnya beberapa malam yang lalu.
“ck!”, dia sedikit mendengus meletakan ponselnya di atas meja dan kembali
meneguk minumannya.
“sejak pertama melihatmu aku punya kesan yang buruk tentangmu”
“kenapa?”
“kau tipe orang yang tidak kusukai”
“memangnya aku tipe orang seperti apa?”
“cih! Kau menyebalkan tahu!”
“…….”
“aku benci padamu!”
“tapi aku tidak membencimu”
Pemuda itu sedikit tersenyum sinis mengenang pembicaraan kecil di
masa kecilnya. Dia sedikit menundukan wajahnya melirik kearah dimana sang
bartender seperti sedang mengawasinya semenjak tadi, namun pemuda itu
berpura-pura tidak menyadarinya dan hanya sesekali mencuri pandang kearah
bartender itu. sepertinya sang bartender mulai bebas melayani pelanggan dan ia
terlihat mengeluarkan ponselnya menghubungi seseorang dengan kedua matanya
masih focus mengawasi pemuda itu.
Sang pemuda tersenyum kecil merasakan perasaan tidak enak. Dia
kembali tersenyum sinis meneguk habis minumannya dalam gelas dan tepat saat
bartender itu selesai menghubungi seseorang dengan ponselnya, sang pemuda
beranjak dari kursinya meninggalkan tempat itu. sang bartender ingin
menghentikanya agar ia tetap berada di tempat itu setidaknya sampai orang yang
dihubunginya datang, namun dia tidak punya alasan untuk melakukan itu. tidak
mungkin dia mengatakan alasan yang sebenarnya.
☆ナチュラルセンス☆ (◕‿◕✿)
Tora membuka pintu mobilnya mempersilahkan Saga masuk untuk duduk
menemaninya di sampingnya. Saga hanya menatap ketua Osis BHS itu sinis, “kenapa
kau melakukan ini?”
“kenapa? Sudah kubilang aku ingin kau menemaniku”
“Love Hotel?”
“bukan”
Saga sedikit menghela nafas lega.
“masuklah”, Tora menarik lengan Saga untuk segera masuk ke dalam
mobilnya.
“hei ! kenapa aku harus menemanimu? Dan apa ini? lepaskan!”, Saga
menepis tangan Tora yang memegang pergelangan tangannya.
“apa kau akan tetap bersikap jual mahal bahkan ketika kita sudah
menjadi sepasang kekasih?”
“ha?!”, Saga menatap ketua Osisnya tidak percaya dengan apa yang
baru saja ia dengar dari mulutnya, “kekasih? Kapan? Dimana? Bagaimana?”
“apa kau tipe orang kolot yang menganggap untuk menjadi sepasang
kekasih harus melalui proses ‘aku mencintaimu maukah kau jadi pacarku?’
dan ‘baiklah aku menerimamu’ semacam itu?”
“heh? Aku hanya merasa kau belum benar-benar bisa mendahuluiku dan
menangkapku”
“kau ini mahal sekali ya?”
“jangan samakan aku dengan para tante-tantemu itu!”
Tora tersenyum tipis, “jadi kau mau masuk atau tidak?”
Saga mengigit bibir bawahnya, “tidak?”
Tora mendorong tubuh adik kelasnya itu memaksa tubuhnya masuk ke
dalam mobil sport hitamnya. “HEI !!! APA YANG KAU—“, dan kedua mata kecoklatan
Saga melebar dengan sempurna saat tiba-tiba merasakan bibir seseorang menekan
miliknya.
“aku akan melakukan lebih dari itu jika kau tetap memberontak”,
Ucap Tora sembari menaikan kedua kaki Saga ke dalam mobilnya dan segera menutup
pintunya.
Laki-laki berambut hazel itu mengepal kedua tangan di samping kiri
dan kanan tubuhnya menatap sinis kakak kelasnya yang berjalan melewati depan
mobilnya untuk masuk dari pintu lain. Dan Saga menundukan wajahnya sedikit
kesal dengan dirinya sendiri, kalau mau ia bisa saja kembali membuka pintu
mobil di sampingnya dan kabur. Ya kalau mau.
☆ナチュラルセンス☆ (◕‿◕✿)
JBRUD
Sharon melirik laki-laki cantik itu yang baru saja memasuki kembali
mobilnya dengan wajah yang tampak kesal. Uruha memukulkan satu kepalan
tangannya ke stir sedikit mendengus. Ia baru saja keluar dari bar dimana ia
sempat mabuk dan tak sadarkan diri beberapa malam yang lalu. Bartender yang
telah bertukar nomor ponsel dengannya mendadak menghubunginya dan mengatakan
pemuda yang membawanya ke hotel malam itu datang lagi ke sana namun Uruha telat
datang, laki-laki itu sudah lenyap dari sana dan Uruha sempat ngamuk pada sang
bartender karena tidak mencegah laki-laki misterius itu untuk pergi. Itu satu
kesempatan untuk Uruha mengetahui siapa orang yang telah membawanya malam itu,
ada sesuatu yang ingin ia pastikan. Dan kesempatan itu entah kapan lagi
datangnya.
“Hei Uruchan? Kau baik-baik saja?”, Sharon menyentuh lengan Uruha
namun refleks laki-laki yang lebih muda dua tahun darinya itu menepis tangannya
kasar. Sharon sedikit mengernyitkan dahinya. “hey, aku memang mengatakan kalau
aku menyukai sifat dinginmu itu. tapi aku juga ingin kau sesekali
memperlakukanku dengan manis….Uruha”
Uruha mengangkat wajahnya menoleh pada wanita di sampingnya. Wanita
itu akan memanggilnya dengan sebutan ‘Uruha’ sesekali jika ia merasa
benar-benar kesal. Dan perasaan Uruha mendadak tidak enak. “maaf”
☆ナチュラルセンス☆ (◕‿◕✿)
Ruki menggerak-gerakan kenop pintu apato Saga hendak membukanya
namun pintu itu tidak juga kunjung terbuka, pintunya terkunci. “apa?”, Ruki
mengernyitkan dahinya. Tidak biasanya Saga mengunci pintu kalau ia belum
pulang. Apa Saga marah padanya karena ia akan pindah dari sana? tidak mungkin.
“OI !! Saga !! Buka Pintu oi !!”, Ruki mengedor-gedor pintu apato Saga namun
tak kunjung ada hasil dari apa yang dilakukannya. “apa keluar? ck! seharusnya
dia menyimpan kuncinya!”, Ruki mencari tempat-tempat kira-kira Saga akan
menyembunyikan kunci apatonya namun tidak ada tempat seperti itu yang
memungkinkan selain satu pot bunga yang ada di sana namun di tempat itu pun
nihil.
“ah kenapa aku tidak menghubungi saja? bego!!”, Ruki memukul-mukul
kepalanya sendiri lalu segera mengeluarkan ponselnya, mencari nomor Saga.
“APA?!! dia tidak menyimpan nomornya!!”, Ruki meneriaki ponselnya sendiri
karena menemukan kontaknya tidak juga berubah, hanya ada satu nomor Reita di
sana. dia lupa tadi pagi Saga memang bahkan tidak menyentuh ponselnya sama
sekali karena pembicaraan teralihkan dan Ruki sendiri lupa tujuan awalnya
meminta nomor ponsel Saga. “argh! Sial!!”, dengus Ruki frustasi mengacak-acak
rambutnya. “kemana orang itu sebenarnya? tidak biasanya”, gerutu Ruki sedikit
mencebil.
Makhluk minis itu menyandarkan tubuhnya ke dinding, berpikir sampai
kapan ia akan tetap berada di luar malam-malam begini? Dia tidak tahu kapan
Saga akan pulang. Ruki kembali melirik ponselnya, pukul 09:05 pm. Dia pulang
lebih awal dari tempat kerjanya karena mendapatkan izin dari atasannya atas
permintaan Reita, dia ikut pulang saat Uruha dan Sharon memutuskan untuk
pulang.
Ruki memeluk tubuhnya sendiri karena udara dingin malam. mungkin
Saga berpikir ia akan pulang seperti jam biasa karena itu ia mengunci pintunya,
dengan begitu kemungkinan Saga akan pulang sekitar jam sepuluh dimana Ruki
biasa pulang kerja. Ruki menghela nafas, mau tidak mau dia harus menunggu
sampai jam itu, semoga saja perkiraannya benar.
20 menit berdiri membuat kaki Ruki sedikit pegal, makhluk minis itu
kemudian memutuskan untuk berjongkok. Tiba-tiba ingatannya beberapa jam lalu
sebelum ia sampai di tempat ini, dimana dia menjadi satu-satunya penonton
kemesraan(?) laki-laki itu dan bule-nya kembali teringat. Ruki menumpu-kan dagu
di lututnya sedikit memajukan bibirnya. Ruki memang melihat Uruha tidak
benar-benar menunjukan kemesraan dengan wanita itu tapi Ruki bisa melihat rona
merah sedikit tergores di wajah putih itu setiap kali Sharon menggodanya,
memanjakannya seperti sebuah boneka kesayangannya. Entah kenapa itu tidak bisa
Ruki hilangkan dari ingatannya.
Ruki kembali melihat layar ponselnya dimana nomor ponsel Reita
terpampang satu-satunya di sana. tidak apa-apa kan? Reita sendiri yang
mengatakan agar kalau ia punya waktu sering-sering mengiriminya pesan, dan Ruki
pikir di jam segini pastilah dia belum tidur. Selain untuk menghilangkan rasa
jenuh menunggu Saga pulang, ada sesuatu juga yang ingin Ruki tanyakan pada
kakak kelas bernosebandnya itu, karena dia pasti tahu.
“tidak apa-apakan menghubunginya?”, Ruki bergumam.
Makhluk minis itu sedikit canggung juga, ini pertama kalinya dia berinisiatip
menghubungi Reita dan makhluk minis itu menunggu dengan sabar setiap ‘tut
tut’-an yang berbunyi di line teleponnya sampai akhirnya bunyi itu berhenti dan
berganti dengan suara seseorang.
“hello?”
“ha—“, mendadak Ruki menutup mulutnya.
“hellooo?”
“……”
“who’s there?”
Ruki sontak memutuskan line teleponnya, memandangi layar ponselnya
sedikit terkejut. Tidak salah lagi, logat orang asing itu…bahasa itu…pasti
Sharon yang baru saja mengangkat panggilannya. Tapi nada bicaranya seperti
seakan dia tidak tahu siapa yang menghubunginya (Ruki tidak mengerti apa yang
Sharon katakan karena bahasa inggrisnya jeblok *kayak Author :v*) apa dia tidak
membaca siapa nama orang yang mengubungi sebelum mengangkat telepon? Atau malah
nomornya tidak diberi nama di ponsel Reita? Bukan! Bukan itu yang terpenting di
sini.
Tapi kenapa? Kenapa Sharon yang mengangkat panggilannya ke ponsel Reita? Apa Reita sedang bersama Sharon sekarang? bukankah tadi dia pulang bersama Uruha? tapi apa yang mereka lakukan? Dan kenapa ponselnya bisa ada pada wanita itu? Ruki tidak mau berpikir kalau jangan-jangan Reita mempunyai hubungan ‘khusus’ yang tersembunyi dengan wanita bule itu? tapi bukankah Sharon hanya menyukai Uruha? dan Reita tahu itu? apa ada sesuatu yang terlewatkan dari pengetahuannya? tidak mungkin. Ruki menggeleng-geleng kepalanya kuat. Jangan sampai dia mengambil kesimpulan seenaknya.
Tapi kenapa? Kenapa Sharon yang mengangkat panggilannya ke ponsel Reita? Apa Reita sedang bersama Sharon sekarang? bukankah tadi dia pulang bersama Uruha? tapi apa yang mereka lakukan? Dan kenapa ponselnya bisa ada pada wanita itu? Ruki tidak mau berpikir kalau jangan-jangan Reita mempunyai hubungan ‘khusus’ yang tersembunyi dengan wanita bule itu? tapi bukankah Sharon hanya menyukai Uruha? dan Reita tahu itu? apa ada sesuatu yang terlewatkan dari pengetahuannya? tidak mungkin. Ruki menggeleng-geleng kepalanya kuat. Jangan sampai dia mengambil kesimpulan seenaknya.
☆TBC☆ (◕‿◕✿)
Abaikan subtitle-nya -_- *depresi*
No comments:
Post a Comment