Author : Rukira Matsunori
Rated : T
Genre : AU/ gajeromance/ BL (MaleXMale)
Fandom(s) : the GazettE, alicenine, A(ACE), ViViD, ScReW,
D=OUT, Versailles, dkk?
Pairing(s) : Uruha x Ruki? Ruki x Uruha?, Tora x Saga.
Chapter(s) : 23
Warning : DRAMA~ LEBE~ XD
Length : 14 pages (4.355
words)
Note : Baiklah ini membosankan~ semoga chap selanjutnya lebih cepat
selesai dan mengobati ini -_- *tapi sepertinya chap depanpun akan lebih buruk
:v*
Chap 23 : ☆~Hurt~☆
Natural Sense ★~♪
☆ナチュラルセンス☆
Saga menatap datar laki-laki itu yang kini terlihat asik bermain
billiard tanpa menghiraukan seorang wanita yang beberapa saat lalu
menghampirinya dan mencoba mengambil alih perhatiannya, dan sekarang wanita itu
mulai berani menjuntaikan sebelah tangannya di pundak ketua Osis BHS itu. apa
laki-laki itu mengajak Saga ke tempat itu hanya untuk memperlihatkan
pemandangan semacam itu? pemandangan yang sudah sering sekali Saga lihat
sebelumnya.
Saga mendengus mencoba mengalihkan pandangannya ke objek lain.
Saga tidak terlalu mahir bermain billiard, dia memang kadang
bermain sekali-kali tapi jika harus berhadapan dengan ketua Osis BHS itu dalam
satu meja, lebih baik dia mengatakan ‘tidak tertarik’ sejak awal atau
mengatakan ‘membosankan’ dan kata-kata penolakan semacamnya yang tidak terlalu
menunjukan kalau ia sejujurnya menyerah sejak awal ketika kakak kelasnya itu
menawarinya bermain, Saga benci diremehkan jika ia harus kalah dengan sangat
mudah dari kakak kelasnya itu, jadi lebih baik tidak melakukannya.
Saga tahu kakak kelasnya itu sering datang ke tempat itu untuk
bermain billiard favoritnya, jadi dia tidak terlalu jengkel dengan keasikan
orang itu yang meninggalkannya sendirian di tempatnya duduk sekarang, terlalu
asik dengan kegiatannya. Tapi Saga sedikit tidak enak hati melihat beberapa
wanita seperti seakan menunggu giliran mereka untuk menghampirinya. Punya
guna-guna apa laki-laki itu sebenarnya? Sebagai seorang laki-laki Saga sedikit
merasa iri.
Laki-laki berambut hazel itu meliarkan pandangannya ke arah lain
sampai tanpa sengaja ia menangkap sesosok wanita seperti familiar dalam
pandangannya. Wanita itu datang dari arah dimana pintu masuk dan ia terlihat
berjalan terburu-buru, yang Saga tahu pasti ia menuju laki-laki itu.
“Tora kun!”
Sang raven kehilangan sedikit konsentrasinya menengok seorang
wanita yang tiba-tiba memanggil namanya.
“kenapa kau tidak menjemputku?”
Tora menyuruh wanita yang sedari tadi menempel padanya -yang sempat
tidak ia hiraukan- untuk pergi dan meminta izin pada teman-teman bermainnya
untuk break sebentar.
“apa kau marah padaku karena kemarin aku pulang lebih dulu?”
Tora sedikit menggelengkan kepalanya, “tidak”
“kalau begitu kenapa?”
“aku hanya sedang tidak ingin keluar denganmu”
“apa kau bosan denganku?”, wanita itu mulai meraih satu pergelangan
tangan laki-laki yang lebih muda 4 tahun darinya, sedikit meratap.
“entahlah”
“Tora-kun~ maafkan aku jika itu karena kemarin malam, sungguh aku
tidak bermaksud meninggalkanmu, aku ada urusan mendadak”, Wanita itu
memposisikan kedua tangannya di pinggang laki-laki berambut raven itu kemudian
perlahan menjatuhkan kepala di dadanya. “jangan tinggalkan aku secepat ini”,
wanita itu mulai menyentuh dada pemudanya.
Tora mengusap tengkuknya sedikit menunduk, kemudian memegang lengan
atas wanita itu sedikit menjauhkan tubuhnya darinya, “dengar—“, Tora sedikit
melirik ke arah kursi dimana tadi ia meninggalkan adik kelasnya duduk, namun ia
tak menemukan sosok manusia itu di sana.
“Tora kun?”
☆ナチュラルセンス☆ (◕‿◕✿)
Saga membasuh kedua tangannya di wastafel sedikit melirik cermin
besar di hadapannya, tanpa sadar ia memandangi wajahnya sendiri. dia punya
wajah yang tidak akan bisa ditolak cewek-cewek manapun, ya…. dengan mengabaikan
kelakuannya. Bahkan ia merasa wajahnya lebih pantas digandrungi cewek-cewek
daripada ketua Osis BHS itu. tapi Saga tidak punya aura playboy sepertinya,
ditambah sikapnya memperlakukan perempuan tidak selembut bagaimana kakak
kelasnya itu memperlakukan mereka. mungkin karena itu juga sampai sekarang dia
belum juga punya pacar. Ah! Saga pernah dua kali mengecap yang namanya pacaran
selagi di bangku kelas 5 SD dan kelas 2 SMP itu pun hanya bertahan sekitar dua
– tiga bulan. Saga tidak ahli memperlakukan perempuan, sikapnya pada mereka
tidak berbeda dengan saat ini ia berlaku pada Tora.
Tapi dia benar-benar jatuh cinta saat itu, Saga benar-benar
menyukai gadis-gadis kecil yang pernah menjadi pacarnya dulu, meski dia tidak
pernah secara terang mengatakannya dan ke-jaim-an selalu meliputinya, dia bersungguh-sungguh
pada mereka. tapi walau bagaimanapun
perasaan yang tidak diutarakan tidak akan sampai, mereka tidak akan mendengar
perasaan Saga langsung dari hatinya, karena untuk apa mulutnya diciptakan?
Hubungannya selalu berakhir dengan alasan yang sama.
Saga kembali membasuh tangannya, dan mengusap sebagian
rambut-rambut yang menutupi keningnya. Setelah menutup kran, dia segera
beranjak dari sana menuju keluar toilet. Sebelumnya ia sempat menilik jam di
tangannya, pukul 10.12 pm. Dan dia teringat anak yang mungkin saja ia
terlantarkan di luar apaatonya.
“benar di sini”
Saga menghentikan langkahnya, menengok ke samping pintu toilet
dimana seorang laki-laki yang lebih tinggi darinya menyandarkan tubuhnya di
sana.
“ada apa? kau juga mau buang air kecil?”, Saga sedikit menaikan
sebelah alisnya.
“kau buang air kecil?”
“ya! wajar kan aku buang air kecil di toilet?”
Tora sedikit tersenyum menekuk wajahnya, kemudian ia melepaskan
kontak punggungnya dengan dinding dan sedikit berjalan mendekati adik kelasnya,
“aku pikir kau pergi karena tidak ingin melihatku dengan wanita itu?”
“ck!”, Saga mendengus, “konyol”
“benar, itu konyol”
“dengan siapapun, dan berapa banyakpun wanita yang mengerubungimu,
aku tidak perduli—“
“benarkah?”
Saga sedikit mengepal satu tangannya, “benar”
Tora sedikit tertawa kecil, “baguslah, kalau begitu sekarang aku
akan kembali padanya, dia pasti sedang menungguku”, Tora sedikit menyentuh pipi
putih adik kelasnya itu yang kemudian beranjak melangkahkan kakinya dari sana.
Saga sedikit menundukan kepalanya.
Hubungannya selalu berakhir dengan alasan yang sama.
Laki-laki dengan rambut raven itu tiba-tiba menghentikan langkahnya
saat tiba-tiba lengan bajunya ditarik seseorang dari belakang. Tora menoleh
pada seseorang itu yang terlihat tidak ingin bertemu pandang dengannya. “ya?”
Saga sedikit menggigit bibir bawahnya, kemudian ia segera
melepaskan tangannya dari lengan baju kakak kelasnya itu. “tidak, kau pergi
saja! pergi sana!”, Saga menggerak-gerakan tangannya menyuruh kakak kelasnya
itu untuk pergi, namun Tora kembali tertawa kecil dengan tingkah adik kelasnya
itu. Saga memicingkan matanya saat ketua Osis BHS itu kembali membalik tubuhnya
dan mendekatinya.
“apa sulit untukmu mengatakan apa yang kau inginkan sebenarnya?”,
Tora menyentuh bibir mungil adik kelasnya itu dengan sebelah ibu jarinya.
“yang kuinginkan? Aku ingin kau pergi”
Tora tersenyum tipis meraih pergelangan tangan adik kelasnya, “aku
mengerti kau sekarang”
“a-apa? apa yang kau mengerti?”, Saga mengernyitkan dahinya.
Tora menarik pergelangan tangan adik kelasnya itu kembali masuk ke
dalam toilet. “o-Oi !! mau apa kau?!”, protes Saga.
Sang raven mendorong tubuh ramping adik kelasnya itu ke dinding di
samping pintu masuk toilet dan menekan sebelah bahunya. “aku tahu apa yang kau
inginkan dan apa yang keluar dari mulutmu adalah berlawanan”, Tora mendekatkan
wajahnya semakin mendekati wajah Saga, “berarti kau ingin aku tetap di sini”
Saga menaikan sebelah alisnya, “kau bercanda? Siapa yang ingin kau
tetap di toilet?”
“tidak. kau hanya ingin aku tetap bersamamu. Ini bukan masalah
tempat”, Saga mendengus memalingkan wajahnya sedangkan senyuman tipis di wajah
Tora semakin melebar melihat adik kelasnya itu seakan memasrahkan dirinya
padanya. Perlahan Tora mengecup telinga adik kelasnya itu dan belum sempat Saga
protes ia mulai turun ke lehernya.
“h-Hei?!”, Saga mulai berusaha menjauhkan tubuh kakak kelasnya
darinya, namun itu tak menghentikan kegiatan(?) Tora mengecup dan menghisap
leher putihnya. “hentikan! Aku bilang hentikan!!”
Tora sedikit tersenyum meenghentikan aktivitasnya, “apa kau
benar-benar ingin aku menghentikannya? Aku pikir doronganmu bisa lebih kuat
dari yang baru saja kau lakukan jika kau benar-benar keberatan”
“brengsek!”, dan dalam sekali dorongan kuat Saga, tubuh kakak
kelasnya itu berhasil menjauh darinya. “kau benar-benar menyebalkan
kaichou-sama!”, Saga mendorong sebelah bahu kakak kelasnya itu hingga Tora
sedikit mundur satu langkah ke belakangnya. Saga mendengus terlihat benar-benar
jengkel dengan kata-kata kakak kelasnya itu, lalu ia beranjak hendak keluar
dari tempat itu namun sekali lagi kakak kelasnya menahannya, menghentikan
langkah Saga dengan lengannya melingkari leher adik kelasnya itu.
Tora kembali menarik tubuh adik kelasnya menempelkannya ke dinding,
“Oi !!”, Saga sedikit panic ketika tubuhnya di himpit ke dinding,
“b-brengsek!!”, Saga berusaha melepaskan diri dari himpitan tubuh kakak
kelasnya di belakangnya namun usahanya nihil. Ya, kalian bisa membayangkan,
dihimpit dari dari belakang? Itu artinya Saga nemplok ke dinding dan itu posisi
yang sangat tidak elit dan gak genah(?).
“sudah kubilang aku mengerti kau sekarang”, bisik ketua Osis BHS
itu tepat di telinga adik kelasnya, “katakan kata-kata penolakan lagi dan itu
artinya kau menerima semua perlakuanku”, ucap Tora sesaat sebelum menciumi
tengkuk tubuh yang dihimpitnya.
“argh! Ketua osis brengsek! Otak mesum! Maniak!”
Tora hanya tersenyum disela-sela hisapannya di tengkuk dan leher
adik kelasnya itu.
Saga bisa melihat dengan jelas pantulan dirinya dan juga kakak
kelasnya itu di cermin besar toilet beberapa langkah di samping mereka, matilah
dia jika ada seseorang yang melihat mereka sekarang.
“Tora!!”
Saga tidak merasakan adanya kelonggaran atau tanda-tanda kakak kelasnya
itu akan menghentikan kebejadannya. Laki-laki berambut hazel itu mengepal kedua
tangan di samping kepalanya yang
terkunci. Ia sedikit menggigit bibir bawahnya saat merasakan hisapan kuat di
tengkuknya. “hei, hentikan!”
“itu artinya kau menginginkan lebih?”
“aku serius!!! Ini tempat umum dan seseorang bisa masuk kapan
saja!”
Tora melepaskan kunciannya pada tangan kiri Saga dimana wajah adik
kelasnya itu berpaling ke sana. Ketua Osis BHS itu mengecup bibir mungil adik
kelasnya singkat, “jadi kau meminta kita melakukannya di tempat yang lebih
aman?”, Tora tersenyum iseng, “Hotel…misalnya?”
Saga mendorong pipi kakak kelasnya itu hingga wajah tersenyum kakak
kelasnya berpaling ke samping. “aku harus segera pulang, Ruki mungkin sudah
pulang dari tempat kerjanya, kunci apaato ada padaku”
Tora melepaskan lagi satu tangan Saga yang masih dalam kunciannya
hingga adik kelasnya itu bisa bergerak dengan laluasa dan berhenti dengan
aktivitas(?) nemploknya di tembok, membalik tubuhnya menghadap kakak kelasnya,
menatap sinis laki-laki yang lebih tinggi darinya itu. “baiklah, kasihan jika
Ruki harus menunggumu lama di luar”
☆ナチュラルセンス☆ (◕‿◕✿)
Saga memasang seatbelt-nya saat Tora mulai masuk dan duduk di kursi
kemudinya. Ketua Osis BHS itu juga segera memasangkan seatbelt ke tubuhnya
sedikit melirik laki-laki yang duduk di sampingnya, “apa tidak bisa kau
berwajah manis selama bersamaku?”
“hn?”, Saga mendelik kakak kelasnya, “aku hanya tiba-tiba
teringat…….CoolMan”, sindir Saga.
“oh”, Tora kembali mengalihkan padangannya ke depan, menyalakan
mesin mobilnya.
“apa tidak ada nama yang lebih jelek dari itu?”
“bukan aku yang membuat nama itu”
“aku cukup terkejut kau tahu website-ku”
“bukan hanya aku, bahkan mungkin Aoi juga, hanya Uruha saja yang
tidak ‘ngeh, karena dia jarang berhubungan dengan fansnya. Hanya saja mungkin
Aoi tidak tahu siapa pemilik website itu”, Tora melirik adik kelasnya.
Saga menaikan sebelah alisnya, “lalu kau? bagaimana kau tahu itu
aku?”
Tora tertawa kecil kembali memandang ke depan, “naluriku mengatakan
kalau itu adalah kau”
“omong kosong”, Saga mendengus.
“aku tahu hobimu, memotret dan mendapatkan uang bagaimanapun
caranya. dan beberapa kali aku pernah memergokimu mengambil fotoku diam-diam”
Saga merapatkan mulutnya.
Tidak mendengar ada suara lagi yang keluar dari seseorang di
sampingnya, Tora mulai menjalankan mobilnya keluar area parkir tempat itu.
“dan kau membayarku untuk foto-foto Uruha? bahkan mau membayar
mahal untuk foto paha Uruha?”, Saga bergumam. Laki-laki itu lalu menoleh pada
kakak kelasnya yang tampak berkonsentrasi menyetir mobilnya, “kau diam-diam
adalah seorang fanboy penggila Uruha?”
Tora melepaskan satu pegangan tangannya di stir untuk menutupi tawa
kecilnya dengan punggung tangannya.
“lucu?”, Saga mengernyitkan dahinya.
Tora menggeleng kepalanya pelan, “sebenarnya itu kerjaanku dan
Reita, kami hanya tidak suka kau menyebar foto-foto aneh Uruha, kau tahukan?
Dia saudaraku dan teman baik Reita! Dan soal foto paha itu….”, Tora tersenyum
iseng melirik adik kelasnya, “aku sedikit terkejut saat kau menyebarkan foto
tidur Uruha, saat itu aku tidak tahu tentang Ruki berteman denganmu, tapi saat
ini aku sadar kalau mungkin saat itu kau memanfaatkan Ruki untuk itu?”, Tora
kembali berkonsentrasi ke depan, “ karena foto itu aku ingin sedikit
mengisengimu dengan memberimu sebuah tantangan. Dan melihat jumlah bayaran yang
aku tawarkan aku tahu kau pasti akan melakukan segala cara untuk mendapatkannya
sekalipun kau tidak mungkin bisa mendapatkannya. Dan kau tahu betapa kerasnya
aku tertawa saat kau mengirimkan foto pahamu sendiri ke emailku”, Tora kembali
menutupi mulutnya dengan punggung tangan menahan tawa.
“apa?! itu bukan pahaku!!”, protes Saga nepsong.
“lalu?”
“itu ……paha Ruki”, Saga sedikit memalingkan wajahnya ke arah
jendela, entah kenapa mendadak perutnya gatal ingin tertawa.
“ah, jadi itu bukan pahamu”
“lagipula bagaimana bisa kau tahu itu paha Uruha atau bukan!?”
“tentu saja, dulu kami sering mandi bersama. Dan paha Uruha itu
berbeda dengan yang lainnya, benar-benar mulus tanpa bulu, tidak seperti di
foto itu”, Tora menyunggingkan senyuman tipisnya membuat Saga mengernyitkan
dahi. “sejak dulu aku selalu menganggap kalau Uruha itu perempuan yang salah
terlahir sebagai laki-laki haha…”
Saga memalingkan wajahnya ke jendela pintu mobil, “pahaku juga
mulus kok!”, gerutu Saga pelan, ia tidak bermaksud menyampaikan kata-katanya
itu pada lawan bicaranya tapi Saga sedang sial tampaknya. Mobil Tora tiba-tiba
berhenti di pinggir jalan, dan Saga menoleh pada kakak kelasnya itu dengan
heran. “ada apa?”
“kalau begitu perlihatkan padaku!”, Tora menoleh pada adik kelasnya
itu dengan senyuman jahilnya.
“ha?”
“kau bilang pahamu tidak kalah mulus dengan Uruha”, dengan iseng
Tora merangkakan tangannya ke paha laki-laki di sampingnya, “perlihatkan
padaku!”
“a-apa?!”, Saga segera menyingkirkan tangan iseng kakak kelasnya,
“jangan bercanda!!”
☆ナチュラルセンス☆ (◕‿◕✿)
Ruki berjongkok di samping pintu apaato Saga sambil melihat layar
ponselnya. Pukul 11:15 pm.
Ruki menghela nafasnya berat, tubuhnya mulai terasa kedinginan
karena ia tidak memakai sweater atau jaket, hanya kain tipis seragam sekolahnya
yang membalut tubuhnya. Saga benar-benar orang yang tega! Tahu begini Ruki
pulang saja ke rumah Uruha.
Ruki menelungkupkan tubuhnya, menutupi wajahnya dengan kedua
lengannya yang ia tumpukan di atas kedua lututnya. Matanya benar-benar terasa
berat. sampai beberapa saat makhluk minis itu hampir kehilangan kesadarannya
tiba-tiba seseorang mendorong tubuhnya hingga terguling ke samping.
“Ugh!”, Ruki meringis.
“kau punya kebiasaan tidur dimana saja?”, Saga menaikan sebelah
alisnya.
“he? Saga!”, Ruki segera membangunkan tubuhnya dari lantai melihat
Saga berdiri di sampingnya sambil membuka kunci pintu. “heh! Darimana saja
kau?! aku menunggumu hampir dua jam tahu!”
“dua jam? Ngarang”, Saga melengos masuk ke dalam apaatonya setelah
berhasil membuka kunci.
“serius!”, Ruki mengikuti Saga segera masuk dan kembali mengunci
pintu. “aku tadi pulang lebih awal dari biasanya”
“hn”, tanggap Saga tidak perduli. Laki-laki itu masuk ke dapurnya
mengambil air mineral dan mengambilkannya satu juga untuk Ruki.
“tidak biasanya kau keluar—“, Ruki tidak melanjutkan kata-katanya
saat melihat Saga meneguk air mineralnya, ah tidak! lebih tepatnya Ruki melihat
ada sesuatu di leher Saga. “kau keluar bersama perempuan?”
“hn?”, Saga masih meneguk minumannya melirik ke arah Ruki.
“lehermu”, Ruki menunjuk leher Saga dengan innocentnya.
Refleks Saga segera menutupi lehernya, “aa…ahah ya, aku keluar
dengan cewek. Kenapa? Wajarkan?”
Ruki memicingkan matanya menatap Saga curiga, “atau dengan Tora?”
“ahaha….”, Saga mendadak memaksakan tertawa, beberapa saat kemudian
menatap Ruki datar. “tidur ah”, lalu laki-laki krempeng itu ngeloyor masuk ke
kamarnya untuk menghindari Ruki yang seperti hendak mengintrogasinya.
“e! oi ! benar ya?!”
Saga kembali membuka pintu kamarnya dan nongol dari sana, “aku baru
ingat”
“ha?!”
“kau kan cukup dekat dengan Reita dan Uruha, sementara Sharon
terlihat selalu bersama kedua orang itu. jadi kemungkinan untukmu mudah
mendekati wanita bule itu juga besar”
“apa maksudmu?”
“dapatkan fotonya! Saat bersama Uruha lebih bagus. pasangan itu
jadi topic yang hangat di website-ku”
“aku tidak mau!”, Ruki mendengus beranjak dari depan pintu kamar
Saga untuk mengganti bajunya.
“kalau begitu ‘foto itu’ kusebar”
Ruki kembali menoleh pada laki-laki yang masih nongol dari pintu
kamarnya, “foto apa?”
“foto Uruha dengan ekspresinya yang WAH itu”, Saga tersenyum jahil.
“HAH??!! bukankah kau bilang kau belum sempat mengambilnya dari
ponselku?”
“itu apa yang ku bilang, kenyataannya foto itu sudah ada di
netbook-ku”, ucap Saga sesaat sebelum menutup pintu kamarnya.
“SAGA!!!!!”
☆ナチュラルセンス☆ (◕‿◕✿)
“Ohayou!”, Reita langsung merangkul tubuh mungil Ruki ketika
makhluk bernoseband itu menemukannya tengah berjalan menaiki tangga menuju
ruang loker bersama seorang laki-laki berambut hazel yang lebih tinggi darinya.
“oh, Reita-senpai…Ohayou!”
Reita menampilkan deretan gigi putihnya saat Ruki balik menyapanya.
Saga sedikit mendelik ke dua orang itu dan tanpa sengaja ia bertemu
pandang dengan kakak kelas bernoseband itu, “aku duluan”, ucap Saga sebelum
akhirnya berjalan lebih cepat mendahului kedua makhluk itu.
“kenapa? Sepertinya dia tidak suka denganku”
“ahah Saga memang seperti itu. oh, Sharon-san tidak datang lagi?”,
tanya Ruki.
“hn? Entahlah”
“oh haha”, Ruki memaksakan tertawa, “oh ya, ano…Reita-senpai”,
mendadak Ruki teringat.
“ya?”
Ruki sedikit ragu untuk mengatakannya, dia tidak bermaksud untuk
ikut campur tapi Ruki masih penasaran. “tadi malam aku menelponmu”
“hn?”
“tapi yang mengangkatnya adalah seorang perempuan….dan dia
berbicara bahasa inggris”, Ruki sedikit cengir.
“…….”
“aku pikir aku salah nomor”, ucap Ruki bohong, “tapi ternyata itu
benar-benar nomormu”
“o-ooh ahah..”, Reita sedikit menggaruk-garuk belakang kepalanya,
“maaf itu pasti ibuku haha”, Reita tertawa garing.
“ibumu?”, Ruki mengernyitkan dahinya, “ibumu seorang bule?”
“ah tidak! bukan, hanya saja kadang dia sok bule haha”, Reita
kembali menggaruk belakang kepalanya.
“oh”, Ruki menganggukan kepalanya, “ahah…awalnya aku pikir itu
Sharon-san?”, Ruki sedikit melirik kakak kelasnya, dan sesuai dugaannya
ekspresi Reita terlihat sedikit terkejut dengan pernyataan Ruki. “tapi itu
tidak mungkin ya haha….”
“he…haha tidak mungkin, kau ini bicara apa Ruki haha mana mungkin
aku bersama Sharon. Kau tahu sendiri kan? aku menjemput ibuku dan Sharon
bersama….dia bersama Uruha”
“iya, maaf”, Ruki menggaruk-garuk tengkuknya.
“ah kalau begitu aku duluan ya, jaa”, Reita sedikit mengacak-acak
rambut Ruki lalu sedikit berlari mendahului makhluk minis itu.
Ruki merasa sedikit aneh dengan sikap kakak kelas bernosebandnya
itu, dan dia yakin ada yang Reita sembunyikan. Ruki tidak bermaksud untuk
tsuudzon(?) tapi dari tanda-tanda yang diperlihatkan Reita, entah kenapa Ruki
merasa kalau apa yang ia simpulkan mungkin benar.
Reita merogoh ponselnya setelah selesai memasukan sepatunya ke
dalam loker. Ada satu pesan baru di sana.
Nee Reichan~ aku ingin bermain ke Tropical Land ~ <3 span="">3>
Kapan kau punya waktu? Bagaimana kalau hari minggu?
Reita sedikit menggaruk-garuk tengkuknya, lalu mengetik pesan
balasan dan kembali memasukannya ke saku celananya. Wanita itu memang seperti
selalu bergantung padanya, sejak dulu saat ia kesal dengan Uruha atau marah
pada teman baiknya itu maka ia akan datang padanya dan melampiaskan semuanya
padanya. Mungkin bisa dikatakan wanita itu sudah begitu mempercayainya, atau
menganggapnya teman baik?
Reita sedikit menengok ke kelas Uruha saat melewati kelas 3-2 itu
sebelum sampai ke kelasnya. dan laki-laki bernoseband itu menemukan Uruha sudah
duduk di bangkunya, Reita sedikit mengernyitkan dahi karena jarang-jarang Uruha
sampai di sekolah sebelum dirinya.
Reita kemudian memutuskan untuk masuk ke kelas itu yang belum
terlalu banyak murid-murid yang datang di sana.
“yo!”, Reita menepuk bahu Uruha.
“hn”, tanggap Uruha malas.
Makhluk bernoseband itu duduk di bangku di depan Uruha sambil
menghadap ke belakang. “ada apa? wajahmu kusut sekali”
Uruha mendengus, “diomeli kakekku habis-habisan”
“oh ya? haha….”, Reita tertawa seakan sudah mengerti alasan Uruha
diomeli Kamijo. “Ah, Nimo juga sempat menelponku katanya ponselmu susah sekali
di hubungi. Apa kau tidak membawa ponselmu yang satu lagi?”
“aku tidak merencanakannya”, Uruha mendengus menjatuhkan kepalanya
di atas meja. “semalam dia marah padaku!”
“hm…”, Reita sedikit tersenyum hambar, “eh, dia mengajakku ke
Tropical Land, apa kau akan pergi bersamanya?”
Uruha kembali mengangkat kepalanya, “apa? yang benar saja aku harus
ke tempat seperti itu!”. Uruha kembali mendengus.
“tapi kupikir itu akan jadi momen yang bagus! dan aku akan mengajak
Ruki juga, bagaimana?”, Reita kembali menampilkan deretan gigi –gigi putihnya.
“kenapa harus anak itu?”, Uruha menatap teman baik bernosebandnya itu datar.
“kau bersama Sharon dan aku bersama Ruki”
“ha? kenapa tidak kau bawa saja seorang perempuan! Kenapa harus
anak itu!?”
“anggap saja Ruki perempuanku”
Uruha mengernyitkan dahinya, “kau serius?”
“tentu saja!”, Reita tersenyum tipis, “kau tahu? aku yang meminta
Sharon untuk datang ke sini, aku menceritakan soal Ruki padanya”
“apa?”, Uruha semakin mengernyitkan dahinya, “apa yang kau
ceritakan?”
“bahwa Ruki mungkin merebutmu darinya”
“kau gila!!”, Suara Uruha tiba-tiba sedikit meninggi.
“tapi kau senangkan dia kembali? aku hanya ingin tahu jika wanita
itu ada di sini siapa yang akan kau pilih, dia atau Ruki”
“jangan konyol! Kenapa ada anak itu?”
Reita menyunggingkan senyuman tipis, “dan ternyata kau lebih
memilih wanita itu”
“kau bodoh? Tentu saja!”, Uruha menatap Reita tajam, “aku tidak
mengerti dengan jalan pikiranmu, sebenarnya apa yang kau inginkan dengan
melakukan ini?”
“sejak dulu kau tidak pernah benar-benar dengan terang mengatakan
kalau kau menyukai Sharon, tapi aku tahu dengan jelas. Begitupun halnya dengan
Ruki. Bagiku kau seperti kaca yang transparan”, Reita memain-mainkan jarinya di
atas meja, “kau ternyata belum melupakan Sharon, aku tidak ingin kau memiliki
keduanya, jadi pilih satu diantara mereka dan siapapun yang tidak kau pilih
akan kuambil”
“ck”, Uruha mendengus, “mungkin kau benar tentang wanita itu, dan
aku masih sangat normal ! aku tidak sepertimu! Jadi silahkan saja kau ambil
anak itu, sejak awal kau memang menginginkannya bukan? Kenapa harus merasa
terganggu denganku?”
Reita sedikit tertawa kecil, “kau bicara seperti itu karena
sekarang ada wanita itu bukan?”
“sudah kubilang ambil dia dan jangan sangkut pautkan apapun lagi
tentangnya denganku”
“hmm.. baiklah berarti aku bisa dengan tenang untuk mengambilnya
sekarang”, Reita berdiri dari bangkunya duduk, “oh ya, kau mungkin terkejut aku
seperti ini? tapi asal kau tahu….aku sudah lama menjadi orang yang kau sebut
‘tidak normal’ itu, dan aku harap kau tidak memutuskan pertemanan kita karena
ini”, ucap Reita sesaat sebelum akhirnya ia pergi meninggalkan Uruha di
bangkunya.
“cis!”, Uruha sedikit mendengus menendang bangku di depannya.
☆ナチュラルセンス☆ (◕‿◕✿)
KRIIIIIIING!!!
Semua Siswa-siswi BHS berhamburan keluar kelas setelah bel
istirahat berbunyi. Ruki dan Saga memberes-bereskan buku-buku mereka dan
memasukannya ke dalam tas.
“kau mau ke kantin?”, tanya Ruki pada Saga.
“hn, tunggu sebentar. Aku ingin menghirup udara dengan laluasa
dulu”, Saga menyandarkan punggungnya ke sandaran bangku sambil menautkan ke
sepuluh jari tangannya di ke belakang kepalanya. Baru saja mereka menyelesaikan
pelajaran matematika yang membuat otak mereka mengepulkan asap. Ruki sedikit
mengembungkan kedua pipinya ikut melakukan hal yang sama seperti Saga lalu
mereka mnghirup udara dan menghembuskannya secara bersamaan.
“Ruki?”
Makhluk minis itu menengok kea rah pintu masuk kelas dimana
seseorang tiba-tiba memanggil namanya dari sana. “Reita-senpai…?”
Reita tersenyum, “bisa kita bicara sebentar?”
“hn?”, Ruki memutar kepalanya kearah Saga.
“pergi saja! lagipula aku sedang malas ke kantin”, ucap Saga masih
bersantai dengan posisinya.
“oh”, Ruki segera beranjak dari bangkunya dan menuju kearah kakak
kelas bernosebandnya di ambang pintu. “ya, ada a—eh!!”, Reita tidak membiarkan
adik kelasnya itu menyelesaikan pertanyaannya, ia segera menarik lengan makhluk
minis itu untuk mengikuti kemana langkahnya.
Uruha bersama kedua pengikutnya hendak menuju ke kantin saat
tiba-tiba mereka melihat Reita menyeret(?) Ruki naik ke atas tangga menuju atap
sekolah. Uruha berusaha mengabaikannya dan kembali melanjutkan perjalanannya
menuju kantin dengan diikuti kedua pengikut setianya.
Ruki sedikit menggaruk-garuk kepalanya mendapati dirinya sudah
berada di atas atap sekolah, Reita begitu cepat menyeretnya. “aa…aha ada apa
tiba-tiba kau mengajakku kemari, Reita senpai?”
Reita berjalan ke arah pagar dan menyandarkan dirinya di sana. “aku
hanya ingin menghirup udara segar….denganmu”, Reita tersenyum iseng.
“he? hahaha…”, Ruki kembali menggaruk-garuk belakang kepalanya,
“memangnya kenapa harus denganku?”, Ruki menunjuk dirinya sendiri.
“karena kau tidak membosankan, ketika kau berada di sekitarku maka
suasana akan menjadi menyenangkan tidak perduli dalam keadaan apapun itu haha”
“benarkah?”, Ruki mengernyitkan dahinya.
Reita berjalan mendekati adik kelas mungilnya itu dan berdiri di
hadapannya, “ada sesuatu yang ingin ku sampaikan”
“ya?”, Ruki menatap kakak kelasnya yang tentu lebih tinggi darinya
itu dengan sedikit terheran-heran sekaligus juga penasaran.
“tapi sebelum itu aku tanya padamu, apa kau benar-benar membenci
Uruha?”
“he?”, Ruki menaikan sebelah alisnya, “aku sudah sering
mengatakannya padamu bukan?”
“aku bertanya dengan serius”
“a-aku juga serius”, Ruki sedikit meremat samping celana
seragamnya.
Reita menunjuk dada Ruki, tepatnya ke saku kemejanya, “ponsel
itu…aku tidak pernah mengatakan padamu kalau itu dariku bukan? Karena aku hanya
menyampaikannya padamu”
Ruki melihat saku kemejanya sendiri lalu kembali beralih melihat
kakak kelasnya, “lalu kalau bukan darimu?”
“itu pemberian Uruha”
Ruki cukup terkejut dengan jawaban Reita.
“dia yang merusak ponselmu bukan? Jadi dia menggantinya. Hanya saja
dia menyuruhku untuk merahasiakannya”
Ruki sedikit menundukan kepalanya berusaha mencerna kata-kata kakak
kelasnya itu. “kenapa dia harus merahasiakannya?”, Ruki bergumam.
“begitulah Uruha”, Reita tersenyum mengacak-acak rambut Ruki. “dan
nomor ponsel yang ada di sana juga bukan nomorku, itu nomor ponsel Uruha”
Ruki melebarkan kedua matanya segera mengangkat wajahnya, “tidak
mungkin! Kau bilang itu nomormu kan?”
“oh maaf, aku bohong haha”
“ta-tapi aku pernah tahu nomor ponsel Uruha dan kurasa itu berbeda
dengan yang ada di ponsel ini”
“itu nomor baru Uruha, akhir-akhir ini semakin banyak pesan-pesan
dan miscall tidak jelas dari para fansnya ke nomornya yang dulu, ia merasa
nomor itu sudah tercemar jadi ia membeli ponsel dan nomor baru, dan hanya aku
yang tahu tentang itu”
“kau yang memasukan nomor itu ke ponsel ini?”
“benar, tapi kau mengiriminya pesan bukan? dan Uruha tidak protes
padaku! Tampaknya dia senang-senang saja dengan itu”
“senang?”
Reita tersenyum menganggukan kepalanya. Kemudian menatap adik kelas
mungilnya itu dengan lembut, “dengan ini kurasa kau mengerti kan? bahwa tadi
malam yang kau hubungi bukan aku, tapi Uruha”
Ruki sedikit menundukan kepalanya.
“dan seperti dugaanmu, yang mengangkat panggilanmu itu adalah
Sharon”, Reita mengusap tengkuk dengan sebelah telapak tangannya, “ Uruha
dimarahi habis-habisan oleh Kamijo-jiichan karena semalaman dia tidak pulang ke
rumah, dia bersama wanita itu”
Ruki menelan ludahnya yang mendadak terasa keras untuk ditelan.
“be-begitu? haha sudah kuduga, berita yang mengatakan kalau mereka tidak
pacaran itu salah—“
“itu tidak salah, mereka memang tidak berpacaran dan mereka tidak
pernah berpacaran. Tapi hal seperti itu bukan hanya sekali ini mereka
melakukannya”
Ruki tersenyum kecut, “aku tidak mengerti cara hidup orang Tokyo”, ucap
makhluk minis itu sambil memegangi dada kirinya.
“kau tidak apa-apa?”
“he? aku tidak apa-apa haha”, Ruki mengangkat wajahnya memaksa
tertawa. “mungkin aku hanya sedikit terkejut, selama ini aku tidak pernah
melihatnya dekat dengan satu perempuanpun jadi mendengar ini aku terkejut”,
Ruki menggaruk-garuk belakang kepalanya sedikit menunduk, “mungkin seperti kata
Sharon, Uruha menjaga kata-katanya untuk tidak dekat dengan perempuan manapun
selama ia tidak ada. Sepertinya Uruha benar-benar menyukai Sharon”
“setahuku itu benar. meski dia tidak pernah mengatakannya secara
terang padaku tapi aku bisa melihat dia begitu menyukai wanita itu”
Ruki kembali memegangi dadanya. Dan Reita mengerti sekali bahasa
tubuh itu. “dadamu sakit?”
“he? oh, ini…entahlah, aku tidak pernah seperti ini sebelumnya
haha”
Pernah, Ruki pernah merasakan itu tapi entah kenapa kali ini
berlipat-lipat sakitnya.
Reita menarik tubuh mungil itu ke dalam pelukannya. “kau terluka.
Dan aku mengerti sekali keadaan itu”, Reita sedikit tersenyum hambar.
“……”
“aku sering merasakannya, tapi aku sudah kebal sekarang”
☆TBC☆ (◕‿◕✿)
*Kabur*
No comments:
Post a Comment