Author : Rukira Matsunori
Rated : T
Genre : AU/ gajeromance/ BL (MaleXMale)
Fandom(s) : the GazettE, alicenine, A(ACE), ViViD, ScReW,
D=OUT, Versailles, dkk?
Pairing(s) : Uruha x Ruki? Ruki x Uruha?, Tora x Saga.
Chapter(s) : 24
Warning : DRAMA~ LEBE~ XD
Length : 15 pages (4.074
words)
Note : lebih buruk seperti yang saia janjikan XD banyak dialog.
Chap 24 : ☆~StraightForward~☆
Natural Sense ★~♪
☆ナチュラルセンス☆
Ruki menutup pintu ruang guru dengan pelan. Karena ketahuan melamun
saat pelajaran Bahasa Inggris, Ruki mendapat hukuman membawa semua buku-buku
tugas anak-anak di kelasnya ke ruang guru saat jam istirahat. Makhluk minis itu
menghela nafas berat menyusuri koridor untuk menyusul Saga yang sudah lebih
dulu ke kantin.
Kata-kata Reita kemarin siang entah kenapa tidak bisa hilang dari
kepala Ruki. Kadang dadanya masih sakit setiap mengingatnya. Ruki
menggeleng-gelengkan kepalanya berusaha menghilangkan sesuatu yang mengganggu
itu.
Hari ini Ruki mendapatkan gilirannya libur kerja. Dan Reita
mengajaknya keluar malam ini, bersama Uruha dan Sharon. Sekali lagi, karena
Sharon yang menginginkan Ruki untuk ikut serta. Sejujurnya Ruki sedikit
keberatan, tapi dia tidak bisa menolak. Setidaknya dia harus punya alasan yang
jelas untuk bisa menolak ajakan itu dan kenyataannya Ruki tidak punya. Dan
belum lagi hari minggu Reita mengajaknya ke Tropical Land, ah tapi untuk yang
satu ini Ruki sedikit antusias.
Bruk.
“ah, sumimasen”, Ruki segera membungkukan tubuhnya menyadari
tubuhnya menabrak seseorang karena ia tahu ia yang salah melamun sambil
berjalan.
“tidak apa”
Ruki mengangkat wajahnya melihat seseorang yang baru saja ia
tabrak. Dan makhluk minis itu juga melihat beberapa orang siswi di belakang
orang itu yang kini tengah memperhatikannya.
“hati-hati, jangan melamun”, Orang bernama Shiroyama Yuu itu
tersenyum pada Ruki.
“oh, h-hai haha gomen”, Ruki sedikit menggaruk-garuk belakang
kepalanya, sampai tiba-tiba ia merasakan dagu-nya tiba-tiba diangkat sebuah tangan.
Ruki sedikit menaikan sebelah alisnya dengan perlakuan tiba-tiba kakak kelasnya
itu yang kini terlihat tersenyum memperhatikan wajahnya. “ano….ada sesuatu di
wajahku?”
Aoi melepaskan tangannya dari dagu Ruki, “tidak, maaf atas
perlakuan tidak sopanku”, bibir itu kembali melebarkan senyuman guramenya.
“eh? ah i-iya”
“permisi Matsumoto-san”
“oh”, Ruki menganggukan kepalanya tanda mengizinkan kakak kelas dan
antek-anteknya itu untuk pergi. Ruki sedikit mengernyitkan dahinya saat melihat
siswi-siswi yang Ruki tahu sebagai fangirls Aoi itu semua mendelik dan
tersenyum meremehkan sebelum mereka pergi. Sepertinya mereka masih mempunyai
dendam dengan Ruki karena sempat digosipkan mempunyai hubungan aneh-aneh dengan
Uruha.
“oh ya Aoisama! ada anak yang mengatakan kemarin dia melihatmu
bersama Sharon-sama di sebuah toko aksesoris, benarkah itu?”
“benar”, jawab Aoi seadanya.
“eeeeee!!! Kalian janjian?”
“kami hanya tidak sengaja bertemu”
“hooo~”, para fangirls Aoi itu semua membulatkan mulutnya sambil mengusap-usap
dada mereka merasa lega.
“eh, ano…. Aku tidak mau menanyakan ini, tapi Aoisama, ada rumor
mengatakan kalau dulu kau sempat ada hati pada Sharon-sama, ee itu tidak benar
kan? maksudku aku tahu kau hanya mencintai Uruha. tapi aku ingin mendengarnya
langsung dari mulutmu kalau itu tidak benar?”
Aoi menyunggingkan senyum tipis dengan pertanyaan salah satu
fangirlsnya sekaligus adik kelasnya itu.
“apa yang kau bicarakan sih?! Kenapa harus percaya dengan rumor
seperti itu!”, protes salah seorang fangirls Aoi.
“benar, jangan terpengaruh dengan rumor seperti itu! jangan
mengganggu mood Aoisama sekarang!”
“oh haihai, gomen”
Jika para fangirlsnya itu memaksa Aoi untuk menjawab. Maka ia akan
menjawab ‘ya’.
Dia memang pernah berusaha merebut perhatian perempuan itu dari
Uruha. kenapa? Satu alasan saja.
Aoi tidak suka kalah dari Uruha.
Dalam hal apapun.
☆ナチュラルセンス☆ (◕‿◕✿)
Saga bersila di atas sofa sambil meneguk air mineralnya dengan
matanya tetap focus ke layar netbook di atas mejanya. Sesekali ia melirik Ruki
yang tengah bersiap-siap, yang setahu Saga makhluk minis itu hendak memenuhi
ajakan Reita. “oi”
Ruki menoleh pada Saga sambil memakai sweaternya.
“Sharon dan Uruha juga ikut bersama kalian kan?”
Ruki kembali memfokuskan(?) dirinya memakai sweater lalu mengambil
ponselnya di atas meja dan memasukannya ke saku celana. “aku dan Reita yang
ikut acara mereka”
“kesempatan bagus dong”
Ruki mengernyitkan dahinya. Dan Saga membalas kebingungan Ruki
dengan sebuah senyuman licik khasnya membuat Ruki sadar apa maksud kata-kata
laki-laki itu. “cis! sudah aku bilang aku tidak mau melakukannya!!”, Ruki
menggerutu.
“mudah saja, tinggal ku upload foto Uruha”, Saga mulai mengotak-atik
netbooknya.
Ruki berjalan kearah Saga lalu melihat apa yang sedang dilakukan
temannya itu, ia ingin melihat langsung apa dia benar-benar punya foto Uruha
atau hanya menggertaknya saja. dan makhluk minis itu benar-benar melihat foto
Uruha yang ditangkapnya saat ketakutan dulu di netbook Saga. “Kau!!”
“kenapa? Kau pikir aku bohong?! Aku tidak pernah bercanda dengan
kata-kataku”
“Argh!!”, Ruki buru-buru mendorong tubuh Saga ke samping yang
hendak meng-klik tombol ‘upload’. “kau! argh! Baiklah-baiklah aku lakukan!!”,
Suara Ruki terdengar sangat ngambek dan tidak ikhlas.
Saga hanya tersenyum penuh kemenangan. “kenapa? Sepertinya kau
takut sekali foto ini tersebar?”
“orang itu benar-benar tidak akan memaafkanku kalau foto itu
tersebar!!”
“hn… aku mengerti. tapi dia terlihat lucu dengan ekspresi
ketakuatan seperti ini haha”, Saga menolehkan wajahnya pada makhluk minis yang
sedang merogoh ponselnya karena bergetar. “sebenarnya dia ini kenapa?”
Ruki melirik Saga belum selesai mengetik pesan balasan untuk pesan
yang masuk ponselnya. “kau ingin foto Sharon kan? akan kulakukan!”, ucap Ruki
kembali melanjutkan mengetik di ponselnya.
“cis! aku juga tidak sepenasaran itu”
“berita tentang Uruha adalah uang bagimu”
“benar”
“karena itu aku tidak mau bilang! Kau pasti menyebarkannya pada
orang-orang di website-mu itu dan akhirnya jadi mendunia(?)”
“ahahah….baguslah kau tidak mengatakannya padaku”, Saga kembali
meneguk air mineralnya masih sedikit tertawa.
Ruki melirik jam di ponselnya dan segera memasukan ponselnya
kembali ke dalam saku celana, “aku berangkat”, ucap Ruki sambil berjalan ke
arah pintu.
“hn! Jangan lupa!!”, Saga mengangkat satu tangannya.
“aku tahu!”, dengus Ruki sambil mengambil sneaker-nya dari rak
sepatu.
Saga menyimpan botol minum air mineralnya dan kembali konsentrasi
ke layar netbooknya. Beberapa saat kemudian setelah suara pintu yang di tutup
Ruki, alis Saga sedikit terangkat saat melihat inbox emailnya.
Aku punya request.
Saga mendengus. Kenapa Orang itu tidak mengiriminya pesan langsung
ke ponselnya saja? iseng sekali pake kirim-kirim lewat email segala.
Ya Mr.CoolMan yang terhormat? (T_T)
---------------------------
Kau menggunakan emot?
itu sedikit imut
itu sedikit imut
---------------------------
Terimakasih atas hinaannya.
Jariku terpeleset.
----------------------------
Tidak apa. aku suka saat kau terlihat manis.
Saga segera mengambil botol air mineralnya dalam meja , kembali
meneguk minuman dalam botolnya sampai habis. Lalu kembali melihat layar
netbooknya, menatap sebaris tulisan di sana dengan tatapan datar. Laki-laki
mana yang suka dibilang manis?
Saga kembali melirik botol air mineralnya yang telah kosong, mengambilnya dan beranjak dari sofa menuju dapur. Membuangnya ke tempat sampah dan mengambil botol air mineral yang baru di dalam kulkas dan meneguknya. Laki-laki berambut hazel itu kembali ke ruangan masih memegang botol air mineral di tangannya. Menengok layar netbooknya yang di sana masih terpampang sebaris tulisan itu.
Saga kembali melirik botol air mineralnya yang telah kosong, mengambilnya dan beranjak dari sofa menuju dapur. Membuangnya ke tempat sampah dan mengambil botol air mineral yang baru di dalam kulkas dan meneguknya. Laki-laki berambut hazel itu kembali ke ruangan masih memegang botol air mineral di tangannya. Menengok layar netbooknya yang di sana masih terpampang sebaris tulisan itu.
Saga kembali duduk bersila di atas sofa, mulai menyentuh keyboard
netbooknya.
Jadi apa requestmu itu Mr.CoolMan?
Saga kembali meraih air mineralnya dan meneguknya sambil menunggu
balasan dari kakak kelasnya itu. entah kenapa sekarang ini mendadak Saga jadi
seperti orang dehidrasi.
Aku minta foto pahamu!
Akan kubayar berapapun.
Bruashh!!
Saga menyemburkan air dalam mulutnya, untung semburan airnya tidak
mendarat di netbooknya. Lalu laki-laki berambut hazel itu segera mengelap bibirnya.
Seperti deja-vu, Saga mengerti kekagetan Ruki saat itu sekarang.
Kau tidak waras hah?!
Saga sedikit nepsong membalas email kakak kelasnya itu. ia mulai
sedikit was-was ketua Osis BHS itu punya banyak kelainan dalam otaknya.
Aku bosan dengan wallpaper ponselku yang sekarang.
Saga menelungkupkan tubuhnya, menyembunyikan wajahnya di atas
permukaan sofa seperti bersujud. Seperti orang yang bersembunyi di bawah meja
karena gempa sambil mengacak-acak rambutnya. Benar saja, Otak Ketua Osisnya itu
punya kelainan yang serius tampaknya. Lalu ia segera kembali mendudukan dirinya
menghadap netbooknya, terlihat sekali wajahnya sangat frustasi dengan
kesintingan ketua Osis BHS itu.
Sinting!
☆ナチュラルセンス☆ (◕‿◕✿)
“Ruki kun”, Sharon yang telah lebih dulu datang langsung menyambut
kedatangan Ruki dan Reita di salah satu restoran elit di Tokyo itu. Wanita bule
itu berdiri dari kursinya dan mengecup pipi Ruki membuat makhluk minis itu
sedikit blushing. Dikecup wanita bule yang bukan sembarang bule bahkan tidak
pernah ia impikan sebelumnya. Ruki juga bisa mencium aroma yang sangat
menenangkan khas seorang putri kalangan atas dari tubuh wanita itu. pasti
benar-benar nyaman bisa terus berada dekat dengannya.
Ruki refleks melirik Uruha yang tampak tidak terlalu menaruh
perhatian pada apa yang Sharon lakukan, hanya asik melihat-lihat buku menu di
tangannya. Ruki mengerti. Siapa yang bisa menolak wanita sesempurna dan
sebule(?) Sharon?
“nee, duduklah Ruki-kun!”
“h-hai”, Ruki segera duduk di kursi di samping Reita yang telah
lebih dulu duduk.
“terimakasih sudah mau datang, aku sangat senang”
“aa, ti-tidak masalah ahaha sama-sama”, Ruki menggaruk-garuk
belakang kepalanya masih gugup.
Sharon tersenyum, “kalau begitu silahkan pesan apapun yang kau mau,
Uruha yang akan mentraktirmu”
Uruha mendelik namanya disebut-sebut dan Sharon menyadarinya.
“benar kan? kau janji akan mentraktir kita semua?”, Sharon kembali
bergelayutan(?) di lengan Uruha. Laki-laki cantik itu hanya kembali pada
kegiatan awalnya memilih-milih menu tanpa mengatakan apapun.
Ruki sedikit melirik Uruha, menarik-narik jari-jarinya sendiri di
bawah meja. Ruki bisa melihat Uruha terlihat sangat acuh pada Sharon, tapi Ruki
tahu sekarang, sebenarnya hatinya tidak. Orang yang hanya men-judge dari
luarnya saja pasti akan menganggap hanya Sharon yang nempel-nempel pada Uruha,
hanya Sharon yang mengejar-ngejar Uruha tapi Uruha tidak menghiraukannya, tidak
membalas perasaannya.
“Ruki?”
“eh? ya?”, Ruki menoleh pada Reita.
“pilih sesuatu?”, Reita tersenyum menyodorkan buku menu di
tangannya pada adik kelasnya itu. “aku sudah selesai”, tambahnya.
“oh, i-iya”, Ruki segera mengambil buku menu dari tangan kakak
kelas bernosebandnya itu dengan sedikit gugup.
Cukup lama mereka menunggu pesanan mereka datang ke meja, sebelum
itu Sharon dan Reita banyak membicarakan masa-masa mereka yang Ruki tidak ikut
mengalaminya. Saat mereka mulai membicarakan tentang masa-masa Uruha pertama
kali masuk SMA, Ruki sedikit memfokuskan telinganya. Dan Reita akan mengajak
Ruki bicara saat Sharon mulai menggoda Uruha. Sharon juga cukup sering bertanya
pada Ruki dan sedikit menggoda makhluk minis itu karena menurutnya Ruki
mempunyai ekspresi yang lucu saat ia sedang gugup atau malu-malu sampai pesanan
mereka akhirnya datang.
“gochisousama deshita”, Sharon sedikit bersemangat mengucapkan itu
membuat Reita, Ruki kecuali Uruha melirik padanya. “aah~ aku sangat rindu
mengucapkan itu. kadang aku lupa mengucapkan jika di negaraku”
“haha…karena itu bukan kebiasaan di sana”
“benar Reichan~ tidak ada orang yang mengatakan itu setelah makan
di sana haha”
“berapa umurmu?”, Uruha mendelik.
“sebentar lagi 20, kenapa Uruchan?”, Sharon menyangga dagunya
dengan telapak tangan, tersenyum menatap Uruha.
“bertingkahlah seperti orang berumur 20 tahun”, dengus Uruha.
“memangnya apa yang kulakukan bukan tingkah orang usia 20 tahun?”,
nada bicara Sharon mulai kembali menggoda Uruha.
Ruki menyimpan sendok dan garpu-nya saat merasakan ponsel di saku
celananya tiba-tiba bergetar. Makhluk minis itu segera merogoh ponselnya sedikit
menunduk melihat pesan yang masuk di sana.
Oi ! Jangan lupa! ┐( ̄ヘ ̄)┌
Ruki menatap layar ponsel di bawah meja resto itu dengan jengkel. dia
memang hampir lupa soal ‘foto Sharon’
yang diinginkan Saga itu, tapi dia tidak suka Saga mengingatkannya.
“nee, ada apa Ruki-kun?”, Sharon sedikit penasaran dengan wajah
Ruki yang terlihat jengkel melihat sesuatu di bawah mejanya.
“oh, ahah tidak, tidak apa-apa”, Ruki kembali menggaruk-garuk
belakang kepalanya. Makhluk minis itu sedang mengumpulkan keberanian untuk
bicara pada Sharon, “a..ano, Sharon-san?”
“ya?”
Ruki mengeluarkan ponselnya dari bawah meja, “boleh aku mengambil
fotomu?”, Ruki sedikit cengar-cengir malu. Reita menoleh pada makhluk minis di
sampingnya sementara Uruha melirik makhluk minis itu sambil menaikan sebelah
alisnya.
“ada temanku yang sangat mengagumimu, dan dia memintaku
mengambilkan foto Sharon-san untuknya hhe”
“sou ka?! Wah senang sekali. Tentu saja kau boleh mengambil fotoku
Ruki-kun”
“b-benarkah? terimaksih banyak”, Ruki membungkukan tubuhnya.
Awalnya ia takut Sharon akan menolak permintaannya karena itu sedikit
mencurigakan.
“aahaha daijoubu ne, ah….sekarang?”
“iya”, Ruki menganggukan kepalanya dan mulai menghidupkan kamera
ponselnya.
“ah chotto chotto!”, Sharon sedikit merapikan dirinya dan mulai
berpose tersenyum kearah kamera ponsel yang Ruki arahkan padanya. Reita dan
Uruha yang melihat kedua orang itu hanya menatap mereka datar.
Ckrek!
Ruki tersenyum cukup lega setelah mendapatkan foto Sharon di
ponselnya.
“Ah Ruki-kun!”, Sharon segera menarik lengan Uruha dan menaruh
dagunya di bahu laki-laki yang lebih muda dua tahun darinya itu. “sekali lagi!”
“he?”
“apa yang kau lakukan?”, Uruha mendengus.
“tidak apa-apa kan Uruchan? Kita jarang berfoto bersama”, goda
wanita bule itu, “nee Ruki-kun?”
“oh, h-hai kebetulan temanku juga meminta foto Sharon-san dan
Uru…Uruha-san”, Ruki mendelik Uruha tidak terima dengan sebutan untuknya yang
baru saja dia ucapkan.
“ah baguslah kalau begitu”, Sharon tersenyum semakin nempel pada
Uruha.
Ruki kembali memposisikan ponselnya ke arah dua orang itu, tapi
Uruha terlihat memalingkan wajahnya ke arah lain.
“nee Uruchan! Teman Ruki-kun tidak akan senang kalau posemu seperti
itu!”
“apa perduliku?”, dengus Uruha.
Sharon sedikit mengembungkan kedua pipinya kesal lalu menarik wajah
laki-laki cantik itu agar berpaling padanya dan jantung Ruki seakan berhenti
sejenak melihat layar ponselnya sendiri. Reita tersenyum hambar memutar bola
matanya kearah lain saat Sharon mencium bibir Uruha tepat di depan matanya.
Tapi itu bukan scene pertama dari mereka yang pernah Reita lihat.
Ruki sedikit ragu untuk menekan tombol capture-nya, tapi kedua orang
itu tidak juga kunjung melepaskan ciuman mereka. Sharon terlihat semakin
menekan belakang kepala Uruha, mencium bibir laki-laki itu semakin dalam
sementara Uruha terlihat masih sedikit terkejut dengan keadaannya sekarang.
Ckrek.
Uruha melirik ponsel Ruki yang tengah diarahkan padanya, lalu ia
segera melepaskan kontak bibirnya dengan wanita itu dan sedikit menjauh dengan
memalingkan wajah kearah lain.
“ee? Kau mengambilnya Ruki-kun?”, Sharon terlihat sangat senang.
Ruki menganggukan kepalanya tersenyum. Reita melirik makhluk minis
di sampingnya yang mulai kembali duduk di kursinya sedikit menunduk melihat
layar ponselnya di bawah meja.
Tangannya terlihat sedikit gemetar.
“Uruchan!”
“lepas!”, Uruha menyingkirkan tangan Sharon yang menyentuh bahunya.
“jangan marah!”
Uruha hanya mendengus masih tak mau berpaling pada wanita itu.
“a-ano…”, Ruki menoleh pada Reita.
“ya?”, Reita tersenyum.
“toiletnya dimana ya?”, Ruki sedikit malu-malu menanyakannya.
☆ナチュラルセンス☆ (◕‿◕✿)
Ruki berdiri di depan wastafel sambil memandangi telapak tangannya
sendiri yang masih saja gemetar. Ia segera membasuh kedua tangannya dengan air.
Namun tiba-tiba Makhluk minis itu berjongkok dengan kedua tangan
memegangi pinggiran wastafel di atas kepalanya. Dadanya terasa begitu sakit dan
ia tidak bisa menahan air yang semenjak tadi memaksa meminta keluar dari balik
kelopak matanya. Ruki tidak tahu kenapa dadanya bisa sesakit itu, ia
benar-benar merasa dirinya cengeng sebagai seorang laki-laki.
Ruki segera mengusap air matanya dengan punggung tangan dan kembali
berdiri menghadap cermin di depannya, melihat keadaan dirinya sendiri yang
tidak enak dipandang mata. Ruki kembali membasuh tangannya dengan air kran yang
belum sempat ia tutup tadi, dan membasuh mukanya untuk menyamarkan kalau baru
saja ia mengeluarkan air mata. Itu sangat tidak keren kalau orang lain
melihatnya. Dan makhluk minis itu segera mengelap wajahnya yang basah dengan
ujung sweaternya sendiri (-_-)
Reita menyandarkan punggungnya ke dinding lorong sambil menatap
pintu toilet di hadapannya sampai pintu itu terbuka. “Reita-senpai? Kau
menungguku?”
Reita melepaskan punggungnya yang menempel ke dinding, “aku hanya
takut kau tidak tahu jalan kembali”, jawab laki-laki bernoseband itu tersenyum
iseng.
“ah ma-maaf haha”, Ruki kembali dengan kebiasaannya menggaruk-garuk
belakang kepalanya.
“ada apa?”
“hn?”, Ruki mengangkat wajahnya mencoba bertemu pandang dengan
kakak kelas bernosebandnya itu, tidak mengerti dengan pertanyaan yang baru saja
diajukannya.
Reita tersenyum lembut menyentuh ujung kepala Ruki, lalu
mengusapnya. “jangan berpura-pura di depanku. Aku ini punya kemampuan membaca
pikiran manusia”, ucap Reita yang tentu saja itu bohong namun Ruki terlihat
menanggapinya dengan serius. “katakan padaku!”
Ruki menatap kakak kelasnya dan dadanya kembali terasa sakit, bibirnya
sedikit bergetar sampai ia memutuskan untuk menundukan wajahnya, “kenapa kau
selalu bersikap selembut ini? aku….aku jadi terharu”, Ruki menutupi sebelah
matanya dengan punggung tangannya berusaha menutupi air matanya, namun akhirnya
keluar lagi. “tuh kan? air mataku sampai keluar haha”, Ruki berusaha tertawa
sementara air matanya malah semakin deras, “tolong jangan lihat! Ini sangat
tidak keren!”, Ruki membelakangi kakak kelas bernosebandnya itu. “kau pasti
berpikir aku laki-laki yang menyedihkan”, ucap Ruki masih berusaha mengusap air
matanya.
“tidak. apa salahnya laki-laki menangis? Aku juga pernah beberapa
kali menangis”
Ruki berhenti mengusap air matanya dan menoleh pada kakak kelasnya
itu, “orang sepertimu menangis?”
Reita menganggukan kepalanya, “Tapi apa maksudmu dengan orang
sepertiku?”
“ahahah…maksudku kau sangat keren Reita-senpai”
“memangnya orang keren tidak boleh menangis?”
“ah, kau juga terlihat seperti orang yang kuat dan berpikiran
bebas. Jadi aku sedikit terkejut”, Ruki kembali mengusap air matanya sedikit
menunduk tersenyum hambar.
“mungkin benar aku ini keren, tapi aku bukan orang sekuat seperti yang
kau pikirkan”, Reita tersenyum kembali mengusap ujung kepala Ruki.
“ano…Reita senpai…”, Ruki masih sedikit menundukan kepalanya.
“ya?”
“maaf”
“untuk apa?”
“karena aku selalu berbohong”
Reita melepaskan tangannya dari ujung kepala Ruki saat adik
kelasnya itu mulai mengangkat wajahnya. “aku selalu mengatakan aku membenci
Uruha, aku memang selalu berusaha membencinya tapi ternyata aku tidak bisa”,
Ruki tersenyum kecut. “aku tidak bisa membenci orang itu”, Ruki menutupi kedua
matanya dengan satu lengannya.
Reita kembali tersenyum, “kau tidak mengatakannya pun aku tahu. kau
memang selalu berbohong tentang itu”
“kenapa?”, Ruki melepaskan lengannya yang menutupi kedua matanya,
menatap kakak kelas bernoseband di hadapannya, “kenapa kau selalu seakan yakin tahu
perasaanku? Disaat bahkan aku sendiri masih bingung. Dari mana datangnya
kepercayaan diri itu?”
Reita sedikit menunduk tersenyum mengusap-usap tengkuknya, “mungkin
kau tidak ingat, tapi kau pernah mengatakan perasaanmu itu padaku”
Ruki sedikit merasa bingung dengan perkataan Reita.
“malam saat kau mabuk waktu itu……kau jujur padaku tentang Uruha”
Ruki menahan nafasnya beberapa saat.
“mungkin yang kau cium adalah aku, tapi sebenarnya yang ada
dipikiranmu adalah Uruha”
“he?”, Ruki kembali menundukan kepalanya mengusap-usap tengkuknya
sedikit salah tingkah. “me-memangnya apa yang kukatakan?”
“kau iri Uruha tersenyum dan tertawa bersamaku, kau ingin dia juga
tersenyum dan tertawa denganmu juga. Itu cukup jelas bagiku”
Ruki menatap lantai di bawah kakinya, “aku mengatakan itu?”
“karena itu mulai sekarang jangan bohong lagi padaku!”, Reita
sedikit menyentil jidat Ruki.
“ahahah…i-iya maaf”, Ruki mengusap-usap jidatnya masih menunduk,
dan kedua makhluk itu sempat berada dalam keadaan diam beberapa saat. “Reita
senpai…”
“ya?”
“kupikir kau akan membenciku jika aku mengatakan aku menyukai
Uruha”
“apa maksudmu? tentu aku senang kalau teman baikku dengan sikapnya
yang buruk itu bisa disukai orang haha”
Ruki menggelengkan kepalanya, “aku tahu tidak ada teman yang tidak
senang jika temannya juga disenangi orang lain, maksudku jika aku mengatakan
aku menyukai Uruha seperti sekarang ini”
Reita memasukan satu tangannya ke dalam saku celananya. “kenapa kau
sampai berpikir seperti itu?”
“karena kupikir kau menyukai Uruha?”, Ruki mengangkat kepalanya
mencoba mempertemukan mata mereka.
“ch..”, Reita tertawa kecil menutupi mulutnya dengan punggung
tangan. “apa maksudmu? bagaimana bisa kau berpikir seperti itu he?”
Ruki kembali menggaruk-garuk belakang kepalanya menatap lantai,
“waktu pertama kali kau bilang melihat fotoku bersama Uruha di madding
itu…..kau bilang kau cemburu kan? dan hanya kesimpulan itu yang melintas di
kepalaku”, Ruki kembali mengangkat wajahnya tersenyum maksa.
“begitu?”
“ah! Selain itu….kau bilang aku mengatakan perasaanku tentang Uruha
padamu saat mabuk malam itu bukan?”
“hn”
Ruki menatap kedua mata kecolatan kakak kelas bernosebandnya itu
dengan lembut, “aku melihat tatapanmu begitu kehilangan menatapku saat aku
datang ke kelasmu untuk meminta maaf padamu karena aku muntah waktu itu”, Ruki
masih sedikit malu kalau ingat hal itu. Reita berusaha masih memberikan
perhatiannya penuh pada adik kelasnya itu untuk mendengar apa yang akan ia
katakan selanjutnya sampai tiba-tiba kedua matanya menangkap sosok seseorang
agak jauh di ujung lorong di belakang Ruki berdiri menatap mereka. “karena itu
aku pikir kau mungki—hmbp!!”
Ruki refleks membulatkan matanya tiba-tiba merasakan sesuatu yang
lembut menakan bibirnya. Reita memegangi kedua pipi makhluk minis itu dan
memaksa mencium bibirnya.
Ruki berusaha mendorong tubuh kakak kelasnya sampai bibir mereka
sedikit terlepas, “Rei—hmp”, namun Reita kembali memaksa menempelkan bibirnya
lagi dengan bibir Ruki. Memiringkan kepalanya mencoba melihat ekspresi
seseorang itu yang tampak masih berdiri di ujung lorong sana.
Ruki memegangi kedua pergelangan tangan Reita yang memegangi kedua
pipinya, menahan kepalanya untuk menjauhkan diri. Ruki berusaha melepaskan
kedua tangan Reita dari pipinya saat merasakan sesuatu yang lembut dan basah
memaksa mulutnya untuk terbuka. Ruki tidak pernah mengalami itu sebelumnya,
yang ia tahu hanya ciuman itu adalah bibir dan bibir saling menempel dan ia
pernah melakukannya dengan Uruha, tapi apa sekarang? Ruki mulai ketakutan
dengan apa yang dilakukan kakak kelas bernosebandnya itu.
Reita melihat seseorang itu beranjak dari posisinya dan pergi
meninggalkan lorong. Reita sedikit menyunggingkan senyum disela-sela ciumannya
dengan Ruki dan laki-laki itu segera melepaskan bibirnya dari bibir adik
kelasnya.
Ruki memegangi dadanya ngos-ngosan setelah Reita melepaskan ciuman
mereka.
“eh? gomen”, Reita sedikit merasa bersalah menyentuh bahu adik
kelasnya itu, namun refleks Ruki menepis tangannya membuat Reita terdiam
sejenak. “Ruki?”
Ruki masih memegangi dadanya terlihat masih shock dan berusaha
mencerna apa yang baru saja dialaminya.
“maaf”, ucap Reita sekali lagi semakin merasa bersalah.
“he?”, Ruki mengangkat wajahnya, namun ia kembali segera ,menunduk
mendadak tidak bisa memandang wajah Reita. “tidak, tidak apa”, Ruki
menggelengkan kepalanya, “tapi aku…..aku tidak mengerti”
Tatapan Reita melembut, ia kembali mengusap ujung kepala Ruki,
“tidak apa. biarlah begitu”, Reita menarik tubuh mungil di hadapannya,
memberikan kecupan kecil di ujung kepala Ruki, dan kembali jantung Ruki
berdetak lebih cepat, matanya kembali melebar. “meski kau tidak mengerti, aku
tidak akan menjelaskannya padamu”
Ruki semakin menundukan kepalanya, ia semakin tidak berani bertemu
wajah dengan Reita.
“nah, sekarang ayo kembali ! Uruha dan Sharon pasti heran kenapa
kau lama sekali di toilet”, Reita merangkul bahu Ruki dan makhluk minis itu
hanya menganggukan kepalanya, “jangan sampai salah satu dari mereka menyusul
kemari karena penasaran”, gumam Reita tersenyum tipis sembari merangkul tubuh
Ruki berjalan meninggalkan lorong.
☆ナチュラルセンス☆ (◕‿◕✿)
Pukul 11.45 pm.
Saga masih bersila di atas tempat tidurnya sambil mencet-mencet
remote televisi. Ia menunggu makhluk minis itu pulang karena gawat juga kalau
ia tidur duluan bahkan suara bel tidak akan bisa membangunkannya lagi. Dan
tidak perlu waktu lebih lama Saga menunggu, akhirnya ia mendengar belnya
berbunyi. Saga segera turun dari atas tempat tidur dan membuka kan pintu
apaatonya.
“lama sekali kau”
“maaf”, Ruki berjalan lemas masuk ke dalam ruangan terlihat sangat
ngantuk.
“jadi, kau dapatkan fotonya?”, tanya Saga sambil mengikuti Ruki
dari belakang.
Ruki menyerahkan ponselnya pada laki-laki teman serumahnya itu dan
menjatuhkan tubuhnya di atas sofa.
Saga segera melihat folder di ponsel Ruki dengan sedikit antusias,
karena itu adalah calon uang baginya.
“eh? apa ini tidak berlebihan?”, Saga menaikan sebelah alisnya
melihat foto Sharon dan Uruha yang berciuman di layar ponsel Ruki, “aku memang
bilang kalau bisa dapatkan fotonya bersama Uruha sebelumnya, tapi tidak usah
sampai seperti ini”
“itu kemauan mereka sendiri kok”, Ruki mulai tiduran di sofa tanpa
berpikir untuk berganti baju terlebih dahulu. Ia benar-benar sudah ngantuk.
Saga melirik makhluk minis itu yang meringkukan tubuhnya di sofa
membelakanginya. “kau tidak apa-apa?”
“apa maksudmu?”, Ruki bicara setengah tidur. Tiba-tiba ingatannya
kembali melesat memperlihatkan sebuah scene(?) antara dirinya dan Reita, dan
refleks kedua matanya kembali terbuka lebar.
“baguslah kalau kau tidak apa-apa. aku pindahkan dulu foto-nya!”,
Saga hendak melengos masuk lagi ke dalam kamarnya.
“Saga!”
Laki-laki itu kembali menoleh saat hampir memasuki kamarnya. “apa?”
“aku pernah bilang kalau tidak mungkin seseorang menciumu tanpa ia
memiliki perasaan padamu atau kata-kata semacam itu lah”
Saga menaikan sebelah alisnya, dia mulai was-was makhluk minis itu
akan membahas tentang dirinya dan ketua Osis BHS itu dan berusaha
mengintrogasinya dan menemukan apa yang telah mereka lewati(?) beberapa hari
ini dan—
“tapi sekarang kupikir itu mungkin saja”
“ha?”, Saga kembali berjalan mendekati Ruki, “apa seseorang baru
saja menciumu atau kau baru saja mencium seseorang? apa dengan Uruha?”, Saga
membungkukan tubuhnya mencoba melihat wajah Ruki yang membelakanginya.
“tidak, lupakan! Lupakan!”, Ruki tengkurap di sofa mencoba untuk
kembali memejamkan matanya dan tidur. Makhluk minis itu masih tidak percaya
jika Reita menyukainya? selama ini ia selalu berpikir Reita menyukai Uruha,
bahkan setelah Sharon datang dia sempat berpikir jangan-jangan Reita juga
menyukai wanita itu? Baiklah itu pikiran bodoh, karena pada kenyataannya soal
pikirannya yang menyimpulkan Reita mempunyai hubungan dengan wanita itu hanya
kesalah fahaman yang fatal, itu karena masalah siapa pemilik nomor di
ponselnya. Dan Reita tidak mungkin mengkhianati teman baiknya sendiri.
Dan sekarang….
Ruki semakin memejamkan matanya. Dia tahu Reita selalu baik padanya
tapi ia tidak sampai berpikir kakak kelasnya itu menyukainya, yang Ruki rasakan
selama ini Reita adalah sosok seorang kakak yang baik dan dia sendiri seperti
adik atau bahkan mungkin seorang(?) mainan? Bagi Reita. Karena kakak kelasnya
itu sering sekali memperlakukannya seperti sebuah boneka yang lucu? Ruki masih
sulit mempercayai ini . Tapi dada Ruki masih saja deg-degan(?) kalau mengingat
itu. Seandainya kakak kelasnya itu benar menyukainya, Ruki rasa dia tidak akan
pernah bisa menolak.
“tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak!!”, Ruki
komat-kamit.
Ruki tidak ingin membuat suatu kesalah fahaman.
☆TBC☆ (◕‿◕✿)
Wahai Tosa-lover~ jangan protes! Uruki juga ingin diperhatikan(?)
sekali-kali wkwk :v
No comments:
Post a Comment