Search + histats

Thursday, 28 March 2013

Natural Sense ★24


Author : Rukira Matsunori
Rated : T
Genre : AU/ gajeromance/ BL (MaleXMale)
Fandom(s) : the GazettE, alicenine, A(ACE), ViViD, ScReW, D=OUT, Versailles, dkk?
Pairing(s) : Uruha x Ruki? Ruki x Uruha?, Tora x Saga.
Chapter(s) : 24
Warning : DRAMA~ LEBE~ XD
Length : 15 pages (4.074 words)
Note : lebih buruk seperti yang saia janjikan XD banyak dialog.


Chap 24 : ~StraightForward~


Natural Sense ~♪
ナチュラルセンス

Ruki menutup pintu ruang guru dengan pelan. Karena ketahuan melamun saat pelajaran Bahasa Inggris, Ruki mendapat hukuman membawa semua buku-buku tugas anak-anak di kelasnya ke ruang guru saat jam istirahat. Makhluk minis itu menghela nafas berat menyusuri koridor untuk menyusul Saga yang sudah lebih dulu ke kantin.

Kata-kata Reita kemarin siang entah kenapa tidak bisa hilang dari kepala Ruki. Kadang dadanya masih sakit setiap mengingatnya. Ruki menggeleng-gelengkan kepalanya berusaha menghilangkan sesuatu yang mengganggu itu.

Hari ini Ruki mendapatkan gilirannya libur kerja. Dan Reita mengajaknya keluar malam ini, bersama Uruha dan Sharon. Sekali lagi, karena Sharon yang menginginkan Ruki untuk ikut serta. Sejujurnya Ruki sedikit keberatan, tapi dia tidak bisa menolak. Setidaknya dia harus punya alasan yang jelas untuk bisa menolak ajakan itu dan kenyataannya Ruki tidak punya. Dan belum lagi hari minggu Reita mengajaknya ke Tropical Land, ah tapi untuk yang satu ini Ruki sedikit antusias.

Bruk.

“ah, sumimasen”, Ruki segera membungkukan tubuhnya menyadari tubuhnya menabrak seseorang karena ia tahu ia yang salah melamun sambil berjalan.

“tidak apa”

Ruki mengangkat wajahnya melihat seseorang yang baru saja ia tabrak. Dan makhluk minis itu juga melihat beberapa orang siswi di belakang orang itu yang kini tengah memperhatikannya.

“hati-hati, jangan melamun”, Orang bernama Shiroyama Yuu itu tersenyum pada Ruki.

“oh, h-hai haha gomen”, Ruki sedikit menggaruk-garuk belakang kepalanya, sampai tiba-tiba ia merasakan dagu-nya tiba-tiba diangkat sebuah tangan. Ruki sedikit menaikan sebelah alisnya dengan perlakuan tiba-tiba kakak kelasnya itu yang kini terlihat tersenyum memperhatikan wajahnya. “ano….ada sesuatu di wajahku?”

Aoi melepaskan tangannya dari dagu Ruki, “tidak, maaf atas perlakuan tidak sopanku”, bibir itu kembali melebarkan senyuman guramenya.

“eh? ah i-iya”

“permisi Matsumoto-san”

“oh”, Ruki menganggukan kepalanya tanda mengizinkan kakak kelas dan antek-anteknya itu untuk pergi. Ruki sedikit mengernyitkan dahinya saat melihat siswi-siswi yang Ruki tahu sebagai fangirls Aoi itu semua mendelik dan tersenyum meremehkan sebelum mereka pergi. Sepertinya mereka masih mempunyai dendam dengan Ruki karena sempat digosipkan mempunyai hubungan aneh-aneh dengan Uruha.

“oh ya Aoisama! ada anak yang mengatakan kemarin dia melihatmu bersama Sharon-sama di sebuah toko aksesoris, benarkah itu?”

“benar”, jawab Aoi seadanya.

“eeeeee!!! Kalian janjian?”

“kami hanya tidak sengaja bertemu”

“hooo~”, para fangirls Aoi itu semua membulatkan mulutnya sambil mengusap-usap dada mereka merasa lega.

“eh, ano…. Aku tidak mau menanyakan ini, tapi Aoisama, ada rumor mengatakan kalau dulu kau sempat ada hati pada Sharon-sama, ee itu tidak benar kan? maksudku aku tahu kau hanya mencintai Uruha. tapi aku ingin mendengarnya langsung dari mulutmu kalau itu tidak benar?”

Aoi menyunggingkan senyum tipis dengan pertanyaan salah satu fangirlsnya sekaligus adik kelasnya itu.

“apa yang kau bicarakan sih?! Kenapa harus percaya dengan rumor seperti itu!”, protes salah seorang fangirls Aoi.

“benar, jangan terpengaruh dengan rumor seperti itu! jangan mengganggu mood Aoisama sekarang!”

“oh haihai, gomen”

Jika para fangirlsnya itu memaksa Aoi untuk menjawab. Maka ia akan menjawab ‘ya’.
Dia memang pernah berusaha merebut perhatian perempuan itu dari Uruha. kenapa? Satu alasan saja.
Aoi tidak suka kalah dari Uruha.
Dalam hal apapun.

ナチュラルセンス  (◕‿◕✿)

Saga bersila di atas sofa sambil meneguk air mineralnya dengan matanya tetap focus ke layar netbook di atas mejanya. Sesekali ia melirik Ruki yang tengah bersiap-siap, yang setahu Saga makhluk minis itu hendak memenuhi ajakan Reita. “oi”

Ruki menoleh pada Saga sambil memakai sweaternya.

“Sharon dan Uruha juga ikut bersama kalian kan?”

Ruki kembali memfokuskan(?) dirinya memakai sweater lalu mengambil ponselnya di atas meja dan memasukannya ke saku celana. “aku dan Reita yang ikut acara mereka”

“kesempatan bagus dong”

Ruki mengernyitkan dahinya. Dan Saga membalas kebingungan Ruki dengan sebuah senyuman licik khasnya membuat Ruki sadar apa maksud kata-kata laki-laki itu. “cis! sudah aku bilang aku tidak mau melakukannya!!”, Ruki menggerutu.

“mudah saja, tinggal ku upload foto Uruha”, Saga mulai mengotak-atik netbooknya.

Ruki berjalan kearah Saga lalu melihat apa yang sedang dilakukan temannya itu, ia ingin melihat langsung apa dia benar-benar punya foto Uruha atau hanya menggertaknya saja. dan makhluk minis itu benar-benar melihat foto Uruha yang ditangkapnya saat ketakutan dulu di netbook Saga. “Kau!!”

“kenapa? Kau pikir aku bohong?! Aku tidak pernah bercanda dengan kata-kataku”

“Argh!!”, Ruki buru-buru mendorong tubuh Saga ke samping yang hendak meng-klik tombol ‘upload’. “kau! argh! Baiklah-baiklah aku lakukan!!”, Suara Ruki terdengar sangat ngambek dan tidak ikhlas.

Saga hanya tersenyum penuh kemenangan. “kenapa? Sepertinya kau takut sekali foto ini tersebar?”

“orang itu benar-benar tidak akan memaafkanku kalau foto itu tersebar!!”

“hn… aku mengerti. tapi dia terlihat lucu dengan ekspresi ketakuatan seperti ini haha”, Saga menolehkan wajahnya pada makhluk minis yang sedang merogoh ponselnya karena bergetar. “sebenarnya dia ini kenapa?”

Ruki melirik Saga belum selesai mengetik pesan balasan untuk pesan yang masuk ponselnya. “kau ingin foto Sharon kan? akan kulakukan!”, ucap Ruki kembali melanjutkan mengetik di ponselnya.

“cis! aku juga tidak sepenasaran itu”

“berita tentang Uruha adalah uang bagimu”

“benar”

“karena itu aku tidak mau bilang! Kau pasti menyebarkannya pada orang-orang di website-mu itu dan akhirnya jadi mendunia(?)”

“ahahah….baguslah kau tidak mengatakannya padaku”, Saga kembali meneguk air mineralnya masih sedikit tertawa.

Ruki melirik jam di ponselnya dan segera memasukan ponselnya kembali ke dalam saku celana, “aku berangkat”, ucap Ruki sambil berjalan ke arah pintu.

“hn! Jangan lupa!!”, Saga mengangkat satu tangannya.

“aku tahu!”, dengus Ruki sambil mengambil sneaker-nya dari rak sepatu.

Saga menyimpan botol minum air mineralnya dan kembali konsentrasi ke layar netbooknya. Beberapa saat kemudian setelah suara pintu yang di tutup Ruki, alis Saga sedikit terangkat saat melihat inbox emailnya.

Aku punya request.

Saga mendengus. Kenapa Orang itu tidak mengiriminya pesan langsung ke ponselnya saja? iseng sekali pake kirim-kirim lewat email segala.

Ya Mr.CoolMan yang terhormat? (T_T)

---------------------------

Kau menggunakan emot?
itu sedikit imut

---------------------------

Terimakasih atas hinaannya.
Jariku terpeleset.

----------------------------

Tidak apa. aku suka saat kau terlihat manis.

Saga segera mengambil botol air mineralnya dalam meja , kembali meneguk minuman dalam botolnya sampai habis. Lalu kembali melihat layar netbooknya, menatap sebaris tulisan di sana dengan tatapan datar. Laki-laki mana yang suka dibilang manis?
Saga kembali melirik botol air mineralnya yang telah kosong, mengambilnya dan beranjak dari sofa menuju dapur. Membuangnya ke tempat sampah dan mengambil botol air mineral yang baru di dalam kulkas dan meneguknya. Laki-laki berambut hazel itu kembali ke ruangan masih memegang botol air mineral di tangannya. Menengok layar netbooknya yang di sana masih terpampang sebaris tulisan itu.

Saga kembali duduk bersila di atas sofa, mulai menyentuh keyboard netbooknya.

Jadi apa requestmu itu Mr.CoolMan?

Saga kembali meraih air mineralnya dan meneguknya sambil menunggu balasan dari kakak kelasnya itu. entah kenapa sekarang ini mendadak Saga jadi seperti orang dehidrasi.

Aku minta foto pahamu!
Akan kubayar berapapun.

Bruashh!!

Saga menyemburkan air dalam mulutnya, untung semburan airnya tidak mendarat di netbooknya. Lalu laki-laki berambut hazel itu segera mengelap bibirnya. Seperti deja-vu, Saga mengerti kekagetan Ruki saat itu sekarang.

Kau tidak waras hah?!

Saga sedikit nepsong membalas email kakak kelasnya itu. ia mulai sedikit was-was ketua Osis BHS itu punya banyak kelainan dalam otaknya.

Aku bosan dengan wallpaper ponselku yang sekarang.

Saga menelungkupkan tubuhnya, menyembunyikan wajahnya di atas permukaan sofa seperti bersujud. Seperti orang yang bersembunyi di bawah meja karena gempa sambil mengacak-acak rambutnya. Benar saja, Otak Ketua Osisnya itu punya kelainan yang serius tampaknya. Lalu ia segera kembali mendudukan dirinya menghadap netbooknya, terlihat sekali wajahnya sangat frustasi dengan kesintingan ketua Osis BHS itu.

Sinting!

ナチュラルセンス  (◕‿◕✿)

“Ruki kun”, Sharon yang telah lebih dulu datang langsung menyambut kedatangan Ruki dan Reita di salah satu restoran elit di Tokyo itu. Wanita bule itu berdiri dari kursinya dan mengecup pipi Ruki membuat makhluk minis itu sedikit blushing. Dikecup wanita bule yang bukan sembarang bule bahkan tidak pernah ia impikan sebelumnya. Ruki juga bisa mencium aroma yang sangat menenangkan khas seorang putri kalangan atas dari tubuh wanita itu. pasti benar-benar nyaman bisa terus berada dekat dengannya.

Ruki refleks melirik Uruha yang tampak tidak terlalu menaruh perhatian pada apa yang Sharon lakukan, hanya asik melihat-lihat buku menu di tangannya. Ruki mengerti. Siapa yang bisa menolak wanita sesempurna dan sebule(?) Sharon?

“nee, duduklah Ruki-kun!”

“h-hai”, Ruki segera duduk di kursi di samping Reita yang telah lebih dulu duduk.

“terimakasih sudah mau datang, aku sangat senang”

“aa, ti-tidak masalah ahaha sama-sama”, Ruki menggaruk-garuk belakang kepalanya masih gugup.

Sharon tersenyum, “kalau begitu silahkan pesan apapun yang kau mau, Uruha yang akan mentraktirmu”

Uruha mendelik namanya disebut-sebut dan Sharon menyadarinya. “benar kan? kau janji akan mentraktir kita semua?”, Sharon kembali bergelayutan(?) di lengan Uruha. Laki-laki cantik itu hanya kembali pada kegiatan awalnya memilih-milih menu tanpa mengatakan apapun.

Ruki sedikit melirik Uruha, menarik-narik jari-jarinya sendiri di bawah meja. Ruki bisa melihat Uruha terlihat sangat acuh pada Sharon, tapi Ruki tahu sekarang, sebenarnya hatinya tidak. Orang yang hanya men-judge dari luarnya saja pasti akan menganggap hanya Sharon yang nempel-nempel pada Uruha, hanya Sharon yang mengejar-ngejar Uruha tapi Uruha tidak menghiraukannya, tidak membalas perasaannya.

“Ruki?”

“eh? ya?”, Ruki menoleh pada Reita.

“pilih sesuatu?”, Reita tersenyum menyodorkan buku menu di tangannya pada adik kelasnya itu. “aku sudah selesai”, tambahnya.

“oh, i-iya”, Ruki segera mengambil buku menu dari tangan kakak kelas bernosebandnya itu dengan sedikit gugup.

Cukup lama mereka menunggu pesanan mereka datang ke meja, sebelum itu Sharon dan Reita banyak membicarakan masa-masa mereka yang Ruki tidak ikut mengalaminya. Saat mereka mulai membicarakan tentang masa-masa Uruha pertama kali masuk SMA, Ruki sedikit memfokuskan telinganya. Dan Reita akan mengajak Ruki bicara saat Sharon mulai menggoda Uruha. Sharon juga cukup sering bertanya pada Ruki dan sedikit menggoda makhluk minis itu karena menurutnya Ruki mempunyai ekspresi yang lucu saat ia sedang gugup atau malu-malu sampai pesanan mereka akhirnya datang.

“gochisousama deshita”, Sharon sedikit bersemangat mengucapkan itu membuat Reita, Ruki kecuali Uruha melirik padanya. “aah~ aku sangat rindu mengucapkan itu. kadang aku lupa mengucapkan jika di negaraku”

“haha…karena itu bukan kebiasaan di sana”

“benar Reichan~ tidak ada orang yang mengatakan itu setelah makan di sana haha”

“berapa umurmu?”, Uruha mendelik.

“sebentar lagi 20, kenapa Uruchan?”, Sharon menyangga dagunya dengan telapak tangan, tersenyum menatap Uruha.

“bertingkahlah seperti orang berumur 20 tahun”, dengus Uruha.

“memangnya apa yang kulakukan bukan tingkah orang usia 20 tahun?”, nada bicara Sharon mulai kembali menggoda Uruha.

Ruki menyimpan sendok dan garpu-nya saat merasakan ponsel di saku celananya tiba-tiba bergetar. Makhluk minis itu segera merogoh ponselnya sedikit menunduk melihat pesan yang masuk di sana.

Oi ! Jangan lupa! ( ̄ヘ ̄)┌

Ruki menatap layar ponsel di bawah meja resto itu dengan jengkel. dia memang hampir lupa soal ‘foto Sharon’  yang diinginkan Saga itu, tapi dia tidak suka Saga mengingatkannya.

“nee, ada apa Ruki-kun?”, Sharon sedikit penasaran dengan wajah Ruki yang terlihat jengkel melihat sesuatu di bawah mejanya.

“oh, ahah tidak, tidak apa-apa”, Ruki kembali menggaruk-garuk belakang kepalanya. Makhluk minis itu sedang mengumpulkan keberanian untuk bicara pada Sharon, “a..ano, Sharon-san?”

“ya?”

Ruki mengeluarkan ponselnya dari bawah meja, “boleh aku mengambil fotomu?”, Ruki sedikit cengar-cengir malu. Reita menoleh pada makhluk minis di sampingnya sementara Uruha melirik makhluk minis itu sambil menaikan sebelah alisnya.

“ada temanku yang sangat mengagumimu, dan dia memintaku mengambilkan foto Sharon-san untuknya hhe”

“sou ka?! Wah senang sekali. Tentu saja kau boleh mengambil fotoku Ruki-kun”

“b-benarkah? terimaksih banyak”, Ruki membungkukan tubuhnya. Awalnya ia takut Sharon akan menolak permintaannya karena itu sedikit mencurigakan.

“aahaha daijoubu ne, ah….sekarang?”

“iya”, Ruki menganggukan kepalanya dan mulai menghidupkan kamera ponselnya.

“ah chotto chotto!”, Sharon sedikit merapikan dirinya dan mulai berpose tersenyum kearah kamera ponsel yang Ruki arahkan padanya. Reita dan Uruha yang melihat kedua orang itu hanya menatap mereka datar.

Ckrek!

Ruki tersenyum cukup lega setelah mendapatkan foto Sharon di ponselnya.

“Ah Ruki-kun!”, Sharon segera menarik lengan Uruha dan menaruh dagunya di bahu laki-laki yang lebih muda dua tahun darinya itu. “sekali lagi!”

“he?”

“apa yang kau lakukan?”, Uruha mendengus.

“tidak apa-apa kan Uruchan? Kita jarang berfoto bersama”, goda wanita bule itu, “nee Ruki-kun?”

“oh, h-hai kebetulan temanku juga meminta foto Sharon-san dan Uru…Uruha-san”, Ruki mendelik Uruha tidak terima dengan sebutan untuknya yang baru saja dia ucapkan.

“ah baguslah kalau begitu”, Sharon tersenyum semakin nempel pada Uruha.

Ruki kembali memposisikan ponselnya ke arah dua orang itu, tapi Uruha terlihat memalingkan wajahnya ke arah lain.

“nee Uruchan! Teman Ruki-kun tidak akan senang kalau posemu seperti itu!”

“apa perduliku?”, dengus Uruha.

Sharon sedikit mengembungkan kedua pipinya kesal lalu menarik wajah laki-laki cantik itu agar berpaling padanya dan jantung Ruki seakan berhenti sejenak melihat layar ponselnya sendiri. Reita tersenyum hambar memutar bola matanya kearah lain saat Sharon mencium bibir Uruha tepat di depan matanya. Tapi itu bukan scene pertama dari mereka yang pernah Reita lihat.

Ruki sedikit ragu untuk menekan tombol capture-nya, tapi kedua orang itu tidak juga kunjung melepaskan ciuman mereka. Sharon terlihat semakin menekan belakang kepala Uruha, mencium bibir laki-laki itu semakin dalam sementara Uruha terlihat masih sedikit terkejut dengan keadaannya sekarang.

Ckrek.

Uruha melirik ponsel Ruki yang tengah diarahkan padanya, lalu ia segera melepaskan kontak bibirnya dengan wanita itu dan sedikit menjauh dengan memalingkan wajah kearah lain.

“ee? Kau mengambilnya Ruki-kun?”, Sharon terlihat sangat senang.

Ruki menganggukan kepalanya tersenyum. Reita melirik makhluk minis di sampingnya yang mulai kembali duduk di kursinya sedikit menunduk melihat layar ponselnya di bawah meja.

Tangannya terlihat sedikit gemetar.

“Uruchan!”

“lepas!”, Uruha menyingkirkan tangan Sharon yang menyentuh bahunya.

“jangan marah!”

Uruha hanya mendengus masih tak mau berpaling pada wanita itu.

“a-ano…”, Ruki menoleh pada Reita.

“ya?”, Reita tersenyum.

“toiletnya dimana ya?”, Ruki sedikit malu-malu menanyakannya.

ナチュラルセンス  (◕‿◕✿)

Ruki berdiri di depan wastafel sambil memandangi telapak tangannya sendiri yang masih saja gemetar. Ia segera membasuh kedua tangannya dengan air.

Namun tiba-tiba Makhluk minis itu berjongkok dengan kedua tangan memegangi pinggiran wastafel di atas kepalanya. Dadanya terasa begitu sakit dan ia tidak bisa menahan air yang semenjak tadi memaksa meminta keluar dari balik kelopak matanya. Ruki tidak tahu kenapa dadanya bisa sesakit itu, ia benar-benar merasa dirinya cengeng sebagai seorang laki-laki.

Ruki segera mengusap air matanya dengan punggung tangan dan kembali berdiri menghadap cermin di depannya, melihat keadaan dirinya sendiri yang tidak enak dipandang mata. Ruki kembali membasuh tangannya dengan air kran yang belum sempat ia tutup tadi, dan membasuh mukanya untuk menyamarkan kalau baru saja ia mengeluarkan air mata. Itu sangat tidak keren kalau orang lain melihatnya. Dan makhluk minis itu segera mengelap wajahnya yang basah dengan ujung sweaternya sendiri (-_-)

Reita menyandarkan punggungnya ke dinding lorong sambil menatap pintu toilet di hadapannya sampai pintu itu terbuka. “Reita-senpai? Kau menungguku?”

Reita melepaskan punggungnya yang menempel ke dinding, “aku hanya takut kau tidak tahu jalan kembali”, jawab laki-laki bernoseband itu tersenyum iseng.

“ah ma-maaf haha”, Ruki kembali dengan kebiasaannya menggaruk-garuk belakang kepalanya.

“ada apa?”

“hn?”, Ruki mengangkat wajahnya mencoba bertemu pandang dengan kakak kelas bernosebandnya itu, tidak mengerti dengan pertanyaan yang baru saja diajukannya.

Reita tersenyum lembut menyentuh ujung kepala Ruki, lalu mengusapnya. “jangan berpura-pura di depanku. Aku ini punya kemampuan membaca pikiran manusia”, ucap Reita yang tentu saja itu bohong namun Ruki terlihat menanggapinya dengan serius. “katakan padaku!”

Ruki menatap kakak kelasnya dan dadanya kembali terasa sakit, bibirnya sedikit bergetar sampai ia memutuskan untuk menundukan wajahnya, “kenapa kau selalu bersikap selembut ini? aku….aku jadi terharu”, Ruki menutupi sebelah matanya dengan punggung tangannya berusaha menutupi air matanya, namun akhirnya keluar lagi. “tuh kan? air mataku sampai keluar haha”, Ruki berusaha tertawa sementara air matanya malah semakin deras, “tolong jangan lihat! Ini sangat tidak keren!”, Ruki membelakangi kakak kelas bernosebandnya itu. “kau pasti berpikir aku laki-laki yang menyedihkan”, ucap Ruki masih berusaha mengusap air matanya.

“tidak. apa salahnya laki-laki menangis? Aku juga pernah beberapa kali menangis”

Ruki berhenti mengusap air matanya dan menoleh pada kakak kelasnya itu, “orang sepertimu menangis?”

Reita menganggukan kepalanya, “Tapi apa maksudmu dengan orang sepertiku?”

“ahahah…maksudku kau sangat keren Reita-senpai”

“memangnya orang keren tidak boleh menangis?”

“ah, kau juga terlihat seperti orang yang kuat dan berpikiran bebas. Jadi aku sedikit terkejut”, Ruki kembali mengusap air matanya sedikit menunduk tersenyum hambar.

“mungkin benar aku ini keren, tapi aku bukan orang sekuat seperti yang kau pikirkan”, Reita tersenyum kembali mengusap ujung kepala Ruki.

“ano…Reita senpai…”, Ruki masih sedikit menundukan kepalanya.

“ya?”

“maaf”

“untuk apa?”

“karena aku selalu berbohong”

Reita melepaskan tangannya dari ujung kepala Ruki saat adik kelasnya itu mulai mengangkat wajahnya. “aku selalu mengatakan aku membenci Uruha, aku memang selalu berusaha membencinya tapi ternyata aku tidak bisa”, Ruki tersenyum kecut. “aku tidak bisa membenci orang itu”, Ruki menutupi kedua matanya dengan satu lengannya.

Reita kembali tersenyum, “kau tidak mengatakannya pun aku tahu. kau memang selalu berbohong tentang itu”

“kenapa?”, Ruki melepaskan lengannya yang menutupi kedua matanya, menatap kakak kelas bernoseband di hadapannya, “kenapa kau selalu seakan yakin tahu perasaanku? Disaat bahkan aku sendiri masih bingung. Dari mana datangnya kepercayaan diri itu?”

Reita sedikit menunduk tersenyum mengusap-usap tengkuknya, “mungkin kau tidak ingat, tapi kau pernah mengatakan perasaanmu itu padaku”

Ruki sedikit merasa bingung dengan perkataan Reita.

“malam saat kau mabuk waktu itu……kau jujur padaku tentang Uruha”

Ruki menahan nafasnya beberapa saat.

“mungkin yang kau cium adalah aku, tapi sebenarnya yang ada dipikiranmu adalah Uruha”

“he?”, Ruki kembali menundukan kepalanya mengusap-usap tengkuknya sedikit salah tingkah. “me-memangnya apa yang kukatakan?”

“kau iri Uruha tersenyum dan tertawa bersamaku, kau ingin dia juga tersenyum dan tertawa denganmu juga. Itu cukup jelas bagiku”

Ruki menatap lantai di bawah kakinya, “aku mengatakan itu?”

“karena itu mulai sekarang jangan bohong lagi padaku!”, Reita sedikit menyentil jidat Ruki.

“ahahah…i-iya maaf”, Ruki mengusap-usap jidatnya masih menunduk, dan kedua makhluk itu sempat berada dalam keadaan diam beberapa saat. “Reita senpai…”

“ya?”

“kupikir kau akan membenciku jika aku mengatakan aku menyukai Uruha”

“apa maksudmu? tentu aku senang kalau teman baikku dengan sikapnya yang buruk itu bisa disukai orang haha”

Ruki menggelengkan kepalanya, “aku tahu tidak ada teman yang tidak senang jika temannya juga disenangi orang lain, maksudku jika aku mengatakan aku menyukai Uruha seperti sekarang ini”

Reita memasukan satu tangannya ke dalam saku celananya. “kenapa kau sampai berpikir seperti itu?”

“karena kupikir kau menyukai Uruha?”, Ruki mengangkat kepalanya mencoba mempertemukan mata mereka.

“ch..”, Reita tertawa kecil menutupi mulutnya dengan punggung tangan. “apa maksudmu? bagaimana bisa kau berpikir seperti itu he?”

Ruki kembali menggaruk-garuk belakang kepalanya menatap lantai, “waktu pertama kali kau bilang melihat fotoku bersama Uruha di madding itu…..kau bilang kau cemburu kan? dan hanya kesimpulan itu yang melintas di kepalaku”, Ruki kembali mengangkat wajahnya tersenyum maksa.

“begitu?”

“ah! Selain itu….kau bilang aku mengatakan perasaanku tentang Uruha padamu saat mabuk malam itu bukan?”

“hn”

Ruki menatap kedua mata kecolatan kakak kelas bernosebandnya itu dengan lembut, “aku melihat tatapanmu begitu kehilangan menatapku saat aku datang ke kelasmu untuk meminta maaf padamu karena aku muntah waktu itu”, Ruki masih sedikit malu kalau ingat hal itu. Reita berusaha masih memberikan perhatiannya penuh pada adik kelasnya itu untuk mendengar apa yang akan ia katakan selanjutnya sampai tiba-tiba kedua matanya menangkap sosok seseorang agak jauh di ujung lorong di belakang Ruki berdiri menatap mereka. “karena itu aku pikir kau mungki—hmbp!!”

Ruki refleks membulatkan matanya tiba-tiba merasakan sesuatu yang lembut menakan bibirnya. Reita memegangi kedua pipi makhluk minis itu dan memaksa mencium bibirnya.

Ruki berusaha mendorong tubuh kakak kelasnya sampai bibir mereka sedikit terlepas, “Rei—hmp”, namun Reita kembali memaksa menempelkan bibirnya lagi dengan bibir Ruki. Memiringkan kepalanya mencoba melihat ekspresi seseorang itu yang tampak masih berdiri di ujung lorong sana.

Ruki memegangi kedua pergelangan tangan Reita yang memegangi kedua pipinya, menahan kepalanya untuk menjauhkan diri. Ruki berusaha melepaskan kedua tangan Reita dari pipinya saat merasakan sesuatu yang lembut dan basah memaksa mulutnya untuk terbuka. Ruki tidak pernah mengalami itu sebelumnya, yang ia tahu hanya ciuman itu adalah bibir dan bibir saling menempel dan ia pernah melakukannya dengan Uruha, tapi apa sekarang? Ruki mulai ketakutan dengan apa yang dilakukan kakak kelas bernosebandnya itu.

Reita melihat seseorang itu beranjak dari posisinya dan pergi meninggalkan lorong. Reita sedikit menyunggingkan senyum disela-sela ciumannya dengan Ruki dan laki-laki itu segera melepaskan bibirnya dari bibir adik kelasnya.

Ruki memegangi dadanya ngos-ngosan setelah Reita melepaskan ciuman mereka.

“eh? gomen”, Reita sedikit merasa bersalah menyentuh bahu adik kelasnya itu, namun refleks Ruki menepis tangannya membuat Reita terdiam sejenak. “Ruki?”

Ruki masih memegangi dadanya terlihat masih shock dan berusaha mencerna apa yang baru saja dialaminya.

“maaf”, ucap Reita sekali lagi semakin merasa bersalah.

“he?”, Ruki mengangkat wajahnya, namun ia kembali segera ,menunduk mendadak tidak bisa memandang wajah Reita. “tidak, tidak apa”, Ruki menggelengkan kepalanya, “tapi aku…..aku tidak mengerti”

Tatapan Reita melembut, ia kembali mengusap ujung kepala Ruki, “tidak apa. biarlah begitu”, Reita menarik tubuh mungil di hadapannya, memberikan kecupan kecil di ujung kepala Ruki, dan kembali jantung Ruki berdetak lebih cepat, matanya kembali melebar. “meski kau tidak mengerti, aku tidak akan menjelaskannya padamu”

Ruki semakin menundukan kepalanya, ia semakin tidak berani bertemu wajah dengan Reita.

“nah, sekarang ayo kembali ! Uruha dan Sharon pasti heran kenapa kau lama sekali di toilet”, Reita merangkul bahu Ruki dan makhluk minis itu hanya menganggukan kepalanya, “jangan sampai salah satu dari mereka menyusul kemari karena penasaran”, gumam Reita tersenyum tipis sembari merangkul tubuh Ruki berjalan meninggalkan lorong.

ナチュラルセンス  (◕‿◕✿)

Pukul 11.45 pm.

Saga masih bersila di atas tempat tidurnya sambil mencet-mencet remote televisi. Ia menunggu makhluk minis itu pulang karena gawat juga kalau ia tidur duluan bahkan suara bel tidak akan bisa membangunkannya lagi. Dan tidak perlu waktu lebih lama Saga menunggu, akhirnya ia mendengar belnya berbunyi. Saga segera turun dari atas tempat tidur dan membuka kan pintu apaatonya.

“lama sekali kau”

“maaf”, Ruki berjalan lemas masuk ke dalam ruangan terlihat sangat ngantuk.

“jadi, kau dapatkan fotonya?”, tanya Saga sambil mengikuti Ruki dari belakang.

Ruki menyerahkan ponselnya pada laki-laki teman serumahnya itu dan menjatuhkan tubuhnya di atas sofa.

Saga segera melihat folder di ponsel Ruki dengan sedikit antusias, karena itu adalah calon uang baginya.

“eh? apa ini tidak berlebihan?”, Saga menaikan sebelah alisnya melihat foto Sharon dan Uruha yang berciuman di layar ponsel Ruki, “aku memang bilang kalau bisa dapatkan fotonya bersama Uruha sebelumnya, tapi tidak usah sampai seperti ini”

“itu kemauan mereka sendiri kok”, Ruki mulai tiduran di sofa tanpa berpikir untuk berganti baju terlebih dahulu. Ia benar-benar sudah ngantuk.

Saga melirik makhluk minis itu yang meringkukan tubuhnya di sofa membelakanginya. “kau tidak apa-apa?”

“apa maksudmu?”, Ruki bicara setengah tidur. Tiba-tiba ingatannya kembali melesat memperlihatkan sebuah scene(?) antara dirinya dan Reita, dan refleks kedua matanya kembali terbuka lebar.

“baguslah kalau kau tidak apa-apa. aku pindahkan dulu foto-nya!”, Saga hendak melengos masuk lagi ke dalam kamarnya.

“Saga!”

Laki-laki itu kembali menoleh saat hampir memasuki kamarnya. “apa?”

“aku pernah bilang kalau tidak mungkin seseorang menciumu tanpa ia memiliki perasaan padamu atau kata-kata semacam itu lah”

Saga menaikan sebelah alisnya, dia mulai was-was makhluk minis itu akan membahas tentang dirinya dan ketua Osis BHS itu dan berusaha mengintrogasinya dan menemukan apa yang telah mereka lewati(?) beberapa hari ini dan—

“tapi sekarang kupikir itu mungkin saja”

“ha?”, Saga kembali berjalan mendekati Ruki, “apa seseorang baru saja menciumu atau kau baru saja mencium seseorang? apa dengan Uruha?”, Saga membungkukan tubuhnya mencoba melihat wajah Ruki yang membelakanginya.

“tidak, lupakan! Lupakan!”, Ruki tengkurap di sofa mencoba untuk kembali memejamkan matanya dan tidur. Makhluk minis itu masih tidak percaya jika Reita menyukainya? selama ini ia selalu berpikir Reita menyukai Uruha, bahkan setelah Sharon datang dia sempat berpikir jangan-jangan Reita juga menyukai wanita itu? Baiklah itu pikiran bodoh, karena pada kenyataannya soal pikirannya yang menyimpulkan Reita mempunyai hubungan dengan wanita itu hanya kesalah fahaman yang fatal, itu karena masalah siapa pemilik nomor di ponselnya. Dan Reita tidak mungkin mengkhianati teman baiknya sendiri.

Dan sekarang….

Ruki semakin memejamkan matanya. Dia tahu Reita selalu baik padanya tapi ia tidak sampai berpikir kakak kelasnya itu menyukainya, yang Ruki rasakan selama ini Reita adalah sosok seorang kakak yang baik dan dia sendiri seperti adik atau bahkan mungkin seorang(?) mainan? Bagi Reita. Karena kakak kelasnya itu sering sekali memperlakukannya seperti sebuah boneka yang lucu? Ruki masih sulit mempercayai ini . Tapi dada Ruki masih saja deg-degan(?) kalau mengingat itu. Seandainya kakak kelasnya itu benar menyukainya, Ruki rasa dia tidak akan pernah bisa menolak.

“tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak!!”, Ruki komat-kamit.

Ruki tidak ingin membuat suatu kesalah fahaman.


TBC  (◕‿◕✿)


Wahai Tosa-lover~ jangan protes! Uruki juga ingin diperhatikan(?) sekali-kali wkwk :v

No comments:

Post a Comment