Author : Rukira Matsunori
Rated : T
Genre : AU/ gajeromance/ BL (MaleXMale)
Fandom(s) : the GazettE, alicenine, A(ACE), ViViD, ScReW,
D=OUT, Versailles, dkk?
Pairing(s) : Uruha x Ruki? Ruki x Uruha?, Tora x Saga.
Chapter(s) : 18
Warning : bahasa sakarep, ancur! Jangan anggap serius FIC ANEH ini!!! DON’T LIKE DON’T READ!!
Length : 12 pages (3.472
words)
Note : aa (._.)a mungkin banyak typo karena gak baca ulang!! *masuk karung* eee!! Gomen untuk update-an
yg tiap hari, mumpung saia sedang semangat 69 sebelum ng-stag lagi (mungkin) saia
harap minna gak mual-mual karena keseringan update ini DX gomen!~ bzzzztt *kestrum*
Chap 18 : ☆~Acceptance~☆
Natural Sense ★~♪
☆ナチュラルセンス☆
“tadaima”, Ruki kembali menutup pintu apato Saga.
Pukul 10:25 pm.
Waktu pulang kerja Ruki adalah pukul 10, sedangkan perjalanan dari
sana ke apartemen Saga memakan waktu sekitar 15 sampai 20 menit. Jadi kira-kira
pada jam seperti saat ini lah Ruki akan berada di rumah untuk seterusnya.
“kau belum tidur?”, tanya Ruki melihat Saga masih asik duduk di
sofa sambil memainkan netbooknya.
“aku bukan anak mami yang harus berada di atas tempat tidur saat
jam manunjukan pukul 9”
Ruki menyimpan tasnya di atas sofa, lalu beranjak ke kamar mandi
dengan membawa baju ganti.
“oi !”
Ruki kembali menengok ke ruang utama mendengar Saga memanggilnya.
“jangan memberikan nomor ponsel orang tanpa seizin orangnya!”, ujar Saga sambil
berdiri dari sofa lalu beranjak dari sana dengan membawa netbooknya, masuk ke
kamar dengan diakhiri sebuah debaman keras pintu yang membuat Ruki menutup
sebelah matanya.
Ruki memajukan bibir bawahnya karena tingkah Saga. “jangan suka
fitnah orang tanpa seizin orangnya dong”, Ruki mencibir sambil ngeloyor ke
kamar mandi. Tapi Ruki tahu Saga bertingkah pake banting pintu kamarnya itu bukan
karena alasan yang ia katakan barusan, tentang nomor ponsel?
Ruki tahu Saga tidak akan sampai emosi begitu hanya karena dia
memberikan nomor ponselnya pada Tora? hal itu bukan apa-apa dibandingkan dengan
kejailan laki-laki kerempeng itu terhadapnya bukan? Ruki tahu teman serumahnya
itu sedang dalam mood yang sangat tidak baik sekarang.
ya Ruki tahu, karena dia melihatnya, melihat se-mu-a-nya!
☆ナチュラルセンス☆ (◕‿◕✿)
“kau betah?”
Ruki menganggukan kepalanya sembari menyeruput jus yang baru di
pesankan kakak kelas bernoseband di hadapannya. Meski dia memang belum
merasakan benar-benar betah di tempat kerja barunya itu, dia belum benar-benar
akrab dengan teman-teman kerja lainnya dan banyak hal yang tidak dia mengerti
dan kesalahan-kesalahan banyak ia lakukan di hari pertama kerjanya kemarin,
namun ia tidak akan berani mengatakan tidak betah pada orang yang sudah dengan
baik hatinya membantunya mendapatkan pekerjaan. Dan Ruki tahu, itu baru hari
pertamanya jadi wajar saja ia belum merasakan betah, tapi untuk ke depannya ia
akan berusaha membetahkan diri apalagi jika ia sudah mendapatkan gaji
pertamanya.
“syukurlah”
“terimakasih Reita-senpai”, Ruki tersenyum.
“kau sudah mengucapkan itu sebelumnya”
“aku rasa satu atau dua kali ucapan terimakasih untukmu belum
cukup, kau terlalu baik, sangat baik! Terimakasih terimakasih terimakasih
terimakasih terimakasih terimkasih terimakasih—“, Ruki menunduk-nundukan
kepalanya.
Reita tertawa menutupi mulutnya dengan punggung tangan, “benarkah
aku sebaik itu? apa kau mulai jatuh cinta padaku?”
“terimaka—“, Ruki mengangkat wajahnya, “apa?”
Reita menggeleng pelan, tersenyum mengaduk-aduk sedotan di dalam gelas jusnya, “jangan jatuh cinta padaku ya! nanti masalahnya rumit hehe”, ujar Reita setengah iseng.
Ruki segera menarik jus di atas mejanya lebih mendekat ke arahnya
dan mulai kembali menyeruputnya terlihat agak gugup, “tidak, aku tidak akan
jatuh cinta pada Reita-senpai, mana mungkin haha”, Ruki tertawa maksa.
“mana mungkin…..”, Reita menyangga dagunya menatap Ruki dengan mata
sipitnya itu, “mana mungkin ya haha”, Laki-laki bernoseband itu kembali
mengaduk-adukan sedotan dalam gelasnya. Ruki hanya menatap kakak kelasnya itu
dengan tatapan bingung sambil menyeruput jusnya, “soal kata-katamu waktu
itu…..kau benar-benar membenci Uruha? ah maksudku, ya kau sering mengatakan kau
membencinya tapi nadamu waktu itu membuat perasaanku sedikit tidak enak, apa
Uruha melakukan sesuatu lagi padamu? Menyuruh orang mengerjaimu misalnya?
Atau—“
“Reita senpai…”
“dan aku juga sering mengatakan padamu bukan, kalau Uruha itu…
sebenarnya dia orang yang baik meski kadang dia kekanak-kanakan dia—“
“Reita senpai?”
“dia tidak membencimu”
“darimana kau tahu?”
“aku hanya merasa seperti itu”, Laki-laki bernoseband itu kembali
tersenyum membuat mata sipitnya semakin tertutup.
Ruki tersenyum tipis agak menundukan wajahnya, “aku tahu kau teman
baiknya, aku tahu kau…….”, Ruki menahan kata-katanya, “aku tahu kau tidak suka teman
baikmu dijelek-jelekan, mungkin semua yang kau katakan tentang Uruha adalah
benar, kau mengenalnya seperti itu, tapi aku mengenal Uruha seperti ini. kita
orang yang berbeda senpai, kau dan aku punya sifat yang berbeda pula, bukan
tidak mungkin juga Uruha memandang kita dengan pandangan yang berbeda, dan kita
memiliki pandangan yang berbeda tentangnya. Aku membencinya bukan tanpa alasan,
dan pasti begitupun Uruha”
Reita menyangga dagunya dengan kedua punggung tangannya menatap
lurus adik kelas mungil yang agak tertunduk memainkan sedotan dalam gelas
jusnya, “jadi kau benar-benar membenci Uruha?”
“sudah ku bilang kan senpai”, Ruki mengangkat wajahnya sedikit
tertawa hambar.
“aku tanya sekali lagi…… kau benci Uruha?”
Ruki merapatkan mulutnya menatap Reita yang dengan serius
menatapnya, “kau marah padaku?”
“tidak, aku hanya ingin kau yakin dengan perasaanmu sendiri”
“aku yakin!”, tegas Ruki. “siapa orang yang akan bertahan setelah
beberapa kali disakiti perasaannya! Beberapa kali direndahkan! Beberapa kali
diabaikan! Dan selalu dianggap salah! aku sudah bosan berurusan dengannya! Aku
hanya tidak mau menerima lagi semua sifat keterlaluannya!”, Ruki mengeratkan
pegangan kedua tangannya yang melingkari gelas jusnya, ”aku menyerah”
Reita masih menatap lurus adik kelasnya itu, perlahan satu
tangannya terulur menyentuh ujung pangkal kepala Ruki.
~Flashback : ON ~ XD
“hei !”, Reita berlari kecil mengejar Uruha yang telah berjalan
cepat meninggalkannya di kantin, “apa kau tidak keterlaluan mengatai Ruki seperti
itu?”, tanya Reita yang mulai berjalan seperti biasa dan melangkah mengikuti
langkah Uruha. “dia kelihatan seperti akan menangis lho!”
Uruha menghentikan langkahnya mendadak yang kemudian di iikuti
Reita di belakangnya.
“bukankah seharusnya kau senang, itu berarti dia mengidolakanmu!
Sudah lazim seorang fans memiliki foto idolanya di ponselnya kan? hahaha”
“dia itu maniak!!”
“iya, dia Uru’s maniac haha”, ucap Reita iseng.
“berisik!!”, Uruha mendengus lalu sang brunette itu kembali
melanjutkan langkahnya yang kemudian diikuti kembali oleh Reita di belakangnya
sambil mengerutkan dahi, bukan karena kata-kata Uruha tapi karena Reita sadar
cara berjalan teman baiknya itu tampak tidak seperti biasanya, apa Uruha sedang
mencoba gaya berjalan baru? “hahahahahhahah…”, mendadak tawa Reita meledak
membuat Uruha menoleh padanya.
“apa yang kau tertawakan?!”, protes Uruha tidak suka. Meski begitu
ia sadar dengan kekonyolan refleksnya sendiri dan dia tahu itu yang membuat
Reita mentertawakannya.
“kau kehabisan pelumas?”, sindir Reita lalu laki-laki bernoseband
itu berjalan dengan tangan kanan dan kaki kanan bergerak maju barengan,
kemudian diikuti kaki kiri dan tangan kirinya, memperagakan bagaimana Uruha
tadi berjalan seperti robot yang sudah rusak.
Uruha mendorong tubuh laki-laki yang sedang menyindirnya itu
jengkel, sementara Reita hanya tertawa meski hampir tersungkur karena dorongan
kuat Uruha dan laki-laki cantik teman baiknya itu kembali berjalan cepat
meninggalkannya dengan wajah masam. Reita masih tertawa kacil sembari mengikuti
Uruha, meski sekilas Reita melihat wajah Uruha memerah samar. Ekspresi yang
tidak pernah Reita temukan dari teman baiknya itu selain karena satu orang
perempuan. ya, terakhir kali Reita melihatnya saat ia menggodanya dengan menyinggung
perempuan bule kakak kelasnya itu.
~Flashback : OFF ~ XD
Reita tersenyum masih menyentuh kepala Ruki, sementara orang yang
ia sentuh kepalanya mulai mengerutkan dahi tidak nyaman, bertanya-tanya sampai
kapan kakak kelasnya itu akan berada dalam posisi seperti itu dan dengan
senyuman anehnya itu.
☆ナチュラルセンス☆ (◕‿◕✿)
Saga mengambil posisi duduk di sebuah bangku di dekat jendela
kelasnya yang ia biarkan terbuka agar ia bisa menghirup udara siang di luar
untuk menghilangkan rasa kantuknya . Beberapa saat yang lalu Ruki dijemput
Reita untuk jajan di kantin, makhluk minis itu sempat mengajak Saga untuk ikut
bersamanya namun laki-laki berambut hazel itu menolaknya mentah-mentah meski
Reita ikut mengajaknya dan menawarkan traktiran. Saga lebih memilih berdiam di
kelas, menyendiri lagi seperti yang biasa ia lakukan sebelum Ruki menjadi murid
di kelas 2-3 itu. lagipula suasana hatinya saat ini masih belum benar-benar
merasa nyaman. Kekecewaannya belum benar-benar sembuh.
Saga menjatuhkan pandangannya ke bawah gedung dimana terlihat
sebagian anggota Osis yang sedang melakukan kegiatan? sebelumnya seorang guru
di kelas mengumumkan tentang program penghijauan dalam rangka semakin
meningkatkan keasrian dan kesehatan
lingkungan di sekolah mereka. dan murid-murid teladan itu tampak disibukan
dengan acara tanam menanam pohon-pohon kecil dan tanaman-tanaman berbunga. Saga
tidak tertarik dengan kegiatan membosankan yang baginya hanya membuang-buang
tenaga itu.
Beberapa saat kemudian mata kecoklatan Saga melihat dua orang
pendatang baru mengikut sertakan diri diantara para anggota Osis itu, tapi
mereka terlihat lebih bossy dan hanya menyuruh-nyuruh saja daripada ikut serta,
meski kadang mereka terlihat ikut turun tangan untuk membantu sebentar.
Orang dengan wibawa tinggi itu, kadang Saga tidak menyukainya saat
dia sedang dalam tugasnya seperti itu.
“orang yang akan melakukan apa saja demi uang, bukan begitu?”
Sudut bibir Saga sedikit melengkung sinis. dia tidak bisa
menghilangkan kata-kata terakhir laki-laki itu di café kemarin. Tidak! Saga
tidak bisa menghilangkan semua kata-kata orang itu di kepalanya. Dan apakah
yang Saga simpulkan dari semua itu sampai ia tidak bisa hanya untuk sekedar
memejamkan matanya semalam?
Ketua Osisnya itu masih membencinya.
Itulah yang Saga takutkan selama ini. Tora belum benar-benar
melupakan kesalahannya, kesalahannya menyingkirkan wanita itu dari-nya.
kakak kelasnya itu hanya membiarkannya melambung sesaat dan tanpa
peringatan segera menariknya pada kenyataan. Semua perlakuannya, senyuman
tipisnya…..kecupannya, menyimpan
kebencian. Semua hanya untuk membuat Saga semakin terpuruk karena fantasi
sesaat yang diberikan-nya.
Saga menyesal melupakan ketakutannya selama ini hanya karena kakak
kelasnya itu mulai melihatnya, menyapanya, menyentuhnya, tersenyum padanya,
mengecupnya. Membuatnya merasa tinggi, namun ternyata dia hanyalah satu dari
segelintir orang yang rendah di mata laki-laki dengan sorot mata tajam itu.
Saga tidak lebih dari wanita-wanita murahan yang selalu mengikuti kemanapun dia
pergi hanya dengan beberapa lembar uang baginya. Dan Saga sangat menyesalinya!
Menyesali semua rasa tersanjungnya! Padahal seharusnya dia tahu sejak awal seperti
apa pribadinya, kakak kelasnya itu hanya ingin mempermainkannya, kakak kelasnya
itu tahu perasaannya, dan hanya ingin membalaskan rasa sakit hatinya karena
wanita itu.
seharusnya Saga tahu itu!
☆ナチュラルセンス☆ (◕‿◕✿)
“Yo!”
Tora menyempatkan diri menoleh ke belakangnya dimana seseorang
tiba-tiba menepuk bahunya saat ia tengah memantau anggota-anggotanya bekerja.
“hei, Rei”, ketua Osis BHS itu sedikit tersenyum melihat sahabat Uruha itu yang
menyapanya.
“oi kenapa pipimu ini Kaichou?”, Reita menekan pipi Tora yang
sedikit mengembung(?), Tora segera menyingkirkan tangan Reita.
“sedikit masalah”
“hmm…wah sibuk ya, apa perlu aku turun tangan juga?”, Reita
merangkul ketua Osis BHS itu sambil melirik-lirik cewek-cewek anggota Osis itu
yang sedang melakukan pekerjaan mereka.
“tidak usah, kau bukan anggotaku. Paling kau hanya bisa mengacaukan
saja”, ujar Tora yang keliatannya serius dengan kata-katanya namun Reita tidak
ambil hati, dia sudah biasa.
Tora terlihat menghampiri wakilnya yang sedang ikut membantu para
anggotanya kemudian ia tampak mengatakan sesuatu pada wakilnya itu yang
selanjutnya mendapatkan anggukan pemuda bermata candy-candy(?) itu. Tora
kembali menghampiri Reita lalu merangkul teman bernosebandnya itu untuk mencari
tempat duduk, dan akhirnya mereka memutuskan untuk duduk sebuah tangga yang
tidak jauh dari para anggota Osis itu melakukan kegiatannya agar Tora masih
bisa memantau mereka.
“aaa!”, Reita tiba-tiba melambai-lambaikan tangannya sambil
tersenyum melihat ke sebuah jendela kelas gedung sekolah di lantai dua. Tora
sedikit penasaran pada siapa temannya itu melambaikan tangan, lalu ketua Osis
BHS itupun ikut melihat ke arah jendela kelas 2-3 itu dan ia mendapati Ruki duduk
di sebuah meja di dekat jendela menghadap seseorang yang tengah duduk di bangku
di samping jendela itu. Ruki tersenyum di sana sebagai balasan lambaian tangan
Reita. Makhluk minis itu telah kembali ke kelasnya setelah mendapatkan
traktiran kakak kelas bernosebandnya.
Namun beberapa saat kemudian seseorang yang duduk di bangku yang
berhadapan dengan Ruki di sana berdiri dan pergi dari bangku itu hingga Ruki
pun ikut menjauh dari dekat jendela mengikutinya kembali ke bangku mereka.
“ah! Anak itu….”, seru Reita
Tora menoleh pada laki-laki di sampingnya sambil membuka minuman kaleng
yang di bawa teman bernosebandnya itu.
“dia anak yang mengambil fotomu bersama Haruka-sensei itu kan?”
“hn”, tanggap Tora sambil meneguk minuman kalengnya.
“kau tahu? dia berteman baik dengan Ruki bahkan sekarang Ruki
tinggal satu rumah dengannya. Aku khawatir dia mengapa-apakan anak polos situ”
“sepertinya dia memang mengapa-apakannya”
“sepertinya memang begitu”, Reita mengusap-usap dagunya menatap ke
jendela kelas 2-3 yang sudah tak terlihat siapapun di sana, Tora mengabaikan
reaksi Reita mulai sibuk memberi isyarat pada Shou untuk menegur beberapa
anggota mereka yang terlihat berleha-leha mengerjakan tugas mereka. “oh ya, dia
masih menjalankan bisnis website-nya itu?”
“iya”
“aku sempat memergoki Ruki mengambil foto Aoi dengan ponselnya,
mungkin dia memanfaatkan Ruki untuk itu?”
“bisa jadi”
“sepertinya foto Uruha yang waktu itu juga memang ulahnya”, Reita
bergumam. “ck! kalau kita memberitahu Uruha tentang bisnis anak itu di
websitenya, dia bisa diamuk Uruha hahahah, lalu kau? apa dia berani memasang
foto-fotomu lagi di website-nya?”
“tidak. sepertinya sejak kejadian itu tidak pernah ada foto ataupun
berita apapun lagi yang dibahasnya tentangku”
“ahaha baguslah sepertinya dia kapok berurusan denganmu, eh atau
dia tahu kau menjadi member di website-nya?”
Tora tersenyum samar kembali meneguk sedikit minuman kalengnya, “entahlah”
“eh siapa nickmu itu? CoolMan? Wkakak”, Reita tertawa menepuk-nepuk
punggung laki-laki raven di sampingnya.
Tora mendengus, “kau kan yang membuat nama itu!”
“ahah ya ya”, tiba-tiba ponsel di saku Reita bergetar membuat
laki-laki bernoseband itu menunda pembicaraannya dengan Tora. Reita membuka
pesan masuk yang masuk ke ponselnya, membaca sebaris kata di sana dan senyuman
di bibirnya mengembang membuat Tora yang meliriknya penasaran.
“senyam-senyum, pesan dari siapa memangnya?”, Tora merebut ponsel
Reita dari tangannya.
“eh, oi oi !!”
Tora menaikan sebelah alisnya melihat siapa si pengirim sekaligus
isi pesan di ponsel Reita. Lalu menoleh ke arah teman bernosebandnya itu, “dia
kembali ke Jepang?”
Reita mengambil kembali ponselnya dari tangan Tora sambil
menganggukan kepalanya, “untuk liburan, hanya beberapa hari”
“Uruha tau?”
“tidak, dia menyuruhku merahasiakannya, jadi kau jangan katakan
apapun padanya!”, ujar Reita sambil mengetik pesan balasan. “ah si Uru tumben
gak masuk sekolah”, Reita bergumam, “oh, kemarin kau keluar dengan Uruha kan?”
“iya, sampai sore”
“dia tidak menjawab-jawab telepon maupun pesanku, sepertinya dia
marah karena aku tidak bisa menemaninya kemarin. Kupikir dia masih bersamamu
waktu itu?”, Reita kembali memasukan ponselnya ke saku celananya setelah
mengirimkan pesan balasannya.
“jam berapa?”, Tora menoleh pada Reita.
“err.. sekitar jam 5 mungkin”
“tidak. Uruha pulang lebih dulu sebelum pukul 4”, Tora kembali
meneguk minuman kalengnya. “aku mampir ke sebuah supermarket untuk membeli
sesuatu dan dia menunggu di parkiran, tapi saat aku selesai dan kembali ke area
parkir tahu-tahu mobilnya malah melaju meninggalkanku, dasar dia itu!”
“sepertinya dia sedang stress wkwk”, Reita tertawa garing.
“dan….oh ya! aku melihat seorang bapak-bapak yang berteriak-teriak mengaku
sebagai ayahnya, aku lihat Uruha terburu-buru menjalankan mobilnya karena dia”
“eh?”, Reita cepat-cepat menoleh pada Tora. “ayahnya?”
“eh?”, Reita cepat-cepat menoleh pada Tora. “ayahnya?”
Tora mengangguk sembari kembali meneguk minuman kalengnya,
sepertinya ketua Osis BHS itu benar-benar haus.
“se-seperti apa ciri-cirinya?!”
Tora sedikit menaikan satu alisnya ,mendadak Reita terlihat
antusias, “sepertinya laki-laki kisaran usia 40 tahunan dan seperti karyawan
kantoran biasa”, Tora melihat laki-laki yang duduk di sampingnya itu memasang
tampang lebih serius setelah ia mengatakan soal laki-laki yang mengaku ayah
Uruha, tidak seperti saat ia baru datang tadi.
Reita mempertemukan kedua telapak tangannya, menautkan kesepuluh
jari-jari tangannya sedikit menunduk menatap permukaan tangga yang di dudukinya.
Sedikitnya ia merasa bersalah tidak bisa langsung datang saat Uruha
memanggilnya kemarin. Mungkin Uruha ingin membicarakan itu dengannya, mungkin
Uruha merasa takut melihat laki-laki yang telah membangunkan kenangan buruk
untuknya itu kembali di depan matanya. Reita merasa bersalah ia tidak ada saat Uruha
membutuhkannya.
☆ナチュラルセンス☆ (◕‿◕✿)
“Okaerinasai Tuan Muda Uruha”, seorang maid membungkukan tubuhnya
menyambut kepulangan tuan mudanya.
“Tuan Muda, anda sudah pulang?”, Nimo menghampiri Uruha yang baru
memasuki pintu utama rumah keluarga Yuuji. “syukurlah, saya khawatir terjadi
sesuatu. Dimana anda tidur semalam?”
Uruha berjalan agak terburu-buru menaiki tangga tanpa menjawab
kekhawatiran butler keluarga Yuuji itu.
“ah ano, tuan muda Uruha—“
Uruha tetap mengabaikan Nimo dan semakin mempercepat langkahnya
sampai tiba di ruangan yang semenjak tadi ia harapkan untuk cepat sampai di
sana. Uruha menutup pintu kamarnya, melemparkan kunci mobil dan jaketnya
sembarang di atas tempat tidur lalu ia ikut menjatuhkan tubuhnya di sana.
Uruha menutupi wajahnya dengan kedua tangan masih penasaran dengan
siapa orang yang membawanya ke hotel itu. Uruha sudah berusaha menanyakan pada
petugas hotel tentang siapa orang yang menyewa kamarnya, namun hotel itu disewa
atas identitas dirinya. Uruha juga sempat kembali ke bar dimana ia mabuk semalam
untuk mengambil mobilnya dan sekalian untuk menanyakan pada bartender yang
melayaninya siapa orang yang membawanya pulang semalam. Namun saat ia kembali
ke sana, sepertinya sang bartender sedang gantian shift(?). lagipula belum
tentu bartender itu mengenal orang itu. tapi Uruha tidak akan menyerah, dia
akan kembali ke bar itu malam ini dan ia harus menemukan orang itu.
Baiklah, kenapa Uruha sampai mati-matian mencari siapa orang itu?
Dia tidak ingat apapun, sama sekali tidak ingat apapun kecuali terakhir
yang ada diingatannya adalah dia yang terus meminta-minta bartender di bar itu
menuangkan minuman ke dalam gelasnya. Namun ia ingat dengan jelas apa yang ada
dalam mimpinya dan yang yang semakin menguatkan pikiran buruknya, saat
terbangun ia menemukan dirinya dalam keadaan topless.
“brengsek!”, Uruha mengumpat kesal.
Pemuda brunette itu mengulingkan tubuhnya di atas kasur, setiap
kali ia menutup matanya, ingatan akan mimpinya semalam terus mengganggu
pikirannya. bagaimana orang itu menyentuhnya, menciumnya. Sungguh,
mimpinya itu seakan nyata.
aroma tubuhnya, nafasnya, semua seakan benar-benar berada di bawah
kulitnya. bahkan Uruha seakan masih bisa merasakan hawa tubuhnya sekarang.
“AAAAAAAAARGH!!!”
Ckrek.
Uruha menengok ke arah pintu kamarnya, dan refleks ia menutup
mulutnya menemukan Kamijo berdiri di sana.
“Kakek?!”, Seru Uruha segera membangunkan tubuhnya, “k-kau sudah
pulang?”
Kamijo sedikit menganggukan kepalanya namun matanya tetap menatap
Uruha.
“k-kapan?”
“semalam”
Tepat sekali Kamijo memilih waktu kepulangannya, terakhir saat
Uruha mengusir Ruki hingga ia menemukan kebejadan cucu satu-satunya itu, dan
sekarang ia pulang saat Uruha tengah keluyuran sampai tidak pulang semalaman
bahkan sampai bolos sekolah.
“ternyata seperti ini kelakuanmu selama ini saat kakek tak ada di
rumah, dari mana saja kau semalam? Dan apa itu di bibirmu?”
Uruha berdiri dari tempat tidurnya, “tidak, ini…”, Uruha menyentuh
sudut bibirnya yang sedikit sobek, “aa semalam aku…”, Uruha kesulitan mencari
alasan.
“kakek tidak membesarkanmu untuk jadi anak yang suka keluyuran
bahkan sampai tidak pulang dan membolos sekolah!”
Uruha memilih merapatkan mulutnya tak melawan. Percuma berdebat
dengan kakeknya itu, dan Uruha tidak
bisa menemukan alasan untuk membela diri, lagipula setelah puas kakeknya itu
akan kembali bersikap biasa lagi. Jadi Uruha membiarkan saja kakeknya itu
mengomelinya selama hampir 20 menit sampai akhirnya ia kecapekan sendiri.
Kamijo memberi jeda beberapa menit setelah mengomeli Uruha untuk
mulai berkata-kata lagi, “dimana Ruki?”
“eh?”, Uruha seakan kaget mendengar nama anak yang disebutkan
kakeknya barusan.
“Nimo bilang dia menginap di rumah temannya dengan membawa banyak
perbekalan pakaian, dan sudah lebih dari seminggu ini dia belum juga pulang.
Apa kau melakukan sesuatu lagi padanya?”
“ti-tidak! aku tidak melakukan apa-apa”
“apa kakek harus percaya padamu?”
“tentu saja! aku memang tidak melakukan apa-apa! mungkin dia memang
betah saja di rumah temannya itu!”
“suruh dia pulang!”
Uruha mendengus, “kenapa harus aku yang menyuruhnya pulang? Dia punya
kaki, kalau mau dia pasti akan pulang sendiri. mungkin dia memang tidak mau
saja tinggal di sini lagi!! Biarkan saja dia…”
“jaga bicaramu Uruha!”, tegas Kamijo.
“kenapa? Karena dia cucu kesayangan kakek sekarang?”
“URUHA!!!”, suara Kamijo meninggi membuat Uruha sedikit memejamkan
sebelah matanya. “kau sama dengannya! Dia punya hak untuk mendapatkan kasih
sayangku sepertimu! Bahkan Dia adalah cucu wanita yang pernah kucintai !”
Uruha menggigit bibir bawahnya, “benar! karena itulah aku takut! Aku
bukan cucu orang yang pernah kau cintai! Aku bukan siapa-siapa! Aku hanya anak
yang kau temukan di jalan dalam keadaan menyedihkan bahkan kau tidak tahu
asal-usulku! Karena itu aku takut kau akan membuangku suatu hari nanti karena
dia lebih pantas menjadi cucumu! Dia cucu wanita yang pernah menjadi orang
berharga untukmu! Dan aku bukan siapa-siapa!!”
PLAK!!
Uruha memegangi pipinya yang terasa begitu panas. Ini pertama
kalinya Kamijo menamparnya sejak pertama laki-laki itu memungutnya di jalan. Sejak
pertama ia mengangkatnya sebagai cucunya.
Tiba-tiba Kamijo meraih tubuh pemuda brunette di hadapannya,
memeluk anak laki-laki itu erat. “kau cucuku, tidak perduli asal-usulmu, tidak
perduli seperti apa masa lalumu, aku menyayangimu Uruha!”
Uruha terdiam dengan kata-kata laki-laki tua yang kini tengah
memeluknya. Bibirnya sedikit bergetar saat ia balas memeluk pelukan kakeknya itu,
kakek angkatnya.
“jangan pernah berpikir aku akan membuangmu! Aku menyayangimu, aku
menyayangi Ruki. Kalian adalah cucuku yang sama-sama berharga! Tolong terima
dia Uruha, dia sudah tidak mempunyai satu keluargapun di dunia ini, dia
membutuhkan kasih sayang sepertimu. Kau yang paling mengerti perasaannya bukan?”
Uruha menumpukan kepalanya ke bahu kakeknya sedikit terisak. “iya”
☆TBC☆ (◕‿◕✿)
BWEEEE!!! Lebeeee XDD *tabok Uru ama Kamijo yg incest* (ditajong)
Maaf, tapi sepertinya untuk ke depannya bakal banyak sekali yang
lebe-lebe macem mini -_- *bows* tolong jangan kabuuuurrrr minna!!! DX *iket
satu-satu*
No comments:
Post a Comment