Author : Rukira Matsunori
Rated : T
Genre : AU/ gajeromance/ BL (MaleXMale)
Fandom(s) : the GazettE, alicenine, A(ACE), ViViD, ScReW, D=OUT, Versailles, dkk?
Pairing(s) : Uruha x Ruki? Ruki x Uruha?, Tora x Saga.
Chapter(s) : 15
Warning : bahasa sakarep, ancur! Jangan anggap serius FIC ANEH ini!!! DON’T LIKE DON’T READ!!
Length : 12 pages (2.880 words)
Note : lagi-lagi saia memaksakan dalam keadaan mood yang begini XD *bungkuk-bungkuk*
Chap 15 : ☆~Unstable~☆
Natural Sense ★~♪
☆ナチュラルセンス☆
DHUURRRRRR….
Uruha semakin menelungkupkan tubuhnya, menenggelamkan kepalanya di atas bantal di bawah selimut yang menutupi seluruh tubuhnya. Musik yang keras masih menulikan kedua telinganya dari keadaan sekitar, namun Uruha tetap tahu bahwa sekarang di luar tengah hujan lebat, Uruha tahu ada petir juga di sana, itulah kenapa dia dalam keadaan seperti ini sekarang.
“Kau cantik…”
Uruha memejamkan matanya rapat-rapat, tubuhnya mulai terasa sedikit gemetar. Ia tidak tahu kenapa ingatan itu kembali menyerangnya, masuk ke pikirannya. Bagaimana laki-laki itu memperlakukannya dengan kasar, bau yang ada di tubuhnya…”HEN—“
“—maaf…”
Dan Uruha membuka matanya sekarang.
“aku tidak tahu kau setakut ini….”
“ maafkan aku…”
Uruha menarik satu bantal lain di samping kepalanya, menutupi kepalanya dengan bantal itu.
Ada dua ingatan di kepala Uruha sekarang saat ia harus berhadapan dengan yang namanya hujan dan petir. Dan Uruha sedikit terganggu dengan itu, tapi entah kenapa itu seperti bisa mengalihkan ingatan buruknya. Meski ‘ingatan itu’ sendiri bukan ingatan yang bagus untuk menjadi salah satu penghuni memori di otak Uruha, tapi lebih baik mengingat itu daripada kenangan buruknya. Lebih baik mengingat hangat tubuh itu daripada bau menyengat di tubuh’nya’, mengingat detak jantung itu daripada nafas tak beraturan yang membuat Uruha muak.
☆ナチュラルセンス☆ (◕‿◕✿)
Saga terlihat sedikit lesu memain-mainkan netbooknya, akhir-akhir ini ia kekurangan informasi tentang Uruha dan Aoi, website-nya jadi sepi pengunjung. Saga menghela nafas melirik Ruki yang terduduk di satu sofa dengan secangkir mocca di tangannya. Makhluk minis itu terlihat menerawang beberapa saat mendengar suara hujan cukup lebat di luar dan sekarang ia tengah asik dengan ponsel ditangannya, terdiam menatap sesuatu di sana. Saga kemudian memajukan bibirnya setelah sadar Ruki membuat mocca tanpa membuatkan untuknya juga, tidak sopan sekali penumpang minis itu.
“oi ! buatkan satu untukku!”
“hm?”, Ruki sedikit melirik Saga, “buat saja sendiri !”
“kau”, Saga tersenyum maksa. “kuusir kau dari sini”
“baiklah! Baiklaaaaahh!!”, Ruki kembali berdiri meletakkan ponsel dan cangkir mocca-nya di atas meja, dan terpaksa kembali ke dapur dengan sedikit bersungut-sungut. Dia memang jadi babu di rumah Saga sekarang. menyiapkan makanan, membersihkan tempat tidur dan ruangan dan pekerjaan rumah lainnya adalah pekerjaan sehari-hari yang tak bisa ditunda olehnya karena Saga selalu mengancam akan mengusirnya kalau ia tak mau melakukan itu. dan pekerjaan-pekerjaan ringan seperti sekedar menyeduh mocca-pun dibebankan Saga padanya.
Saga hanya melirik pergerakan Ruki sambil tertawa dalam hati melihat kelakuan tak ikhlas makhluk minis itu, dan entah kenapa ponsel Ruki yang tergelatak di atas meja sedikit menarik perhatiannya. Saga melihat Ruki seperti menatap sesuatu di sana, itu sedikit membuatnya penasaran…..entah kenapa.
Pemuda berambut hazel itu segera meraih ponsel Ruki, dan beberapa saat kemudian dahinya tampak berkerut namun beberapa saat kemudian lagi ia menyeringai mencurigakan.
Ruki meletakkan cangkir mocca yang baru dibuatkannya di atas meja di depan Saga yang asik bersila dengan netbook di lahunannya. “thanks”, Saga tersenyum iseng, Ruki hanya membalasnya dengan dengusan. Pemuda berambut hazel itu terkikik pelan kemudian menyeruput mocca yang baru dibuatkan babu jadi-jadiannya itu.
“oh ya, waktumu Cuma 2 malam lagi di sini, kalau kau belum juga mendapatkan pekerjaan aku tidak akan segan menendangmu dari sini”
“aku tahu! aku pasti akan mendapatkan pekerjaan….”, Ruki sedikit merengut, walau bicara begitu tapi sebenarnya ia sendiri tak yakin bisa mendapatkan pekerjaan dalam waktu dua hari.
“tidak mungkin haha mana mungkin bisa dapat pekerjaan dalam dua hari sementara keadaanmu begitu-begitu saja”
“apa maksudmu begitu-begitu saj—“, Ruki menggantung kalimatnya saat ia melihat keganjilan dengan ponselnya di atas meja. Layarnya masih menyala, sementara ia meninggalkannya cukup lama saat menyeduh mocca di dapur tadi. Seperti seseorang baru menggunakannya beberapa saat sebelum Ruki kembali dari dapur. Dan Ruki baru teringat, ia lupa belum menutup apa yang tadi ia lihat sebelum pergi ke dapur. Dengan cepat Ruki segera meraihnya, dan benar…. “Saga…”, Ruki menatap laki-laki berambut hazel di depannya itu curiga.
“hm?”, Saga tersenyum iseng menyadari kelakuan diam-diamnya ketahuan Ruki. “kenapa tidak menyerahkan foto itu padaku lebih awal? Kupikir kau menangkap ekspresi Uruha yang sangat langka”
“kau….”
“sepertinya dia sedang ketakutan ya? apa yang membuatnya seperti itu? ahahah aku yakin itu akan menjadi topic yang hangat di website-ku, yosh! Tinggal ku aplo—“
“JANGAN!!!!”
“hn?”, Saga mengernyitkan dahinya.
“AKU TIDAK AKAN MEMAAFKANMU KALAU KAU SAMPAI MENYEBARKAN FOTO ITU!!!”, bentak Ruki tiba-tiba berdiri dari sofa.
“kau sedang mengancamku?”, Saga menaikan satu alisnya. “he? apa kau sedang naik darah atau apa?”
“he? ah”, Ruki kembali mendudukan tubuhnya di sofa sedikit canggung, entah kenapa sepertinya baru saja darahnya memang naik?, “aku serius, jangan sebarkan foto itu!”
“ini foto dengan ekspresinya yang sangat langka, bagaimana bisa aku melewatkannya untuk ku pampangkan di website-ku”
“aku bilang jangan Saga!!! kau boleh menyebarkan foto-fotonya yang lain tapi tidak dengan yang satu itu!!”
“kenapa?”
“he? itu… ah sial!”, Ruki mengacak-acak rambutnya menyesal kenapa tidak segera ia hapus saja foto itu sebelumnya.
“ahahah…..baiklah-baiklah, lagipula aku belum sempat mem-bluetooth foto itu ke netbook-ku jadi mana bisa aku upload haha”
“kau serius?”, Ruki tampak sedikit tidak percaya. Perasaan itu muncul berdasarkan pengalaman!
“serius! Aku memang berniat mengirimkannya, tapi kau keburu kembali dari dapur”
“aku tidak percaya padamu!”
“terserah! Periksa saja netbook-ku!”, Saga menyodorkan netbook di lahunannya pada Ruki, namun Ruki tidak menerimanya karena ia tidak tahu bagaimana cara ia mencarinya? Ia gaptek dan ia tidak mau mengatakan itu pada Saga.
“baiklah, aku percaya. tapi kalau sampai foto itu benar tersebar, aku benar-benar tidak akan memaafkanmu”
“seakan-akan aku takut dengan ancamanmu hahay~”, Saga melengos membawa netbooknya ke dalam kamar.
“SAGA!!!”
☆ナチュラルセンス☆ (◕‿◕✿)
“hm….Ruki dekat dengan anak itu”, Reita menyeruput jus yang baru di pesannya sembari menerawang kearah meja dimana Ruki dan Saga tampak asik menyantap jajanan mereka agak jauh dari tempatnya dan Uruha sekarang duduk. “jadi sekarang Ruki tinggal di tempatnya?”, tanya Reita mengalihkan pandangannya ke arah Uruha yang duduk berhadapan dengannya.
“hn..”
“padahal aku bersedia menampungnya kalau saja aku tahu lebih awal kau mengusirnya”
“sudah kubilang aku tidak mengusirnya! Dia sendiri yang mau keluar”
“tapi dia tidak akan keluar kalau kau bersikap baik padanya”, Reita menunjuk-nunjuk Uruha dengan sedotan.
“cis!”, Uruha memalingkan wajahnya mendengus.
Reita kembali melirik meja Ruki dan Saga, “anak itu….kalau tidak salah dia dikenal sebagai anak yang suka memanfaatkan orang, ya kan?”
“memanfaatkan?”
“kalau tidak salah….anak itu yang dimaksud Tora dulu”
“bicara apa kau?”
“Ruki anak yang polos, aku jadi sedikit khawatir”, Reita kembali menyeruput jus-nya.
“…….”
Sunggingan senyum tipis tergambar jelas di wajah Saga setelah ia berhasil mendapatkan sesuatu di ponselnya Ia segera menarik kursi Ruki mendekat ke sampingnya, “apa?”, protes Ruki sedikit tak terima.
“coba kau lihat ini”, Saga menunjukan layar ponselnya yang tidak disambut antusias si makhluk minis di sampingnya.
“apa itu?”, tanya Ruki malas melihat layar ponsel Saga yang memampangkan foto Uruha yang baru saja diambilnya. Saga mengabaikan pertanyaan Ruki dan terus menggulirkan layar ponselnya membuat wajah Ruki dengan ekspresi malasnya sedikit mengalami perubahan, “kau punya fotonya sebanyak itu?”
“pada siapa kau bertanya?”, Saga menatap Ruki datar.
“ah iya, tidak heran kau punya banyak fotonya”
“bukan hanya dia, tapi Aoi juga”, ucap Saga setengah bangga.
“Tapi untuk apa kau menunjukannya padaku?”
“pamer huahahahahaha”
“aku tidak iri”, dengus Ruki.
“coba kau lihat, ini foto-foto Aoi”, Saga mulai menggulirkan kembali layar ponselnya.
“hn...”
“bisa kau bedakan antara foto-foto Aoi dan Uruha?”
“apa?”
“kau tidak sadar?”
“lebih tepatnya aku tidak perduli”, Saga mengambil ponsel Ruki dari saku kemejanya, “he?! mau apa kau?!”
“bilang saja kalau kau mau, aku akan memberikannya padamu secara Cuma-Cuma”, Saga mulai mengirimkan satu foto Uruha dari ponselnya ke ponsel Ruki.
“HEH!!! Siapa yang mau fotonya!! Brengsek Saga, kembalikan!”, Ruki berusaha merebut ponselnya dari tangan Saga namun Saga tidak membiarkan makhluk minis itu mendapatkan ponselnya begitu saja. Saga mengangkat tangannya tinggi-tinggi hingga Ruki kesulitan menjangkaunya, membuat mereka sedikit bergumul dan cukup menjadi perhatian siswa-siswi di kantin termasuk Reita dan Uruha.
“apa-apaan mereka?”, Uruha menaikan satu alisnya melihat Ruki yang berusaha merebut kembali ponselnya dari tangan Saga terlihat kesulitan. “kekanak-kanak—“, Uruha tidak menyelesaikan kalimatnya menyadari Reita tiba-tiba sudah lenyap dari hadapannya.
GREP.
Saga menoleh ke belakangnya merasakan seseorang memegangi pergelangan tangannya yang ia angkat tinggi-tinggi supaya tidak terjangkau Ruki. Dia melihat kakak kelasnya yang berpenutup hidung(?) itu berdiri di belakangnya tersenyum, dan saat itu juga merebut ponsel Ruki dari tangannya. “jangan mempermainkan anak polos seperti itu”
“Reita-senpai?”
“ups! Maaf, aku hanya ingin sedikit bermain-main dengannya lagipula kami teman baik, mana mungkin aku mempermainkannya”, Saga segera merangkul bahu Ruki, “ya kan?”, Saga sedikit tersenyum menoleh kearah makhluk minis di rangkulannya. Ruki hanya menatapnya datar, entah Cuma perasaannya saja tapi sepertinya Saga cukup enggan berurusan dengan Reita.
“benar, dia teman baikku”, Ruki menepuk-menepuk bahu Saga sembari tersenyum meyakinkan Reita.
Reita memperhatikan Saga dari ujung kaki sampai ujung rambutnya dan kemudian tersenyum kecil, “aku tahu haha…baiklah in—“, Reita hendak mengembalikan ponsel yang baru ia ambil dari tangan Saga kepada pemiliknya, namun tanpa sengaja ia melihat foto yang terpampang di sana hingga ia kembali menarik uluran tangannya melihat layar ponsel Ruki dengan lebih konsentrasi(?), membuat Ruki yang sudah hampir menerima ponsel itu segera melebarkan matanya, sadar akan apa yang dilihat Reita dalam ponselnya.
“Reita-senpa—“
“Oi ! ayo kembali ke kelas!”, Ajak Uruha yang sudah beranjak dari mejanya dan menghampiri Reita.
“kembalikan!!”, Ruki buru-buru berusaha merebut ponselnya dari tangan kakak kelas bernosebandnya itu menyadari Uruha semakin mendekat kearah mereka. namun Reita malah tersenyum dan berlaku seperti bagaimana Saga mempermainkan Ruki tadi ==”, “Reita senpai, apa yang kau—“
PLUK!
Uruha refleks menerima ponsel yang dilemparkan padanya, “apa in—“, Dan Uruha mengernyitkan dahinya melihat fotonya sendiri di layar ponsel di tangannya, itu saat ia tengah menyeruput minumannya beberapa saat yang lalu bersama Reita.
Ruki menepuk jidatnya saat Uruha mengalihkan tatapannya dari ponsel dan beralih menatapnya dengan tatapan horor sementara Saga terkikik di belakangnya.
“kau sangat mengagumi Uruha sampai mengambil fotonya diam-diam dan menjadikannya wallpaper ponsel?”, Reita tersenyum iseng sedikit menggoda Ruki.
“ha? wa-wallpap—“
SAGA BRENGSEK!!!!
“tidak! itu bukan—eeeehhh!!!“, Ruki buru-buru menangkap ponsel yang melayang dengan indahnya ke arahnya karena dilemparkan Uruha.
“Maniak!”
“…….”
“Menjijikan!”
“…….”
“cih!”, Uruha segera beranjak dari tempatnya meninggalkan Reita.
“eh? Oi ! Uruha!! ah, Ruki maaf, jangan diambil hati, jangan marah ya”, Reita sedikit menepuk-nepuk bahu Ruki, “ah, aku duluan!”, Reita segera berlari mengejar Uruha setelah berpamitan, “Oi, Uru!!”
Saga menghampiri makhluk minis di depannya yang terlihat membatu, laki-laki berambut hazel itu menepuk-nepuk bahu Ruki. “cepcep….mungkin dia itu memang straight sepertiku, sepertinya ini waktunya kau menyerah”, Saga menggelengkan kepalanya pelan, “aku turut berduka—oeeekkkkk!!!”, tanpa aba-aba Ruki mencekik-cekik Saga membabi buta.
☆ナチュラルセンス☆ (◕‿◕✿)
Saga memainkan netbooknya sambil sesekali melirik Ruki yang masih memasang tampang masam gara-gara keisengannya di kantin tadi. “oi, ambilkan aku air minum!”
“ambil sendiri!”
“aaah kau benar-benar marah denganku, baiklah-baiklah, terserah toh sebentar lagi kau pergi dari sini…”, Saga kembali melanjutkan konsentrasi ke netbook-nya.
“dua malam satu hari lagi, apa kau akan benar-benar menendangku jika aku belum juga mendapatkan pekerjaan?”, tanya Ruki tiba-tiba.
“tentu saja”, tanggap Saga masih berkutat dengan netbooknya.
“aku benar-benar tidak mau kembali lagi ke rumah itu”
“itu urusanmu”
“aku takut”
Saga kembali melirik Ruki, kata-kata anak itu sedikit menyita konsentrasinya.
“setiap kata-katanya membuatku merasa rapuh”
“……”
“aku bisa mati kalau terus tinggal bersama orang berlidah pedang seperti—“
BLUKH!
Saga melemparkan sebuah bantal sofa tepat membentur wajah Ruki. “apa kau sedang mengigau?”
“bukan, aku sedang mendramatisasi keadaan”, jawab Ruki datar.
“oh, agar aku bersimpati dan memperpanjang waktu tinggalmu di sini?”
“mungkin”
“daripada melakukan hal konyol macam itu, kenapa kau tidak pergi mencari pekerjaan? Itu satu-satunya cara untuk membuatmu tinggal lebih lama di sini!”
“ayolah Saga!!! mana mungkin aku bisa mendapat pekerjaan dalam waktu satu hari !!”
“siapa kemarin orang yang dengan percaya dirinya mengatakan akan mendapatkan pekerjaan dalam waktu dua hari !?”
“itu dua hari !!! sekarang waktunya tinggal satu hari lagi !”
“kenapa kau tidak berusaha mencari pekerjaan saat pulang sekolah tadi?”
“aku sedang tidak mood”, Ruki kembali mencebil.
“kalau begitu cepat bereskan barang-barangmu, aku percepat waktu kepulanganmu besok”
“APA??!!”
☆ナチュラルセンス☆ (◕‿◕✿)
“DIA PUNYA FOTO URUSAMA DI PONSELNYA?!”, kedua pengikut Uruha acting shock sambil tetap mengkuti pangeran sekolah nomor satu BHS itu di koridor menuju kelasnya.
“dan dijadikan wallpaper!”
“oh iya, dia punya fotomu dan dijadikan wallpaper”
“kira-kira apa maksudnya itu?”
“sudah jelas dia maniak Urusama! Dia mengincarmu, dia menginginkanmu”
“menginginkanku?”, Uruha memegangi dagunya, “BERANI SEKALI MAKHLUK CEBOL ITU MENGINGINKANKU!!!!”, Uruha berteriak keluar jendela koridor membuat orang-orang yang lalu lalang di koridor dan di bawah gedung sekolah serempak menoleh ke arahnya. Tanpa perduli reaksi siswa-siswi lain, Uruha kembali melanjutkan perjalanannya menuju kelasnya. sepertinya Uruha sedikit bersemangat pagi ini, “jadi….dia menginginkanku dalam arti apa itu?”
“he?”, kedua pengikut Uruha saling berpandangan sejenak.
“kau tahu kan Urusama, maniak itu tidak sehat. Dia hanya mementingkan kepuasan, kau bisa saja dianiyaya olehnya”
“hah? dianiyaya?”
“dia hanya ingin dirinya merasa dipuaskan oleh korbannya”
“dipuaskan?”
“misalnya melakukan BDSM”
“BDSM???!!”
“karena itu berbahaya dekat-dekat dengan seorang maniak!”
JDUK!
JDUK!
Uruha tiba-tiba menjitak kepala kedua orang pengikutnya, “mana mungkin si cebol itu bisa melakukan itu padaku!! Dia lebih pantas jadi korbannya, biar aku saja yang jadi maniak—“
“……”
“……”
Uruha menghentikan langkahnya menoleh ke belakang dimana kedua pengkutnya terbengong-bengong, “apa yang kalian dengar barusan?”, Kedua pengikut Uruha buru-buru menggelengkan kepalanya. “ah ya, kalian pasti pernah melakukan yang namanya terpeleset lidah kan?”, kedua pengikut Uruha mengangguk-anggukan kepalanya semangat, “ya, begitulah…. Seperti itulah contohnya haha…”, Uruha tertawa garing.
Saat Uruha hampir mengambil langkahnya untuk melanjutkan perjalanannya ke kelas, sesuatu di bawah gedung sekolah sana tiba-tiba menyita perhatiannya. Uruha melihat makhluk boncel itu baru turun dari motor Sport Kawasaki Ninja 250 R hitam (wakak) di tempat parkir sekolah. Dan laki-laki kerempeng si pemilik motor itu mendorong kepala Ruki namun makhluk minis itu malah tampak tertawa dengan perlakuannya, Uruha mengernyitkan dahi, sampai beberapa saat kemudian laki-laki kerempeng itu menarik tubuh Ruki dan merangkul bahunya. Uruha melihat mereka dalam keadaan seperti itu sampai menghilang masuk ke ruang loker.
“Urusama?”
“tekanan darahku…”
“he? ada apa Urusama?”
“KENAPA TEKANAN DARAHKU NAIK??!!!”
☆ナチュラルセンス☆ (◕‿◕✿)
KRIIIIIIIING!!!
Semua siswa-siswi kelas 2-3 serempak membereskan alat-alat tulis mereka dan berhamburan keluar kelas setelah mendengar bel istirahat.
“kau tidak mau ikut denganku?”
“aku lagi males keluar, lagipula ini kan tugasmu sekarang! sana-sana!”, Saga mengisyaratkan Ruki untuk pergi dengan tangannya.
“iya-iyaaaaa!!”, Ruki beranjak keluar kelas dengan agak lesu.
Saga memperpanjang waktu tinggal Ruki asal dia kembali menjadi partnernya, partner-in-crime-nya! Sebelum Ruki mendapatkan pekerjaan part-time-nya, maka mendapatkan foto-foto Uruha dan Aoi adalah pekerjaan sampingannya untuk sekarang. kalau Ruki ingin keluar dari keadaan seperti itu maka cepatlah mendapatkan pekerjaan Ruk!!
Sebenarnya Saga tidak benar-benar mempercayainya untuk melakukan pekerjaannya, memangnya mengambil foto dengan asal jepret? Dan lagi harus ada tema dan kalau bisa ada skandalnya, atau informasi baru yang berhubungan dengan mereka. itu yang Saga cari sekarang ini, tapi daripada ia memperpanjang waktu tinggal Ruki tanpa alasan, maka sedikit mengerjainya tidak apalah, toh itu ciri khas Saga sekali.
Saga merogoh tasnya mengambil sebuah manga, dia sedang malas membuka website-nya karena pasti tetap dalam keadaan sepi. menaikan satu kakinya ke atas bangku dan mulai membaca manga dalam keadaan seperti itu.
Beberapa saat ia tampak asik tenggelam dalam cerita manga yang dibacanya. Sampai ia membuka lembar ke sekian halaman manganya tiba-tiba ada scene si tokoh utama laki-laki dan perempuannya mendadak(?) tempel bibir membuat Saga menaikan satu alisnya. Scene ciuman kok mendadak?
Saga tidak terlalu ambil pusing, dan ia kembali melanjutkan membacanya. Namun….
Pikirannya tidak membaca manga itu lagi.
ia jadi teringat……tidak pernah melihat ketua osisnya lagi sejak terakhir ia menabraknya di koridor beberapa hari yang lalu.
SREG!!
Saga mengangkat wajahnya melihat ke arah pintu kelas yang baru saja dibuka.
“kau?”
“ada apa?”, Saga menaikan sebelah alisnya, sedikit merasa aneh melihat kakak kelasnya yang berpenutup hidung itu berdiri di ambang pintu kelasnya.
“kau teman dekat Ruki itu kan?”
“tidak juga”
“ah, dimana dia?”
“baru saja keluar, mencari angina segar?”, jawab Saga kembali membuka lembar manganya.
“hm, baiklah. thanks”
“yo!”, Ucap Saga tanpa melihat kakak kelasnya itu kembali menutup pintu kelas. Saga kembali berusaha focus membaca manganya, sampai beberapa lembar telah ia baca, pintu kelasnya kembali terbuka, sedikit mengganggu konsentrasinya.
“Saga…”
Saga kembali melirik pintu kelasnya sampai ia menemukan dua orang siswa teman sekelasnya berdiri di sana, “ada apa?”, tanya Saga.
“kau dipanggil kakak kelas, dia menunggumu di belakang sekolah”, kata salah seorang dari siswa itu.
“kakak kelas? Siapa?”, Saga mengernyitkan dahinya.
Kedua siswa itu tampak saling berpandangan singkat, “dia bilang agar kami tidak memberitahumu, jadi kau datang saja ke sana kalau ingin tahu”
☆TBC☆ (◕‿◕✿)
=_=”) ini seperti membuang-buang waktu, tapi yasudahlah, jadinya seperti ini XD chapter depan saia akan berusaha membuatnya lebih berbobot (emang sejak awal gak ada yg berbobot==)
Rated : T
Genre : AU/ gajeromance/ BL (MaleXMale)
Fandom(s) : the GazettE, alicenine, A(ACE), ViViD, ScReW, D=OUT, Versailles, dkk?
Pairing(s) : Uruha x Ruki? Ruki x Uruha?, Tora x Saga.
Chapter(s) : 15
Warning : bahasa sakarep, ancur! Jangan anggap serius FIC ANEH ini!!! DON’T LIKE DON’T READ!!
Length : 12 pages (2.880 words)
Note : lagi-lagi saia memaksakan dalam keadaan mood yang begini XD *bungkuk-bungkuk*
Chap 15 : ☆~Unstable~☆
Natural Sense ★~♪
☆ナチュラルセンス☆
DHUURRRRRR….
Uruha semakin menelungkupkan tubuhnya, menenggelamkan kepalanya di atas bantal di bawah selimut yang menutupi seluruh tubuhnya. Musik yang keras masih menulikan kedua telinganya dari keadaan sekitar, namun Uruha tetap tahu bahwa sekarang di luar tengah hujan lebat, Uruha tahu ada petir juga di sana, itulah kenapa dia dalam keadaan seperti ini sekarang.
“Kau cantik…”
Uruha memejamkan matanya rapat-rapat, tubuhnya mulai terasa sedikit gemetar. Ia tidak tahu kenapa ingatan itu kembali menyerangnya, masuk ke pikirannya. Bagaimana laki-laki itu memperlakukannya dengan kasar, bau yang ada di tubuhnya…”HEN—“
“—maaf…”
Dan Uruha membuka matanya sekarang.
“aku tidak tahu kau setakut ini….”
“ maafkan aku…”
Uruha menarik satu bantal lain di samping kepalanya, menutupi kepalanya dengan bantal itu.
Ada dua ingatan di kepala Uruha sekarang saat ia harus berhadapan dengan yang namanya hujan dan petir. Dan Uruha sedikit terganggu dengan itu, tapi entah kenapa itu seperti bisa mengalihkan ingatan buruknya. Meski ‘ingatan itu’ sendiri bukan ingatan yang bagus untuk menjadi salah satu penghuni memori di otak Uruha, tapi lebih baik mengingat itu daripada kenangan buruknya. Lebih baik mengingat hangat tubuh itu daripada bau menyengat di tubuh’nya’, mengingat detak jantung itu daripada nafas tak beraturan yang membuat Uruha muak.
☆ナチュラルセンス☆ (◕‿◕✿)
Saga terlihat sedikit lesu memain-mainkan netbooknya, akhir-akhir ini ia kekurangan informasi tentang Uruha dan Aoi, website-nya jadi sepi pengunjung. Saga menghela nafas melirik Ruki yang terduduk di satu sofa dengan secangkir mocca di tangannya. Makhluk minis itu terlihat menerawang beberapa saat mendengar suara hujan cukup lebat di luar dan sekarang ia tengah asik dengan ponsel ditangannya, terdiam menatap sesuatu di sana. Saga kemudian memajukan bibirnya setelah sadar Ruki membuat mocca tanpa membuatkan untuknya juga, tidak sopan sekali penumpang minis itu.
“oi ! buatkan satu untukku!”
“hm?”, Ruki sedikit melirik Saga, “buat saja sendiri !”
“kau”, Saga tersenyum maksa. “kuusir kau dari sini”
“baiklah! Baiklaaaaahh!!”, Ruki kembali berdiri meletakkan ponsel dan cangkir mocca-nya di atas meja, dan terpaksa kembali ke dapur dengan sedikit bersungut-sungut. Dia memang jadi babu di rumah Saga sekarang. menyiapkan makanan, membersihkan tempat tidur dan ruangan dan pekerjaan rumah lainnya adalah pekerjaan sehari-hari yang tak bisa ditunda olehnya karena Saga selalu mengancam akan mengusirnya kalau ia tak mau melakukan itu. dan pekerjaan-pekerjaan ringan seperti sekedar menyeduh mocca-pun dibebankan Saga padanya.
Saga hanya melirik pergerakan Ruki sambil tertawa dalam hati melihat kelakuan tak ikhlas makhluk minis itu, dan entah kenapa ponsel Ruki yang tergelatak di atas meja sedikit menarik perhatiannya. Saga melihat Ruki seperti menatap sesuatu di sana, itu sedikit membuatnya penasaran…..entah kenapa.
Pemuda berambut hazel itu segera meraih ponsel Ruki, dan beberapa saat kemudian dahinya tampak berkerut namun beberapa saat kemudian lagi ia menyeringai mencurigakan.
Ruki meletakkan cangkir mocca yang baru dibuatkannya di atas meja di depan Saga yang asik bersila dengan netbook di lahunannya. “thanks”, Saga tersenyum iseng, Ruki hanya membalasnya dengan dengusan. Pemuda berambut hazel itu terkikik pelan kemudian menyeruput mocca yang baru dibuatkan babu jadi-jadiannya itu.
“oh ya, waktumu Cuma 2 malam lagi di sini, kalau kau belum juga mendapatkan pekerjaan aku tidak akan segan menendangmu dari sini”
“aku tahu! aku pasti akan mendapatkan pekerjaan….”, Ruki sedikit merengut, walau bicara begitu tapi sebenarnya ia sendiri tak yakin bisa mendapatkan pekerjaan dalam waktu dua hari.
“tidak mungkin haha mana mungkin bisa dapat pekerjaan dalam dua hari sementara keadaanmu begitu-begitu saja”
“apa maksudmu begitu-begitu saj—“, Ruki menggantung kalimatnya saat ia melihat keganjilan dengan ponselnya di atas meja. Layarnya masih menyala, sementara ia meninggalkannya cukup lama saat menyeduh mocca di dapur tadi. Seperti seseorang baru menggunakannya beberapa saat sebelum Ruki kembali dari dapur. Dan Ruki baru teringat, ia lupa belum menutup apa yang tadi ia lihat sebelum pergi ke dapur. Dengan cepat Ruki segera meraihnya, dan benar…. “Saga…”, Ruki menatap laki-laki berambut hazel di depannya itu curiga.
“hm?”, Saga tersenyum iseng menyadari kelakuan diam-diamnya ketahuan Ruki. “kenapa tidak menyerahkan foto itu padaku lebih awal? Kupikir kau menangkap ekspresi Uruha yang sangat langka”
“kau….”
“sepertinya dia sedang ketakutan ya? apa yang membuatnya seperti itu? ahahah aku yakin itu akan menjadi topic yang hangat di website-ku, yosh! Tinggal ku aplo—“
“JANGAN!!!!”
“hn?”, Saga mengernyitkan dahinya.
“AKU TIDAK AKAN MEMAAFKANMU KALAU KAU SAMPAI MENYEBARKAN FOTO ITU!!!”, bentak Ruki tiba-tiba berdiri dari sofa.
“kau sedang mengancamku?”, Saga menaikan satu alisnya. “he? apa kau sedang naik darah atau apa?”
“he? ah”, Ruki kembali mendudukan tubuhnya di sofa sedikit canggung, entah kenapa sepertinya baru saja darahnya memang naik?, “aku serius, jangan sebarkan foto itu!”
“ini foto dengan ekspresinya yang sangat langka, bagaimana bisa aku melewatkannya untuk ku pampangkan di website-ku”
“aku bilang jangan Saga!!! kau boleh menyebarkan foto-fotonya yang lain tapi tidak dengan yang satu itu!!”
“kenapa?”
“he? itu… ah sial!”, Ruki mengacak-acak rambutnya menyesal kenapa tidak segera ia hapus saja foto itu sebelumnya.
“ahahah…..baiklah-baiklah, lagipula aku belum sempat mem-bluetooth foto itu ke netbook-ku jadi mana bisa aku upload haha”
“kau serius?”, Ruki tampak sedikit tidak percaya. Perasaan itu muncul berdasarkan pengalaman!
“serius! Aku memang berniat mengirimkannya, tapi kau keburu kembali dari dapur”
“aku tidak percaya padamu!”
“terserah! Periksa saja netbook-ku!”, Saga menyodorkan netbook di lahunannya pada Ruki, namun Ruki tidak menerimanya karena ia tidak tahu bagaimana cara ia mencarinya? Ia gaptek dan ia tidak mau mengatakan itu pada Saga.
“baiklah, aku percaya. tapi kalau sampai foto itu benar tersebar, aku benar-benar tidak akan memaafkanmu”
“seakan-akan aku takut dengan ancamanmu hahay~”, Saga melengos membawa netbooknya ke dalam kamar.
“SAGA!!!”
☆ナチュラルセンス☆ (◕‿◕✿)
“hm….Ruki dekat dengan anak itu”, Reita menyeruput jus yang baru di pesannya sembari menerawang kearah meja dimana Ruki dan Saga tampak asik menyantap jajanan mereka agak jauh dari tempatnya dan Uruha sekarang duduk. “jadi sekarang Ruki tinggal di tempatnya?”, tanya Reita mengalihkan pandangannya ke arah Uruha yang duduk berhadapan dengannya.
“hn..”
“padahal aku bersedia menampungnya kalau saja aku tahu lebih awal kau mengusirnya”
“sudah kubilang aku tidak mengusirnya! Dia sendiri yang mau keluar”
“tapi dia tidak akan keluar kalau kau bersikap baik padanya”, Reita menunjuk-nunjuk Uruha dengan sedotan.
“cis!”, Uruha memalingkan wajahnya mendengus.
Reita kembali melirik meja Ruki dan Saga, “anak itu….kalau tidak salah dia dikenal sebagai anak yang suka memanfaatkan orang, ya kan?”
“memanfaatkan?”
“kalau tidak salah….anak itu yang dimaksud Tora dulu”
“bicara apa kau?”
“Ruki anak yang polos, aku jadi sedikit khawatir”, Reita kembali menyeruput jus-nya.
“…….”
Sunggingan senyum tipis tergambar jelas di wajah Saga setelah ia berhasil mendapatkan sesuatu di ponselnya Ia segera menarik kursi Ruki mendekat ke sampingnya, “apa?”, protes Ruki sedikit tak terima.
“coba kau lihat ini”, Saga menunjukan layar ponselnya yang tidak disambut antusias si makhluk minis di sampingnya.
“apa itu?”, tanya Ruki malas melihat layar ponsel Saga yang memampangkan foto Uruha yang baru saja diambilnya. Saga mengabaikan pertanyaan Ruki dan terus menggulirkan layar ponselnya membuat wajah Ruki dengan ekspresi malasnya sedikit mengalami perubahan, “kau punya fotonya sebanyak itu?”
“pada siapa kau bertanya?”, Saga menatap Ruki datar.
“ah iya, tidak heran kau punya banyak fotonya”
“bukan hanya dia, tapi Aoi juga”, ucap Saga setengah bangga.
“Tapi untuk apa kau menunjukannya padaku?”
“pamer huahahahahaha”
“aku tidak iri”, dengus Ruki.
“coba kau lihat, ini foto-foto Aoi”, Saga mulai menggulirkan kembali layar ponselnya.
“hn...”
“bisa kau bedakan antara foto-foto Aoi dan Uruha?”
“apa?”
“kau tidak sadar?”
“lebih tepatnya aku tidak perduli”, Saga mengambil ponsel Ruki dari saku kemejanya, “he?! mau apa kau?!”
“bilang saja kalau kau mau, aku akan memberikannya padamu secara Cuma-Cuma”, Saga mulai mengirimkan satu foto Uruha dari ponselnya ke ponsel Ruki.
“HEH!!! Siapa yang mau fotonya!! Brengsek Saga, kembalikan!”, Ruki berusaha merebut ponselnya dari tangan Saga namun Saga tidak membiarkan makhluk minis itu mendapatkan ponselnya begitu saja. Saga mengangkat tangannya tinggi-tinggi hingga Ruki kesulitan menjangkaunya, membuat mereka sedikit bergumul dan cukup menjadi perhatian siswa-siswi di kantin termasuk Reita dan Uruha.
“apa-apaan mereka?”, Uruha menaikan satu alisnya melihat Ruki yang berusaha merebut kembali ponselnya dari tangan Saga terlihat kesulitan. “kekanak-kanak—“, Uruha tidak menyelesaikan kalimatnya menyadari Reita tiba-tiba sudah lenyap dari hadapannya.
GREP.
Saga menoleh ke belakangnya merasakan seseorang memegangi pergelangan tangannya yang ia angkat tinggi-tinggi supaya tidak terjangkau Ruki. Dia melihat kakak kelasnya yang berpenutup hidung(?) itu berdiri di belakangnya tersenyum, dan saat itu juga merebut ponsel Ruki dari tangannya. “jangan mempermainkan anak polos seperti itu”
“Reita-senpai?”
“ups! Maaf, aku hanya ingin sedikit bermain-main dengannya lagipula kami teman baik, mana mungkin aku mempermainkannya”, Saga segera merangkul bahu Ruki, “ya kan?”, Saga sedikit tersenyum menoleh kearah makhluk minis di rangkulannya. Ruki hanya menatapnya datar, entah Cuma perasaannya saja tapi sepertinya Saga cukup enggan berurusan dengan Reita.
“benar, dia teman baikku”, Ruki menepuk-menepuk bahu Saga sembari tersenyum meyakinkan Reita.
Reita memperhatikan Saga dari ujung kaki sampai ujung rambutnya dan kemudian tersenyum kecil, “aku tahu haha…baiklah in—“, Reita hendak mengembalikan ponsel yang baru ia ambil dari tangan Saga kepada pemiliknya, namun tanpa sengaja ia melihat foto yang terpampang di sana hingga ia kembali menarik uluran tangannya melihat layar ponsel Ruki dengan lebih konsentrasi(?), membuat Ruki yang sudah hampir menerima ponsel itu segera melebarkan matanya, sadar akan apa yang dilihat Reita dalam ponselnya.
“Reita-senpa—“
“Oi ! ayo kembali ke kelas!”, Ajak Uruha yang sudah beranjak dari mejanya dan menghampiri Reita.
“kembalikan!!”, Ruki buru-buru berusaha merebut ponselnya dari tangan kakak kelas bernosebandnya itu menyadari Uruha semakin mendekat kearah mereka. namun Reita malah tersenyum dan berlaku seperti bagaimana Saga mempermainkan Ruki tadi ==”, “Reita senpai, apa yang kau—“
PLUK!
Uruha refleks menerima ponsel yang dilemparkan padanya, “apa in—“, Dan Uruha mengernyitkan dahinya melihat fotonya sendiri di layar ponsel di tangannya, itu saat ia tengah menyeruput minumannya beberapa saat yang lalu bersama Reita.
Ruki menepuk jidatnya saat Uruha mengalihkan tatapannya dari ponsel dan beralih menatapnya dengan tatapan horor sementara Saga terkikik di belakangnya.
“kau sangat mengagumi Uruha sampai mengambil fotonya diam-diam dan menjadikannya wallpaper ponsel?”, Reita tersenyum iseng sedikit menggoda Ruki.
“ha? wa-wallpap—“
SAGA BRENGSEK!!!!
“tidak! itu bukan—eeeehhh!!!“, Ruki buru-buru menangkap ponsel yang melayang dengan indahnya ke arahnya karena dilemparkan Uruha.
“Maniak!”
“…….”
“Menjijikan!”
“…….”
“cih!”, Uruha segera beranjak dari tempatnya meninggalkan Reita.
“eh? Oi ! Uruha!! ah, Ruki maaf, jangan diambil hati, jangan marah ya”, Reita sedikit menepuk-nepuk bahu Ruki, “ah, aku duluan!”, Reita segera berlari mengejar Uruha setelah berpamitan, “Oi, Uru!!”
Saga menghampiri makhluk minis di depannya yang terlihat membatu, laki-laki berambut hazel itu menepuk-nepuk bahu Ruki. “cepcep….mungkin dia itu memang straight sepertiku, sepertinya ini waktunya kau menyerah”, Saga menggelengkan kepalanya pelan, “aku turut berduka—oeeekkkkk!!!”, tanpa aba-aba Ruki mencekik-cekik Saga membabi buta.
☆ナチュラルセンス☆ (◕‿◕✿)
Saga memainkan netbooknya sambil sesekali melirik Ruki yang masih memasang tampang masam gara-gara keisengannya di kantin tadi. “oi, ambilkan aku air minum!”
“ambil sendiri!”
“aaah kau benar-benar marah denganku, baiklah-baiklah, terserah toh sebentar lagi kau pergi dari sini…”, Saga kembali melanjutkan konsentrasi ke netbook-nya.
“dua malam satu hari lagi, apa kau akan benar-benar menendangku jika aku belum juga mendapatkan pekerjaan?”, tanya Ruki tiba-tiba.
“tentu saja”, tanggap Saga masih berkutat dengan netbooknya.
“aku benar-benar tidak mau kembali lagi ke rumah itu”
“itu urusanmu”
“aku takut”
Saga kembali melirik Ruki, kata-kata anak itu sedikit menyita konsentrasinya.
“setiap kata-katanya membuatku merasa rapuh”
“……”
“aku bisa mati kalau terus tinggal bersama orang berlidah pedang seperti—“
BLUKH!
Saga melemparkan sebuah bantal sofa tepat membentur wajah Ruki. “apa kau sedang mengigau?”
“bukan, aku sedang mendramatisasi keadaan”, jawab Ruki datar.
“oh, agar aku bersimpati dan memperpanjang waktu tinggalmu di sini?”
“mungkin”
“daripada melakukan hal konyol macam itu, kenapa kau tidak pergi mencari pekerjaan? Itu satu-satunya cara untuk membuatmu tinggal lebih lama di sini!”
“ayolah Saga!!! mana mungkin aku bisa mendapat pekerjaan dalam waktu satu hari !!”
“siapa kemarin orang yang dengan percaya dirinya mengatakan akan mendapatkan pekerjaan dalam waktu dua hari !?”
“itu dua hari !!! sekarang waktunya tinggal satu hari lagi !”
“kenapa kau tidak berusaha mencari pekerjaan saat pulang sekolah tadi?”
“aku sedang tidak mood”, Ruki kembali mencebil.
“kalau begitu cepat bereskan barang-barangmu, aku percepat waktu kepulanganmu besok”
“APA??!!”
☆ナチュラルセンス☆ (◕‿◕✿)
“DIA PUNYA FOTO URUSAMA DI PONSELNYA?!”, kedua pengikut Uruha acting shock sambil tetap mengkuti pangeran sekolah nomor satu BHS itu di koridor menuju kelasnya.
“dan dijadikan wallpaper!”
“oh iya, dia punya fotomu dan dijadikan wallpaper”
“kira-kira apa maksudnya itu?”
“sudah jelas dia maniak Urusama! Dia mengincarmu, dia menginginkanmu”
“menginginkanku?”, Uruha memegangi dagunya, “BERANI SEKALI MAKHLUK CEBOL ITU MENGINGINKANKU!!!!”, Uruha berteriak keluar jendela koridor membuat orang-orang yang lalu lalang di koridor dan di bawah gedung sekolah serempak menoleh ke arahnya. Tanpa perduli reaksi siswa-siswi lain, Uruha kembali melanjutkan perjalanannya menuju kelasnya. sepertinya Uruha sedikit bersemangat pagi ini, “jadi….dia menginginkanku dalam arti apa itu?”
“he?”, kedua pengikut Uruha saling berpandangan sejenak.
“kau tahu kan Urusama, maniak itu tidak sehat. Dia hanya mementingkan kepuasan, kau bisa saja dianiyaya olehnya”
“hah? dianiyaya?”
“dia hanya ingin dirinya merasa dipuaskan oleh korbannya”
“dipuaskan?”
“misalnya melakukan BDSM”
“BDSM???!!”
“karena itu berbahaya dekat-dekat dengan seorang maniak!”
JDUK!
JDUK!
Uruha tiba-tiba menjitak kepala kedua orang pengikutnya, “mana mungkin si cebol itu bisa melakukan itu padaku!! Dia lebih pantas jadi korbannya, biar aku saja yang jadi maniak—“
“……”
“……”
Uruha menghentikan langkahnya menoleh ke belakang dimana kedua pengkutnya terbengong-bengong, “apa yang kalian dengar barusan?”, Kedua pengikut Uruha buru-buru menggelengkan kepalanya. “ah ya, kalian pasti pernah melakukan yang namanya terpeleset lidah kan?”, kedua pengikut Uruha mengangguk-anggukan kepalanya semangat, “ya, begitulah…. Seperti itulah contohnya haha…”, Uruha tertawa garing.
Saat Uruha hampir mengambil langkahnya untuk melanjutkan perjalanannya ke kelas, sesuatu di bawah gedung sekolah sana tiba-tiba menyita perhatiannya. Uruha melihat makhluk boncel itu baru turun dari motor Sport Kawasaki Ninja 250 R hitam (wakak) di tempat parkir sekolah. Dan laki-laki kerempeng si pemilik motor itu mendorong kepala Ruki namun makhluk minis itu malah tampak tertawa dengan perlakuannya, Uruha mengernyitkan dahi, sampai beberapa saat kemudian laki-laki kerempeng itu menarik tubuh Ruki dan merangkul bahunya. Uruha melihat mereka dalam keadaan seperti itu sampai menghilang masuk ke ruang loker.
“Urusama?”
“tekanan darahku…”
“he? ada apa Urusama?”
“KENAPA TEKANAN DARAHKU NAIK??!!!”
☆ナチュラルセンス☆ (◕‿◕✿)
KRIIIIIIIING!!!
Semua siswa-siswi kelas 2-3 serempak membereskan alat-alat tulis mereka dan berhamburan keluar kelas setelah mendengar bel istirahat.
“kau tidak mau ikut denganku?”
“aku lagi males keluar, lagipula ini kan tugasmu sekarang! sana-sana!”, Saga mengisyaratkan Ruki untuk pergi dengan tangannya.
“iya-iyaaaaa!!”, Ruki beranjak keluar kelas dengan agak lesu.
Saga memperpanjang waktu tinggal Ruki asal dia kembali menjadi partnernya, partner-in-crime-nya! Sebelum Ruki mendapatkan pekerjaan part-time-nya, maka mendapatkan foto-foto Uruha dan Aoi adalah pekerjaan sampingannya untuk sekarang. kalau Ruki ingin keluar dari keadaan seperti itu maka cepatlah mendapatkan pekerjaan Ruk!!
Sebenarnya Saga tidak benar-benar mempercayainya untuk melakukan pekerjaannya, memangnya mengambil foto dengan asal jepret? Dan lagi harus ada tema dan kalau bisa ada skandalnya, atau informasi baru yang berhubungan dengan mereka. itu yang Saga cari sekarang ini, tapi daripada ia memperpanjang waktu tinggal Ruki tanpa alasan, maka sedikit mengerjainya tidak apalah, toh itu ciri khas Saga sekali.
Saga merogoh tasnya mengambil sebuah manga, dia sedang malas membuka website-nya karena pasti tetap dalam keadaan sepi. menaikan satu kakinya ke atas bangku dan mulai membaca manga dalam keadaan seperti itu.
Beberapa saat ia tampak asik tenggelam dalam cerita manga yang dibacanya. Sampai ia membuka lembar ke sekian halaman manganya tiba-tiba ada scene si tokoh utama laki-laki dan perempuannya mendadak(?) tempel bibir membuat Saga menaikan satu alisnya. Scene ciuman kok mendadak?
Saga tidak terlalu ambil pusing, dan ia kembali melanjutkan membacanya. Namun….
Pikirannya tidak membaca manga itu lagi.
ia jadi teringat……tidak pernah melihat ketua osisnya lagi sejak terakhir ia menabraknya di koridor beberapa hari yang lalu.
SREG!!
Saga mengangkat wajahnya melihat ke arah pintu kelas yang baru saja dibuka.
“kau?”
“ada apa?”, Saga menaikan sebelah alisnya, sedikit merasa aneh melihat kakak kelasnya yang berpenutup hidung itu berdiri di ambang pintu kelasnya.
“kau teman dekat Ruki itu kan?”
“tidak juga”
“ah, dimana dia?”
“baru saja keluar, mencari angina segar?”, jawab Saga kembali membuka lembar manganya.
“hm, baiklah. thanks”
“yo!”, Ucap Saga tanpa melihat kakak kelasnya itu kembali menutup pintu kelas. Saga kembali berusaha focus membaca manganya, sampai beberapa lembar telah ia baca, pintu kelasnya kembali terbuka, sedikit mengganggu konsentrasinya.
“Saga…”
Saga kembali melirik pintu kelasnya sampai ia menemukan dua orang siswa teman sekelasnya berdiri di sana, “ada apa?”, tanya Saga.
“kau dipanggil kakak kelas, dia menunggumu di belakang sekolah”, kata salah seorang dari siswa itu.
“kakak kelas? Siapa?”, Saga mengernyitkan dahinya.
Kedua siswa itu tampak saling berpandangan singkat, “dia bilang agar kami tidak memberitahumu, jadi kau datang saja ke sana kalau ingin tahu”
☆TBC☆ (◕‿◕✿)
=_=”) ini seperti membuang-buang waktu, tapi yasudahlah, jadinya seperti ini XD chapter depan saia akan berusaha membuatnya lebih berbobot (emang sejak awal gak ada yg berbobot==)
No comments:
Post a Comment