Author : Rukira Matsunori
Rated : T
Genre : AU/ gajeromance/ BL (MaleXMale)
Fandom(s) : the GazettE, alicenine, A(ACE), ViViD, ScReW, D=OUT,
Versailles, dkk?
Pairing(s) : Uruha x Ruki? Ruki x Uruha?, Tora x Saga.
Chapter(s) : 16
Warning : bahasa sakarep, ancur! Jangan anggap serius FIC ANEH ini!!! DON’T LIKE DON’T READ!!
Length : 16 pages (4.631
words)
Note : eee~ menggelikan! tapi ini cerita yang ada di otak saia m(_ _)m
shitnetron mode ON!
Chap 16 : ☆~Realize~☆
Natural Sense ★~♪
☆ナチュラルセンス☆
Diam-diam Ruki mencuri pandang ke arah Aoi dan beberapa fangirlsnya
di salah satu meja kantin. Saat mereka lengah Ruki akan mengangkat ponsel di
tangannya dan mengambil gambar Aoi. Sejauh ini, selama ia duduk di salah satu
meja kosong kantin itu tanpa membeli apa-apa, sudah ada beberapa foto Aoi dalam
ponselnya.
Melihat beberapa foto yang ia dapatkan, Ruki sadar Aoi selalu
tampak tersenyum dalam fotonya. Dia tampak begitu ramah menanggapi beberapa
fangirls di sekelilingnya, mereka terlihat ngobrol dengan akrab dan bersahabat,
kadang dia tertawa dengan sebuah candaan, itulah perbedaannya dengan Uruha.
Dalam setiap fotonya yang ditunjukan Saga kemarin, Ruki tak menemukan satupun
foto Uruha tersenyum apalagi tertawa lebar berinteraksi bersama para fansnya.
Betapa arogan dan pelitnya orang itu. Sepertinya Uruha memang tidak sembarangan
bergaul dengan orang, dan tidak dengan murahnya menunjukan senyumannya di depan
umum?
Tapi Ruki pernah melihatnya tertawa dan tersenyum, itu sangat manis
sekali. Mungkin tidak banyak orang yang pernah melihatnya, terkecuali Reita.
Ya, hanya di depan Reita, Ruki pernah melihatnya tertawa dan berbicara dengan
bebas, tersenyum. Sepertinya hanya orang-orang tertentu saja yang beruntung
mendapatkan perlakuan seperti itu dari Uruha, orang seperti Ruki jangan pernah
berharap mendapatkan senyuman mahal Uruha.
“Kena kau!”
“eeeehh??”
Salah seorang yang Ruki tahu sebagai pengikut Uruha tiba-tiba
merampas ponselnya saat ia tengah hendak mengambil foto Aoi untuk terakhir
kalinya hari ini.
“apa yang kau lakukan? Kembalikan ponselku”, pinta Ruki.
Kedua orang yang kalau dilihat-lihat hampir mirip tapi tidak mirip
itu tersenyum meremehkan, “selain mengincar Uru-sama, kau juga mengincar Aoi
ya? maniak? Hahaha”
“apa?”
“kembalikan ponselnya”
Ruki menoleh ke belakangnya mendengar suara seseorang yang begitu
familiar di telinganya.
“Reita-sama”, kedua orang pengikut Uruha itu kompakan.
“ayo kembalikan ponsel Ruki!”, suruh Reita, dibarengi dengan
isyarat matanya.
“h-hai”, salah seorang dari kedua orang itu segera menyerahkan
kembali ponsel ditangannya pada Ruki.
“mana Uruha? tumben kalian tidak mengawalnya?”
“aa…Urusama, dia….”
“dia menyuruh kami untuk lebih dulu kemari, sepertinya ada sesuatu
yang ingin dia lakukan tanpa kami”
“hm…”, Reita mengaggukan kepalanya, “mau makan bareng dengan kami?”,
tanya Reita iseng.
“aa tidak, kami sudah mendapatkan meja kami, permisi Reita-sama”
“permisi”, kedua orang itu sedikit menundukan kepalanya pada Reita
lalu segera ngibrit kembali ke meja mereka yang hanya terhalang satu meja dari
meja Ruki.
“Reita-senpai”
Reita menekan kedua bahu Ruki untuk kembali duduk di kursi, “mau
pesan sesuatu?”, tanya Reita tersenyum.
“ah tidak! lagipula aku akan kembali ke kelas sekarang”
“kenapa buru-buru? Kau belum memesan apapun kan? Ayolah, aku
teraktir”
“tidak! tidak! tidak! aku tidak mau merepotkanmu, terimakasih
banyak”
“aku tidak merasa direpotkan”
“tapi aku tidak enak haha”, Ruki menggaruk-garuk belakang
kepalanya.
Reita tersenyum membuat kedua mata sipitnya tampak merem. “baiklah,
kalau begitu ayo ngobrol sebentar”
“he?”
Reita menyangga dagunya dengan sebelah tangan, “kau mengambil foto
Aoi?”, tanyanya masih tersenyum.
“ah itu, ano…”, Ruki kembali menggaruk-garuk belakang kepalanya
tampak gugup, ia tidak tahu Reita juga memergokinya mengambil foto Aoi dan ia
tidak bisa mengatakan itu sebagai kerja sambilannya untuk tetap bisa tinggal di
rumah Saga.
“selain Uruha, kau mengagumi Aoi juga?”
“heeeeeeee???!! Bukan begitu!!!”, mendadak Ruki panic mengingat
Reita menemukan foto Uruha sebagai wallpaper ponselnya kemarin. “kau salah
paham Reita-senpai, soal kemarin itu….itu bukan pekerjaanku! Kau tahu kan? Saga
temanku yang kemarin, dia itu jahil. Itu keisengannya!!”, Ruki berusaha
menjelaskan sedikit tergesa-gesa. “tolong jangan salah paham! Aku mana mungkin
melakukan hal seperti itu”
Reita tertawa kecil, “kalau dipikir-pikir, memang kau sepertinya
tak akan melakukan hal seperti itu”
“benar! lagipula untuk apa menjadikan foto orang yang kubenci
sebagai wallpaper”, Ruki menggerutu.
“kau membenci Uruha?”
“tentu saja! memangnya kenapa aku sampai keluar dari rumah itu?
karena aku tidak tahan dengannya, aku tidak tahan harus satu atap dengan orang
bermulut pedas seperti dia, aku membencinya”, Ruki nyerocos dalam sekali helaan
nafas. Reita kembali tertawa kecil mendengar kata-kata makhluk minis di
hadapannya, “eh, Reita senpai tidak tahu aku keluar dari rumah keluarga Yuuji”,
Ruki merasa keceplosan.
“aku tahu, Uruha sudah mengatakannya padaku”, Reita kembali
menyangga dagunya dengan sebelah tangan menatap Ruki, “Uruha sebenarnya tidak
seperti itu lho, sebenarnya dia mempunyai pribadi yang manis. Aku yakin kau
tidak bisa membencinya jika tahu hal itu”, Reita tersenyum. Ruki hanya menatap
kakak kelas di hadapannya tanpa berkomentar apa-apa. “jika dia sudah merasa
dekat dengan seseorang, dia akan menggantungkan kepercayaannya. Meski dari luar
dia tampak tidak berperi kemanusiaan, meski dia sering melontarkan kata-kata
kasar, dia sangat mempercayaiku….. Dan aku mempercayainya”
Ruki sedikit meremas kedua telapak tangannya di bawah meja, “maaf,
aku tidak bermaksud menjelek-an Uruha di depanmu”, Ruki sedikit menunduk.
“haha… aku hanya ingin kau tahu, dia tidak seburuk itu. aku sudah
mengenalnya hampir 10 tahun, sementara kau baru-baru ini, jadi wajar jika kau
merasa seperti itu”, Reita meraih ujung kepala Ruki dan mengusapnya, “kau akan
mengerti saat merasakannya sendiri suatu saat nanti, menjadi orang tempat dia
menggantungkan kepercayaannya……kau pasti akan merasakannya”, Ruki hanya
terbengong sementara Reita tersenyum semakin mengacak-acak rambutnya.
“Reita-senpai…..tolong jangan salah paham”
Reita menggelengkan kepalanya, “aku hanya merasa akan seperti itu”
“tidak, satu-satunya teman baik Uruha adalah kau! aku tidak pantas—“
Reita mengangkat satu jari telunjuknya mengisyaratkan Ruki untuk
tidak melanjutkan kata-katanya, “jangan bersikeras mengelak seperti itu, atau
aku jadi sedikit meragukanmu”, Reita tersenyum tipis membuat Ruki membatu. “oh
ya, mengenai tempat tinggalmu sekarang….apa kau betah?”, Reita tiba-tiba
mengalihkan pembicaraan, tapi sejak awal memang itu yang ingin ia bicarakan
dengan Ruki.
“o, ya… lumayan”, Ruki tersenyum maksa. Daripada tinggal di kolong
jembatan, tentu lebih mendingan menjadi babu dan pesuruh Saga di rumahnya.
“aku mendengar berita yang kurang mengenakan tentang teman baikmu
itu. dia tidak membiarkanmu tinggal di rumahnya dengan memanfaatknmu kan?”
Sepertinya Saga memang dikenal punya reputasi jelek, dan anggapan
orang-orang itu tidaklah salah, memang sesuai kelakuannya. “aa… tidak, sama
sekali tidak haha”. Terlihat sekali di mimic wajah Ruki kalau ia sedang
memaksakan dengan jawabannya, Reita tahu itu.
“aku hanya ingin menawarkan tempat tinggalku jika kau mau. Kau bisa
tinggal sampai kapanpun dan tanpa pemanfaatan apapun, 100% ketulusan hatiku”,
Reita tersenyum charming memegangi dadanya.
“he?”
☆ナチュラルセンス☆ (◕‿◕✿)
Kedua pengikut Uruha terlihat sumringah menemukan tuan(?) mereka
yang semenjak tadi mereka tunggu di kantin tengah duduk di bangkunya di
kelasnya. Uruha hanya melirik sekilas kedua pengikutnya yang menghampirinya,
mereka terlihat membawa sekantong makanan, mungkin untuk mereka bawakan pada
uruha?
“Urusama, kami menunggumu di kantin”
“ah apa urusanmu sudah selesai?”
“hn”, tanggap Uruha kembali memalingkan wajahnya ke arah jendela.
Kedua pengikut Uruha mendudukan diri mereka di bangku samping dan
depan Uruha, meletakan sekantong makanan yang mereka bawa, “oh ya Urusama, kau
tahu? tadi kami melihat anak itu di kantin”
“benar, dan dia ketahuan sedang mengambil foto Aoi”
Uruha memalingkan wajahnya ke arah salah seorang pengikutnya yang terakhir
berbicara, “selain kau, sepertinya Aoi juga jadi sasarannya”
“jangan-jangan dia itu memang mengincar pangeran-pangeran sekolah
ini, aku khawatir Tora-sama juga diincarnya”, kedua pengikut Uruha mengangguk
bersamaan. “ah! Jangan-jangan Reita-sama juga!”
“benar, sepertinya Reita-sama sudah diracuni sesuatu olehnya”,
gumam salah satu dari mereka.
“kau dengar tadi, sepertinya aku mendengar Reita sama menawarkan
untuk tinggal satu rumah dengannya”
Uruha diam, tidak berkomentar apapun mendengar perbincangan kedua
pengikutnya.
“oh aku dengar, wah benar-benar maniak yang berbahaya. Reita-sama
dalam bahaya kalau sampai mereka tinggal satu rumah”
“wajah polosnya benar-benar menipu. Mungkin dia mengguna-guna
Reita-sama dengan wajah polosnya itu hahahah”, kedua pengikut Uruha tertawa
bersamaan. “tapi itu tidak mempan untuk Urusam—“
“Berisik kalian!”, Ucap Uruha tiba-tiba dengan nada yang tegas
membuat kedua pengikutnya hening seketika.
☆ナチュラルセンス☆ (◕‿◕✿)
Saga menatap langit-langit UKS sambil terbaring di atas ranjang di
ruangan serba putih itu. rasanya sudah lama dia tidak membolos dari pelajaran,
terakhir dia melakukannya saat masih kelas satu dulu, Saga lumayan sering
membolos melewatkan satu atau dua pelajaran yang tidak dia sukai. Dan ini
adalah kali pertama dia membolos dengan tiduran di UKS sejak ia menginjak kelas
dua.
Saga menyentuh sudut bibirnya dan sedikit cengiran menghiasi
wajahnya. Itu karena kejadian saat istirahat tadi, dia tidak menyangka dengan
memenuhi panggilan seseorang itu ke belakang sekolah akan berakhir dengan lebam
di sudut bibirnya.
Saga memutuskan untuk mampir ke UKS hanya untuk sekedar meminta
alcohol pada Rookie sensei agar rasa sakit di sudut bibirnya sedikit berkurang,
namun setelah tiduran beberapa menit di ranjang dia jadi malas harus beranjak
ke kelas ditambah moodnya terasa tidak mendukung untuk mengikuti pelajaran
setelah mendapatkan lebam di sudut bibirnya, apalagi setelah istirahat adalah
pelajaran matematika dan meski Rookie sensei sudah memperingatkannya agar tidak
membolos Saga tetap ngeyel tidak mau turun dari ranjang dan malah berakting
tidak enak badan.
Tok…Tok…Tok…
“ya, masuk saja!”, Rookie sensei berseru pada seseorang di luar
ruangannya tanpa mengalihkan pandangannya menulis sesuatu di atas meja
kerjanya.
Saga sedikit menengok ke arah pintu UKS sambil tiduran, sampai
seseorang di luar sana membuka pintu dan menunjukan sosoknya.
“permisi…sensei”
Saga refleks membalik tubuhnya membelakangi pintu UKS dan Rookie
sensei, melihat siapa orang yang baru masuk ke ruangan.
Kenapa orang itu kemariiiii???
“oh, Amano…..ada apa?”, Rookie sensei mulai menyimpan pekerjaannya
di atas meja dan mengalihkan perhatiannya secara penuh pada murid nomor satu BHS
itu.
“maaf apa saya mengganggu?”
“sama sekali tidak, ada apa?”
“saia ingin meminta tanda tangan untuk proposal-proposal”
“oh”, Rookie sensei menganggukan kepalanya, “baiklah, kemari”,
sensei berambut putih perak itu mengulurkan tangannya mengambil proposal dari
tangan Tora, dan dia membawanya ke mejanya, memberikan beberapa tanda tangan di
atas kertas-kertas yang lumayan banyak itu.
Sementara Rookie sensei asik memberikan tanda tangannya, murid yang
berada di samping kursinya tampak melirik ke arah ranjang UKS merasa familiar
dengan proporsi tubuh seorang murid yang terbaring membelakanginya.
Merasakan sesuatu, Rookie sensei berhenti dengan pekerjaannya
memberikan tanda tangan dan menoleh ke arah murid yang berperawakan lebih
tinggi darinya yang setia berdiri di sampingnya, namun ia mendapati Tora
menatap ke arah ranjang UKS.
“ah anak itu…”, Rookie-sensei menunjuk ke arah Saga dengan balpoin
di tangannya. “dia membolos, sebagai ketua osis coba kau peringatkan dia.
Sepertinya murid-murid di sini lebih takut padamu daripada guru”, ujar sensei
berjas putih itu sembari berdiri dari kursinya dan memasukan balopinnya ke saku
kemejanya.
Saga sedikit menggigit bibir bawahnya mendengar perkataan Rookie
sensei. Dia tidak mau berhadapan dengan kakak kelasnya itu dalam keadaan dan
tempat seperti ini.
“itu tidak benar sensei haha…”
Rookie sensei menggeser proposal di atas mejanya agar posisinya
lebih ke tengah, “kau tunggu sebentar Amano, masih banyak yang belum ditanda
tangani, aku ke toilet sebentar”
“ah iya”
Saga segera mambangunkan tubuhnya mendengar sensei UKS itu
berencana pergi keluar, itu buruk! Saga tidak mau tertinggal hanya berdua
dengan ketua Osis BHS itu dalam ruangan ini, “Sens—“
Ckrek.
Pintu UKS itu telah tertutup rapat berikut lenyapnya sosok sensei
berambut putih perak itu, meninggalkan Tora berdiri di samping meja
kerjanya.
“kau sudah bangun?”, Tora tersenyum tipis melihat adik kelasnya
sudah terduduk di ranjang, menatapnya dengan tidak nyaman.
“kelihatannya?”
“kau sakit?”
“tidak! aku kebelet tapi nyasar ke sini”, jawab Saga ketus.
“kau tidak suka basa-basi ya, Sakamoto”
“apapun yang keluar dari mulut anda kaichou-sama, tidak ada yang
aku sukai”, Saga tersenyum, tapi dia tidak benar-benar tersenyum. Hanya sebuah
senyuman sinis, yang menutupi perasaan canggungnya. Saga tidak ingin bertemu
dengan ketua osis BHS itu dalam keadaan saling berhadapan langsung seperti
keadaan sekarang ini, apalagi dalam ruangan sepi seperti UKS. Dia tidak
menyangka kakak kelasnya itu akan datang ke sana, dan kenapa Rookie sensei
harus pake acara ke toilet segala.
Saga menurunkan kedua kakinya ke lantai hendak segera keluar dari
ruangan, namun tiba-tiba ia mengernyitkan dahinya mendapati Tora sudah berdiri
di hadapannya. Tora merendahkan kepalanya sedikit membungkuk menengok sesuatu
di wajah Saga yang ia rasa ganjil, “lebam”, Tora sedikit menyentuh sudut bibir
Saga, namun segera ditepis adik kelasnya itu. “kau berkelahi atau apa?”
“bukan urusanmu!”
“apa kau tidak bosan mengatakan dua kata itu?”
“memang bukan urusanmu!!”
Tora tertawa kecil sedikit memalingkan wajahnya ke samping,
“baiklah bukan urusanku”
“minggir!”, Saga sedikit mendorong tubuh ketua osis BHS itu agar ia
bisa berdiri, namun Tora segera menarik tangan yang mendorong dadanya membuat
si pemilik tangan itu terkejut dan sontak berusaha melepaskan paksa tangannya
membuat kakinya berbenturan dengan bibir ranjang hingga ia kembali terduduk.
“apa-apaan kau?!”
Tora menyentuh kedua bahu adik kelasnya dan kembali merendahkan
kepalanya, “urusanku adalah…..kita lihat apakah kau sudah menjadi kisser yang
lebih baik?”, senyuman tipis Tora berkembang semakin melebar seiring melebarnya
kedua mata Saga.
“apa maksudmu melakukan ini sebenarnya?”, Saga menatap tajam kakak
kelas di hadapannya, “selain maniak tante-tante, apa kau juga suka melecehkan
sesama jenismu?”
Tora kembali tertawa kecil, “rendah sekali reputasiku di matamu”
“memang kenyataannya kau seperti itu!”
“salah, aku hanya suka melecehkanmu”
BRUKH!!
Saga mendorong kuat dada kakak kelasnya itu menjauhkan tubuhnya
darinya, “ketua Osis yang tidak bermoral”
“haha….sebutan baru lagi untukku?”
“tidak apa-apakan? semua sebutan itu memang sesuai denganmu”
Tora memasukan kedua tangannya ke saku celana seragamnya, “aku
tidak keberatan selama kau yang membuat sebutan-sebutan itu”
Saga menaikan satu alisnya, “apa kau sedang mengigau Kaichou-sama?
sepertinya kau salah sasaran melemparkan rayuan mautmu padaku”
“selama kau cantik, berarti aku tidak salah sasaran”
“hah?”, Saga menatap ketua Osisnya tidak percaya. “kau kemasukan
setan? Dan siapa yang kau bilang cantik hah?!”, Saga mengangkat bantal di
tangannya hendak ia lemparkan ke arah kakak kelasnya sampai tiba-tiba terdengar
suara pintu terbuka.
Tora dan Saga menoleh ke arah pintu dan melihat Rookie-sensei
memasuki ruangan, dan Saga mengurungkan niatnya melemparkan bantal, segera
kembali meletakannya di tempat semula, “ada apa? aku mendengar suara keras, apa
kalian sedang bertengkar?”, tanya Rookie sensei menatap kedua muridnya.
“tidak haha….aku hanya memperingatkannya agar tidak bolos lagi”
“hm….baguslah”, Rookie sensei kembali menutup pintu, “sebentar lagi
pelajaran terakhir Sakamoto, sebaiknya kau kembali ke kelasmu, sepertinya kau
sudah sangat sembuh”, ujar Rookie-sensei sembari mendudukan dirinya di kursi
dan hendak melanjutkan pekerjaannya menanda tangani proposal di atas meja
kerjanya.
“ya!”, Saga sedikit mendengus menggaruk-garuk belakang kepalanya
turun dari atas ranjang UKS dengan sangat terpaksa, kalau saja tidak ada Tora
di sana sekarang, dia akan tetap bersikeras bolos sampai pelajaran terakhir
selesai nanti. Saga berjalan dengan sedikit malas menuju pintu keluar sampai
tiba-tiba tubuhnya ditarik tangan seseorang yang berdiri di belakang kursi
Rookie sensei yang sedang khusyuk menyelesaikan pekerjaannya.
“argh!”
“hn?”, Rookie sensei menunda pekerjaannya sejenak menengok ke
belakangnya dan ia mendapati Saga tengah memegangi sudut bibirnya, “ada apa
Sakamoto?”
“he? tidak, aku ke kelas!”
Langkah Saga tampak lebih bersemangat dari sebelumnya, bahkan
terkesan agak berlari terburu-buru meninggalkan ruangan.
Rookie sensei menggeleng pelan, lalu kembali melanjutkan
pekerjaannya. “akhir-akhir ini aku tidak pernah melihat anak itu, aku bersyukur
mungkin dia sudah insyaf. padahal dulu dia anak tersering bolos kedua setelah
Akira”, gumam Rookie sensei.
“dia anak yang nakal”
“ya, kau harus lebih sering-sering memperhatikan murid-murid
seperti itu Amano. Tempat favorit mereka untuk membolos adalah atap sekolah,
belakang gedung sekolah dan UKS, coba kau sering-sering memantau tempat-tempat
itu”
“baiklah”
☆ナチュラルセンス☆ (◕‿◕✿)
Ruki memasukan sepatunya ke dalam loker sembari mencuri pandang ke
arah Saga yang tengah terduduk memakai sepatu di sebelah kakinya. Ruki mulai
mengunci kembali lokernya dan kembali melirik Saga, ia melihat sudut bibir
laki-laki berambut hazel itu sedikit kebiruan, sejak ia masuk di jam terakhir
tadi Ruki sempat menanyakan apa yang
membuat sudut bibirnya lebam begitu, dan Saga bilang itu gara-gara dirinya.
Ruki tidak mengerti tapi ia tidak bisa banyak menyakan pertanyaan termasuk
kenapa dia tidak masuk di jam setelah istirahat karena pelajaran tengah
berlangsung, Ruki tidak mau ketahuan guru yang tengah mengajar kalau ia
mengobrol. Dan Ruki ingin sekali lagi menanyakannya dan berharap mendapatkan
jawaban yang lebih jelas.
“Saga…tentang lebam di bibirmu—“
“kau masih penasaran?”, Saga berdiri memasukan sepatu kelasnya ke
dalam loker, Ruki segera menganggukan kepalanya antusias. Laki-laki berambut
hazel itu menatap Ruki sekilas, “lain kali deh, bukan saatnya kau ke-geer-an
sekarang”, ucap Saga santai lalu mengunci pintu lokernya.
“ha?”
“daripada penasaran dengan ini”, Saga menunjuk sudut bibirnya,
“sebaiknya kau pikirkan bagaimana caranya agar cepat mendapatkan pekerjaan!”
Mendadak senyuman Ruki terkembang mencurigakan, “kalau soal itu,
kau tenang saja hehe”, Ruki menepuk-nepuk lengan Saga.
“senyuman macam apa itu?”, Saga menaikan sebelah alisnya.
“oh ya, aku ingin bilang padamu kalau sekarang kita tidak bisa
pulang bareng”
“baguslah kalau begitu, aku juga mulai bosan memboncengmu tiap
hari”
“kau tidak tanya aku mau kemana?”
“mau kemana?”
Ruki kembali tersenyum mencurigakan, “ra-ha-si-a”
“baguslah, aku juga tidak mau tahu”, Saga melengos.
☆ナチュラルセンス☆ (◕‿◕✿)
Uruha masih asik memainkan game di ponselnya ditemani kedua
pengikutnya di kelas. Satu persatu murid-murid di kelas 3-2 keluar dari kelas
hingga hanya menyisakan si pangeran nomor satu BHS itu bersama kedua pengikut
yang selalu setia menemaninya bahkan di saat tak dibutuhkan sekalipun.
“Urusama, rasanya sudah lamaaaaa sekali kita tidak keluar bareng
hampir setahun ini, kalau kau tidak punya rencana malam ini, bagaimana kalau
kau ikut bersama kami?”
“aku akan keluar bersama Reita”, tanggap Uruha tanpa mengalihkan
konsentrasinya dari ponsel.
“o..ooh”, kedua pengikut Uruha membulatkan mulutnya bersamaan.
“yak!”, Uruha mengepal sebelah tangannya terlihat senang, tanda
game yang ia mainkan berhasil dimenangkannya, dan itu berarti tandanya waktu
mereka pulang. Uruha segera menarik tasnya dari hanger di samping meja
bangkunya, memasukan ponselnya ke saku kemejanya sambil berjalan keluar kelas
diikuti kedua pengikutnya, namun beberapa langkah ia keluar dari pintu kelas
tiba-tiba ponselnya berbunyi. Uruha menghentikan langkahnya untuk mengangkat
panggilan yang masuk.
‘Uruha!’
“hn?”, tanpa perlu melihat siapa orang yang memanggilnya, Uruha
sudah tahu kalau itu Reita. Uruha men-set nada dering yang berbeda untuk teman
baiknya itu (wkwk)
‘aku memanggilmu beberapa kali, kenapa baru kau angkat?’
“aku sedang main game”, jawab Uruha santai. Orang satu ini memang
tidak bisa diganggu kalau sedang bermain game. Dan Reita sudah tahu pasti
begitu. “ada apa?”
‘ah, ya. kau punya nomor ponsel Ruki?’
“kenapa menanyakan nomor ponsel anak itu padaku?”
‘aah, Tadi aku lupa menanyakan langsung padanya. Pelatih tiba-tiba
memanggilku untuk meeting mendadak, sedangkan aku sudah janji pergi bersamanya
langsung sepulang sekolah, sekarang dia pasti sedang menungguku’
“kalian janjian?”
‘iya, eh kau punya atau tidak?’
Uruha terdiam beberapa saat, “tidak, kau tanyakan saja sendiri”
‘ck! baiklah, kau dimana sekarang?’
“di depan kelas”
‘yatta! Aku berjanji menemuinya di depan area parkir, kalau kau
bertemu dengannya katakan aku ada meeting dulu mendadak, oke?’
“……”
‘ah kalau begitu sudah ya, thanks Uru temanku yang paling baik
sejagat! Jangan lupa sampaikan ya, bye’
Uruha memandangi ponselnya sejenak setelah Reita memutuskan line
teleponnya. Entah kenapa tiba-tiba ia merasa ingin melemparkan benda elektronik
itu jauh-jauh ke luar jendela, tapi ia sadar benda itu tidak melakukan
kesalahan.
“hei”, Uruha berbicara pada kedua pengikut di belakangnya, “aku
ikut dengan kalian malam ini”, ucapnya sebelum akhirnya kembali melanjutkan
perjalanan pulang mereka.
“eeehhh?? Kau serius Urusama!!”
“akhirnya!”, kedua pengikut Uruha terlihat begitu sumringah
akhirnya mereka bisa hang-out dengan tuan(?) mereka itu lagi setelah sekian
lama. Suatu kebanggan bisa keluar bermain bersama Uruha, akan ada banyak cewek
yang melirik saat mereka berjalan bersamanya. (walau tidak sedikit juga cowok
yang diam-diam meliriknya wkwk)
Uruha menuruni tangga keluar dari ruang loker menuju area parkir
masih diikuti kedua pengikutnya setelah sebelumnya mereka selesai mengganti
sepatu mereka. dan seperti apa yang dikatakan Reita, Uruha melihat Ruki berdiri
di depan area parkir tengah menunggu teman baiknya itu.
Ruki memainkan ponselnya untuk menghilangkan rasa bosan, dia tidak
tahu apa yang membuat kakak kelas bernosebandnya itu begitu lama untuk
menemuinya. Ruki mengalihkan pandangannya sebentar dari ponselnya berharap
Reita sudah berjalan di sana, turun dari ruang loker. Namun bukan Reita yang ia
temukan disana, Ruki malah melihat Uruha dan kedua pengikutnya berjalan menuju
ke arahnya, ah bukan! Mereka pasti manuju area parkir, Hanya kebetulan saja
Ruki berdiri di sana.
Uruha mendelik makhluk minis yang juga tengah memperhatikannya,
Ruki bisa merasakan delikan galak khas Uruha itu mengarah padanya. Ruki
memutuskan kembali focus pada ponselnya menghindar, sampai Uruha dan kedua
pengikutnya melewatinya menuju mobil mereka.
“hei…”
“eh?”, Ruki dikegetkan suara salah seorang pengikut Uruha yang
entah kenapa kembali dan mendatanginya.
“apa?”
“Urusama bilang, Reita-sama ada meeting mendadak di club basketnya”
“he?”
“itu saja”, dan salah seorang pengikut Uruha itu kembali
meninggalkan Ruki yang terbengong. Apa maksudnya itu? Kenapa Uruha tidak
menyampaikannya sendiri tadi? Padahal mereka berpapasan.
Ruki beranjak dari tempatnya berdiri, tanpa ia sadari langkahnya
membawanya ke area parkir dimana Uruha berdiri hendak masuk ke dalam mobilnya.
“Uruha…”
Laki-laki brunette itu mengurungkan niatnya untuk masuk ke dalam
mobil, melihat Ruki sudah berdiri di dekat mobil sportnya. Dia melihat Ruki
sibuk dengan ponselnya dan berjalan semakin mendekat kearahnya.
“aku sudah menghapus fotomu!”, Ruki menunjukan layar ponselnya pada
Uruha, “kalau kau tidak percaya kau bisa memeriksanya!”, Uruha menatap layar
ponsel Ruki lalu beralih menatap pemiliknya, “lagipula itu bukan pekerjaanku!
Itu kerjaan iseng Saga!”
Uruha merebut ponsel yang disodorkan padanya lalu membuka-buka
folder image yang ada disana. “kau menghapus fotoku?”
“iya”
Tiba-tiba Uruha membanting ponsel di tangannya membuatnya hancur,
membuat mulut Ruki menganga shock!
“Uruha! apa yang kau lakukan?!”, nada bicara Ruki sedikit meninggi,
tak percaya dengan apa yang dilakukan Uruha pada ponsel kesayangannya, ponsel
satu-satunya pemberian Kamijo-sama yang tidak mungkin bisa ia beli lagi setelah
ia memutuskan untuk keluar dari rumah keluarga Yuuji itu.
“kau bilang Cuma keisengan temanmu? Tapi di sana banyak foto
Shiroyama yang kau ambil sendiri kan? dasar maniak!”, tidak ada penyesalan sama
sekali di wajah uruha setelah ia membuat ponsel Ruki satu-satunya hancur, “kau
itu maniak sesama jenis! Setelah merayu Reita kau Menjual diri hanya untuk bisa
mendapatkan tempat tinggal, dan kau masih berani mengincar Shiroyama, aku tidak
tahu mungkin juga kau sedang berusaha mengincar Tora?”
“apa maksudmu aku merayu Reita?”
“he?”, Uruha menutup pintu mobilnya, “kau pikir aku tidak tahu? aku melihatmu malam itu , kau pura-pura mabuk
dan menciumnya! Mungkin dengan cara seperti itu kau mendapatkan korban
incaranmu kan? dan sekarang kau sudah berhasil mendapatkan Reita, sepertinya
dia begitu tergila-gila padamu padahal sebelumnya dia normal-normal saja
sebelum kau datang. Bahkan aku dengar kalian akan mulai tinggal bersama ya
sekarang? apa teman baikmu itu kurang memuaskanmu? aaah, kalau dipikir-pikir kau
juga pernah melakukan itu padaku kan? aku baru sadar kalau aku juga pernah jadi
korban ciuman Cuma-Cuma-mu itu, tapi sayang aku tidak mempan ya”
“Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan”
“AKU BILANG KAU MANIAK MENJIJIKAN!!!”
BUAKH!
“Urusama!”, Kedua pengikut Uruha segera menghampiri tuan(?) mereka
setelah kambali turun dari mobilnya. “Urusama, kau tidak apa-apa? aaah bibirmu
sobek!!!”, kedua pengikut uruha panik, “hei, apa yang kau lakukan pada Urusama
kami?!”, salah seorang dari pengikut Uruha mendorong sebelah bahu Ruki.
Uruha mengepal kedua telapak tangannya, “KAU!!!!”
“aku pikir kau akan berhenti membenciku setelah aku keluar dari rumah itu, kau sendiri yang mengatakannya akan berusaha untuk tidak membenciku kan?”, Uruha sedikit melebarkan matanya melihat air menetes dari sebelah mata Ruki, “tapi kau memang benar-benar membenciku rupanya. Bukan karena aku tinggal di rumah itu, tapi kau memang membenci pribadiku, kau benci semua yang ada padaku . itulah alasan kenapa semua yang kulakukan selalu salah dimatamu!”, Ruki berjongkok memungut ponselnya yang sudah berantakan dengan harapan masih bisa memperbaikinya lalu segera beranjak dari tempat itu.
“Oi ! Kau belum minta maaf pada Urusama!!”, salah seorang pengikut
Uruha hendak mengejar Ruki namun Uruha menahannya. “Urusama? dia sudah berani
memukulmu”
Uruha membuka pintu mobilnya tanpa mengatakan apa-apa sambil
memegangi sudut bibirnya yang sobek. Kedua pengikut Uruha tampak saling
berpandangan sedikit heran dengan sikap tuan(?) mereka.
☆ナチュラルセンス☆ (◕‿◕✿)
Reita sedikit berlari meninggalkan ruang club-nya sambil melihat
jam di sebelah tangannya. Dia tidak tahu meetingnya akan memakan waktu sampai
hampir dua jam, jika tahu akan begitu tadi seharusnya dia meminta Uruha untuk
menyuruh Ruki pulang saja, dan janjian lagi besok atau lusa mungkin? rasanya
kasian kalau sampai anak itu menunggu selama itu. tapi memangnya siapa yang mau
menunggu sampai dua jam? Sepertinya tanpa perlu disuruh pun Ruki akan pulang.
Tapi tetap saja Reita merasa tidak enak.
Reita memakai sepatunya dengan terburu-buru karena hari sudah
begitu sore dan ia segera mengunci loker. Laki-laki bernoseband itu keluar dari
ruangan dan melihat seseorang yang sangat ia kenal duduk membelakanginya di
tangga di depan ruang loker.
“Ruki?”
Makhluk minis itu menoleh saat mendengar suara seseorang yang
semenjak tadi ia tunggu-tunggu, “Reita senpai”, Ruki berdiri.
“aaah gomeeen!!! Aku tidak tahu akan selama ini, maafkan aku!
seharusnya aku meminta Uruha untuk menyuruhmu pulang saja tadi”, Reita
membungkukan tubuhnya.
“he? ahaha tidak apa-apa, lagipula kalau memang mau aku sudah
pulang saja dari tadi. Tapi aku sedang bersemangat hari ini haha…”
“aku benar-benar minta maaf”
“tidak apa-apa”, Ruki menggelengkan kepalanya. Reita tersenyum
mengacak-acak rambut adik kelas mungilnya itu, meski Ruki mengatakan tidak
apa-apa, Reita tetap merasa bersalah.
“apa itu? ponselmu?”, tanya Reita menunjuk apa yang tengah dipegang
Ruki.
“oh iya, haha…ini rusak, aku sedang berusaha memperbaikinya, tapi
tidak juga menyala. Sepertinya ada komponen bagian dalamnya yang rusak”
“kenapa bisa begini?”, Reita mengambil ponsel rusak itu dari tangan
Ruki.
“itu…….terjatuh”
“jatuh? kau yakin Cuma jatuh? kalau Cuma jatuh dari tanganmu ke
tanah, tidak akan sampai separah ini. apa jatuh dari atas gedung sekolah?”,
tanya Reita setengah bercanda.
“ee, iya, dari atas gedung sekolah haha”
Reita mengernyitkan dahinya, “sepertinya ini sudah tidak bisa
diperbaiki, kalau pun bisa pasti ada banyak kecacatan fungsi”
“separah itukah?”
Reita menganggukan kepalanya, “sebaiknya beli yang baru saja Ruk”
“haha…beli yang baru? Kau tahu sendirikan Reita senpai, bahkan
mendapatkan pekerjaan sekarangpun belum tentu, kalau sudah dapatpun paling
habis kupakai makan dan kubayarkan sewa tempat tinggal Saga”, Ruki
menggaruk-garuk belakang kepalanya.
“kau kan sudah jadi cucu Kamijo-jiichan, meski tidak tinggal di
rumahnya lagi kau tetap cucunya, hanya untuk sekedar satu ponsel tidak
apa-apakan kau minta padanya hahaha”
Ruki tersenyum tipis, “tidak, sudah dibiayai sekolah saja aku sudah
merasa sangat bersyukur. Lagipula aku sudah bertekad untuk hidup mandiri, aku
tidak mau lebih merepotkannya lagi”
Reita menggaruk bawah pipinya, “kalau begitu seharusnya kau terima
tawaran tinggal di rumahku, gratissss!!! Dan kau bisa menggunakan hasil kerjamu
untuk sesuatu yang lain”
“aku justru merasa tidak enak kalau begitu! kau juga sudah membantuku
menemukan pekerjaan sekarang, terimakasih banyak Reita-senpai, aku sangat
menerima kebaikanmu! Tapi sepertinya aku lebih merasa nyaman di tempat Saga”
“aku baru tahu kau anak yang keras kepala seperti ini”, Reita
menghela nafas, lalu tersenyum. “tapi sama-sama! aku juga sangat menerima rasa
terimakasihmu Rukichan”, Reita kembali mengacak-acak rambut Ruki, segera
merangkul adik kelas mungilnya itu menariknya berjalan ke area parkir dimana
dia memarkir mobilnya, “tapi sayang sekali padahal aku bermaksud meminta nomor
ponselmu, keburu rusak”, gumam Reita.
“ahaha…”, Ruki tertawa dirangkulan kakak kelas bernosebandnya itu
namun beberapa saat kemudian wajahnya melembut, “Reita-senpai, boleh aku tanya
sesuatu?”
“hn?”, Reita melepaskan rangkulannya saat mereka sudah sampai di
depan mobil dan mematikan kunci otomatis mobilnya. “katakanlah..”
Ruki menundukan kepalanya sejenak lalu kembali mengangkatnya
memberanikan diri menatap langsung kakak kelasnya, “malam ketika aku mabuk
waktu itu……..aku menciummu?”
Reita terdiam beberapa saat atas pertanyaan tiba-tiba Ruki, “ahah…memangnya
siapa yang bilang begitu?”
“Uruha”
Reita kembali terdiam. “dia melihatnya?”
“ternyata benar ya?”, Ruki sedikit menggaruk-garuk belakang
kepalanya merasa canggung, “aku benar-benar tidak bertanggung jawab, padahal
sudah melakukan hal sekotor itu tapi aku benar-benar tidak mengingatnya sama
sekali, maafkan aku”, Ruki membungkukan tubuhnya dalam.
“ahah tidak, aku tidak merasa itu masalah besar untukku. Lagipula aku
mengerti, kau sedang mabuk waktu itu”
Ruki kembali mengangkat tubuhnya, “aku benar-benar mabuk, aku tidak
melakukan itu dengan sadar, tidak ada satu tujuan burukpun terlintas di otakku”
“bicara apa kau? aku tahu itu Ruki haha kau bukan orang seperti
itu, sudahlah, lupakan saja!”, Reita berjalan ke pinggir mobilnya dan mulai
membuka pintu.
“Reita-senpai…”
“hn?”, Reita kembali menengok adik kelasnya yang masih belum
beranjak dari depan mobilnya.
“sekarang aku tidak ragu lagi”, Ruki meremas jari-jari tangannya, “kalau
aku membenci Uruha”
☆TBC☆ (◕‿◕✿)
No comments:
Post a Comment