Search + histats

Wednesday 24 March 2010

suara untuk Naruto


Author : saia T.T

rated : K+

genre : gak tau,niatnya angst sih *wkwkwk*

disclaimer : pengarang Naru sapa??Um masashi pan?Ya itu dia. . .Bkn saia*disepak*

pairing : NaruSakuHina? T.T

warning : super duper Ooc (mank ooc tu apaan?)iseng,anchur,mburudul. . .(?)
(sakura's POV)

Tak ada orang yang sebodoh aku,hanya diam tanpa berkata,padahal aku bisa melemparkan beribu kata-kata,tapi 'cukup' 2 kata saja yang sebenarnya ingin ku ucapkan.

'jangan pergi!'

~~~~~

"jepang?!"

"yap,hebat bukan?Tentu ha. . .ha. . .Katakan itu padaku!!",ucap cowok bermata biru,berkulit agak coklat bernama Naruto,yah. . .Dia adalah teman sepermainanku sejak kecil,rumahnya tepat di samping rumahku,jendela kamar kami berhadapan jadi kadang kami berkomunikasi lewat jendela tersebut.

"ya,tapi aku tak suka kau menyuruhku untuk mengatakannya,ya kan Hina??".

". . .",gadis mungil berambut panjang indigo dan berkulit putih itu hanya tersenyum sambil mengangangguk.
Kami bertiga berteman akrab sejak SD karena rumah kami bertiga bertetanggaan.

"haha. . .Hinata tak mengatakan apa-apa,dia tak setuju dengan pendapatmu sakura sayang,"ucap Naruto tersenyum puas sambil mencubit kedua pipiku.

"bodoh,sakiit!!",aku menepis tangannya,"Jangan merasa bangga dulu ya,aku doakan kau tak jadi pergi ke Jepang!!Huh. . ."

"kenapa?Kau iri aku mendahuluimu ke Jepang?Atau. . .Jangan-jangan kau tak mau aku pergi?,kau takut kehilangan aku ya sakura??Hha",Naruto menggodaku

"ikh~ngarep!!Jangan gila d0nk!!"

"ya. . .Aku ngarep,aku mungkin gila kalau gak ada kamu nanti,tapi. . . . .Gak mungkinlah asal di Jepang gak ada kamu juga gak apa2 hha. . .XD"

"BODOH!! kenapa kau tak pernah mengatakan sebelumnyaaa. . .;".Sambil memukulinya,perasaanku sebenarnya sempat bahagia,saat dia mengatakan,"gila kalau gak ada aku",tapi jauuh dalam lubuh hatiku,aku merasa sedih dia akan pergi jauh meninggalkanku.

Sejak kecil kami bertiga memang sudah menyukai Jepang,terutama Naruto.Tapi aku juga tak kalah lebih menyukai Jepang daripada dia,dan kami bertaruh siapa yang duluan mencapai cita-citanya pergi ke Jepang.Sampai saat dia mengatakan akan pindah ke Jepang karena pekerjaan ayahnya.

"satu minggu lagi,teman kalian Naruto akan pindah ke Jepang.Karena itu kalian berakrab akrab rialah sebelum kalian semua kehilangan dia!",kata-kata itu keluar dari mulut wali kelas kami Guru Iruka wali kelas XI.A.1.

"wooow. . .Jepang,keren mau donk!"

"yaa. . .Naruto jangan pergi!" suara-suara dari teman-teman sekelas itu membuat perasaanku semakin sedih.

Jam Istirahat. . . .

Sambil menatap jendela keluar,aku cuma berpikir apakah tidak apa2 aku merasa sedih begini?Bukankah seharusnya aku merasa senang impiannya Naruto selama ini akhirnya tercapai,aku merasa jadi teman yang egois.Tapi kesedihanku bukan karena merasa iri dia mendahuluiku pergi ke Jepang(walau 30% nya iya) tapi mungkin lebih karena tak mampu membayangkan kalau tak ada dia bersamaku.

"woi. . .!!"

"aduh!!",aku terhenyak kaget.

"kenapa?Sakura sayang,coba lihat sini mana wajahmu!!Apa kau menangis??",ia membalikan wajahku dengan paksa,kedua telapak tangannya yang lebar menempel dikedua pipiku.

"siapa yang mau nangis untukmu?Sekalipun saat kau pergi aku tak akan nangis untukmu!!",ucapku sambil mengembungkan kedua pipi sedikit kesal.

"jahatnya kau sakura",ia mendekatkan wajahnya padaku dengan muka memelas,aku paling tak tahan dengan sikapnya yang satu ini,cepat-cepat ku layangkan tasku ke wajahnya,"aduuh~".Cepat2 aku memalingkan wajahku kembali ke jendela.Dia meringis kesakitan aku tau itu pasti sakit,tapi saat ini entah kenapa wajahku terasa panas aku tak mau dia melihatku sekarang. "padahal aku begitu berat meninggalkanmu,".

DEG!!

hatiku tiba2 berdegup dg kencang,wajahku semakin panas. "ja,jangan bercanda kau!!Aku. . .",lagi2 hatiku berdegup,tangan lembut itu memegang tanganku. "heh??Apa-apaan sih iniii???",aku cepat-cepat melepaskan tangannya yang menggenggam erat tanganku,aku berpikir'tolong jangan begini',kenapa malah disaat seperti ini?Aku akan semakin berat melepas kepergianmu.

"sakura"

mulutnya tiba-tiba terdiam,mata birunya menatapku tajam.Aku tak terlalu berharap tapi memang agak sedikit berharap,tapi seharusnya dia jangan lakukan itu padaku,kenapa tidak dari dulu. . .; "sakura,sebentar lagi aku pergi.. . .Anu,sebenarnya dari dulu aku. . ."

"JANGAN!!",Lidahku spontan bergerak

"apa??0.0",Naruto terlihat heran dan terlihat sedikit kecewa.

"heh bodoh,jangan membebani ku dengan kata-kata bodohmu sebelum kau pergi. . .",aku sendiri tak mengerti apa yang ku katakan,jelas saja mendengar kata-kataku Naruto mengerutkan dahinya.

"sakura"

"ok,aku rasa tak sekarang.Ke kantin ayo!!"sambil tersenyum khasnya,ia menarik tanganku lembut.

Tepat pukul 2 siang,sekolah bubar.Aku pulang ke rumahku dan cepat cepat masuk kamar,rasanya hari ini benar-benar melelahkan ingin rasanya cepat-cepat tepar. "Hinata" aku sempat kaget,tidak biasanya Hinata tiba-tiba di kamarku. Umur Hinata sama denganku,dia tidak melanjutkan sekolah sejak sekolah Dasar,karena teman-temannya di sekolah selalu mengejek kekurangannya.Tapi sebenarnya dia adalah gadis yang amat cantik dan lembut.

"tumben^^,oh iya. . . .",aku cepat-cepat membuka tasku dan mengeluarkan balpoin serta buku."ini,tulislah apabila ada yang ingin kau sampaikan^^",aku menyodorkan buku dan balpoin itu padanya,tangan putih pucatnya dengan pelan mengambilnya dan mulai menulis.Tidak lama kemudian ia menyerahkan kembali buku itu padaku. 'sakura,apa sakura tak sedih Naru pergi?' aku membaca dalam hati.

"he?Oh. . .emm gimana ya?Biasa aja tuh"aku berusaha menutupi perasanku,Hinata pun mulai kembali menulis. 'aku merasa sedih,aku ingin sekali mengatakan agar dia jangan pergi' Kata2 dalam tulisan Hinata. Aku sempat kaget,kenapa Hinata bisa sejujur itu,sedangkan aku yang bisa mengatakannya tak bisa berkata apa-apa.

"hehe. . .Biasa aja ah,yang seperti itu sih biasanya karena perasaan khusus kan?",Ucapku sambil tersenyum.

Dengan senyuman lembut Hinata membalas perkataanku.Aku tak mengerti apa arti senyuman Hinata itu,tapi tiba-tiba muncul pertanyaan aneh dalam fikiranku.

"hinata,hinata suka Naruto??"sambil menatap matanya yang bening,aku menunggu jawaban darinya.Tapi lagi-lagi dia tersenyum.Perasaanku tiba-tiba menjadi kacau dan merasa sedikit resah,mungkin aku mengartikan senyuman itu sebagai jawaban 'ya'.

Perlahan aku duduk di sampingnya,"sejak kapan Hinata?",bisikku pelan. Hinata membalikan wajahnya ke arahku dan menatap mataku,dengan cepat ia mengambil buku dan balpoin yang ada dalam genggamanku.Ia mulai menulis.Aku hanya memperhatikan gerakan tangannya yang sudah lihai menulis dengan cepat,namun sebenarnya pikiranku melayang entah kemana.

Plek!

Saat aku sadar,buku berisi tulisan Hinata tergeletak dipangkuanku,aku mengambil dan membacanya.

'Sakura,Naru adalah temanku sahabat kita,tentu aku sedih dia pergi,sakura juga kan?Kenapa tidak katakan saja perasaanmu,kalau aku jadi kamu pasti aku mengatakannya.Aku mengerti Naru juga pasti tidak sesenang itu,dia jg pasti sedih meninggalkan kita,terutama kamu Sakura,Naru pasti ingin tau perasaanmu kenapa ditutupi begitu sih,nyesal lho!!" Aku tersenyum sambil membaca tulisan Hinata,aku sudah berpikir yang macam-macam tentang Hinata,aku benar-benar bodoh berpikir seperti itu.

"hei. . .!!", hinata membalikkan wajahnya hingga wajah kami berhadapan.

Aku tersenyum,"Baiklah,aku sedih dia pergi bahkan sangat sangat sediiiih; melebihi kamu Hina,kau taukan knp??Hehe. . .Aku rasa kau sudah tau kan kenapa?^^ ".

Hinata tersenyum dan menganggukan kepalanya."uuuuh~ jahat,sejak kapan kamu tau??"sambil ku cubit ke 2 pipinya yang putih dan kembung hingga menjadi merah muda seperti pake blush on.Hinatapun membalas mencubit ke 2 pipiku,kami jadi cubit2an,entah mengapa waktu itu aku merasa bahagia sekali,tanpa ku sadari ada hati yg menangis.

Hari-hari tak terasa begitu cepat berlalu,tinggal 2 hari lagi saat kepergian Naruto ke Jepang.Selama 3 hari ini aku tak menyinggung tentang kepergiannya ke Jepang di depan Naruto.Semakin dekat waktu kepergiannya,aku semakin merasa sakit.Aku tak mau kalau aku tak sengaja sampai menangis dihadapannya saat membicarakan itu,padahal aku sudah bilang tak akan menangis.Naruto pun kelihatannya sama saja..Dia juga tak membangga-banggakan dirinya lagi dan menyinggung-nyinggung soal kepergiannya ke Jepang.Sedangkan Hinata,entah mengapa sudah 3 hari ini kami tidak bertemu,mungkin dia sakit,aku juga berencana untuk mengunjunginya ke rumahnya,tapi akhir2 ini aku banyak tugas di Sekolah jadi tak sempat,ya. . . .Mungkin sekarang.

"hallo,Hinata!!" ucapku sambil membuka pintu kamarnya.Aku lihat Hina cukup kaget dg kehadiranku,dan kelihatannya kedatanganku mengganggunya yg sdg menulis emm~ dibuku diary?Terlihat dia tersenyum sambil menutup diary nya.Tangannya mempersilahkanku masuk dan duduk di ranjangnya.

"hinata kenapa?Sakit?Gak pernah main ke rumahku lagi?"aku mengatakannya sembari duduk diranjang Hinata.

". . . ." dia hanya tersenyum dan menggelengkan kepala.Aku mengerti dia mengatakan 'tidak',tapi wajahnya terlihat sedikit pucat.

"hina,tau kan tinggal 2 hari lagi Naruto pergi,rasanya aku semakin gelisah tapi mau bagaimana?Aku tak bisa apa2,pada akhirnya dia akan tetap pergi kan?" lagi-lagi Hinata tersenyum.

"hinata!! Ke dapur sebentar,bantu ibu!!"

suara itu terdengar dari dapur,mendengar itu Hinata cepat2 bergegas dan memasukan buku diary yang dipegangnya ke bawah bantal.Ia menggerak-gerakkan tangannya,seakan bilang 'maaf,aku tinggal dulu sebentar,tunggu ya!'.Aku hanya mengangguk.Dia cepat2 pergi menuju tempat ibunya memanggil.Hinata memang anak yang patuh dan baik,tidak seperti aku yang malas,apalagi kalau disuruh ibu,dan disuruh belajar,ukh~

"ya,baiklah aku akan tunggu,soalnya ada bnyk yg ingin aku ceritakan,hehe. . . . XD",Aku bicara sendiri seperti orang bodoh.

Sekitar 10 menit berlalu,Hinata tidak juga kembali,aku merasa jenuh.Tiba2 aku teringat buku diary yg Hinata simpan di bawah bantalnya,penasaran juga,lalu aku mengambilnya dan mulai membuka 1 lembar demi 1 lembar,disana banyak tertulis masa-masa kecil kami bertiga.Tulisan2 itu seakan mengingatkanku akan masa-masa yang tak bisa kembali.Aku hanya bisa senyum-senyum sendiri,Hinata benar-bnar pintar membuat diary,kalau aku sì ogah,males banget nulis begituan,tapi aku suka baca punya orang ckck.

Lembar demi lembar aku membuka diary Hinata,tak terasa sudah sampai pada cerita kami bertiga dijaman sekarang.Sampai saat aku membuka lembar yang mengejutkanku,mataku tak berkedip memandangi tulisan itu,berulang kali aku membacanya,aku takut aku yang salah,namun ternyata memang tak berubah,aku hampir tak percaya.

Mataku tak berkedip memandangi tulisan itu,berulang kali aku membacanya,aku takut aku yang salah namun ternyata memang tak berubah. . .Aku hampir tak percaya.

Perasaanku kacau dan tak menentu.tapi aku meneruskan membaca sampai tulisan yang terakhir ditulis Hinata tadi yang terpotong karena kedatanganku.

Tak lama kemudian terdengar suara langkah kaki menuju ke tempatku di luar kamar.Aku merasa kacau,cepat-cepat aku menyimpan kembali diary itu di bawah bantal dan duduk dengan tenang seakan tak terjadi apa-apa.

kREET! Pintu kamar mulai terbuka,sosok Hinata muncul di hadapanku entah mengapa membuatku gelisah.Kemudian dia duduk tepat di sampingku dan menatap ke arah ku.

"hina. . ."kemudian Hinata mengangguk."hina,aku. . .",aku tak mengerti,tapi seakan ada yang mendorongku untuk mengatakan.

"aku akan mengatakan perasaanku sebelum dia pergi,aku tak mau menyesal,dukung aku ya!"

ujarku sambil memegang kedua tangannya Hinata,untuk yang kesekian kalinya ia tersenyum.Saat itu aku tau,senyumnya tak setulus itu,setelah aku tau kenyataanya.Tapi entahlah. . .Mengapa aku merasa punya rasa percaya diri yang tinggi seperti ini yap. . .Tiba-tiba saja.

1 hari telah berlalu,benar-benar tak terasa perputaran jam kini terasa lebih cepat.Tinggal 1 hari ini Naruto berada di Indonesia yang tercinta ini.Hari ini ia tak masuk sekolah,tentu saja mungkin sekarang ia dan keluarganya sedang mengemasi barang-barang mereka.

Sekolah tanpa Naruto benar-benar membosankan.Aku tak bisa bayangkan hal ini akan terus berlanjut setelah Naruto pergi.

"sayang sekali,besok kau benar-benar akan menghilang dari negara ini ya"

"ya. . .ya. . .Kau datang ke rumahku dan masuk ke kamarku sembarangan cuma untuk mengatakan itu sakura?"ujar Naruto sambil mengemasi baju-baju bernuansa orangenya ke koper yang juga ada balutan orange-orangenya.

Naruto memang sejak dulu entah mengapa sangat menyukai warna orange,kamarnya juga bernuansa orange. . .Bau tubuhnya sendiri seperti jeruk,huft. . .Aku akan sangat merindukan nuansa dan bau seperti itu suatu hari nanti.

"tidak,aku juga ingin mengatakan cepatlah kau pergi,lebih cepat lebih baik!!"

"hei2 Sakura sayang,itu. . .Sebaliknya ya??"

". . ."

"mungkin"

"heh??",
Naruto yang sedari tadi berbicara padaku tanpa mengalihkan pandangannya ke barang-barang yang sedang ia kemasi,kini menoleh ke arahku dg tatapan bingung.

"memangnya kenapa?Bolehkan kalau aku bilang sedih kau pergi"

"ow. .Ow. .Baru pertama kali ini aku dengar kau bicara terus terang begini,ada apa?",ujar Naruto sambil menghampiriku dan duduk di sampingku.

"aku. . . .",

gawat,lagi-lagi hatiku berdegup kencang.Menyatakan perasaan itu tak semudah yang ku bayangkan.

"oh,aku ingin tau apa yang ingin kau katakan waktu di Sekolah kemarin dulu,maaf waktu itu aku memotong,aku jadi penasaran",aku berusaha menutupi rasa gugupku dan bermaksud agar dia yang mengatakan duluan.

"heh?",Naruto terlihat mengerutkan dahi.

"Jangan bilang kau lupa bodoh!!",aku menekankan.

"emm. . . .Bagaimana ya?Mungkin terlambat kalau aku katakan sekarang".

Aku merasa bahagia dia mengatakan itu,karena sepertinya benar apa yang ku pikirkan.

"bodoh! Tak ada kata terlambatkan",terlihat Naruto tersenyum lembut mendengar kata-kataku,aku jadi semakin deg - degan.

"tolong jaga Hinata untukku!"

DEG!

Tiba-tiba hatiku sakit,padahal aku belum tau jelas apa maksudnya."aku temannya,aku akan menjaganya.Apa ada maksud lain dari perkataanmu?",sambil mengatakan itu aku gemetaran menunggu jawaban.

"mungkin kau tak tau,tapi sejak dulu aku. . .",Naruto menundukan wajahnya,"aku selalu memperhatikan Hinata,emm. . .Maksudku aku me..",

"SUDAH CUKUP!!"
Naruto spontan menoleh ke arahku.

"aku mengerti.kenapa kau mengatakannya padaku?Knp tak kau katakan saja sendiri?!"
aku benar-benar syok mendengar pernyataan Naruto.Sulit untuk percaya,padahal selama ini dia selalu baik padaku,perhatian padaku,aku tak pernah merasa dia memperhatikan Hinata sedikitpun.

"aku tau,maafkan aku. . .Aku tak bisa mengatakannya langsung karena aku. . .Aku malu. . .aku. . ."

"hah?Malu?Hari gini malu?Lagipula Hinata gak bisa bicara ini,kalau nolak juga dia gak bilang siapa-siapakan?",aku memotong pembicaraan Naruto.

"bukan begitu maksudku. . .aku. . .Sejak dulu sudah menyukainya,tapi aku selalu merasa tidak bisa menerima kekurangannya,aku selalu berpikir aku akan malu bila punya pacar tak bisa bicara seperti Hinata,tapi kenyataanya sampai sekarang aku tak bisa melupakan perasaanku begitu saja,aku tak pantas bersamanya,aku orang bodoh!",

". . ."
melihat Naruto yang membicarakan Hinata sampai seperti itu,matanya hampir menangis,aku tak bisa berkata apa-apa,perlahan mulutnya terbuka.

"dulu waktu kelas 6 SD teman sekelas pernah bertanya padaku saat aku berusaha melindungi Hinata dari ejekan mereka.Apa aku menyukainya??Karena aku selalu berusaha melindunginya??Kau tau apa jawabnku??",Naruto menatap tepat di mataku.

" 'yang benar saja,tidak mungkin aku menyukainya dia hanya temanku.aku tak bisa bayangkan punya pacar bisu',begitu kataku dengan nada keras,aku sudah menyakiti perasaannya itu pasti",
Naruto menunduk dan menutupi wajahnya dg sebelah tangannya,aku bisa menangkap ekspresi sebelah wajahnya saat ini.

"sejak saat itu aku sendiri yang menjaga jarak dengannya,aku malu berada disampingnya aku benar-benar bodoh",

Naruto mengatakan itu dengan muka yang merah dan mata berair,aku tak sanggup melihatnya.Dia bercerita panjang kali lebar begitu tanpa memikirkan perasaanku saat ini.

"ya,kau benar-benar bodoh!!Menghindari kesalahan dengan membuat kesalahan yang lain"

"apa?",Naruto terlihat heran.

"kau berbuat baik padaku,perhatikan aku hingga membuat aku berharap .Kata-katamu barusan mungkin akan membuatku terharu atau apa,tapi bagiku sekarang ini kata-kata itu seperti samurai yang kau tusukan ke jantungku beribu ribu kali *whew~ lebai* kau tau kenapa??"

aku tak bisa membendung perasaanku,padahal aku tak mau menangis dihadapannya.Aku tak suka ditatap dengan rasa iba seperti sekarang ini dia menatapku.Aku tak mau dikasihani.Berhenti menatapku seperti itu!

"saku. . ."

"mmmm!!!!!!"

mata birunya membelalak,bukan sebuah sambutan.Aku tau ekspresinya saat ini karena aku tak menutup mataku,mata kami saling menatap hanya matanya menunjukan ekspresi lain.

Kaget.

Ya tentu saja dia kaget karena aku menciumnya tiba-tiba yang mungkin tidak dia harapkan.salah,bukan mungkin tapi memang tak dia harapkan,ini kehendakku sendiri.
Dingin.

Aku menangkap ekspresi penolakan darinya.Ia mendorong tubuhku.Tak kasar,hanya berusaha menjauhkan wajahku dari wajahnya.

"sa,sakura"

"AKU TAHU! JANGAN KASIHAN PADAKU!! aku seharusnya tak mendengar ini,INI KESALAHANMU!! ternyata kau berbuat baik padaku hanya karena ingin mendapatkan perhatiannya,ITU KARENA HINATA YA KAN??KAU BENAR-BENAR MENYEBALKAN!!"

Aku berlari menuju pintu kamar untuk menutupi ke kesalanku dan air mataku.

"SAKURA!!"

Naruto mengejarku yang berlari keluar,suaranya yang memanggilku hampir tak terdengar lagi.Aku berlari menuju rumahku.Aku lihat ibu sedang memasak di dapur,aku lega karena dg begitu ia tak kan menanyaiku macam-macam saat ini.Cepat-cepat aku masuk kamar dan mengunci pintu.Aku hanya bisa menangis dan terisak.

Aku membenamkan wajahku yang sudah basah karena air mata di bantal empukku.

'apa yang telah aku lakukan tadi??Memalukan' batinku terus menggumam.

"sakura"

aku kaget mendengar suara yang memanggilku.Aku tak sadar kalau jendela kamarku dan Naruto berhadapan,namun aku tak bisa dan tak mau menyahutnya.

"maafkan aku"

Kata-kata itu semakin membuatku sakit.

"sampaikan juga maafku pada Hinata"
mendengar itu aku semakin sakit.

Hinata-hinata-hinata aku kesal mendengarnya.

"aku tak bermaksud untuk menyakiti kalian,aku menyayangi kalian sungguh"

". . . ."

"tapi seperti yang sakura katakan,aku bodoh!"

". . . ."

". . . ."

cepat-cepat aku bergegas dari tempat tidurku dan menuju jendela.Namun tak ku temukan sosok orang yang meminta maaf tadi.

"KAU KATAKAN SAJA SENDIRI PADANYA BODOH!!"
teriakku keras.Saking kerasnya ibuku yang ada di lantai bawah mungkin mendengarnya.Tapi ia mungkin sudah menganggap ini hal biasa karena aku memang sering bertengkar sampai teriak-teriak lewat jendela ini dengan Naruto.Namun ibu,kali ini berbeda.

Aku hanya ingin dia mendengar suaraku,dan aku yakin di seberang sana Naruto mendengarku.

Ku tutup pintu jendela,dan kembali merebahkan diriku di kasur.Aku tau Naruto sekarang mungkin membenciku setelah tau aku yang seperti ini,tapi saat ini aku tak mau memikirkan siapapun,perasaan siapapun.

Saat aku tau perasaan Hinata dari diary nya.Aku sempat berpikir aku besyukur Hinata bisu dan aku merasa aku akan menang.Namun kenyataanya aku yang kalah,dan yang lebih naas aku tak mau mengakui kekalahanku pada Hinata dan pada siapapun.Aku benar-benar orang yang paling egois.

Tapi saat ini aku tak perduli aku rasanya ingin menghilang dari pikiran mereka,dan menghilangkan mereka dari pikiranku.Aku ingin amnesia saja rasanya.
Padahal ini hari terakhir Naruto berada di sini namun aku sudah tak memikirnya lagi,dia lebih cepat pergi lebih baik.Melihatnya lebih lama hanya membuatku sakit saja.

~~~

Kubuka mataku

hangat matahari menerpa wajahku,kulihat dari jendela rupanya matahari lumayan sudah tinggi,ku lirik jam wekerku.Jam 8.10

aku masih berbaring di tempat tidur,kepalaku pusing mungkin karena aku menangis sebelum tidur kemarin.

"sakura kau sudah bangun?",suara ibu dari luar kamar

"Hn",sahutku malas

"Naruto dan keluarganya sudah berangkat,penerbangan mereka tepat jam 9,apa kau tak mau mengantarkan kepergian Naruto?"

". . . ."

"tadi ibu sudah berusaha membangunkanmu,tapi kau itu dasar kebluk"

". . . ."

"sakura?"

"aku masih ngantuk bu!! Malas ah"

"dasar kau itu",ku dengar langkah kaki ibu menjauh.

Aku benar-benar sudah menyerah dan tak mau perduli lagi.Aku memejamkan mataku. . . .Bayangan-bayangan itu melintas dipikiranku.

Naruto.

Hinata.

Mereka sahabatku


Menyesalkah aku??

". . ."

". . ."

kulirik jam wekerku untuk yang kedua kalinya pagi ini.Jam 8.21
Cepat-cepat aku bangkit dari tempat tidur,dan setengah berlari membuka kunci pintu kamar

dan. . .Kudapati sosok yang tengah berdiri di depan pintu kamarku,kelihatannya ia hendak mengetuk pintu.

"hinata?"

ia menggerak-gerakan tangannya berusaha berkomunikasi denganku.Entahlah tapi saat ini aku tak menangkap maksudnya apa.Kemudian ia memegang tanganku erat seakan memohon.

". . ."


Pukul 9.10 aku dan hinata tiba di bandara.Kami mencari Naruto dan keluarganya diantara kerumunan orang,tapi kami tak menemukan sosoknya.Tentu saja mungkin mereka sudah pergi,karena kami telat 10 menit.

Aku melirik kearah Hinata yang berdiri disampingku,tampaknya ia masih sibuk mencari.Bola matanya bolak balik kesana kemari,namun tiba-tiba mata lavendernya menangkap sesuatu.

"Hinata?"

aku mencoba mengikuti ke arah mana bola mata hinata menatap.Dan benar saja,disana aku melihat sosok yang tak asing bagiku dan Hinata.Makhluk berjaket orange itu sedang berjalan menuju pesawat memunggungi kami bersama kedua orang tuanya.

Aku hanya bisa diam membatu menatap sosoknya yang semakin jauh dan menjauh.Trlihat Hinata trsenyum kecil,mungkin dia senang bisa melihat Naruto sebelum dia pergi.Dan aku tau dia sebenarnya ingin mengatakan sesuatu.

'jangan pergi'

Sebenarnya aku bisa saja berteriak memanggil Naruto untuk melihat senyuman khasnya terakhir kali,namun aku tak bisa.Aku seperti orang yang bisu dalam diriku masih tersimpan rasa sakit hati.Tapi seharusnya itu bukan kesalahan Hinata,namun tetap saja aku egois,padahal aku normal tapi aku bisu.

Aku tau Hinata lebih sedih dari aku,kalau saja dia punya suara utk mengatakan apa yang ingin dikatakannya,dia pasti akan mengatakannya,sedangkan aku?!

Punya suara tapi tak bisa mengatakan apa yang ingin aku katakan.

Walau begitu setidaknya untuk Hinata,harusnya aku bisa mengatakannya.Sampai akhirpun aku tetap egois.Mungkin demi hari ini aku akan menyesal seumur hidupku karena membiarkan sosok itu menghilang tanpa aku berkata apa-apa.

::::OWARI::::


-.- mumet ah
fiuh. . . . . .


gak sengaja waktu nyari buku kosong di lemari yang super brantakan,saia nemu tugas cerpen saia waktu kelas X. . . .Errr~ saia Ganti dah pairx ckckck. . . .T.T

No comments:

Post a Comment