Author : Rukira Matsunori
Rated : T++ (haha..)
Genre : AU/ romance/ school/ BL
Fandom: DELUHI.. *sisanya gak penting (plak)*
Pairing: AggyXLeda *gyaa~*
Chapter : 14
Warning : MalexMale!! *tumben warningnyo~~*
Summary : forbidden fruit is sweetest....
perasaanku padamu adalah sebuah dosa. Namun terasa begitu manis
Length : 12 pages (3.239 words)
Note : ini agak diluar kehendak T_T
Seorang pemuda
memain-mainkan ponsel di atas kepalanya, terlentang di atas tempat tidur dengan
cahaya lampu kamar yang remang. Satu ibu jari tangannya sibuk menekan-nekan
keypad ponsel yang telah bersamanya sejak beberapa tahun lalu. Membuka
pesan-pesan lama di inbox-nya. Membuka kenangan-kenangannya. Tanpa pernah
bosan.
ada beberapa
teman, tapi tetap saja rasanya ada yang kurang kalau kau tak ada (^_^)7
bagaimana denganmu di sana?
-------------------------
Kau pasti bisa!
Percayalah d(^_^)b
-------------------------
Ada anak yang cantik….(O.O)
-------------------------
Bukan begitu (-////-)
Ah entahlah, tapi sepertinya dia sulit didekati.
-----------------------------
Ayahku mulai ngamuk lagi (-_-“) coba aku bisa menginap di rumahmu
seperti dulu.
-----------------------------
Pemuda itu tersenyum membaca beberapa pesan lama di ponselnya.
Aku bicara dengannya!!!!! Hari ini aku bicara dengannya lho!!! Kenapa
aku sesenang ini ya? XD
-----------------------------
Dia benar-benar cantik! Kalau kau melihatnya pasti akan jatuh cinta
haha eh!! Tapi sungguuuuh, senyumnya, suaranya, tingkahnya~~~~ aah…….*mati*
-----------------------------
apa menyukai seseorang itu begini rasanya? seakan pandanganmu hanya
tertuju untuknya? Dadamu akan begitu bergemuruh hanya dengan dia berjalan
melewatimu? Tidak melihatnya satu menit saja membuatmu kesepian.
-----------------------------
Detik pertama pemuda itu masih tersenyum samar,
Ano~ Gitarku rusak ahahah…(^_^)7
-----------------------------
dan detik berikutnya bibirnya mulai bergetar.
ini sudah keterlaluan. Ini salah.
-----------------------------
Tapi aku menyukainya….
-----------------------------
Pluk!
Pemuda itu meringkukan tubuhnya membiarkan ponsel yang ia jatuhkan
di samping kepalanya tanpa rawatan tangannya. Ia tidak menghapus pesan-pesan
lama itu, dan tidak akan pernah menghapusnya, meski setiap membacanya hanya
akan memunculkan serangan rasa yang begitu perih di dada kirinya, tapi itu
adalah kenangannya. Ia tidak ingin menghapus kenangannya. “kau benar. dia
cantik….”, ia menutup kedua mata dengan lengannya. “tapi kecantikannya terlihat
busuk dimataku”
***
BRUK!
“…….”
“…….”
“aa…sudah kuduga, kau masih lemah Aggy…”, Leda membangunkan
tubuhnya yang menimpa Aggy. “maaf aku tidak sengaja haha…”
Kau sengaja!!
Merasakan adanya tanda-tanda bahaya refleks tangan Leda yang
terbebas dari genggaman Aggy mendorong pipi laki-laki itu dan tanpa di duga,
Aggy malah ikut ambruk menyamping di tempat tidur karena terdorong tubuh Leda
tadi. Aggy sendiri terkejut karena ternyata tubuhnya benar-benar dalam keadaan
lemah. Bahkan bagian dadanya mulai terasa sakit juga tubuhnya panas dingin. “kau
tidak apa-apa?”
“aku bisa sendiri”, ujar Aggy ketus saat Leda ikut membantu
membangunkan tubuhnya kembali duduk di atas tempat tidur. Aggy masih sedikit
kesal.
“sebaiknya memang makan dulu. kau masuk angin Aggy. apa perlu aku
suapi?”
“….!!!!!“, Aggy refleks menoleh ke arah Leda yang berdiri di
sampingnya. Leda menatapnya tanpa dosa masih mengharapkan jawaban sementara
wajah Aggy perlahan mulai terasa matang. Aggy segera meraih piring makanan di
sampingnya, kembali memalingkan wajahnya merasa kesal sambil melahap makanan
dalam piring di tangannya. Kenapa Leda bisa mengatakan hal seperti itu dengan
tampang innocent begitu?
rasanya Aggy ingin pulang!!!!! Berada berdua di ruangan tertutup(?)
seperti ini tanpa bisa melakukan apa-apa itu adalah sebuah penyiksaan.
Tapi Aggy tidak bisa melakukan itu. ada banyak pertanyaan di
kepalanya yang harus mendapatkan jawaban. Dan Aggy ingin mendapatkan
jawaban-jawaban itu sekarang!
“kau pasti bolos lagi ya?”, gumam Leda. Aggy menurunkan kedua
kakinya ke lantai setelah meletakan piring makanannya di meja di samping tempat
tidur, mendudukan tubuhnya di bibir ranjang setengah menunduk. Leda hanya
memperhatikan laki-laki di hadapannya itu dan saat melihat lengan Aggy ia
teringat.
“sikutmu lecet”
Aggy hanya melirik sikutnya yang memang terdapat kulit yang lecet
lalu kembali mengabaikannya. Hal kecil begitu tidak akan membuat Aggy
menyadarinya. “kau—“
“aku membeli ini tadi”, Leda mengeluarkan sebuah antiseptic dari
saku celananya dan beberapa plester. “meski tidak parah tapi pasti ada bagian
tubuhmu yang terasa sakit kalau jatuh dari motor begitu. ah ini juga ada”, Leda
mengeluarkan minyak angin(?) dari saku celananya. Aggy mendengus. Yang benar
saja! dipaksa pun Aggy tak akan sudi memakai minyak seperti itu.
“katakan! Darimana saja kau beberapa hari ini?”, tanya Aggy
tiba-tiba.
Leda menghentikan aktifitasnya membuka tutup antiseptic di
tangannya, “oh, aku mengunjungi pamanku, tiba-tiba saja dia jatuh sakit”
“ha?”, Aggy mengernyitkan dahinya. “kalau begitu kenapa kau
mematikan ponselmu? Tidak memberi kabar pada Kiyoharu! semua mengkhawatirkanmu!”
“ah! Maaf! aku tidak bermaksud begitu! waktu itu aku terlalu panik
dan terburu-buru mendengar pamanku jatuh sakit, sampai aku melupakan ponselku
tertinggal di sini hahaha dan aku lihat tadi batre-nya habis”, Leda
menggaruk-garuk tengkuknya yang tak gatal. “aku bermaksud menghubungi
Kiyo-sensei tapi aku tidak menghafal nomor ponselnya di luar kepala jadi….ah
aku juga sudah menjelaskannya pada Kiyo-sensei tadi”
Aggy melongo. Beberapa hari ini ia dibuat hampir gila, simple
sekali alasan yang Leda utarakan padanya. “kau….tidak bermaksud berhenti masuk
sekolah?”
“apa? ahaha tentu saja tidak. mana mungkin….”, Leda mendudukan
dirinya di tepi tempat tidur di samping Aggy lalu meraih sikut lengan laki-laki
itu. “seseorang susah payah memasukanku ke sekolah itu mana mungkin aku
berhenti begitu saja”, gumam Leda sambil memberikan beberapa antiseptic di luka
lecet Aggy dan memberinya plester. “maaf, karena kecerobohanku sudah membuat
kalian khawatir”, ucap Leda tersenyum.
Ah….ada sesuatu yang terasa kembali menghangat di dada Aggy. bukankah
itu yang Aggy rindukan? Berada begitu dekat dengannya, berbicara hal-hal ringan
dan senyumannya itu….
Leda sedikit menundukan kepalanya menatap lantai di bawah kakinya,
“mungkin suasananya akan sedikit berbeda, tapi aku tidak berpikir untuk
berhenti masuk sekolah karena itu”, Leda tersenyum hambar. “aku tidak punya
rasa malu sama sekali ya Aggy?”
Aggy mengernyitkan dahinya. “malu?”
“aku melihatnya waktu itu. pandangan-pandangan ketakutan dan
terkejut. Mereka pasti sangat kecewa ketua kelas mereka adalah orang yang
pernah membu—hmp!“, tiba-tiba mulut Leda dibekap tangan Aggy. Leda menoleh ke
sampingnya dimana Aggy sudah menatapnya dengan pandangan tak suka. Aggy tidak
suka dengan kata-kata ketua kelasnya. Aggy tidak ingin mendengar kata-kata hina
seperti itu dari mulut ketua kelasnya.
“Kiyoharu sudah menceritakan semuanya. Berhentilah mengatakan kalau
kau pernah membunuh! Apa kau merasa keren dengan mengakui hal seperti itu hah?
kau merasa lebih hebat dariku?”
Leda melepaskan telapak tangan Aggy dari mulutnya sedikit tersenyum
tak menatap Aggy. “bukannya sombong, tapi sepertinya aku memang lebih hebat
darimu hahaha…”, Leda segera menutup mulutnya rapat melihat wajah serius Aggy
yang menatapnya. Sepertinya candaannya Aggy anggap serius. “aa… Bercanda!
Bercanda! Haha…”, Leda menepuk-nepuk pundak Aggy
sampai tiba-tiba kedua lengan meraih tubuhnya dan mendekapnya. Aggy
Menyusupkan wajahnya di antara leher dan bahu Leda di sampingnya. Aggy tidak
tahan lagi. Aggy tidak tahan membiarkan ia leluasa terbebas dari dekapannya.
“tidak usah berusaha tertawa di hadapanku! Bahkan candaanmu
terdengar garing”, dengus Aggy.
Leda mematung. Aggy mengangkat wajahnya, “siapa aku bagimu?”, tanya
Aggy tiba-tiba.
Aggy bisa melihat mata Leda sedikit melebar meski mereka tidak
bertemu pandang. Tidak sesuai dugaan Aggy, itu sedikit mengejutkan. Aggy hanya
mengharapkan dia menjawabnya tanpa ragu, “aku teman bukan?”
Leda menoleh, “he? iya haha tentu saja, Aggy teman”
“kalau begitu katakan apa yang membebanimu di sini..”, Aggy menepuk
dada Leda, “aku ingin mendengarnya…..sebagai teman”
Leda merapatkan bibirnya menatap Aggy yang juga setia menatapnya.
Leda segera menarik pandangannya, memalingkan wajahnya dari Aggy namun Aggy
segera meraih pipi ketua kelasnya itu memaksa mendapatkan kembali kedua mata
kecoklatan itu menatapnya. “aku ingin tahu….aku ingin tahu semua tentangmu,
izinkan aku mengetahuinya”
“…….”
Leda sedikit menundukan wajahnya tersenyum. Dia tidak mengerti,
tapi sesaat ia merasakan suasana yang sama seperti ‘saat itu’. Aggy dan ‘dia’
adalah dua orang yang berbeda, 360º berbeda. Tapi ada satu kesamaan diantara
keduanya, dan itu adalah apa yang membuat Leda tidak bisa membenci Aggy. alasan
yang membuat Leda diselimuti penyesalannya selama ini.
“kau pasti tahu kan, siapa orang yang menyebarkan berita tentang
masa lalumu”
“he?”
“hanya ada dua orang di sekolah selain kau yang tahu tentang itu,
tidak mungkin Kiyoharu kan? jadi pasti orang itu yang melakukannya kan?”, Aggy
sedikit menaikan sebelah alisnya.
“aa, itu….”, Leda kembali sedikit menundukan wajahnya melihat kedua
kakinya di permukaan lantai.
“dia bukan sembarangan kakak kelas semata kan? kenapa dia melakukan
itu?”, Aggy mulai mengintrogasi.
“dia kakak kelasku”, Leda menolehkan wajahnya kearah Aggy, dan
segera menariknya kembali saat melihat tatapan tak puas Aggy dengan jawabannya.
“dia teman satu kelompokku, lebih tepatnya dia ketua kelompokku”
“……”
“orang pertama yang membuatku merasa diakui, dia mengajariku banyak
hal tapi aku mengkhianatinya, dengan keluar kelompoknya dan bersekolah di sini.
padahal dia begitu mengandalkanku dan mempercayaiku. Kurasa karena itu dia
marah”, Leda tersenyum hambar.
“hanya itu?”, Aggy mengernyitkan dahinya. “kupikir ada sesuatu yang
lebih?”, ucap Aggy jail.
“dia tidak seperti itu!!”
Aggy memajukan bibir bawahnya, “menyebarkan kalau kau seorang
pembunuh sementara dia sendiri ketua kelompokmu? Dia juga ikut terlibat dalam
kasus itu kan? kalau kau pembunuh berarti dia juga sama saja kan?”
“tidak. hanya aku yang membunuh’nya’. Syu dan yang lainnya tidak
bersalah”, tatapan Leda kembali melayu.
“ck, sudah kubilang berhenti mengatakan hal konyol seperti itu! “
“tapi aku benar-benar membunuhnya”, ucap Leda pelan masih dengan
wajah yang sedikit tertunduk. Aggy hanya menatap wajah ketua kelasnya yang tak
bisa ia lihat sepenuhnya karena poni-poni itu menghalangi pandangannya, tapi
Aggy bisa melihat bibir ketua kelasnya sedikit terkembang tipis. “aku membunuh
orang itu”
Aggy melirik Leda dengan ekor matanya.
“dia bilang dia menyukaimu hahaha”
Leda mengangkat wajahnya, segera menatap ke langit-langit kamarnya
untuk menahan sesuatu yang bisa jatuh jika ia tetap tertunduk. Di wajahnya
masih tergurat senyum tipis namun Aggy hanya bisa melihat kemurungan di wajah
ketua kelasnya.
“anak itu bunuh diri”.
“aku yang membunuhnya!”
Aggy mendengus, “aku tidak mengerti denganmu, kenapa kau bersikeras
melemparkan dirimu sendiri dalam kesalahan? Aku sudah mendengar semuanya dari
Kiyoharu, mungkin kau memang membuli anak itu tapi tetap saja yang memutuskan
untuk mengakhiri hidupnya adalah dia sendiri kan?”
“menjijikan! Mati saja kau!”
Leda kembali menundukan wajahnya, “aku orang yang tidak punya
perasaan Aggy, kau mengatakan itu karena kau tidak mengenal seperti apa aku
waktu itu. aku tidak sebaik yang kau pikirkan. Aku yang sesungguhnya hanyalah
berandal yang tidak punya perasaan”
“ck!”,Aggy memalingkan wajahnya dari Leda sedikit kesal, “kau boleh
mengatakan masa lalumu adalah kau yang sebenarnya, ya itu kau yg sebenarnya
waktu itu. tapi kau yang sekarang juga adalah kau yang sebenarnya sekarang, dan
yang aku kenal adalah kau yang sebenarnya saat ini. aku tidak perduli dengan
masa lalumu yang tak kualami”. Aggy memang tidak tahu, Aggy tidak tahu apa-apa
tapi Aggy hanya ingin mempercayai apa yang dikatakan hatinya.
Leda tersenyum samar atas perkataan Aggy.
“sebegitu menyesalnya kau? aku pikir itu lebih karena perasaan
kehilangan dibandingkan penyesalan”, ucap Aggy asal. Tapi dia memang merasa
begitu. entah kenapa setiap Leda bicara tentang ‘orang it’ ‘orang itu’
membuatnya sedikit panas hati. “anak itu…..sebenarnya siapa dia?”
“he?”, Leda sedikit memalingkan wajahnya pada Aggy di sampingnya.
“siapa dia bagimu?”, Aggy ikut memalingkan wajahnya ke arah Leda
sampai kedua mata mereka saling bertemu. Aggy mengumpulkan semua
ingatan-ingatan tentang bagaimana tatapan matanya begitu kesepian dan sedih,
dan ia menyimpulkan itu mungkin karena penyesalannya ini? ah bukan. Tapi karena
rasa kehilangannya akan ‘orang itu’?, ‘orang itu’ mungkin istimewa? Aggy tidak
tahu, dan ia ingin tahu.
“ah, dia…. Dia teman sekelasku”, Leda sedikit mengusap tengkuknya.
“ah ya, bagaimana keadaanmu Aggy? kau masuk angin kan? mau aku gosokan minyak
anginnya?”, tawar Leda, mengangkat sebotol kecil minyak angin ditangannya
dengan tampang innocent.
Aggy hanya menatap ketua kelasnya itu datar, dan Leda yang
merasakan ketidaksukaan Aggy karena ia mengalihkan pembicaraan hanya tersenyum
maksa.
“kau…”
“sini, biar aku gosokan!“, Leda refleks menarik seragam Aggy agar
laki-laki di sampingnya itu tidak menyelesaikan kata-katanya, Leda tidak ingin
meneruskan pembicaraan itu.
“……”
“……”
“mau apa kau?”, tanya Aggy datar, melihat Leda masih memegangi
bagian depan seragamnya dan tampak kebingungan dengan apa yang akan ia lakukan
selanjutnya.
“ha? ah, tentu saja aku akan menggosokan minyak anginnya kan?
haha”, Leda tertawa garing dan masih dengan pikiran ‘apa yang aku lakukan’ di
kepalanya, dia mulai membuka satu persatu kancing seragam Aggy dengan agak
canggung. Leda sedikit melirik wajah Aggy, dan orang itu masih setia menatapnya
datar. Sepertinya Aggy benar-benar tidak suka dengan pengalihan pembicaraan
ketua kelasnya itu.
Leda sedikit menghela nafas, membuka tutup kecil minyak angin di
tangannya, “sini punggungmu?”
GREP!!
Leda mengangkat wajahnya menatap Aggy yang tiba-tiba menggenggam
satu pergelangan tangannya. “Ap—“, Leda spontan melebarkan matanya, saat Aggy
tiba-tiba mendekatkan jarak diantara wajah mereka.
Satu tangan Leda yang terbebas segera mendorong tubuh Aggy namun
Aggy segera meraihnya, hingga kedua pergelangan tangan ketua kelasnya itu
berada dalam genggaman tangannya. “Aggy, hentikan ini…”, Leda memalingkan
wajahnya menghindari Aggy.
“kalau begitu katakan siapa dia bagimu?”, bisik Aggy sembari
mengecup satu telinga ketua kelasnya.
Leda sedikit bergidik merasakan geli, “hentikan!”, ia kembali
mendorong tubuh Aggy dengan tangannya yang masih berada dalam genggaman Aggy.
“tidak mau”, ucap Aggy iseng mulai menurunkan kepalanya ke leher Leda. dan mengecup sudut diantara leher dan bahu ketua kelasnya itu.
“tidak mau”, ucap Aggy iseng mulai menurunkan kepalanya ke leher Leda. dan mengecup sudut diantara leher dan bahu ketua kelasnya itu.
“siapa dia bagiku itu bukan urusanmu kan? lagipula dia orang yang
sudah mati”
Aggy mengangkat kepalanya dari leher Leda, menatap ketua kelasnya. “tidak,
dia masih hidup dalam hatimu, dia sainganku kan?”
Leda terdiam beberapa saat dengan perkataan Aggy. “apa maksudmu?”
“kau lebih tahu apa maksudku”
“aku tidak menganggapnya seperti itu!!”, Leda menundukan kepalanya.
“siapa dia?”
Leda sedikit menggigit bibir bawahnya.
“siapa sainganku itu?”
“dia sudah mati !”
“siapa yang sudah mati?”
“Juri—“, Leda melebarkan matanya. Dia baru saja menyebutkan
nama’nya’. Dan dadanya mulai terasa sakit sekarang.
“Juri? Namanya Juri ya…”
“tidak, bukan! Aku bilang Lepaskan!”, Leda membentak.
Aggy mengernyitkan dahinya, “aku tidak takut dengan bentakanmu”
“aku tidak nyaman dengan ini, kumohon lepaskan“, pinta Leda dengan
nada yang lebih lemah.
Aggy melepaskan genggaman kedua tangannya di pergelangan tangan
ketua kelasnya. dan Leda segera beringsut duduk menjauhi Aggy. Aggy hanya
menatapnya datar namun dalam hatinya ia merasa tingkah ketua kelasnya begitu
polos dan lucu, itu malah membuatnya ingin segera menjatuhkan Leda ke tempat
tidur (wakak) itu Leda yang biasanya, itu Leda yang Aggy kenal.
“Yu-to”, panggil Aggy tiba-tiba.
Leda sontak menolehkan wajahnya ke arah Aggy dengan sedikit
terkejut. “apa?”
“Yu-to san”, Aggy sedikit menyunggingkan senyum tipis menyebut nama
itu.
“Aggy?”
“dia memanggilmu seperti itu kan? Juri-mu itu?”
“darimana kau tahu nama itu?”
“si murid baru itu memanggilmu seperti itu waktu itu, dan lagi…..”,
Aggy menggantung kata-katanya mengingat mimpi siang bolongnya di kelas hari
ini. entah kenapa dia menyimpulkan kalau orang yang menjadi dirinya dalam mimpi
itu mungkin adalah ‘dia’. Pikiran itu melesat begitu saja dalam otaknya. “sepertinya
dia mendatangiku”
“ha?”, Leda mengernyitkan dahinya.
“jadi….apa itu nama panggilan imutmu?”, Aggy masih penasaran dengan
itu.
“apa? bukan! Itu…. nama yang diberikan Syu untukku, itu semacam
nickname dalam kelompok”
“hm….”, Aggy menatap Leda mencurigakan. Leda yang menyadarinya
mulai kembali merasa was-was. Aggy berdiri melangkah ke depan Leda dimana ketua
kelasnya itu terduduk. Leda sedikit menengadah menatap Aggy heran sampai
tiba-tiba laki-laki di hadapannya itu mendorong tubuhnya ke atas permukaan
tempat tidur.
“Ag—hmmp”
Aggy menginterupsi protesan ketua kelasnya dengan membekap mulut
itu dengan bibirnya. Sejujurnya Aggy sedikit panas hati ketua kelasnya
mengatakan banyak hal yang tidak ia tahu. orang-orang dimasa lalu ketua
kelasnya itu membuat Aggy iri. Mereka telah lebih lama bersemayam di ingatan
Leda sementara dirinya hanya ada di ujung ingatan ketua kelasnya, Aggy hanya
orang baru. Aggy tidak tinggal dalam ingatan Leda sekuat seperti orang-orang
itu. Aggy …..cemburu.
“Aggy hentikan!”
Aggy meraih satu tangan ketua kelasnya yang berusaha mendorong
tubuhnya, mengecup-ngecup leher putih pucat ketua kelasnya. Aggy bisa merasakan
harum tubuh ketua kelasnya yang khas begitu dekat di hidungnya.
“Aggy—“, Leda merapatkan sebelah matanya merasakan kecupan-kecupan
Aggy di lehernya ditambah rasa sakit yang menyerang tulang punggungnya,
sepertinya luka dalam di tubuh Leda karena pukulan Satoshi dan kawan-kawannya
belum benar-benar sembuh. Aggy hanya menggenggam satu pergelangan tangannya,
tapi Leda tak melakukan perlawanan dengan tangan lainnya karena rasa sakit yang
dirasakannya.
Aggy menghentikan aktifitasnya menatap wajah Leda yang masih
merapatkan sebelah matanya. Aggy tersenyum iseng menyusupkan tangannya dari
ujung sweater abu-abu yang dipakai ketua kelasnya, merangkakan tangannya di
atas kulit putih tubuh Leda membuat laki-laki manis yang tadinya merapatkan
sebelah matanya kini membuka kedua matanya lebar-lebar dan sontak mendorong
tubuh Aggy dengan kekuatan penuh.
Aggy hanya terkikik kemudian segera mengangkat tubuhnya, berdiri di
samping tempat tidur dan mulai mengancingkan kembali kemeja seragam yang tadi
dibuka Leda seenaknya. “kenapa tidak mendorongku sekuat itu sejak awal?”, tanya
Aggy jail. Leda tidak meresponnya.
Aggy segera meraih kunci motornya yang tergeletak di meja samping
tempat tidur.
“motorku dimana?”
“di bawah, di depan apartemen ini”, jawab Leda sedikit canggung
sambil memegangi lehernya. Ia baru saja membangunkan tubuhnya dari tempat
tidur.
“kau membenciku?”, tanya Aggy tiba-tiba.
“he?”, Leda mengangkat wajahnya dan bibir Aggy mendadak mendarat di
pipinya.
“tapi aku tidak perduli lagi dengan itu. kau pernah bilang tidak
bisa membenciku kan? karena itu lebih berhati-hatilah sekarang”, Aggy sedikit
menyunggingkan senyuman jahilnya. “thanks makanannya, Yu-to”
“……”
Leda tidak mengucapkan sepatah katapun sampai suara pintu
apaato-nya ditutup dari luar terdengar di telinganya. Aggy telah menghilang
dari sana dan Leda masih terdiam. Tubuhnya seakan membeku.
“Juri… kau benar-benar dendam denganku ya?”
@@@
Aggy memukul-mukul udara, menggigit bibir bawahnya menahan senyuman
yang memaksa terkembang di wajahnya. Aggy tak bisa menahannya dan ia tersenyum
sedikit menundukan kepalanya sambil mengusap-usap tengkuknya saat berjalan menuju
apaato-nya.
“ekhm!”
Aggy mengangkat wajahnya, dan mendapati Kiyoharu berdiri di depan
pintu apatonya. “kau lagi”, dengus Aggy. jujur saja Aggy merasa Kiyoharu
sedikit mengganggu kesenangannya.
“tasmu”, Kiyoharu menyodorkan tas gendong Aggy di tangannya.
“sekali lagi kau kabur, serius aku akan melaporkanmu pada Gakuto”
“terserah lah”, Aggy mengambil tasnya di tangan Kiyoharu cepat, dan
segera membuka kunci pintu apatonya.
“kau dari tempat Leda?”, Kiyoharu mengernyitkan dahinya mengikuti
Aggy masuk ke dalam apatonya.
“bukan urusanmu”, Aggy melemparkan kunci motornya ke atas meja dan
menjatuhkan tubuhnya di atas sofa. “bisa tidak…..kau pulang sekarang Kiyo? Aku
sedang ingin merasa tentram sendiri”.
Kiyoharu menaikan satu alisnya melihat gelagat janggal dari anak
sembrono itu. sungguh suatu hal yang ganjil melihat Aggy berkata padanya dengan
senyum aneh seperti yang ia lihat sekarang. “kau benar-benar baru pulang dari
tempat Leda ya?”
“Kubilang bukan urusanmu kan? sudah sana pergi, ah!”, Aggy
menggerak-gerakan tangannya mengisyaratkan dia mengusir Kiyoharu..
“anak kurang ajar!”, Kiyoharu menjitak kepala Aggy spontan.
“tuh kan! kau itu penghilang mood!”
“belajarlah sopan sedikit pada orang yang lebih tua!”
“lebih tua? Bukannya sangat tua?”
Satu jitakan lagi Kiyoharu daratkan di kepala Aggy membuat
anak didik sembrononya itu mendengus
kesal. Tapi rasa kesalnya pada Kiyoharu tidak mengalahkan rasa yang sedang
ber-blooming-blooming ria dalam hatinya. Aggy sedang dalam keadaan termanisnya
sekarang :v
@@@
‘ada apa? kau mengganggu tau’
“dia sudah kembali”
‘ha? benarkah? Haha…. Kupikir si brengsek itu kabur’
“lakukan itu secepatnya sebelum dia benar-benar kabur”
‘oi oi… Semua tergantung padamu, kau yang memegang ‘kuncinya’ dan
ingat! aku bukan budakmu! Jaga nada bicaramu saat bicara denganku’
“aku tahu. maaf, aku hanya sedikit bersemangat. Kau tahu kan? aku
sudah menunggu ini sejak lama”
‘ck! aku tidak perduli dengan masa lalumu atau apapun itu, tapi aku
mengerti soal ‘ semangat’ yang kau katakan. Itu juga sudah kutunggu sejak lama’
Trek.
Pemuda itu melemparkan ponselnya ke atas tempat tidurnya, sedikit
meregangkan kedua tangannya kemudian kembali melirik kearah ponselnya , tersenyum
sinis menatap benda itu yang kini tergeletak di permukaan kasur. Diraihnya
kembali ponsel itu, terlihat mengetikan sesuatu.
Selamat malam dan Selamat datang kembali cantik….
Aku tidak akan membiarkanmu kabur lagi setelah ini.
Yu-to san…^_^
To@Be@Continued
Minyak angiiiin DXa saia ragu masukin kata minyak angin *plak*
Saia pribadi bener2 gak puas dengan ini, terutama scene Aggy Leda,
sebelumnya saia sempet mikirin tapi hasil ini beda jauh sama pikiran saia
sebelumnya v_v *akibat ditunda-tunda*, ada masalah sebelumnya yg coba saia
selesaikan di sana tapi saia lupa apa itu, dan sebelumnya juga saia mikir scene
itu harus lebih serius tapi jadinya nggak! DXa kedepannya pasti ada yang bolong.
saia maksa ngerjain saat mood bener2 buruk! Jadi beginilah
m(_ _)m gomen…bener2 pengen cepet selesaaiiii…
Akan saia kerjakan chap selanjutnya secepatnya *bicara sama diri
sendiri XD*
lanjutannya donk.....:D
ReplyDeletelanjutannya donk....:D
ReplyDeleteCerita'a keren.
ReplyDeleteDi lanjut ya . . .