Search + histats

Wednesday 28 November 2012

Natural Sense ★6




Author : Rukira Matsunori
Rated : T (kembali)
Genre : AU/ gajeromance/ BL
Fandom(s) : the GazettE, alicenine, A(ACE), ViViD, ScReW, D=OUT, Versailles, dkk?
Pairing(s) : Uruha x Ruki? Ruki x Uruha?, Tora x Saga.
Chapter(s) : 6
Warning : Jangan anggap serius FIC ANEH ini!!! DON’T LIKE DON’T READ!!
Length : 12 pages (3.614 words)
Note : eh tapi agak serius ini =”=



Chap 6 : ~Admire ~

Natural Sense ~♪
ナチュラルセンス

“suara petir?”

Ruki mengangguk-anggukan kepalanya antusias.

Nimo tersenyum dengan sikap tuan muda ‘kecil’nya itu. “benar, setahu saya tuan muda Uruha memang takut dengan suara petir sejak kecil, dia mempunyai banyak headphone di laci kamarnya untuk ia pakai ketika hari hujan, dia akan mendengarkan musik sekencang-kencangnya supaya suara petir tidak bisa ia dengar”, jelas Nimo, “ kenapa tuan muda Ruki?”, tanyanya pada tuan muda kecilnya yang mendadak berwajah aneh setelah mendengarkan penjelasannya.

“aa…ti-tidak, haha…apa Nimo-san tahu kenapa dia takut dengan suara petir?”

Nimo tampak menaikan bola matanya, berpikir, “kalau itu saia kurang tahu tuan, tapi sepertinya beliau memiliki sebuah trauma”, jawabnya tersenyum ramah.

“oh, ah hai, arigatou”

“hai”, Nimo tersenyum menganggukan kepalanya lemah. Laki-laki butler keluarga Yuuji itu kembali dengan pekerjaannya mengawasi pada maid membersihkan ruangan.

Ruki membalik tubuhnya membelakangi Nimo sambil menyeringai aneh. Suatu penemuan besar seorang Uruha yang ditakuti siswa-siswi di BHS itu takut hanya dengan suara petir. Ternyata mentalnya tidak sekeren tampilan luarnya. Ruki memegangi perutnya berusaha menahan tawa. Ia jadi tidak sabar melihat setakut apa ekspresi Uruha ketika mendengar  suara petir.

Grak.

“AAH!!!”

“eh?”, Ruki refleks bergerak cepat mendengar seorang maid di dekatnya berteriak kaget melihat foto besar keluarga Yuuji di ruang utama terjatuh. Ruki segera menangkap foto berbingkai besar yang seperti lukisan itu dengan tangannya dan tanpa ia tahu itu beratnya minta ampun. Hingga tangannya tak kuat untuk menopang dan berakhir tetap jatuh ke lantai dengan sebelah tangannya masih menyangga tepi bawah bingkai foto besar itu. “ACKKK!!!!”, Ruki melotot segera menarik tangannya yang kegencet.

“Tuan muda Ruki ! kau tidak apa-apa?”, Nimo sedikit panik segera menghampiri tuan muda kecilnya yang berjongkok meniup-niup tangannya. Nimo berjongkok di samping Ruki mencoba memeriksa tangan tuan mudanya itu,“ambilkan perban dan alcohol!”, suruh Nimo pada maidnya sigap.

“eh! Aku tidak apa-apa, tidak perlu…!!! Hei, jangan!”, Ruki mencegah seorang maid yang berlari untuk mengambil kotak first aids.

“tidak apa-apa tuan muda, tanganmu pasti terluka”

“tidak usah! Sungguh ini tidak apa-apa, ini kecil!! Tuh tidak apa-apa kan?”, Ruki menggerak-gerakan jari tangannya meyakinkan Nimo, padahal tangannya memang sakit.

“sungguh tidak apa-apa?”, tanya Nimo untuk meyakinkan.

“Hai…”, Ruki tersenyum, “lagipula aku harus segera berangkat sekolah kan haha…”, Ruki mengangkat tubuhnya, berdiri membenarkan tas yang digendongnya yang kemudian disusul Nimo.

“maaf kan saya Tuan muda, saya tidak hati-hati membersihkannya, gomennasai…gomennasai..”, maid yang tadi berteriak itu membungkuk-bungkukan tubuhnya dalam, di depan Ruki, merasa bersalah.

“ahahah tidak apa-apa”

“lain kali berhati-hatilah…”, ucap Nimo tegas pada maid itu. “sekarang kembali bekerja!”, perintah butler keluarga Yuuji itu dan sang maid mengangguk segera melanjutkan pekerjaannya membersihkan ruangan.

Ruki merapikan celana seragam sekolah dan sweater yang dipakainya, tiba-tiba matanya melirik foto berbingkai besar yang kini sedang berusaha di gantungkan kembali di tempatnya oleh beberapa maid. potret Kamijo bersama seorang wanita cantik di sampingnya, dan seorang gadis kecil ditengah-tengah mereka. Wanita yang duduk di samping Kamijo itu pastilah almarhum istrinya dan gadis kecil itu mungkin anak mereka? Dan ibu Uruha?

Banyak foto-foto yang lebih kecil dari foto itu di sekeliling ruangan yang tergantung di dinding. Dan di sana juga Ruki bisa melihat foto Uruha kecil , lalu ada foto seorang perempuan cantik dengan kimono yang terduduk dengan anggunnya di sebuah kursi seperti sebuah lukisan. Itu adalah gadis kecil yang duduk diantara Kamijo dan istrinya dalam keadaan yang lebih dewasa.

Ruki sering melewati ruangan utama itu namun ia tidak pernah benar-benar memperhatikan. Ia menyadari gadis dalam foto itu benar-benar sangat cantik seperti seorang putri sebuah kerajaan. Dan itu ibu Uruha? Wajar saja Uruha terlihat cantik, tapi entah kenapa Ruki tak melihat ada kemiripan diantara mereka. Mungkin Uruha lebih mirip ayahnya? Namun Ruki tidak pernah melihat foto seorang laki-laki yang merupakan ayah Uruha di rumah ini. dan rasa sedikit penasaran menyapa dada Ruki saat ia merasa menyadari sesuatu yang janggal.

“Nimo-san?”, panggil Ruki tiba-tiba.

“ya, tuan muda?”

“boleh aku bertanya sesuatu lagi?”, tanya Ruki pelan.

“ya, silahkan tuan muda. Selama saya bisa saya pasti menjawabnya”, ucap Nimo ramah.

“etto~”, Ruki tampak ragu untuk menyampaikan pertanyaannya, “wanita dan gadis kecil dalam foto itu..”, Ruki menunjuk foto besar yang kini sudah tergantung kembali di tempatnya. “istri Kamijo-sama dan putrinya yang sudah meninggal, benar?”, tanya Ruki menoleh pada Nimo.

Nimo menganggukan kepalanya pelan, “benar…beliau adalah almarhum Nyonya Jasmine dan Nona Rena, putri Kamijo-sama satu-satunya”

Ruki mengangguk-anggukan kepalanya. Ternyata memang benar gadis kecil itu ibu Uruha. Ruki hanya berpikir mungkin Kamijo memiliki seorang anak lain yang seorang laki-laki dan Uruha adalah anak darinya. Karena nama Uruha sendiri adalah Yuuji Kouyou. Jika ia adalah anak gadis bernama Rena itu seharusnya nama keluarga Uruha berubah menjadi nama keluarga dari sang ayah bukan? Yang membuat Ruki heran kenapa Uruha masih memakai nama keluarga dari ibunya.

“lalu ayah Uruha? beliau juga sudah meninggal?”, tanya Ruki lagi.

“oh, beliau…”, Nimo menggantung kata-katanya sejenak, “tidak, beliau masih hidup”, lanjutnya, tersenyum. “nona Rena dan suaminya bercerai ketika ia masih hidup…beliau—ah tuan muda anda harus segera berangkat sekolah!”, ucap Nimo saat melihat jam ditangannya.

“oh, ahahah i-iya, kalau begitu aku berangkat dulu, ittekimasu!!”, Ruki mengangkat tangannya sambil berlari menuju pintu keluar. Sesaat ia masih memikirkan kata-kata Nimo yang belum diselesaikannya. Jika ayah Uruha masih hidup, Lalu dimana ayah Uruha sekarang?

Nimo membungkukan sedikit tubuhnya, “Itterasshai..”, ucapnya sambil kembali mengangkat tubuhnya dan tersenyum. Butler keluarga Yuuji itu kembali pada pekerjaannya mengawasi para maid membersihkan ruangan. Ia tahu Kamijo mengatakan padanya agar memperlakukan Ruki sama seperti ia memperlakukan Uruha karena Kamijo telah mengangkatnya sebagai cucunya sendiri. tapi Nimo tidak punya keberanian untuk bercerita banyak, tentang hal yang belum diketahui penghuni baru keluarga Yuuji itu. biarlah ia tahu dari orang yang lebih berhak menceritakannya.


ナチュラルセンス  (◕‿◕✿)


Seperti hari kemarin, hari inipun cuaca kembali tidak bersahabat. Siswa-siswi BHS kembali lalu lalang dengan sweater dan mantel mereka. Bahkan sejak subuh tadi hujan sudah turun rintik-rintik hingga para siswa siswi BHS harus membawa payung untuk melindungi tubuh mereka dari cucuran air hujan dari langit.

Ruki memasukkan kedua tangannya ke dalam saku di sisi kanan dan kiri sweaternya, dengan memakai hoodie untuk melindungi kepalanya dan sedikit menunduk menyembunyikan wajahnya, berjalan menyusuri koridor sekolah menuju kelasnya. tiba-tiba langkahnya terhenti melihat beberapa pasang kaki berjejer menghalangi jalannya. Ruki mengangkat sedikit wajahnya mencoba melihat siapa orang-orang yang dengan sengaja menghalangi langkahnya.

“Ohayou Ruki-kun~ “, salah seorang perempuan-perempuan yang berjejer di hadapan Ruki tersenyum menyapa makhluk mini itu. dan mereka adalah kelima perempuan yang kemarin mengaku sebagai AoiHa FC.

“o-ohayou”, Ruki tersenyum maksa, merasa tak enak hati Ruki segera berjalan menerobos kepungan kelima perempuan itu namun dengan sigapnya mereka menangkap tubuh Ruki dan menyeret makhluk mini tak berdaya itu.

“tu-tunggu! Aku mau dibawa kemana?!”, protes Ruki tak terima.

“kami akan membawamu menghadap PEMILIK SAH Urusama!!”

“he?”, Ruki cengok.


ナチュラルセンス  (◕‿◕✿)


Ruki meliarkan pandangan ke sekitar ruangan asing dimana kelima perempuan tadi menyeretnya. Sebuah ruang kelas yang tampak sudah tak terpakai. Ruki juga melihat segerombolan perempuan tiba-tiba datang ke ruangan itu bersama kelima perempuan yang menyeretnya tadi. Ruki berusaha menghitung satu persatu perempuan-perempuan itu dan ia yakin mereka lebih dari satu orang *yaiya!*, mereka semua menatap Ruki dengan pandangan tanda permusuhan (=.=”), Ruki menelan ludahnya paksa merasakan akan adanya penganiyayaan besar-besaran terhadapnya tampaknya. Berurusan dengan si Uruha itu memang bukan ide yang bagus sama sekali.

“hehe…tunggu, kalian salah paham! Dengarkan aku, aku Cuma korban fitnah—“

“Jelaskan itu pada Aoisama!”, ucap salah seorang dari mereka yang sepertinya pemimpin dari perkumpulan tak jelas itu. “dengan berani merebut Urusama, kau telah melukai hatinya”, tambah perempuan itu.

“A-Aoisama?”, Ruki mengernyitkan dahinya.

Segerombol(?) perempuan itu saling menyisih ke kanan dan kiri mereka membuat sebuah ruangan kosong ditengan-tengah, dan beberapa saat kemudian seorang laki-laki tinggi (bagi Ruki) masuk melalui ruang kosong itu dengan kerennya(?) menghampiri Ruki. Satu kesan yang langsung terpahat di otak ‘kecil’ Ruki tentang orang yang baru ditemuinya itu, dower.

“beliau adalah Aoisama! Pemilik sah Urusama!”, perempuan pemimpin gerombolan aneh itu memperkenalkan laki-laki yang berdiri di depan Ruki.

“haaaa!!! Pangeran sekolah nomor dua BHS!!”, seru Ruki yakin.

Mendengar kata NOMOR DUA, sungguh menyakitkan telinga Aoi, “ohayou”, sapanya berusaha tersenyum membuat bibirnya semakin melebar.

“o-ohayou”, jawab Ruki ragu. Perasaan makhluk mini itu jadi semakin tak enak. Sudah berurusan dengan Uruha si pangeran nomor satu di BHS itu membuat kehidupan sekolahnya menjadi tekanan batin untuknya, sekarang malah merembet membuatnya berurusan dengan si pangeran nomor dua juga. Itu artinya bisa dobel penderitaannya di sekolah ini.

“jangan berwajah gelisah begitu, “Aoi tersenyum, “ namamu Matsumoto Takanori kan?”, tanyanya.

“i-iya. Tapi kau bisa memanggilku Ruki hhe…yoroshiku”

“Aoisama tidak sedang memintamu memperkenalkan diri!”, perempuan yang tadi nyeplos lagi. Aoi mengangkat tangannya mengisyaratkan agar perempuan itu diam.

“aku tidak akan melukaimu Matsumoto, aku hanya ingin mengatakan padamu, bahwa Uruha—“, tiba-tiba Aoi mengehentikan kata-katanya. Ruki mengernyitkan dahi. “U-Uruha …”, Aoi kembali menggantung kata-katanya tampak ragu dengan apa yang hendak ia katakan.

Ruki melihat segerombol perempuan-perempuan di belakang Aoi menatap laki-laki itu dengan menggebu-gebu seakan gregetan agar Aoi segera mengatakannya.

“Uruha adalah….”

“…..”

“Uruha….”

“…..”

“Uruha?”, Aoi menyentuh dagunya bingung.

Perempuan-perempuan di belakang Aoi sudah saling menjambak saking gregetnya.

“Uruha adalah milikku seorang!! Jangan berani kau mendekatinya! Dia milikku! Tak akan kubiarkan siapapun menyentuhnya selain aku! cinta kami abadi, tidak akan ada siapapun yang bisa memisahkan kami apalagi cuma gangguan dari tompel kecil sepertimu!”. perempuan pemimpin gerombolan itu nyerobot dialog Aoi yang tak niat Aoi ucapkan.

“emm..ah iya seperti itu”, ucap Aoi santai.

“apa kau sudah menghafalnya dengan benar Aoisama?”

“sedikit haha…”, Aoi tertawa garing membuat AoiHa FC sweatdrop. “hanya itu yang ingin aku sampaikan, selamat menikmati hidupmu hari ini Matsumoto”, Aoi tersenyum menjentikkan jarinya di kening Ruki yang dibuat bengong karena ke-gaje-annya dan para fangirlsnya. Dan Aoi pun melenggang pergi meninggalkan Ruki diikuti segerombolan fansnya yang beberapa diantara mereka sedikit memberikan ancaman pada Ruki agar tidak mendekati Uruha.

“apa-apaan itu?”, dengus Ruki.


ナチュラルセンス  (◕‿◕✿)


“AoiHa FC, mereka adalah sekumpulan fujoshi yang mem-pairkan Aoi dengan Uruha”

“Fujoshi?”, Ruki menyela penjelasan Kai.

“benar. Fujoshi! Kau tidak tahu? Perempuan yang menyukai hubungan menyimpang tapi biasanya lebih ke Male x Male”, terang Kai.

“ada ya yang begitu?!”, Ruki sewot.

“ya, dan sebenarnya…pada kenyataannya Aoi dan Uruha sendiri tidak memiliki hubungan apa-apa, bahkan Aoi sendiri pernah mengatakan dia tidak menyukai dirinya di pair-pairkan seperti itu. itu Cuma imajinasi mereka saja, tapi mereka selalu berusaha membuat khayalan mereka menjadi kenyataan”, terang Kai.

Ruki melipat kedua tangannya di dada, “tapi sepertinya Aoi memang punya perasaan pada Uruha”, ucap Ruki tak yakin dengan kata-katanya sendiri, karena rasanya itu tidak normal untuk ia ucapkan==”

“sou ka? Bagaimana kau bisa berpikir seperti itu Ruki-sama?”, tanya Kai antusias. Dan kedua anak buahnya pun ikut memasang telinga mereka kecuali anak yang bernama Shin.

“tadi dia mengancamku untuk tidak dekat-dekat dengan Uruha”

“MAJIIIIIIIIIIIIIIII?????!!!!!!!”, ketiga orang itu heboh. Tanpa Ruki ketahui mereka juga fujoshi versi cowoknya aka fudanshi desu (=_=), “maksudmu dia mengancammu untuk tidak dekat-dekat dengan Uruha secara langsung? Oleh mulutnya sendiri?”, tanya Kai masih antusias.

“err~ mungkin… tapi tadi dia memang datang menemuiku untuk mengancamku”

Kai berdiri dari kursi singgasana(?)nya, mengangguk-anggukan kepalanya, “jadi ternyata selama ini Aoi memendam perasaan pada Uruha, dan ia baru mengungkapkannya setelah merasa ada saingan? Ckck…”, Kai menggeleng-gelengkan kepalanya tersenyum diikuti Hiroto dan Kazuki yang mengikuti tingkahnya geleng-geleng kepala, “berarti judul untuk fenomena(?) ini adalah ‘ perebutan Uruha antara Shiroyama Yuu dan Matsumoto Takanori ‘,CATAT!!!!!!”, suruh Kai menunjuk sekertaris klubnya, Shin.

“h-hai…”, Shin menganggukan kepalanya pelan lalu segera mencatat di buku catatan khusus info yang akan disajikan di madding mereka.

“HEH!!! APA ITU??!! JANGAN LIBATKAN AKU LAGI!!!”, Ruki emosi namanya dibawa-bawa.

Ruki berusaha merebut buku catatan Shin, namun Kazuki dan Hiroto menahan tubuh ‘kecil’nya hingga tangannya tidak bisa mencapai buku catatan Shin. Tanpa memperdulikan Ruki dan kedua temannya yang bergumul, Shin tetap enjoy mencatat.

Seperti inikah yang disebut meeting club ini?

Ruki mendengus mendudukan dirinya di bangku, sementara ke-3 orang lainnya (tanpa Shin) saling tos karena merasa madding mereka akan bangkit lagi dengan info-info fakta menarik yang mereka dapatkan. Ruki hanya menatap ke-4 orang teman(?) barunya itu sedikit jengkel, namun entah kenapa ia juga merasa sedikit nyaman berada diantara mereka. meski kebersediaannya ia menjadi anggota di klub ini karena sebuah ancaman, tapi Ruki merasa benar-benar diterima dan disambut. Dan tanpa disadarinya, ke-tidak-beradaannya Saga disekitarnya membuat Ruki sedikit kesepian. Meski orang itu hanya selalu melemparkannya ke dalam masalah, tapi entah kenapa Ruki merasa kehilangan saat ia tidak disekitarnya. Saga memang tidak mengikuti ekskul dan club apapun di sekolah, karena apa-apa yang tidak menghasilkan uang baginya hanya membuang-buang waktu.


ナチュラルセンス  (◕‿◕✿)


Saga memasukan netbooknya sesaat setelah ia menilik jam di tangannya. Sedikit meregangkan tubuhnya lalu memandang keluar jendela kelas. Cuaca yang sama seperti kemarin, awan sore yang kelam.

Saga merogoh tasnya dan mengeluarkan kamera kesayangannya, membawanya menuju jendela kelas yang terbuka. Pemandangan langit mendung itu terasa menarik baginya untuk ia abadikan. Saga mengambil beberapa gambar langit yang tampang muram itu dengan senyuman terkembang di bibirnya. Tiba-tiba selintas matanya menangkap tiga orang anak laki-laki berjalan di luar kelas di bawah sana.

Saga masih mengarahkan kameranya ke arah langit sampai akhirnya focus kamera itu beralih ke arah tiga orang anak laki-laki itu yang sedang berjalan cepat dan tampak serius membicarakan sesuatu. Tidak! Saga mengarahkan lensa kameranya hanya pada satu orang itu yang berjalan lebih dulu dari dua orang lainnya. Bibir Saga terkembang samar melihat ekspresi orang itu yang seperti sedang terburu-buru. Ekspresi serius yang tidak Saga sukai darinya, karena Saga merasa orang itu terasa keren saat sedang seperti itu dan Saga tidak menyukainya.

“cih!”

Saga menghentikan aktivitasnya lalu kembali ke bangkunya, memasukan kameranya kembali ke dalam tas, menutup resleting tasnya dan segera beranjak dari sana karena waktu menunjukan sudah lumayan sore.


ナチュラルセンス  (◕‿◕✿)


Sreg.

Kai menepuk-nepukan tangannya setelah mengunci ruangan club mereka. “jadi…kau mau ikut kami untuk berkaraoke ria, Ruki-sama?”, tanya Kai bersemangat.

“tidak, aku pulang saja”, jawab Ruki lesu. Menghabiskan waktu dua jam hanya untuk hal yang tidak jelas, malah menggosip. Benar-benar klub yang aneh, pikir Ruki.

“hey ayolah~ sekali-kali…supaya kita jadi lebih dekat, ya Ruki-sama!”, Kazuki merangkul makhluk mini itu sambil berjalan menuju ruang loker untuk mengganti sepatu mereka.

“tidak usah”, tolak Ruki lagi.

“ah gak asik ah! Keluarkan saja dia dari klub ini!”, Ujar Kazuki yang langsung dapat geplakan dari Kai sang ketua.

“tidak apa-apa Ruki-sama, lain kali mungkin kita bisa keluar sama-sama untuk lebih mengakrabkan diri kita masing-masing ya”, Kai gantian merangkul Ruki.

“hmm”, tanggap Ruki malas. bukan ia benar-benar tidak mau, tapi Ruki merasa sayang uangnya harus dibuang-buang untuk karaokean. Lagipula ia merasa tidak enak dengan Kamijo jika ia menghambur-hamburkan uang orang itu untuk berfoya-foya.


ナチュラルセンス  (◕‿◕✿)


Kelima orang itu terus bercanda dan membulan-bulani Ruki dengan Uruha di sepanjang perjalanan mereka menuju loker. Ruki hanya bisa mendengus kesal karena mengelak pun percuma, 4 lawan 1.

Saat mereka tiba di ruang loker dimana beberapa puluh barisan loker berdiri di sana, ke-5 orang itu berpencar menuju barisan loker kelas masing-masing. Ruki berjalan lesu ke barisan loker kelasnya dan saat ia hendak membelok dirinya untuk masuk ke barisan lokernya, makhluk mini itu melihat dua orang yang ia kenal berada di dekat area loker pribadinya. Dan refleks Ruki menarik diri, bukannya menyapa kedua orang itu ia malah bersembunyi. Ruki sendiri tidak mengerti kenapa ia harus bersembunyi melihat Saga dan Amano di sana.

Sedikit-sedikit Ruki mengintip kedua orang itu, entah apa maksudnya Ruki melakukan itu? tapi makhluk mini itu hanya merasa tidak ingin mengganggu. Sepertinya dua orang itu sedang membicarakan sesuatu? Mungkin tanpa Ruki tahu sebenarnya mereka berdua akrab? Karena itu Ruki ingin mencari tahu kebenarannya.

“bukan urusanmu!”, Saga membalik tubuhnya membelakangi ketua osisnya, memasukkan sepatu kelasnya ke dalam loker dan kembali mengunci lokernya.

“Ruki anak yang terlalu polos, jangan memanfaatkannya!”, ucap Tora, memangku kedua lengannya di depan dada sambil bersandar pada loker-loker di belakangnya di samping Saga.

“aku mau memanfaatkannya atau tidak, tidak ada hubungannya denganmu”, ucap Saga dingin.

Tora menarik punggungnya dari loker-loker di belakangnya sambil tersenyum tipis, “tentu saja ada hubungannya denganku, Ruki sudah jadi bagian dari keluarga Yuuji dan itu artinya dia bagian dari keluargaku juga. Dan aku tidak ingin dia dimanfaatkan oleh siapapun….”, ucap Tora dengan senyuman tipis di wajahnya namun ekspresinya menunjukan keseriusan.

Saga mendengus, “Kau datang padaku hanya untuk mengatakan itu? mengancamku agar tidak mendekati anak itu? cis!”, Saga tersenyum pahit membuang mukanya.

“lantas kau mau aku datang padamu untuk apa?”, Tora menengok wajah Saga yang berpaling ke samping, “Sakamoto-kun?”

Saga menyunggingkan senyum jahilnya, “aku hanya sedikit terkejut, seorang ketua osis BHS dengan derajat yang tinggi dan maha sempurna itu tiba-tiba mendatangiku. Jika aku tidak dekat dengan anak itu mungkin kejadian seperti ini tidak akan terjadi, benar?”

Tora menurunkan pangkuan tangan di dadanya, memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya, “aku hanya ingin mengatakan itu, aku tidak melarangmu dekat ataupun berteman dengannya, tapi tolong jangan memanfaatkannya!”, ucap Tora sesaat sebelum ia membalik tubuhnya untuk meninggalkan adik kelasnya itu.

“cih! Kalau kau mengatakan untuk agar jangan memanfaatkannya, aku malah jadi ingin lebih memanfaatkannya!”, Ucap Saga menyeringai dingin, membuat Tora mengurungkan niatnya untuk melangkah pergi.

Tora tersenyum tipis kembali membalik tubuhnya, “Sebegitu bencinya kau padaku”

“jangan salah paham, aku tidak punya perasaan seintim itu terhadapmu kaichou-sama, kita tidak punya hubungan sedekat itu sampai aku lancang berani membencimu”, Saga memasukan satu tangannya ke dalam celana seragamnya, memain-mainkan kunci motornya di tangan yang lainnya sambil melangkahkan kakinya untuk pulang, “aku hanya tidak suka diperingatkan!”, ucapnya sambil memegangi pipi kanannya dan mendelik ke arah Tora tepat di samping kakak kelasnya itu saat tubuh mereka berpapasan.

Tiba-tiba Tora mendorong bahu laki-laki berambut hazel adik kelasnya itu dengan satu tangannya, Menekan bahu Saga agar punggungnya tetap merapat ke loker-loker di belakangnya.

“mau apa kau?”, Saga memicingkan matanya galak sedikit merasa was-was dengan tindakan Tora yang tiba-tiba.

Tora tertawa kecil melihat ekspresi wajah adik kelasnya yang memasang kewaspadaan penuh itu.  “bukan hanya kata maaf yang tidak keluar dari mulutmu, tapi bahkan sepertinya kau memang tidak punya rasa bersalah sama sekali, Sakamoto-kun”, Tora menumpu’kan satu lagi telapak tangannya yang terbebas di samping bahu Saga, mempersempit ruang gerak adik kelasnya itu.

“ck! tidak ada yang perlu kusesali dari apa yang kusenangi, dan satu tamparan dari maniak tante-tante seperti anda tidak berarti apa-apa bagiku Kaichou-sama.”, Saga menepuk-nepuk dada ketua kelasnya sambil menyeringai dingin.

Tora kembali tertawa kecil mendengar sebutan yang dilemparkan Saga untuknya, “maniak tante-tante? Terdengar sedikit memalukan haha…Apa itu judul yang akan kau pakai untuk hasil tangkapan lensa kameramu tadi……yang mengarah padaku?”, ucap Tora, tersenyum jahil.

Mata Saga membulat sempurna mendengar Tora ternyata menyadari apa yang dilakukannya di jendela kelas tadi. ia segera mendorong tubuh laki-laki di hadapannya dan bermaksud melarikan diri. Namun Tora kembali bisa menangkap lengan adik kelasnya itu, mendorongnya kembali merapat ke loker, “LEPA-hmmmpb”, suara protes Saga lenyap seketika saat Tora mengunci mulutnya dengan bibirnya membuat laki-laki berambut hazel itu membulatkan matanya dan dengan kuat segera mendorong tubuh kakak kelasnya.

PLAK!


Mata Saga masih membulat dengan ekspresi wajahnya yang terlihat begitu terkejut dan juga marah atas perlakuan apa yang baru saja ia dapatkan dari ketua osis BHS itu. Saga segera beranjak pergi dengan langkah cepat meninggalkan kakak kelasnya yang terdiam sambil memegangi pipinya yang langsung memerah saking kuatnya Saga menamparnya.

                                                       
Sementara Ruki melotot segera menarik kepalanya yang diam-diam mengintip, syok dengan kejadian apa yang baru ia lihat antara Saga dan ketua osisnya. Sungguh kejadian seperti itu tidak pernah ia duga akan terjadi. Dan ia mengintip bukan untuk melihat hal seperti itu. Ruki masih syok sampai ia lupa untuk segera bersembunyi padahal Saga telah berjalan ke arahnya dan…Makhluk mini itu mematung di sisi ujung loker sampai Saga keluar melewatinya.

Glek!

Ruki menelan ludahnya paksa menyadari Saga kembali mundur dan berhenti tepat di depannya lalu menoleh ke arahnya.

 “Hha…y-YO! …”, Ruki mengangkat tangannya kaku dengan keringat dingin tiba-tiba renum di pelipisnya. “k-kau baru pulang haha…”, Ruki tertawa garing.

Saga menekan kedua pipi Ruki dengan ibu jari dan telunjuknya, dia menyadari sikap Ruki yang sepertinya melihat apa yang baru saja terjadi antara dirinya dan ketua osis BHS itu, “jangan salah paham!”, Saga menatap Ruki tajam seakan memperingatkan makhluk minis itu untuk melupakan apa yang baru saja dilihatnya. “dia hanya mempermainkanku”, ucapnya dingin dengan suara pelan , lebih pada dirinya sendiri. lalu Saga melepaskan tekanan jari-jarinya di pipi Ruki dan pergi meninggalkan makhluk mini itu yang kembali mematung.

Ruki tidak pernah melihat ekspresi Saga seserius dan sedingin itu sebelumnya, Saga yang Ruki kenal selama ini adalah orang jail yang tidak bisa diajak serius dan menganggap semua enteng baginya. Ruki pikir orang itu tidak akan pernah menunjukan ekspresi serius dan begitu dingin seperti tadi. sedikitnya itu membuat Ruki terkejut. Lalu apa maksud kata-kata terakhir Saga tadi? Ruki sama sekali tidak menangkap apa maksudnya. Dan satu lagi hal yang membuat Ruki penasaran, sebenarnya hubungan seperti apa yang Saga dan ketua osisnya itu miliki?


TBC  (◕‿◕✿)


Baiklah….. kita fokus pada Tora dan Saga sedikit, sebagai 2nd main pair(emang ada?) +_+)v


Tuesday 27 November 2012

Natural Sense ★5



Author : Rukira Matsunori
Rated : T (kembali)
Genre : AU/ gajeromance/ BL
Fandom(s) : the GazettE, alicenine dkk
Pairing(s) : Uruha x Ruki? Ruki x Uruha?
Chapter(s) : 5
Warning : Jangan anggap serius FIC ANEH ini!!! DON’T LIKE DON’T READ!!
Length : 15 pages (4.191 words)
Note : tidak ada.



Chap 5 : ~Shy~

Natural Sense ~♪
ナチュラルセンス

“huatchim!!”, Ruki menggesek-gesek hidungnya yang mendadak sedikit gatal sambil menyimpan sepatunya di loker. Cuaca pagi ini terasa kurang bersahabat bagi makhluk minis itu, ah tapi mungkin buat semua orang juga, terlihat dari banyaknya siswa-siswi yang memakai mantel dan sweater lalu lalang di belakang punggung Ruki, termasuk Ruki sendiri yang memakai sweater abu-abu mudanya yang tampak sedikit kedodoran, “huatchim..!!”. pagi ini ia kambali berusaha untuk tidak bertatap muka dengan Uruha, selain karena kejadian tempel bibir itu ditambah lagi dengan mimpi ‘menyeramkan’ tadi malam. Ruki semakin tak punya muka harus bertemu dengan Uruha.

“ohayou~”

“eh, oha—“, Ruki mencoba menolehkan wajahnya kearah seseorang yang menyapanya pagi ini. namun ia sedikit merasa aneh saat apa yang dilihatnya adalah lima orang anak perempuan cantik yang menyapanya yang bahkan tak pernah Ruki lihat sebelumnya, meski Ruki belum terlalu hafal wajah teman-teman perempuan di kelasnya tapi ia yakin mereka yang ada di hadapannya bukanlah teman sekelasnya.

“kau Matsumoto Takanori dari kelas 2-3?”

“etto~ iya…”, jawab Ruki ragu, kelima anak perempuan itu sedikit menunjukan wajah terkejutnya. “ada apa?”, Tanya Ruki heran.

“kau punya hubungan KHUSUS dengan Uru-sama?”, Tanya salah seorang dari mereka.

“ha?? hubungan apa?”, Ruki sedikit terkejut dengan pertanyaan salah seorang perempuan itu. apa mereka tahu kalau dirinya penumpang(?) di rumah keluarga Yuuji? Tapi darimana mereka tahu?

“jangan pura-pura bodoh! Kau ingin menyaingi Aoi-sama?! Tidak mungkin bisa!! Uru-sama itu milik Aoi-sama!! Ingat itu!!”, seorang anak perempuan lain terdengar mengeluarkan sedikit ancaman, membuat Ruki jadi tidak mengerti, apa-apaan ini? jadi itu bukan tentang dirinya yang menumpang di rumah kakek Uruha? Fiuh~ Ruki sedikit lega.

“siapa milik siapa?”, Tanya Ruki mencoba untuk memperjelas apa yang didengarnya tadi. Seingat Ruki yang mereka sebut dengan Aoi-sama itu mungkin salah satu dari ke-3 pangeran di sekolah yang pernah Saga jelaskan padanya, bukan?

“kau sungguh tidak menyenangkan ya Matsumoto-kun, Uru-sama itu milik Aoi-sama!”, tegas perempuan itu sekali lagi.

“ap—hmmbwahahahah…!!”, anak-anak perempuan itu mengernyitkan dahinya melihat Ruki tertawa, “mereka berdua laki-laki apanya yang milik? Wkwkwk”, tawa Ruki mendadak berhenti, “lalu apa hubungannya denganku?”, Tanya Ruki sambil menunjuk dirinya sendiri.

“isshh…kau menyebalkan Matsumoto-kun!”

“pokoknya jangan berani dekat-dekat Uru-sama! Atau kami AoiHa FC akan membuat perhitungan denganmu! Huh… ayo pergi minna!”, kelima perempuan itu membalik tubuh mereka bersamaan dengan mengibaskan rambut panjangnya hingga mengenai wajah Ruki dan melenggang pergi meninggalkan makhluk minis itu.

“AoiHa FC?”, satu lagi keanehan yang Ruki temukan di sekolah ini.



ナチュラルセンス  (◕‿◕✿)


Ruki mematung dengan wajah pucat agak terangkat melihat sebuah potret di paling atas madding yang dimana di sana sudah berkerumun siswa-siswi yang juga tengah meributkannya. Sebuah foto yang dimana disana Ruki ikut terlibat sebagai model? Bersama seseorang, dan sepertinya itu jadi berita paling panas pagi ini. Ah! Itu jelas foto kejadian saat Ruki hampir terjatuh dari tangga karena didorong Saga dan menubruk Uruha. mana judul di atasnya tertulis “CALON PASANGAN YAOI TERPANAS : Yuuji Kouyou (Uruha) Matsumoto Takanori (Ruki)”.

SAGAAAAAAAAAA????!!!!!

Ruki segera melangkahkan kakinya meninggalkan kerumunan orang-orang di depan madding itu sambil memakai hoodie sweaternya agak tertunduk. entah kenapa setelah melihat foto itu Ruki merasa jadi buronan di sekolahnya sekarang, Meski wajahnya tidak terlihat karena angle foto itu diambil dari atas tapi namanya terpampang dengan jelas di sana, itu benar-benar memalukan!!!

SAGA!!!!!

Ruki harus membuat perhitungan dengan orang itu! apa maksudnya ini? setelah membuatnya banting tulang mendapatkan foto-foto Uruha bahkan sekarang ia tengah berusaha mendapatkan foto paha Uruha dan karena itu pula ia mendapatkan mimpi menyeramkan seperti tadi malam. Dan sekarang foto nista itu tetap ia sebarkan juga berikut fitnahnya yang lebih kejam daripada pembunuhan! Ruki benar-benar tidak bisa memaafkannya.

DUK!

“ah..”, Ruki sedikit mengangkat wajahnya untuk melihat siapa yang ia tabrak. “sumi—KAU!!!”, wajah Ruki berubah ganas melihat orang yang ia tabrak adalah Saga.

“AH!! MATSUMOTO TAKANORI…” Saga sengaja mengeraskan suaranya saat menyebut nama Ruki, membuat orang yang sedang berkerumun di depan madding tidak jauh dari tempat mereka, serempak menolehkan wajahnya ke arah Ruki. membuat makhluk minis itu kelimpungan. “selamat pagi…”, sapa Saga tersenyum.

“apa yang kau lakukan…?!!”, Ruki menarik kerah seragam Saga kesal. Namun , belum sempat rasa marah Ruki termuntahkan pada Saga, orang-orang yang berkerumun di depan madding itu tiba-tiba kini telah beralih mengerubungi mereka. “he?”, Ruki mati gaya.

“kau Matsumoto Takanori?”

“kau berani menyerang Uruha?”

“anak ‘kecil’ sepertimu?”

“punya nyawa berapa kau?”

“kau anak baru yang Uruha benci itu kan?”

“kau benar-benar mencium bibir kritingnya itu hyaaaaaaaa!!!”

“Tu-tunggu!! Itu….bukan begitu!! aku tidak sengajaaaa!!”, rasanya Ruki ingin menangis, ia kesusahan hanya untuk sekedar menjelaskan karena pertanyaan yang bertubi-tubi dari banyak mulut menyerangnya. Tubuh kecilnya juga di gunjing-gunjing banyak tangan.

“atas dasar apa kau berani ingin memonopoli Uruha kami!”

“berani juga kau bocah!”

“Uruha pasti menendangmu saat itu juga ya haha”

“URUSEEEEEE!!!!!!”

“…..”

“…..”

“…..”

Ruki menoleh pada Saga di sampingnya yang kelihatan merasa risih dengan keributan anak-anak itu. Suara Saga yang lantang menyuruh mereka diam sukses membuat pertanyaan-pertanyaan dan gunjingan tangan mereka berhenti pada Ruki. Ruki sedikit menghela nafas lega, kali ini Saga cukup menolongnya.

Saga memangku kedua tangannya di dada, “anak ini menyatakan perasaannya pada Uruha saat itu….”

JDER!!!!

Ruki langsung menjambak-jambak rambut hazel Saga. menyesal sekali telah merasa dia sedikit menolongnya.  Saga mendorong wajah Ruki menjauhkannya darinya, “dan Uruha belum menjawab perasaannya sampai sekarang…”, ujar Saga dengan mimik wajah serius.

Semua anak-anak yang berkerumun itu jadi saling menoleh, berbisik-bisik dan kembali ribut.

“brengsek! Belum puas kau memfitnahku hah!?”, Ruki menggamit kerah seragam Saga. Saga hanya tersenyum innocent menanggapi perkataan Ruki.

“apa itu artinya Uruha sedang mempertimbangkan perasaannya?”, tiba-tiba salah seorang dari kerumunan itu melemparkan pertanyaan yang Ruki tak mengerti.

“bisa jadi. Tapi itu tidak mungkin! Seharusnya dia langsung menolak dan menghabisinya kan?”

“tapi anak ini baik-baik saja”

Semua mata serempak kembali menatap Ruki, tidak ada bekas pukulan memar atau apapun di wajah Ruki.

“tunggu! Kalian jangan percaya kata-kata—hmbp!!”, Saga segera membekap mulut Ruki.

“sepertinya begitu, kita lihat saja nanti”, ucap Saga tersenyum. Lalu segera menyeret Ruki yang sudah mengamuk, ia bekap mulutnya untuk keluar dari kerumunan orang-orang yang tampak shock mendengar kenyataan tentang Uruha yang tak mereka duga (bualan Saga). dan beberapa saat kemudian bel masuk-pun berbunyi.


ナチュラルセンス  (◕‿◕✿)
Jam istirahat….

“minggir! Minggir! Minggirrr!”, kedua orang pengikut Uruha menyingkir-nyingkirkan siswa siswi yang berkerumun di depan madding yang menghalangi tuan mereka untuk melihatnya. Mereka pun menyingkir saat melihat Uruha sudah berdiri di belakang mereka dan mempersilahkan sang pangeran sekolah itu untuk menikmati waktunya melihat gossip dirinya sendiri dengan leluasa.

Wajah Uruha tetap terlihat tenang memperhatikan foto nista dirinya di dalam papan madding yang dilindungi kaca-kaca dan terkunci itu. setelah beberapa menit berdiri dalam diam dia segera beranjak meninggalkan tempat itu dengan segara di ikuti kedua pengikutnya. Dan saat itu semua siswa yang asal mulanya berkerumun pun kembali berkerumun setelah kepergian Uruha.

“siapa orang lancang yang berani menyebar gossip seperti itu?”

“benar-benar tidak tahu diri!”

“Club madding itu perlu sedikit peraturan mengenai informasi apa yang harus mereka sajikan!”

“kami akan mencari tahu siapa yang melakukannya Urusama!”

“tidak perlu!”, ujar Uruha singkat.

“he? Kenapa? Apa kau sudah tahu siapa orangnya?”

“yakinkan saja foto itu sudah lenyap esok pagi!”, suruh Uruha pada kedua pengikut di belakangnya.

“ba-baik Urusama!!”

“ck! aku yakin kau yang melakukannya benalu!”, gumam Uruha pelan dengan nada yang sangat jengkel. “jadi kau ingin melawanku dengan cara mempermalukanku seperti ini bocah? Tidak akan kubiarkan kau bertindak lebih jauh mengganggu ketenanganku!”


ナチュラルセンス  (◕‿◕✿)

BRAK!

Akhirnya tiba saat kelas kosong dan hanya menyisakan Ruki dan Saga di dalamnya. Ruki sudah menunggu-nunggu itu sejak tadi, tangan dan mulutnya benar-benar gatal ingin mengamuk pada Saga yang padahal hanya duduk dengan jarak beberapa senti di sampingnya.

“kenapa kau menyebarkan foto itu hah? bukankah aku sudah melakukan semua perintah konyolmu dan bahkan sekarang aku berusaha mendapatkan foto paha paha paha yang selalu kau minta itu!!”, Ruki mengeluarkan unek-uneknya semenjak tadi.

Saga hanya melirik sedikit lalu menyandarkan punggungnya di sandaran bangku, “bukan aku yang menyebarkannya, kau lihat kan? Club madding yang memasangnya di sana”, ucap Saga enteng.

“bagaimana mereka bisa memiliki foto itu kalau bukan darimu!”

Saga memain-mainkan balpoin di mejanya, “Mereka hanya mengatakan kalau club mereka hampir bangkrut dan bubar karena info-info mereka tidak bermutu dan kurang diminati siswa-siswi di sini. aku ikut prihatin, saat aku memperlihatkan foto itu pada mereka, mereka langsung bersedia membayarku dengan harga tinggi bahkan lebih tinggi dari harga si CoolMan membayarku untuk paha Uruha”, Saga menolehkan wajahnya pada Ruki dan tersenyum. “yang penting bukan aku yang menyebarkannya kan? Salahkan saja mereka!”

“prihatin hidungmu!! Kau memang sengaja menawarkannya pada mereka kan? Semua karena uang!!! Tahu begitu sejak awal aku tak melakukan semua perintah konyolmu kalau akhirnya kau sebarkan juga!!!!”, Amuk Ruki.

“yang penting dengan begitu berarti kau tak perlu lagi mendapatkan foto paha Uruha, aku membebaskanmu. Lagipula sebenarnya si CoolMan tidak menuntut apapun, sejak awal dia memang iseng meminta itu”, Saga menjulurkan lidahnya.

“KAU!!!!”

Sreg!!

Ruki dan Saga menoleh ke arah pintu kelas yang tiba-tiba terbuka. Ruki melihat empat orang yang belum pernah dia lihat sebelumnya memasuki kelas dan menyapa Saga. “akhirnya datang juga kalian…”, ujar Saga sambil mengangkat satu tangannya. Ruki hanya bengong.

“oh kau Ruki-sama!”, seseorang berkaca mata salah seorang dari mereka menunjuk Ruki.

“he?”

Orang itu buru-buru menghampiri Ruki lalu menggenggam kedua tangan Ruki. “Ruki-sama! Bergabunglah bersama kami!!”, pintanya berkobar-kobar. Ruki hanya terbengong-bengong.

“mereka adalah sisa-sisa dari anggota klub madding yang hampir bangkrut itu”, Saga menjawab pertanyaan di otak Ruki.

“namaku Uke Yutaka dari kelas 3-5, kau bisa memanggilku Kai, aku ketua club”, Orang itu membenarkan kaca matanya lalu tersenyum menampilkan lesung pipitnya pada dunia, “yoroshiku onegaishimasu Ruki-sama”

“aku Ogata Hiroto, dari kelas 2-6, yo!”, orang di belakang Kai mengangkat sebelah tangannya. Entah kenapa melihat orang itu mata Ruki berbinar-binar karena hanya dia yang terlihat tidak terlalu memusuhinya soal tinggi badan.

“Kazuki desu! Dari kelas 2-5, Yoroshiku!!”, satu orang di sebelah Hiroto memperkenalkan dirinya dengan riang.

“Shin desu, dari kelas 2-5, yoroshiku onegaishimasu”, Ruki sedikit mengerutkan dahinya tidak terlalu mendengar apa yang diucapkan orang terakhir diantara ke-4 orang itu. dia mengucapkannya dengan suara yang pelan sambil tertunduk dan aura di sekitarnya tampak suram. Namun Ruki tidak terlalu ambil pusing.

Kai kembali meraih tangan Ruki, “kami sangat berharap Ruki-sama mau bergabung bersama kami dan membangkitkan club kami yang sudah terpuruk ini”, Ucap Kai dengan mata yang berbinar-binar seperti memohon pada Ruki.

“he? Kenapa aku?”, tanya Ruki bingung.

“kau adalah ‘calon’ orang terkenal di sekolah ini karena itu dengan bergabungnya kau di club, akan ikut mengangkat nama club kami”, jawab Kai masih berbinar-binar.

Ha? Calon orang terkenal?
Ruki membatin.

“Saga bilang kau belum ikut club apapun di sekolah ini bukan? Karena itu bergabunglah bersama kami Ruki-sama”, Kazuki ikut memaksa.

“dia sudah mengatakannya tadi, dia bersedia bergabung bersama kalian”, ucap Saga santai dari bangkunya.

“be-benarkah?!”, Kai hampir menitikkan air mata.

“hah?! kapan aku mengatakan itu?!”, tanya Ruki emosi pada Saga.

“tidak apa-apa kan? Dengan tersebarnya foto itu anggap saja aku membebaskanmu. Kau bisa bebas bergabung dengan club mereka, tidak usah sungkan denganku”

“SIAPA YANG SUNGKAN DENGANMU?!!”, Ruki kelewat jengkel dengan tingkah Saga yang kelewat innocent, ia hendak menghampiri Saga ingin sekali mematahkan tulang hidungnya itu, namun Kai menahan tubuhnya.

“Ruki-sama terimalah tawaran (paksaan) kami!”, Kai membalik tubuh Ruki dan memegang kedua bahu ‘kecil’nya. “atau kami sebarkan kalau kau kumpul kebo dengan Uruha”, ucap Kai setengah berbisik dengan seringaian di bibirnya, menghapus image ramahnya tadi dan Ruki dibuat sadar mereka adalah golongan kaum Saga dan pasti sama saja liciknya dengan orang itu. “Saga sudah mengatakan semua tentangmu pada kami Ruki-sama, jadi sebaiknya tidak mencoba menolak”, Kai mengembalikan mimik wajahnya yang ramah.

SAGAAAAAAAAA!!!!!!

Ruki menoleh pada Saga yang tengah santai duduk di bangkunya. Saga melirik Ruki lalu menyeringai sadis membuat Ruki naik darah, namun apalah yang bisa dilakukan makhluk tak berdaya sekecil Ruki, apalagi sekarang Saga membawa antek-anteknya berkedok-an club madding itu yang terlihat sama bejadnya. Ruki hanya bisa menerima saja diperlakukan semena-mena walau ia sesungguhnya tak rela lahir batin. Benar! dengan tersebarnya foto itu berarti Ruki terbebas dari perintah-perintah konyol Saga namun sekarang ia beralih ke kelompok yang menyebut dirinya sebagai klub madding. Kelompok yang telah menyebarkan fitnah tentangnya dan menutup jalannya mendapatkan pacar.
Ruki menduduk-an dirinya di bangku di belakangnya lesu, kenapa hidupnya begini menderita? Apa karena tubuhnya kecil? Hingga orang-orang memandang rendah padanya? Apa ukuran tubuhnya memang mengundang untuk dinistai orang?

“Ruki-sama? Kau baik-baik saja?”, tanya Kai.

“aku….selama aku hidup di dunia ini, aku tidak pernah punya pacar”, Ruki menundukkan wajahnya, “dan sekarang kalian telah memfitnahku homo! Seumur hidup tidak akan ada perempuan yang mau padaku!!!”, Ruki memegangi kepalanya frustasi hampir menangis.

“apa yang kau katakan Ruki-sama? Bukankah kau dan Uruha memang saling jatuh cinta?”

“he?!”, Ruki mengangkat wajahnya menatap Kai sinis.

“berawal dari rasa benci! Saling bermusuhan! Kemudian tumbuh benih-benih cinta diantara kalian namun kalian malu untuk saling mengungkapkan, benarkan?”

“cerita darimana itu?”, Ruki sweatdrop. Kai menunjuk Saga dan Ruki jedot-in kepalanya ke permukaan meja.

“jujur saja pada kami Ruki-sama, kami bukanlah fanboys Uruha jadi kami tidak akan memusuhimu”

“benar, kami malah akan melindungimu dari serangan-serangan mereka”, Kazuki mengucapkannya dengan bangga.

“serangan?”, tanya Ruki setangah sadar sambil meletakkan kepalanya di atas meja, lesu.

“benar, serangan! Yang terlibat denganmu itu Uruha! Selain kau akan terkenal, kau juga harus siap menanggung resiko siap diserang dan dihajar para fanboys dan fangirlsnya”

Wajah Ruki memucat.

Saga tersenyum beranjak dari bangkunya menghampiri bangku dimana Ruki terkulai lemah seperti mati. Ia mengusap kepala Ruki masih dengan senyuman di wajahnya, “kurasa tidak begitu, jika benar kau mempunyai hubungan dengan Uruha justru mereka akan lebih menghormatimu karena berarti kau orang yang berharga untuk idola mereka. Namun sebaliknya, jika mereka tahu kau hanya mengaku-ngaku, maka habislah kau”, Saga kembali menjulurkan lidahnya.

Ruki pingsan.


ナチュラルセンス  (◕‿◕✿)

“Aoisama!! Jangan biarkan anak itu merebut Urusama darimu! Kau harus memberikan peringatan langsung padanya”

“benar! aku lihat anak itu kecil dan lemah, satu kali gertakan darimu dia pasti pingsan”

“nyalinya besar juga mau merebut Urusama dari Aoisama”

“dia tidak tahu kekuatan cinta Aoisama dan Urusama tidak bisa terpisahkan!”

Aoi hanya melebarkan bibirnya sesekali menanggapi kicauan perempuan-perempuan di samping kanan di kirinya. Dia benar-benar tidak bisa menikmati makan siangnya di kantin dengan kicauan-kicauan burung beo di sekelilingnya seperti itu. Lagipula Aoi tidak terlalu mengerti dan perduli dengan apa yang mereka ributkan. Setahu Aoi mereka menyebut diri mereka sebagai AoiHa FC, para fujoshi yang seenaknya mem-pair-kan dirinya dengan Uruha. Tapi bahkan dirinya dan Uruha sendiri tidak merasa akur satu sama lain apalagi menjadi pasangan (sebenarnya Aoi saja yang selalu menganggap Uruha musuh karena Uruha lebih tenar darinya, sementara Uruha sendiri tidak perduli).

“Aoisama…apa kau akan diam saja?”

“he? Entahlah Haha…”, Aoi kembali melahap makan sianganya memaksa tertawa.

“apa sebegitu mudahnya kau akan menyerahkan Urusama pada anak baru itu? sedangkal itukah cintamu ada Urusama?”

“kau mengecewakan kami Aoisama hhu”

Perempuan-perempuan itu acting menangis di depan Aoi membuat Aoi merasa sedikit bersalah. Aoi paling ANTI dengan yang namanya mengecewakan fans. Fans adalah segalanya baginya. Kalau ia ingin lebih terkenal ==”

“aa…iya, aku akan melakukan sesuatu, kalian tenang saja ya!”, ucap Aoi agak ragu dengan kata-katanya.

“HONTOU?!!!!”, mata perempuan-perempuan itu berbinar-binar. “Aoisama akan memberinya peringatan? Mengatakan padanya kalau Urusama adalah MILIKMU SEORANG?!!”, desak mereka bersamaan menatap mata Aoi dengan begitu tajam. Aura fujoshinya benar-benar memancar kuat dari tatapan mereka membuat Aoi tidak bisa menolak untuk mengangguk. Rasanya seperti digencet aura yang meluap-luap. “hyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!! Aoi love Uruha Forever!!! Yeayyyy!!!”

Aoi hanya menghela nafas sedikit mendengus setelah lepas dari desakan mereka dan bisa bernafas dengan lega.
Para Fujoshi itu benar-benar menakutkan.


ナチュラルセンス  (◕‿◕✿)

Reita memain-mainkan bola basket di tangannya, memutar-mutar dengan satu tangannya yang lain sambil berjalan-jalan di koridor. Sesekali mengedipi cewek-cewek adik kelasnya yang masih imut-imut yang berpapasan dengannya membuat mereka kegirangan. Tiba-tiba ia berhenti melihat kerumunan di depan madding. Reita melanjutkan perjalanannya dengan langkah yang lebih pelan saat melewati kerumunan itu dan sedikit menengok berita apa yang membuat mereka-mereka sampai berkerumun begitu. dan kemudian Reita memutuskan untuk menghentikan langkahnya melihat tulisan besar nama teman baiknya terpampang di sana.

CALON PASANGAN YAOI TERPANAS : Yuuji Kouyou (Uruha) Matsumoto Takanori (Ruki)

Dan Reita melihat foto yang berada di bawah tulisan itu.

“…..”

Beberapa saat kemudian bibir laki-laki bernoseband itu terkembang samar. Kemudian ia kembali memain-mainkan bola basket di tangannya dan melanjutkan perjalanannya. “menarik…”, gumamnya pelan sambil terus memutar-mutar bola basket di tangannya.


ナチュラルセンス  (◕‿◕✿)

Saga memain-mainkan kunci motor di tangannya, bersiul-siul di sepanjang koridor yang tampak mulai sepi menuju ruang loker, kadang seringaian tergambar di wajahnya setiap ia mengingat Ruki—mainannya—. Saga memang selalu sengaja pulang telat, kadang memainkan notebooknya, atau bahkan tidur, membaca manga dan kegiatan tak penting lainnya ia habiskan sampai sore di kelas yang sepi. Saga Melihat ke arah langit yang berwarna abu-abu gelap seperti sebentar lagi hujan akan segera turun, ia sedikit mengusap-usap lengan bagian atasnya merasakan angin dingin berhembus menyapa tubuhnya. Tiba-tiba mata kecoklatannya menangkap dua sosok yang berjalan berlawanan arah dengannya di kejauhan sana. Saga sedikit mendengus memalingkan wajahnya berusaha tak berpandangan dengan kedua sosok itu yang semakin lama sosoknya semakin mendekat dan terlihat jelas.

Kedua orang itu tampak sedang asik membicarakan sesuatu hingga tak menyadari ada orang yang berjalan berlawanan arah di depan mereka. Saga mengenal kedua orang itu, Amano Shinji dan Kohara Kazamasa yang lebih sering di panggil Shou, mereka memang selalu tampak berdampingan karena posisi mereka sebagai ketua osis dan wakilnya.

Saga memain-mainkan kunci motornya masih memalingkan wajahnya berlawanan dengan posisi kedua orang itu yang berpapasan dengannya.

Dan mereka berlalu…

Shou sang wakil ketua osis kemudian menoleh ke arah Saga yang sudah berjalan jauh di belakang mereka. “anak itu…”, gumamnya.

“kenapa dengan anak itu?”, tanya sang ketua.

“sepertinya dia sering pulang jam segini padahal tidak mengikuti ekskul apapun”

Amano tertawa kecil, “kau memperhatikannya?”

“ahaha bukan, aku hanya kebetulan sering melihatnya. Lagipula aku tidak pernah lupa…. aku ingat, dia anak yang paling susah diatur saat masa orientasi”

Tora tersenyum dengan perkataan wakilnya. “dan aku adalah senpai yang paling dia benci”

“benar! sepertinya dia selalu dengan terang-terangan menunjukan itu dan—“, Shou tiba-tiba menggantung kata-katanya melirik wajah ketua osisnya. “jika ada orang yang paling tidak bisa melupakan kenakalannya, itu pasti kau kan?”

Amano hanya tersenyum tipis atas perkataan wakilnya, “aku memang tidak pernah melupakannya”


ナチュラルセンス  (◕‿◕✿)

Ruki menghirup aroma susu coklat hangat yang baru diantarkan seorang maid ke kamarnya. Wajahnya mendadak berseri-seri dan kemudian ia segera menyeruputnya, merasakan susu coklat hangat itu mengaliri tenggorokannya dan tubuhnya menjadi terasa lebih hangat sehabis mengguyur tubuhnya dengan air (mandi). Hidangan yang cocok untuk cuaca dingin seperti ini. sejenak Ruki melupakan penderitaan tertindasnya ia di sekolah dan tekanan batinnya di rumah besar ini. “aahh~”

BRAK!

“Proooopppttt!!!”, semua susu coklat di mulut Ruki nyemprot keluar melihat pintu kamarnya dibuka dengan paksa dan yang melakukan itu adalah Uruha. “he? Uru….”, Ruki terkejut.

Makhluk mini itu langsung memasang kuda-kuda untuk bertarung saat Uruha menerobos(?) pintu kamarnya tanpa seizinnya. Ruki lalu menghampiri Uruha takut-takut membuat Uruha memicingkan kedua matanya. Tiba-tiba Ruki mencubit pipi laki-laki jangkung itu dan menamparnya, “HEH!! Bego apa yang kau lakukan??!!”, protes Uruha.

Tanpa menggubris protes-an Uruha, Ruki membelakangi makhluk jangkung itu sambil memegangi kedua pipinya syok. “bukan mimpi?”, tanyanya pada diri sendiri.

Uruha mendorong kepala Ruki yang membelakanginya, “bicara apa kau pendek? Jangan mengalihkan perhatianku!!”,

Ruki mendengus mengusap-usap belakang kepalanya, “untuk apa kau datang ke kamarku?”

“cih! Kamarmu? Ini rumahku! Kau hanya menumpang di sini!!”

Ruki kembali memegang kedua pipinya terkejut, dialognya ‘hampir’ sama percis seperti dalam mimpinya, apa ini tanda-tanda mimpinya itu akan menjadi kenyataan? Ruki belum siap(=_=?), “Tunggu Uruha, kau tidak sedang merencanakan sesuatu kan?”, Ruki memicingkan kedua matanya curiga.

“hah?”, Uruha mengerutkan dahinya, segera menekan kedua pipi Ruki dengan ibu jari dan telunjuk dengan satu tangannya, “apa yang kau bicarakan heh? Katakan apa maksudmu mengambil gambar kejadian sialan itu dan menyebarkannya pada semua orang?! KAU CARI MATI?!!!”, bentak Uruha.

Gambar kejadian sialan?

Ruki teringat dan segera menepis tangan Uruha yang menekan kedua pipinya, “jangan ingatkan aku akan hal itu!!! darahku mengalir terbalik jika teringat itu!!!!”, Ruki memegangi kepala dengan kedua tangannya frustasi.

“apa kau bilang?! Seharusnya aku yang bicara begitu!!”, bentak Uruha jengkel, “kau berencana mempermalukanku di depan semua orang dengan cara kotor begitu, rendah sekali cara perlawananmu heh!”, Uruha menarik sweater Ruki dan menggamitnya, menatap makhluk minis itu dengan pandangan galak.

“bukan begitu!”, Ruki berusaha membela diri, “aku tidak—“, tiba-tiba Ruki menggantung kata-katanya merasakan wajah Uruha seperti di zoom di depan matanya, begitu dekat.

Mata…

Hidung…

Bi..bi..BIBIR!!!

BLUSH!!!

Uruha mengernyitkan dahinya tiba-tiba Ruki kembali membelakanginya sambil memegangi kedua pipinya lagi(=_=).

Tidak bisa! Kenapa? Ruki tidak bisa berhadapan dengan Uruha jika jaraknya sedekat itu!

“Oi !!”, Uruha beralih ke posisi kemana Ruki menghadap, “apa?! ‘kau tidak’ apa?! Tidak bisa membela diri heh?! ”

Ruki masih asik dalam dunianya sendiri, merasa sedikit terkejut dengan kenyataan tentang sesuatu aneh yang bereaksi dalam tubuhnya ketika berhadapan dengan Uruha sedekat itu. entah kenapa ekspresi wajah Uruha dalam mimpinya melintas dalam otak ‘kecil’nya saat ia melihat wajah Uruha. Itu membuat wajahnya sendiri memanas.

“Tidak mungkin! Tidak mungkin! Tidak mungkin! Tidak mungkin! Tidak mungkin! Tidak mungkin! Tidak mungkin! Tidak mungkin! Tidak mungkin! Tidak mungkin! Tidak mungkin!”, Ruki komat-kamit memejamkan matanya sambil memegangi kepalanya.

“HOI !!!!!!”, teriak Uruha merasa diacuhkan.

“eh?”, Ruki membuka matanya, lalu beralih menatap mata Uruha dengan tajam untuk meyakinkan kalau yang terjadi pada dirinya tadi Cuma kesalahan tekhnis.

Itu tidak mungkin! Tatap matanya! Kau bisa Matsumoto Takanori !  jangan menghindar ! jangan ! jangan ! bertahanlah ! bertahanlah! Kau bisa! Kau bisa! kau bisaaaaaaaaa!!

Uruha dibuat mengernyitkan dahi untuk kedua kalinya dengan sikap aneh makhluk mini di hadapannya. Ruki kembali membelakanginya sambil menutupi wajahnya yang entah kenapa selalu mendadak panas setiap bertatap muka dengan Uruha. Dia tidak bisa mengalahkannya! Apalagi bertatapan mata dengannya. Ruki baru menyadari Uruha lawan yang terlalu ganténg untuknya.

TIDAK MUNGKIN!!!

Ruki melebarkan matanya memegangi kepala dengan kedua tangannya tampak stress.

Uruha membalik tubuh Ruki dengan satu tangannya kasar, “HEH!! Apa-apaan kau! jangan mengulur-ulur waktuku dengan tingkah sintingmu! Dengar! Kau benar-benar membuatku muak! Sudah cukup kau mengganggu ketenangan hidupku! cepatlah pergi dari rumah ini kalau kau masih ingin hidup!!”, Uruha mendorong-dorong jidat Ruki dengan satu telunjuknya.


“he? Tapi foto itu bukan ulahku!!!”, Ruki membela diri mengangkat wajahnya namun saat itu juga ia kembali menundukan wajahnya karena tak mau melihat wajah Uruha.

“lantas siapa hah? Cuma kau yang berani lancang menantangku bukan?”, Uruha mendorong-dorong bahu Ruki hingga makhluk minis itu melangkah mundur.

“itu….itu..”, Ruki gelagapan.

“tidak bisa menjawab?”, Uruha mengikuti Ruki yang berjalan mundur, terus mendorong dorong bahu Ruki yang tetap menundukan wajahnya. “di belakangku kau berusaha melawanku tapi berhadapan seperti ini kau tidak lebih hanya seorang bocah pendek pengecut yang bahkan tidak berani hanya sekedar menatap mataku langsung!“.

Cleb!

Ruki mengangkat wajahnya melotot pada Uruha. “apa kau bilang? Bocah PENDEK PENGECUT? Siapa yang kau bilang bocah PENDEK  PENGECUT?!”

“Kau!”, Uruha menunjuk-nunjuk jidat Ruki. “BO-CAH PEN-DEK PE-NGE-CUT!”, Uruha menyeringai.

Ruki naik darah.

“kau LEKOOOOOOONG!!!”, Ruki meneriaki Uruha dengan suara growl-annya, membulatkan bibirnya mengucapkan kata ‘lekong’ tepat di depan wajah Uruha membuat mata Uruha membulat sempurna.

“BRENGSEEKKKKKK!!!!”, Uruha mengangkat kepalan tangannya hendak mengayunkannya ke wajah Ruki namun tiba-tiba kilatan cahaya di luar jendela sana menyita perhatiannya. Wajah Uruha mendadak pucat. “sial!”, rutuknya pelan. Uruha tiba-tiba berlari dengan terburu-buru, tunggang langgang keluar kamar Ruki sambil menutupi telinga dengan kedua tangannya.

Ruki melongo

Beberapa saat kemudian Ruki mendengar suara petir menggelegar di luar sana.

Apa maksudnya? Apa Uruha lari untuk menghindari suara petir?
Dia takut suara petir? Si Uruha yang sok itu takut suara petir?
Pertanyaan-pertanyaan itu tiba-tiba saja muncul di benak Ruki.

“hmm…”, Ruki mengangguk-anggukan kepalanya menyeringai kecil, rasa penasaran langsung meliputi dirinya untuk mencari tahu kebenarannya.


TBC  (◕‿◕✿)